PELUANG

PENGEMBANGAN
KOPERASI DI
MASA DEPAN
BURHANUDDIN ABDULAH-REKTOR
IKOPIN
▪ KOPERASI MODERN YANG DIPELOPORI KOPERASI ROCHDALE,
BERKEMBANG DI NEGARA-NEGARA INDUSTRI MAJU DI BERBAGAI
BELAHAN DUNIA, SEMENTARA DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
TERMASUK INDONESIA MASIH MARJINAL.
▪ 300 KOPERASI BESAR KELAS DUNIA SEBAGAIMANA DIRILIS OLEH
WCM TAHUN 2018 TERDAPAT DI EROPA 159 UNIT (53%), USA 100 UNIT
(33%), ASIA PACIFIC 41 UNIT (14%), SEMENTARA DARI INDONESIA
MASIH NIHIL.
▪ TAMPAKNYA ADA HUBUNGAN YANG JELAS POSITIF ANTARA
KEMAJUAN KOPERASI DI BERBAGAI NEGARA DENGAN TINGKAT
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIANYA (IPM), SEMAKIN TINGGI IPM
SEMAKIN MAJU KOPERASINYA.
▪ SEMENTARA DENGAN GINI RASIO MEMILIKI HUBUNGAN YANG
NEGATIF, SEMAKIN RENDAH GINI RASIO SEMAKIN MAJU
KOPERASINYA.

OVERVIEW
• KOPERASI DI DUNIA BERGERAK HAMPIR DISELURUH
SEKTOR USAHA. KEGIATAN BISNIS 300 KOPERASI KELAS
DUNIA BERGERAK DIBIDANG ASURANSI (39%), PERTANIAN
(31,7%), LAYANAN KEUANGAN (17,1%), PERDAGANGAN
GROSIR DAN ECERAN (7%), UTILITAS (1,7%), INDUSTRY (1%),
PENDIDIKAN/KESEHATAN/PEKERJA SOSIAL (1%), PERIKANAN
(0,7%) DAN PERUMAHAN (0,3%).

• DI INDONESIA BISNIS KOPERASI MASIH TERBATAS DI

SEKTOR KONSUMSI (75,68%), PRODUSEN (17,98%), SIMPAN
PINJAM (4,53%), JASA (1,24%), LAINNYA (0,56%). SEMENTARA
SEKTOR LAINNYA SEPERTI KESEHATAN/RUMAH SAKIT,
ENERGI, DAN PERUMAHAN BELUM TERIDENTIFIKASI. HAL
INI MUNGKIN DISEBABKAN KARENA KENDALA REGULASI.

BIDANG BISNIS KOPERASI

1. KEBUTUHAN KEHIDUPAN BERKOPERASI (LAHIR KARENA
KEBUTUHAN, MENGATASI PERSAINGAN DESTRUKTIF).
2. KEPEDULIAN DAN KEPERCAYAAN ANGGOTA (PERCAYA AKAN
KEBUTUHAN BERSAMA, TEKAD MENOLONG DIRI SENDIRI,
KEYAKINAN SUKSES BERSAMA)
3. PENDIDIKAN KOPERASI (BERKELANJUTAN, PELATIHAN KHUSUS
BAGI PENGURUS, PENDAMPINGAN YANG MEMADAI)
4. TATA KELOLA YANG BAIK ( DATA AKURAT, MANAJEMEN
KEUANGAN YANG SEHAT, KEPENGURUSAN DAN SDM
TERPERCAYA).
5. BISNIS PROFESIONAL (VOLUME BISNIS MEMADAI, PENDANAAN
YANG CUKUP, KEBIJAKAN OPERASIONAL YANG SEHAT)
6. KEPEMIMPINAN YANG KUAT ( PARTISIPASI ANGGOTA KUAT,
PENGURUS DINAMIS DAN BERDEDIKASI, MANAJEMEN YANG
JUJUR DAN EFEKTIF)

6 FAKTOR KUNCI SUKSES KOPERASI DI

NEGARA INDUSTRI MAJU (ROBY TULUS,
2019)
Kegagalan Koperasi Di Negara-Negara Berkembang (
Hanel,1986), Ropke (1999), dan Kajian Ikopin (2020)

1. Kurang berdampak terutama dalam membantu

mengatasi masalah kemiskinan.
2. Pelayanan koperasi tidak efisien dan tidak mengarah
pada kebutuhan anggota.
3. Tingginya penyelewengan, korupsi, dan nepotisme,
4. Terlalu banyak campur tangan pemerintah menjadikan
Koperasi sebagai agen pembangunan.
5. Bantuan-bantuan lembaga donor internasional yang
tidak tepat sasaran.
• Kebijakan pembangunan koperasi yang dogmatis dan
cenderung terjebak pada esensialis.
• Kebijakan pembangunan koperasi yang “trial and
eror”kurang dilandasi dengan pendekatan ilmiah dengan
landasan teoritis/konsep yang kuat (Masalah riset dan
pengembangan).
• Kompetensi SDM yang lemah (Masalah pendidikan)

Kegagalan….
▪ Boleh jadi IOF (investor oriented firm) seperti CV,Firma, dan
PT lebih straightforward karena bottom line nya adalah profit,
sementara MOF (member oriented firm/Koperasi) sebih
kompleks (sophisticated) karena ujungnya adalah benefit.
▪ Hal ini sejalan dengan pendapat Gupta (1984) dan Peter Davis
(1999) yang menyatakan bahwa Koperasi adalah unik.
Manajemen koperasi mempunyai peran ganda yaitu
memajukan perusahaan koperasi dan bertanggungjawab juga
memajukan usaha atau rumah tangga anggota.
▪ Karenanya majajemen koperasi harus dilakukan oleh SDM
yang plus (memahami bisnis dan kewirausahaan sosial)

Kritik Kegagalan
PENDIDIKAN PERKOPERASIAN DI IKOPIN
• IKOPIN sudah berdiri sejak 37 tahun yang lalu
menghasilkan sekita 15 ribu sarjana koperasi
bekerja di dinas, koperasi, bank, gerakan, dan
pengusaha.
• Dengan bantuan beasiswa dari Kementrian
Koperasi dan UMKM, sekitar 18 Bank, beberapa
perusahaan besar masih sulit menjangkau
wa. Student body stabil di sekitar 2000 orang
• Mahasiswa dari Papua dan Indonesia Timur
cukup banyak, sekitar 10%
TANTANGAN MASA KINI

PELUANG MASA DEPAN

TANTANGAN MASA KINI
• Kita berhadapan dengan pandemic dan
kelumpuhan ekonomi
• Keterbatasan sumberdaya menyulitkan
re-aktivasi tenaga kerja UMKM/kop seperti
sebelum pandemi
• Upaya-upaya pemulihan ekonomi harus
diarahkan pada “PEMULIHAN ++”

PELUANG MASA LALU YANG TERLEWATKAN

PELUANG MASA DEPAN
• Setiap krisis ekonomi besar senantiasa diikuti
dengan “cerita baru” perubahan.

• Great depression—PDII--Bretton Wood

Institutions—Keputusan unilateral Nixon—
Washington consensus—krisis keuangan 2008

• Indonesia memerlukan “cerita baru”

untuk sebuah perekonomian yang lebih adil
dan lebih menyejahterakan.
TERIMA KASIH