Refarat Saddle Nose (THT)
Refarat Saddle Nose (THT)
Agustus, 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
SADDLE NOSE
Oleh :
RAHYUNI, S. KED.
Pembimbing :
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan THT)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Rahyuni
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
dengan judul “Saddle Nose” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
Makmur, Sp. THT-KL, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat
yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
Penulis
DAFTAR ISI
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
A. Anatomi ............................................................................................. 2
D. Vaskularisasi...................................................................................... 8
E. Innervasi............................................................................................. 10
F. Fisiologi Hidung………………………………………………………11
G. Definisi………………………………………………………………13
H. Epidemiologi………………………………………………………….15
I. Etiology…………………………………………………………… 17
J. Klasifikasi…………………………………………………………….19
K. Diagnosis……………………………………………………………..20
L. Komplikasi…………………………………………………………….22
3
BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 24
BAB I
4
PENDAHULUAN
trauma. Pola anatomi hidung normal relatif dan tergantung pada biotipe manusia.
Hidung dibentuk oleh dua bagian: bagian mobil (kartilago) dan bagian yang tetap
dan melembabkan udara pernafasan. Jika terdapat deformitas pada dorsum nasi
seperti sadlle nose atau hidung pelana, skoliosis, deviasi septum atau anomali
Saddle nose dapat disebabkan oleh trauma yang diikuti oleh abses septum, infeksi
pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum sehingga darah
Hematom septum dapat terinfeksi sehingga terbentuk abses septum yang akan
menyebabkan nekrosis tulang rawan septum dan digantikan oleh jaringan ikat.
Hilangnya penyangga pada dorsum nasi akan menimbulkan saddle nose. Kelainan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi4,5
1. Hidung luar
bawah:
4) ala nasi
5) Kolumela
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
6
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri beberapa pasang tulang rawan
2. Hidung Dalam3
7
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut
nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
disebut vibrise. Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding
Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang
2) vomer
2) kolumela.3
8
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan
hidung.4
Dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling
bawah adalah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus
batang hidung oleh os nasale dan os frontale, di tengah oleh lamina cribrosa
B. VASKULARISASI (3,5)
9
Vaskularisasi cavun nasi berasal dari cabang-cabang arteri maxilaris, yang
merupakan salah satu cabang terminal arteri carotis externa. Cabang yang
dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna.
(3,5)
superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber
10
Gambar 2 A-B. Vaskularisasi hidung5
C. INNERVASI (3,5,6)
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
11
Rongga hidung posterior, sebagian besar mendapat persarafan sensoris
nervus trigeminus.(3,5)
otonom untuk mucosa hidung yang terletak di belakang dan sedikit di atas
12
Berasal dari ganglion genikulatum dan pusatnya adalah di nukleus
terganggu.6
cribrosa dan permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada
hidung.3
13
Gambar 3 A-B. Inervasi hidung5
a. Fungsi Respirasi
14
Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi melalui nares
anterior, lalu naik ke atas setinggi concha media dan kemudian turun
Udara yang dihirup akan mengalami humadifikasi oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit
penguapan udara inspirasi oleh palut lendir, pada musim dingin akan terjadi
sebaliknya.3
b. Fungsi Penghidu3
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, concha nasi superior dan
rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan, seperti perbedaan rasa
manis strawberi, jeruk, pisang atau coklat. Juga untuk membedakan rasa
c. Fungsi Fonetik
Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara
15
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m,n,ng) rongga
mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun menutup untuk
aliran udara.3
e. Refleks Nasal
menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan
B. Definisi6
Saddle nose adalah deformitas pada hidung di mana terdapat depresi pada
permukaan dorsal hidung. Hal ini terjadi akibat trauma atau infeksi, Namun bisa
Granulomatosis, Lues,dll).6
C. Epidemiology
setelah fraktur klavikula, dan pergelangan tangan, sekitar 39-45% dari seluruh
16
fraktur wajah. Laki-laki 2-3 kali lebih sering dibandingkan perempuan untuk
terkena fraktur nasal. Insiden tertinggi pada rentang usia 15-30 tahun3
D. Etiologi2
Penyebab saddle nose sangat penting untuk diketahui karena deformitas yang
sistemik yang dapat menyebabkan saddle nose. Penyebab sistemik saddle nose :
- Relapsing perichondritis
- Wegner’s disease
- Syphilis
Penyakit sistemik dan keganasan adalah suatu proses destruksi yang menyebabkan
Penatalaksanaan pada saddle nose yang diakibatkan oleh penyakit sistemik dan
operasi rekonstruktif.2
17
E. Klasifikasi4
Saddle nose diklasifikasikan atas dua yaitu anterior bila yang terlibat adalah
Tipe 1: Depress dorsum nasi atau minor supratip dengan proyeksi sepertiga
masih ada.
Gambar 3.1 (1) Normal. (2) Tipe 1. (3) Tipe 2. (4) Tipe 3. (5) Tipe 4
( Vartanian, 2010)
18
F. Diagnosis9
1. Inspeksi
a. Frontal
Perubahan berikut dapat dilihat dari temuan yang tidak terlalu mencolok
atau dalam beberapa kombinasi: hidung tampak lebih mendatar. Hal ini
Lipatan epicanthal timbul akibat adanya disproporsi antara kulit dan turunnya
hidung.9
b. Lateral
Dorsum nasal mengalami depresi. Tip hidung biasanya terotasi keatas atau
19
c. Basal
Basis hidung dan lubang hidung akan tampak lebih mendatar. Lubang
hidung membentuk garis yang lebih horizontal dan lebih oval atau bulat.
Kolumela lebih turun dan sudut antara septum dan kartilago aral lateral lebih
tumpul.9
2. Palpasi
Informasi yang penting dapat digali dengan palpasi eksternal dan internal
a. Eksternal Palpasi
Sering ditemukan perbedaan yang tajam yang dihasilkan dari dari disposis
fragmen tulang hidung. Pemilihan teknik operasi ditentukan dari hasil dari
b. Internal Palpasi
anterior, margin anteriornya, dan adanya fraktur cartilago atau defek dari
septum anterior.9
3. Nasal Endoscopy
Kavum nasi tampak lebih sempit, terlihat hiperplasi konka inferior, dan
terjadi fenomena ballooning pada kartilago lateral bagian atas. Pada endoskopi
ini dapat dilihat cartilaginous defect (soft septum). Granulasi dan perforasi
20
banyaknya kartilago yang masih utuh sama pentingnya dengan besarnya
4. Laboratorium9
Pasien dengan saddle nose bisa dinilai dengan hitung darah sederhana dan
koagulasi dasar (Quick prothrobin time [PT], partial thromboplastin time [PTT],
inflamasi akut pada pasien dengan perforasi septum dan inflamasi granula
thoraks.9
E. Penatalaksanaan4
adalah:
b. Cangkok kulit/ tulang rusuk : pada prosedur ini, saddle nose dikoreksi dengan
menggunakan tulang rawan atau tulang rusuk pasien sendiri untuk dijadikan
batang hidung.
21
e. Silicon Droplet Method : metode mikrodroplet menggunakan silicon untuk
f. KOMPLIKASI8
Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum nasi dapat
dari kartilago piramid dan lobul 2.Retraksi dan atrofi jaringan ikat 3.Gangguan
pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah. Selain kosmetik, abses septum
nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan berbahaya bila
empiema subaraknoid.8
segitiga dari glabela ke kedua sudut mulut. Vena-vena tersebut melalui vena
kavernosus.8
limfe atau pembuluh darah bermuara di sinus longitudinal dorsalis dan sinus
lateralis. Ketiga, melalui saluran limfe dari meatus superior melalui lamina
subaraknoid. Keempat, invasi langsung dapat terjadi pada saat operasi, erosi
22
lokal diduga dapat juga merupakan jalan atau kebetulan ada kelainan
jalannya penjalaran infeksi, dalam hal ini selubung olfaktorius yang menuju
sekitar hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius
23
KESIMPULAN1
pelebaran kubah, retrusi kolumellar, dan pemendekkan hidung yang menjadi ciri
pembentukkan kolom dan balok konstruksi. Kartilago lateral yang sudah ada dan
kartilago yang baru, pelindung, dan cangkok tip kemudian dapat dilekatkan pada
struktur pendukung yang stabil tersebut untuk menyusun kembali kubah dan
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Ballenger, J.J. 2003. Anatomy and Physiology of The Nose and Paranasal
3. Soepardi Arsyad, et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
543-48.
30(3): 21-8.
7. Walsh, W.E. dan Kern, R.C. 2006. Sinonasal Anatomy, Function and
Evaluation. In : Bailey B.J, and Johnson, J.T., editors. Head & Neck
25
Surgery- Otolaryngology. 4th Ed. Vol.1 Philadephia: Lippincott Williams
8. Krouse, J.H. dan Stachler, R.J. 2006. Anatomy and Physiology of the
http://www.researchgate.net/publication/26257527_Classification_and_Tr
eatment_of_the_Saddle_Nose_Deformity
10. Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human Anatomy. Edisi 25. Jakarta: EGC
26