Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


“Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Analisis dan
Perancangan Sistem”

DOSEN PENGAMPU
EFENDI SIANTURI SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS 4C
1. Inda Asri Sembiring P07524417 091
2. Karnila Ika Suryani Harefa P07524417 094
3. Yulia Y.G. Silalahi P07524417 115

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kelompok untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Analisis dan Perancangan Sistem dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan. Selain itu, kelompok
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
pengembangan system informasi kesehatan.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh dosen pada mata kuliah
Sistem Informasi Kesehatan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait mata kuliah yang sedang dipelajari kelompok. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 15 Agustus 2020

Kelompok 4 Kelas IV C

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………..…………i
Daftar Isi……………………………………………………………………ii
BAB I
I. Pendahuluan………………………………………………………….1
II. Rumusan Masalah……………………………………………………1
III. Tujuan ……………………………………………………………….1
BAB II
I. Analisis Sistem……………………………………………………….3
II. Rancangan Sistem……………………………………………………4
III. Implementasi Sistem…………………………………………………4
IV. Pemeliharaan Sistem…………………………………………………7
V. Peningkatan Sistem…………………………………………………11
BAB III
Kesimpulan………………………………………………………...………15
Daftar Pustaka………………………………………………………..…..16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer).
Teknologi informasi sudah berkontribusi banyak dalam kehidupan kita, salah
satu contohnya dalam bidang kesehatan yaitu rekam medis elektronik (EMR) yang
digunakan oleh dokter untuk mengetahui riwayat penyakit anda, obat-obatan apa
saja yang sudah pernah di konsumsi, apakah anda mempunyai sebuah alergi, dan
lain-lain.
Tanpa teknologi informasi, pengumpulan dan pengambilan data tersebut
tidaklah mudah untuk rumah sakit yang mempunyai ribuan pasien jika dilakukan
secara manual. Teknologi informasi juga memudahkan komunikasi jarak jauh
dengan adanya internet. Seluruh rumah sakit akan mengakses database yang berisi
dengan data pasien, sehingga memudahkan pasien dan rumah sakit apabila pasien
menggunakan rumah sakit yang berbeda.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa konsep-konsep pengembangan system informasi kesehatan Analisis dan
Perancangan system ?
2. Bagaimana konsep Analisis Sistem ?
3. Bagaimana rancangan system informasi kesehatan ?
4. Bagaimana implementasi system informasi kesehatan ?
5. Bagaimana pemeliharaan system informasi kesehatan ?
6. Bagaimana proses peningkatan system informasi kesehatan ?

III. Tujuan

1
1. Mengetahui konsep-konsep pengembangan system informasi kesehatan
Analisis dan Perancangan system.
2. Mengetahui konsep Analisis Sistem.
3. Mengetahui rancangan system informasi kesehatan.
4. Mengetahui implementasi system informasi kesehatan.
5. Mengetahui pemeliharaan system informasi kesehatan.
6. Mengetahui proses peningkatan system informasi kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Analisis system
Analisis system bertugas untuk menganalisis system informasi yang telah ada,
mengembangkannya dan menyusun system baru pada sub system yang bermasalh
dengan bantuan computer.
Analisis system adalah orang yang bertanggung jawab untuk mempelajari
informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang timbul dan mampu
memberi jalan keluar sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Tugas utama dari seorang analis system ini adalah menganalisis system yang
telah ada, mengembangkannya dan menyusun system baru terutama pada
subsistem yang bermasalah dengan bantuan teknologi computer. Kunci utama
yang perlu diperhatikan adalah mengkombinasikan antara hasi lanalisisnya
dengan teknologi computer sehingga dapat menjelaskan bagaimana sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan dengan metodologi yang tersedia dan
teknologi computer yang dimiliki dapat memberikan hasil yan gterbaik dalam
meningkatkan aktivitas perusahaan.
Tugas seorang analis system bukan saja menganalisis dan mendesain system,
tetapi lebih dari itu ia haruslah mampu menyajikan satu system informasi
manajemen yang terpadu.
Maka seorang analis system haruslah orang yang memiliki pengetahuan yang
terpadu antara aktivitas bisnis system informasi dan teknologi. Analis system
bukanlah seorang progremer yang ditugaskan/merasa mampu membuat program
mutakhir dengan computer untuk menyelesaikan masalah.
Dalam menyusun system informasi manajemen suatu perusahaan diperlikan
orang yang mampu memahami apa itu system informasi manajemen, masalah-
masalah yang dihadapi dalam system informasi manajemen perusahaan tersebut
dan mampu memberikan solusi serta menggabungkan solusi tersebut dengan
bantuan teknologi computer.
Ada banyak istilah bagi analis system ini, seperti desainer system, pengembang
system, konsultan system, konsultan manajemen, analis operasi, anallis

3
informasi,analis bisnis, dan knowledge enginer untuk system pakar tetapi yang
paling sering digunakan di Indonesia adalah analisis system

II. Rancangan Sistem


Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analisis sistem telah
mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tahap desain
sistem mempunyai dua tujuan utama, yaitu :
a. Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai system
b. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap
kepada pemrogram komputer dan ahli – ahli teknik lainnya yang terlibat.

Untuk mencapai tujuan ini, analis sistem harus dapat mencapai sasaran – sasaran
sebagai berikut :
a. Desain sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan
b. Desain sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan
c. Desain sistem harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung pengolahan
transaksi, pelaporan manajemen dan mendukung keputusan yang akan
dilakukan oleh manajemen, termasuk tugas – tugas lainnya yang tidak
dilakukan oleh computer
d. Desain sistem harus dapat mempersiapkan rancang bangun yang terinci untuk
masing – masing komponen dari sistem informasi yang meliputi data,
informasi serta pengendalian intern.
Desain sistem merupakan formulasi spesifikasi rinci dari sistem yang diusulkan.
Terdapat tiga tahap atau langkah umum dalam perancangan sistem.
a. Evaluasi rancangan alternatif dari sistem yang diusulkan
b. Penyajian spesifikasi rancangan rinci
c. Penyajian laporan perancangan system

III. Implementasi Sistem


Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Era Desentralisasi.
SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan disemua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Perturan perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan SIK adalah

4
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui
penyelenggaraan SIK, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data
serta penyajian informasi.
Desentralisasi merupakan fenomena yang kompleks dan sulit didefenisikan.
Defenisinya bersifat kontekstual karena tergantung pada konteks historis,
institusional, serta politis di masing-masing Negara. Namun, secara umum
desentralisasi dapat didefenisikan sebagai pemindahan tanggung jawab dalam
perencanaan, pengambilan keputusan, pembangkitan, serta pemanfaatan sumber
daya serta kewenangan administrative dari pemerintah pusat ke :
a. Unit-unit territorial pemerintah pusat atau kementrian.
b. Tingkat pemerintahan yang lebih rendah.
c. Organisasi semi otonom.
d. Badan otoritas regional
e. Organisasi nonpemerintah atau organisasi yang bersifat sukarela.
Pada era desentralisasi, masalah menonjol yang dihadapi adalah perubahan struktur
dan fungsi sumber daya manusia, khususnya di tingkat distrik dan provinsi, setelah
peleburan kantor wilayah dan kantor Departemen Kesehatan (Depkes).
Perubahan SIK di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten semenjak era
desentralisasi, sebenarnya tidak hanya dipicu oleh kebijakan itu sendiri (seakan-
akan menimbulkan korban Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang
mengalami kekosongan data dan informasi) tetapi juga didorong oleh
perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat serta difusi teknologi
tersebut di sektor kesehatan secara meluas. Aturan yang lebih inci dan mendalam
dalam hal pemanfaatan teknologi informasi (informatika) dan pembinaan teknis
kepada para petugas di daerah akan mencakup konsep data kesehatan masyarakat
(tidak hanya penyakit dan status kesehatan, tetapi juga sumber daya dan indikator
kinerja manajemen pelayanan kesehatan), standar dan aturan website Dinas
Kesehatan sebagai data repository maupun format pertukaran data serta
interoperabilitas data antar organisasi. Implementasi atau penerapan desentralisasi/
otonomi regional didasari dengan dikeluarkannya :
a. UU No. 22 Tahun 1999 yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah.

5
b. UU No. 25 Tahun 1999 mengenai Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Proses pelaksanaan desentralisasi diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP),
Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri yang dikeluarkan berikutnya, antara
lain (termasuk kesehatan) :
a. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom.
b. PP No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
c. Keputusan Presiden No. 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan
dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
d. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial R.I. No.
1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar
Pelayanan Minimal dalam Bidang kesehatan di Kabupaten/ Kota
e. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 551/Menkes/SK/V/2002 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIKNAS.
SIK memberikan dukungan informasi kepada proses pengambilan keputusan
disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan (Sistem Kesehatan). Maka, SIK
harus sesuai dengan struktur manajemen kesehatan dari Sistem Kesehatan. Dengan
adanya desentralisasi, maka pengembangan SIK diserahkan pada kemampuan dan
kebutuhan daerah sesuai kondisinya masing-masing. Karakteristik data yang
dibutuhkan di pusat dan daerah pun berbeda dimana daerah mesti menjaring data
berdasar ID yang unik, sedangkan kebutuhan pusat lebih kepada jumlah data yang
tidak serinci data di daerah.
Implementasi SIK di era desentralisasi mencakup sistem pencatatan dan pelaporan
seperti data vital, surveilans, data pelayanan, pemetaan, pengendalian wabah tetapi,
ini masih belum terintegrasi dengan database yang online diwebsite Dinas
Kesehatan dan Depkes sesuai standar dan interoperabilitasnya. Pemanfaatan
internet yang semakin luas dikalangan medis seharusnya mampu meningkatkan
proses pembelajaran dikalangan medis dan masyarakatnya. Perubahan tentu tidak
semudah itu terjadi. Diperlukan pengembangan secara bertahap, pelatihan,
penelitian dan tenaga-tenaga baru bidang informatika kesehatan.

6
IV. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sebuah sistem teknologi informasi dapat dikatakan sebagian besar
bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia di bidang IT yang memiliki
kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas sistim yang dimiliki.
Alternatif yang terbaik bila perusahaan tidak ingin direpotkan dengan
permasalahan di bidang IT yang hanya dianggap sebagai bidang penunjang adalah
dengan menjalin kontrak pemeliharaan dengan perusahaan di bidang jasa
teknologi informasi.
Tahap pemeliharaan dilakukan setelah tahap implementasi. Sistem baru yang
berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa hidupnya,
sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika muncul masalah
atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya, organisasi akan menggunakan
sistem yang telah diperbaiki tersebut. Pemeliharaan Sistem meliputi :
a. System Back-Up
Membuat Salinan/copy untuk data-data penting perusahaan yang ada pada
computer user maupun server ke dalam backup storage (External Disk).
b. System Optimization
Melakukan Defragmentasi data dan membuang sampah-sampah yang ada pada
computer, serta memperbaiki kesalahan setting sehingga computer dapat
berjalan normal
c. System Rebuild
Membangun dan menata ulang kembali system yang rusak oleh faktor yang
tidak disengaja, agar system dapat bekerja normal kembali.
d. System Upgrade
Menambah fungsi, memperbaharui system yang ada sesuai dengan kebutuhan
pelanggan, serta melakukan testing stabilitas untuk hardware dan software.
e. Training dan Pelatihan
Memberikan Pengarahan dan konsultasi kepada operator computer, sehingga
operator dapat mengoperasikan computer sesuai dengan prosedur
pengoperasian komputer yang baik dan benar.
f. Update Anti Virus & Pembersihan Virus
Melakukan Update Definition file Anti Virus sehingga anti virus yang ada
dapat memproteksi komputer dari serangan virus baik virus lam amaupun

7
baru, dan juga melakukan scaning virus serta membersihkan komputer dari
Virus
g. System Security
Pemasangan Firewall dan sistem authentifikasi untuk pengamanan system dan
data penting perusahaan dari orang luar yang tidak berkepentingan.Langkah-
langkah pemeliharaan sistem terdiri atas:
1) Penggunaan Sistem, Yaitu menggunakan sistem sesuai dengan fungsi
tugasnya masing-masing untuk operasi rutin atau sehari-hari.
2) Audit Sistem, Yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal untuk
menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kinerja.
Hal semacam ini disebut penelaahan setelah penerapan dan dapat
dilakukan oleh seorang auditor internal.
3) Penjagaan Sistem, Yaitu melakukan pemantauan untuk pemeriksaan rutin
sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik. Selain itu juga untuk
menjaga kemutakhiran sistem jika sewaktu-waktu terjadi perubahan
lingkungan sistem atau modifikasi rancangan software.
4) Perbaikan Sistem, Yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi terjadi
kesalahan (bugs) dalam program atau kelemahan rancangan yang tidak
terdeteksi saat tahap pengujian sistem.
5) Peningkatan Sistem, Yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem ketika
terdapat potensi peningkatan sistem setelah sistem berjalan beberapa
waktu, biasanya adanya potensi peningkatan sistem tersebut terlihat oleh
manajer kemudian diteruskan kepada spesialis informasi untuk dilakukan
modifikasi sesuai keinginan manajer.
Cara Pemeliharaan System Informasi meliputi :
1. Pemeliharaan sistem
Pemeliharaan sistem informasi adalah suatu upaya untuk memperbaiki, menjaga,
menanggulangi, mengembangkan sistem yang ada. Pemeliharaan ini di perlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja sistem yang kita ada agar
dalam penggunaannya dapat optimal. Berikut ini beberapa pengertian lain tentang
pemeliharaan sistem dari beberapa sumber :
a. Merupakan siklus terakhir dari SDL
b. Pemeriksaan periodik, audit dan permintaan pengguna akan menjadi source
untuk melakukan perawatan sistem diseluruh masa hidup sistem.

8
Pemeliharaan sistem merupakan cara terbaik untuk menjaga efiensi sistem yang
sudah ada. Seperti kata pepatah, lebih baik memelihara dari pada mengganti.
Berikut merupakan beberapa alasan mengapa kita perlu memelihara sistem yang
ada :
a. Agar dapat meningkatkan sistem / kinerja sistem
b. Menyesuaikan dengan perkembangan, agar sistem yang ada tidak
tertinggal,dll.
2. Jenis – jenis pemeliharaan sistem
Jenis – jenis pemeliharaan sistem meliputi :
a. Pemeliharaan korektif
b. Adalah pemeliharaan yang mengkoreksi kesalahan – kesalahan yang
ditemukan pada sistem, pada saat sistem di jalankan / berjalan.
c. Pemeliharaan adaptif
d. Yaitu pemelihaaan yang bertujuan untuk menyesuaikan perubahan yang
terjadi
e. Pemeliharaan perfektif
f. Pemeliharaan ini bertujuan untuk menigkatkan cara kerja suatu siste
g. Pemeliharaan preventif
h. Pemeliharaan ini bertujuan untuk menangani masalah – masalah yang ada

3. Siklus Hidup Pemeliharaan Sistem (SMLC)


Siklus hidup pemeliharaan system meliputi :
a. Permintaan Perubahan
b. Mengubah permohonan pemeliharaan menjadi suatu perubahan
c. Menspesifikasi perubahan
d. Membangun pengganti
e. Menguji pengganti
f. Melatih pengguna dan melakukan tes penerimaan,Dll.

4. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sistem sangatlah penting bagi pengguna sistem. Karena, seringkali
penggunaan sistem operasi menjadi tidak aman karena alasan-alasan seperti :
a. Sistem terinfeksi malware aktif
b. Sistem berkas corrupt

9
c. Perangkat keras melemah
Untuk mencegah hal-hal tesebut, digunakanlah mOS(maintenance Operating
system) yang berfungsi untuk:
a. Manajemen Malware yang aktif
b. Pemulihan data (recovery) dan perbaikan sistem berkas
c. Diagnosa perangkat keras.
MOS tidak menulis ke disk atau menjalankan kode apapun dari disk, memiliki
akses langsung ke perangkat keras, dan hanya membutuhkan sedikit bagian dari
perangkat keras untuk bekerja dengan sempurna. Selain dengan mOS, kita juga
dapat memelihara sistem (pada windows) dengan cara-cara yang sederhana
seperti:
a. Jangan pernah mematikan power sampai sistem benar-benar sudah
shutdown.
b. Buatlah backup data-data yang penting.
c. Lakukan defragment setidaknya satu bulan sekali
d. Sisakan sedikitspace kosong di partisi tempat sistem operasi berada.
e. Gunakan firewall jika anda terkoneksi dengan jaringan.
f. Lakukan pengecekan virus secara rutin.

5. Prosedur Pemeliharaan Sistem


a. SDLC dan SWDLC
Aplikasi yang professional dalam SDLC dan SWDLC dan teknik maupun
perangkat modeling yang mendukungnya adalah hal-hal keseluruhan yang
terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk meningkatkan maintainabilitas
system.
b. Definisi data standar
Trend ke arah sistem manajemen database relasional mendasari dorongan
ke normalisasi data dan definisi data standart.
c. Bahasa pemrograman standar
Penggunaan bahasa pemrograman standart,misalnya C atau COBOL,akan
mempermudah pekerjaan pemeliharaan.
d. Rancangan Moduler
Programer pemeliharaan dapat mengganti modul program jauh lebih
mudah daripada jika ia berurusan dengan kedeluruhan program.

10
e. Modul yang dapat digunakan kembali
Modul biasa dari kode yang dapat digunakan kembali,dapat diakses oleh
semua aplikasi yang memerlukannya.
Dokumentasi standar diperlukan system, pemakai, perangkat lunak dan
dokumentasi operasiyang standart sehingga semua informasi yang diperlukan
untuk beroperasi dan pemeliharaan aplikasi khusus akan tersedia.
Kontrol sentral Semua program,dokumentasi dan data test seharusnya
diinstal dalam penyimpanan pusat dari system CASE (Computer-Aided
Softtware Engineering atau computer Assisted Software Enginering.

6. Mengelola Pemeliharaan Sistem


Tantangan mengelola pemeliharaan sistem adalah sama dengan tantangan
mengelola usaha-usaha lain,yaitu tantangan untuk mengelola manusia.
Prioritas untuk mengarahkan pemeliharaan sistem adalah mengumpulkan
sekelompok pemelihara yang berkompeten dan termotivasi,serta menyuplai
mereka dengan perngkat dan sumber-sumber untuk melakukan pemeliaraan
sistem yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal. Pemeliharaan sistem
terjadwal dapat dibuat menurut kalender atau diagram gantt.Pemeliharaan
tidak terjadwal biasanya dilakukan atas inisiatif pemakai dan operator.
Bagaimanapun juga pihak manajemen seharusnya menetapkan suatu cara
untuk mengawali,merekam,dan mengevaluasi aktivitas pemeliharaan.
Dengan melalui evaluasi kegiatan pemeliharaan,seorang manager akhirnya
dapat mengoptimalkan program pemeliharaan sistem secara keseluruhan.

V. Peningkatan Sistem

Sistem Informasi Kesehatan memberikan dukungan informasi kepada proses


pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan.
Dengan demikian, Sistem Informasi Kesehatan harus sesuai dengan struktur
manajemen kesehatan dari Sistem Kesehatan. Pertanyaannya adalah: bagaimana
cara yang praktis untuk mengupayakan agar Sistem Informasi Kesehatan yang
selama ini kurang memadai dapat diubah menjadi alat manajemen yang efektif ?

Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa Pengembangan Sistem Informasi


Kesehatan hendaknya diselaraskan dan diintegrasikan dengan upaya menata

11
kembali Sistem Kesehatan dan Manajemen Kesehatan. Penataan kembali Sistem
Informasi Kesehatan merupakan suatu tantangan dan pekerjaan yang cukup rumit.
Khususnya bila dikaitkan dengan birokrasi pemerintahan kita. Selain faktor-
faktor metodologi, yang dapat juga mempengaruhi keberhasilan proses reformasi
ini adalah keadaan politik, sosio-budaya, dan administrasi. Dalam uraian
selanjutnya akan dibahas secara singkat tentang aspek-aspek metodologi dari
penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan.

Tatanan Sistem Kesehatan sebagaimana telah dikemukakan di atas merupakan


kerangka dasar yang baik dalam upaya menata kembali Sistem Informasi
Kesehatan. Sepanjang proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan,
model Sistem Kesehatan itu akan digunakan sebagai acuan konseptual bagi setiap
tahap dari proses.

Jarang sekali proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan merombak


total Sistem Kesehatan di suatu daerah. Menurut pengalaman, proses penataan
kembali Sistem Informasi Kesehatan secara komprehensif bahkan kerap kali
menjumpai kegagalan. Lebih baik, penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan
itu difokuskan kepada aspek-aspek yang kurang berfungsi dalam Sistem
Kesehatan. Atau direncanakan dan diselenggarakan dalam kaitannya dengan
proses penataan kembali Sistem Kesehatan yang sedang berlangsung. Contohnya,
reformasi dalam sistem manajemen keuangan akan memerlukan pula reformasi
terhadap Sistem Informasi Kesehatan yang berfokus pada informasi keuangan.
Sebelum dilakukan proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan,
diperlukan suatu evaluasi yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan dari
Sistem Informasi Kesehatan yang ada. Selanjutnya, penataan kembali Sistem
Informasi Kesehatan difokuskan kepada bidang-bidang yang kurang berfungsi
atau yang merupakan prioritas bagi daerah yang bersangkutan.

Agar dapat dilakukan evaluasi yang sistematis terhadap Sistem Informasi


Kesehatan yang ada, kelima “subsistem” berikut dari Sistem Informasi Kesehatan
seyogianya diperhatikan:

1. Surveilans Epidemiologi untuk penyakit-penyakit menular tertentu, kondisi-


kondisi lingkungan tertentu, dan faktor-faktor risiko

12
2. Pelaporan Rutin dari pelayanan-pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat,
Puskesmas, dan Rumah Sakit.

3. Pelaporan Program Kesehatan Khusus seperti pemberantasan tuberkulosis,


pemberantasan malaria, kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan sekolah.

4. Pelaporan Administratif seperti pelaporan pembiayaan kesehatan (JPKM, dan


lain-lain), pelaporan pegawai/tenaga kesehatan, pelaporan obat dan logistik
kesehatan, pelaporan keuangan, pelaporan pendidikan dan pelatihan, pelaporan
penelitian dan pengembangan, dan dokumentasi kesehatan.

5. Registrasi Vital untuk kelahlran, kematian, dan perpindahan penduduk.

6. Proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan agar terpadu dengan Sistem

Kesehatan dapat diuraikan ke dalam lima tahap sesuai dengan dua komponen
utama dari Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana telah diuraikan di atas. Tiga
tahap yang pertama berkaitan dengan pengembangan proses pengelolaan
informasi, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan indikator.

2. Menetapkan kebutuhan data, sumber-sumber data dan membuat instrumen-


instumen, serta menyelenggarakan pengumpulan data.

3. Merumuskan prosedur-prosedur pengiriman dan pengolahan data, serta


menyelenggarakan pengolahan, analisis data, dan pengemasan informasi.

Sedangkan dua tahap terakhir berkaitan dengan penataan struktur manajemen


Sistem Informasi Kesehatan untuk menjamin berlangsungnya proses pengelolaan
informasi kesehatan dan digunakannya informasi kesehatan tersebut, yaitu:

1. Merencanakan sumber daya bagi Sistem Informasi Kesehatan.

2. Merumuskan dan menetapkan peraturan-peraturan bagi manajemen Sistem


Informasi Kesehatan.

Pendekatan semacam ini dimaksudkan untuk menyesuaikan atau memadukan


secara cermat setiap tahap penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan dengan
Sistem Kesehatan yang ada. Dalam setiap “subsistem” yang dipilih untuk ditata
kembali harus tetap diingat bahwa ketersediaan informasi dan jaminan

13
digunakannya informasi tersebut dalam pengambilan keputusan merupakan
tujuan utama. Ketersediaan dan jaminan penggunaan ini harus ada di setiap
tingkat administrasi (sejak tingkat terbawah sampai ke pusat) dan bagi fungsi-
fungsi manajemen yang sesuai (pasien/klien, unit kesehatan, dan sistem
kesehatan).

14
BAB III
KESIMPULAN

1. Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem baru untuk


menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah
ada. Sistem lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal,
yaitu:
a. Adanya permasalahan pada sistem lama, berupa:
b. Adanya gangguan dalam sistem lama menyebabkan sistem tersebut tidak dapat
beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
c. Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya sistem baru.
d. Untuk memperoleh peluang

2. Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan kemungkinan


peningkatan penyediaan informasi yang dapat mendukung dalam proses
pengambilan keputusan manajemen.

15
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Amrullah. 2011. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi


Kesehatan (SIK). http://blogkesmas.blogspot.co.id/2011/05/konsep-konsep-
pengembangan-sistem.html (diakses tanggal 13 Agustus 2020)

Realtimehealth. 2014. Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia.


https://realtimehealth.wordpress.com/2014/11/01/sistem-informasi-kesehatan-di-
indonesia/ (diakses tanggal 13 Agustus 2020)

Realtimehealth. 2014. Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia.


https://realtimehealth.wordpress.com/2014/11/01/sistem-informasi-kesehatan-di-
indonesia/ (diakses tanggal 13 Agustus 2020)

Sulwat, Shelviana.2015.Implementasi Sistem Informasi Kesehatan di Era


Desentralisasi. https://shelvianasulwat.wordpress.com/2015/12/10/a-implementasi-
sistem-informasi-kesehatan-sik-di-era-desentralisasi/( diakses tanggal 13 Agustus
2020)

Fitra.2017.Konsep Pengembangan Analisis dan Perangcangan Sistem Informasi


Kesehatan.http://bidanfitra.blogspot.com/2017/09/konsep-pengembangan-dan-
analisis.html. ( diakses tanggal 13 Agustus 2020)

Sikbidan.2017.Analisis Perancangan SIK. https://sikbidanblog.wordpress.com/


(diakses tanggal 14 Agustus 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai