UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
RESIDEN PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Definisi........................................................................................................................3
1.3 Epidemiologi...............................................................................................................4
1.4 Etiologi........................................................................................................................5
1.5 Patofisiologi.................................................................................................................5
1.7 Diagnosis.....................................................................................................................7
1.8 Tatalaksana..................................................................................................................8
1.8.1 Farmakologis........................................................................................................8
1.8.2 Bedah....................................................................................................................9
1.9 Komplikasi................................................................................................................11
1.10 Prognosis...................................................................................................................11
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat.
Otitis media (OM) ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia dengan
angka kejadian yang bervariasi pada tiap-tiap negara. Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya
dibagi atas akut (< 3minggu), subakut (3-12 minggu) dan kronis (>12 minggu). Otitis media
berdasarkan gejala klinisnya dibedakan atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut
(OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Pada referat ini
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius.
Sebagaimana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah
penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami
setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hamper dari setengah mereka
mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode
sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.2
Otitis media supuratif akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena sumber infeksi dari
tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab (OMSA) dapat berupa virus atau bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus
dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab OMSA tersering adalah
Streptokokus pneumonia, diikuti oleh Haemopilus influenzae dan Morexella Cattarhalis. Yang perlu
diingat pada OMSA, walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang
1
membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat
yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan
nanah. Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus,
Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur di
bawah 5 tahun.1,2,4
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang berada di luar otak
dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ
pendengaran sentral adalah struktur yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus
koklearis, nukleus olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari membran timpani, terdiri dari
3
Gambar 1. Anatomi telinga5
Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit, berbentuk pipih dan
permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri
heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah
lobulus.5
Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis. Aliran vena menuju
ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula sampai pada membran
timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua
bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua
pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior , merupakan perluasan dari tulang rawan
daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan
perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan
kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan
pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars
osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada
bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan
aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan
pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan
inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n.
mandibularis.5
bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan
skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan
radial yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya memiliki
dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus
timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic cavity. Dilapisi
oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi oleh promontorium, lateral
oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid,
superior oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.9 Batas
superior dan inferior MT membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan
hipotimpanum.5
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam yaitu maleus,
incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk artikulasi.. Prosesus
1
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang berhubungan dengan
koklea.5
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid,
arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran
arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus pterygoideus.5
Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di dalamnya
dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin, merupakan suatu
rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang dilapisi epitel.6 Labirin terdiri
dari labirin membran berisi endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam
tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin
tulang ,di antara labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit
tinggi natrium rendah kalium.12 Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars
inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis,
pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus dan
sakus endolimpaticus.5
2
Gambar 4. Skema labirin
Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau indera
pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua organ tersebut
saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka
yang lain akan terganggu.TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri
Koklea
Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput dengan dua
dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral
aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu sistem
dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan
skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi endolimf. Skala vestibuli
dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala media dan skala timpani
3
Gambar 5. Skema labirin
1.3 Epidemiologi
Anak-anak berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena OMSA, dimana frekuensinya akan
berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang usia 18-20 bulan. Pada
usia yang lebih tua, beberapa anak cenderung tetap mengalami OMSA dengan persentase
kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling sering pada usia empat tahun dan awal usia
lima tahun. Kadang-kadang, individu dewasa yang tidak pernah memiliki riwayat
penyakit telinga sebelumnya, namun mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
yang disebabkan oleh adanya infeksi virus juga mengalami OMSA. Pada penelitian
terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media supuratif
akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun
sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3
tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.6
Otitis media adalah masalah global dan ditemukan sedikit lebih sering terjadi pada
pria daripada wanita. Jumlah spesifik kasus per tahun sulit ditentukan karena kurangnya
pelaporan dan perbedaan insiden di banyak wilayah geografis yang berbeda. Insiden
4
puncak otitis media terjadi antara enam dan dua belas bulan kehidupan dan menurun
setelah usia lima tahun. Sekitar 80% dari semua anak akan mengalami kasus otitis media
selama hidupnya, dan antara 80% sampai 90% dari semua anak akan mengalami otitis
media dengan efusi sebelum usia sekolah. Otitis media lebih jarang terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak, meskipun lebih sering terjadi pada sub-populasi
1.4 Etiologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSA dapat diidentifikasi dengan jelas dari
banyak penelitian yang telah dilakukan. Streptokokus pneumoni, Hemofilus influenza dan
1.5 Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan otitis lebih sering terjadi pada anak
dibandingkan dewasa. Tuba eustakius anak berbeda dibandingkan dengan orang dewasa
yakni tuba eustakius anak lebih horizontal dan lubang pembukaan tonus tubarius
dikelilingi oleh folikel limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak dapat mengisi
nasofaring, sehingga secara mekanik dapat menyumbat lubang hidung dan tuba eustakius
Tuba eustakius secara normal tertutup pada saat menelan. Tuba eustakius melindungi
telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase sekresi telinga tengah, dan memungkinkan
keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfer dalam telinga tengah. Obstruksi
mekanik ataupun fungsional tuba eustakius dapat mengakibatkan efusi telinga tengah.
Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi akibat dari infeksi atau alergi dan obstruksi
ekstrinsik akibat adenoid atau tumor nasofaring. Obstruksi fungsional dapat terjadi karena
jumlah dan kekakuan dari kartilago penyokong tuba. Obstruksi fungsional ini lazim
5
terjadi pada anak-anak. Obstruksi tuba eustakius mengakibatkan tekanan telinga tengah
menjadi negatif dan jika menetap mengakibatkan efusi transudat telinga tengah. Bila tuba
eustakius mengalami obstruksi tidak total, secara mekanik, kontaminasi sekret nasofaring
dari telinga dapat terjadi karena refluks (terutama bila membran timpani mengalami
perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama menangis atau bersin. Perubahan
tekanan atau barotrauma yang cepat juga dapat menyebabkan efusi telinga tengah yang
bersifat hemoragik. Bayi dan anak kecil memiliki tuba yang lebih pendek dibandingkan
dewasa, yang mengakibatkannya lebih rentan terhadap refluks sekresi nasofaring. Faktor
lain yaitu respon imun bayi yang belum sempurna. Infeksi saluran nafas yang berulang
juga sering mengakibatkan otitis media melalui inflamasi dan edema mukosa dan
Otitis media dimulai sebagai proses inflamasi setelah infeksi saluran pernapasan atas
akibat virus yang melibatkan mukosa hidung, nasofaring, mukosa telinga tengah, dan
saluran Eustachius. Karena ruang anatomi telinga tengah yang menyempit, edema yang
disebabkan oleh proses inflamasi menghalangi bagian tersempit dari tuba Eustachius yang
dari mukosa yang meradang dan penumpukan sekresi mukosa, yang memungkinkan
terjadinya kolonisasi organisme bakteri dan virus di telinga tengah. Pertumbuhan mikroba
ini di telinga tengah kemudian menyebabkan nanah dan akhirnya terjadi purulensi di
ruang telinga tengah. Hal ini dibuktikan secara klinis dengan membran timpani yang
menonjol atau eritematosa dan cairan telinga tengah bernanah. Ini harus dibedakan dari
otitis media kronis (OMSK) yang muncul dengan cairan kental, berwarna kuning, di
ruang telinga tengah dan membran timpani yang tertarik pada pemeriksaan otoskopi.
6
Keduanya akan menghasilkan penurunan mobilitas TM pada timpanometri atau otoskopi
pneumatik.
media akut. Faktor risiko yang paling umum adalah infeksi saluran pernapasan bagian
atas sebelumnya. Faktor risiko lain termasuk jenis kelamin laki-laki, hipertrofi adenoid
penggunaan empeng, defisiensi imun, refluks gastroesofagus, riwayat orang tua dari OM
Manifetasi klinis dari otitis media supuratif akut berdasarkan stadiumnya antara lain:
timpani kadang tampak normal atau suram. Pada tahap ini biasanya pasien akan
mengeluh pendengaran pada telinga yang bermasalah sedikit berbeda dengan telinga
kemerahan, pada tahap ini biasanya sudah merasakan nyeri telinga dan mulai muncul
demam.
3. Stadium Supurasi: Stadium ini ditandai edema/ bengkak yang hebat disertai
hancurnya sel epitel permukaan mukosa telinga bagian tengah serta terbentuknya
eksudat purulen atau cairan nanah di telinga bagian tengah sehingga membran timpani
7
tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pasien akan merasakan sakit
yang amat sangat dan sulit tidur karena tidak nyaman pada telinganya.
4. Stadium Perforasi: Pada stadium ini terjadi ruptur atau pecahnya membran timpani
sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga.Pasien akan merasa lebih
lega karena nyeri telinga sudah jauh berkurang.Kadang cairan yang mengalir di
telinga bisa bercampur dengan darah karena pembuluh darah yang ada di membran
telinga juga ikut pecah. Demam pada pasien juga sudah mulai turun.
membran timpani dapat menutup, dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan
tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
1.7 Diagnosis
Diagnosis otitis media akut dibuat berdasarkan pada pemeriksaan membran timpani.
Tetapi pada anak pemeriksaan ini mungkin sulit dilakukan karena saluran telinga yang
kecil, adanya serumen dan juga keadaan anak yang tidak kooperatif. Diagnosis OMSA
2) Ditemukanya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu
3) Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya salah
8
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Anak dengan OMSA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun
telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit
makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini ( kecuali keluarnya cairan
dari telinga) tidak sepesifik untuk OMSA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
1.8 Tatalaksana
1.8.1 Farmakologis
menderita suatu infeksi telinga tengah akut harus mendapatkan terapi antimikroba
selama 10-14 hari. Terapi dimulai berdasarkan empiris dengan tujuan memberantas
bakteri yang dijumpai pada OMSA meskipun materi kultur dari telinga tengah tidak
tersedia.
Sebelum tahun 1965, banyak antibiotika yang efektif digunakan untuk otitis
penghasil betalaktamase semakin sering dijumpai pada kultur telinga tengah suatu
24 jam dibagi dalam 3 dosis, atau ampisilin 50- 100mg/kgBB dalam 24 jam dibagi
dalam 4 dosis, minimal selama 10 hari. Pada individu yang alergi terhadap penisilin,
9
kombinasi eritromisin 40mg/kgBB dalam 24 jam dan sulfisoksazol 120mg/kgBB
dalam 24 jam dibagi dalam 4 dosis dapat digunakan dan sama efektifnya dengan
8mg/kgBB dalam satu dosis atau cefprozil 15mg/kgBB dalam 24 jam dalam 2 dosis
kultur bakteri dan tindakan miringotomi dapat dilakukan pada penderita yang tidak
dekongestan oral dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral dapat menghilangkan
sumbatan hidung dan memberikan aerasi tuba eustakius meskipun efikasinya belum
dapat dibuktikan.
1.8.2 Bedah
Miringotomi / Timpanosintesis
oleh Astley Cooper (1802). Schwartze, 50 tahun kemudian mengatakan: “Tidak ada
prosedur bedah lain yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang
selain dengan mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum timpani melalui insisi
10
Ketika terapi antibiotika gagal dan pasien tetap berada dalam sakit yang akut
pada OMSA, tindakan miringotomi ini dapat dilakukan. Prosedur ini merupakan
prosedur terapi yaitu dengan menghilangkan tekanan udara di telinga tengah, dan juga
prosedur yang bertujuan untuk diagnostik karena cairan yang didapat dari tindakan
tengah. Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi dipopulerkan oleh Armstrong (1954).
Sejak saat itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk mempertahankan
Pemasangan pipa ventilasi ini juga merupakan terapi pada otitis media efusi.
Operasi mastoidektomi sederhana ini pertama kali dilakukan pada awal abad
19 dan Jean Petit adalah orang pertama yang mengusulkan untuk melakukan operasi
ini pada raja Perancis, Charles II, yang pada waktu itu mengalami telinga berair
operasi untuk membersihkan korteks mastoid dan membersihkan sistem sel udara
yang terlibat dalam infeksi sehingga memungkinkan terjadinya drainase yang baik
dalam seluruh ruang timpanomastoid yang saat ini dikenal dengan ‘simple
Operasi ini diindikasikan untuk kasus-kasus OMSA yang gagal dengan terapi
antibiotika atau mulai menuju ke mastoiditis koalesen. Operasi ini selain bertujuan
untuk mengevakuasi abses koalesen dari mastoid pada OMSA juga merupakan
11
penatalaksanaan bedah untuk OMSK tanpa kolesteatoma. Seiring dengan kemajuan
pengetahuan, teknik operasi ini tidak hanya dilakukan untuk membersihkan penyakit
pada ruang mastoid tetapi juga untuk memberikan akses ke struktur yang lebih dalam
dari tulang temporal seperti yang dikerjakan dalam operasi implant koklear atau
1.9 Komplikasi
Karena susunan struktur yang kompleks di dalam dan sekitar telinga tengah, komplikasi
yang pernah terjadi sulit untuk diobati. Komplikasi dibedakan menjadi komplikasi intratemporal
dan intrakranial.11
Selain itu, penting untuk membahas pengaruh OM terhadap pendengaran, khususnya pada
rentang usia 6-24 bulan, karena ini merupakan waktu yang penting untuk perkembangan bahasa,
yang berkaitan dengan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif yang diakibatkan oleh OM
kronis atau berulang dapat berdampak buruk pada perkembangan bahasa dan mengakibatkan
masalah bicara berkepanjangan yang membutuhkan terapi wicara. Inilah salah satu alasan American
Academy of Pediatrics dan American Academy of Otolaryngology-Head & Neck Surgery
merekomendasikan pengobatan dini yang agresif untuk OMA berulang. 11
Meningitis
Subdural Abses
Abses otak
Abses/ jaringan granulasi ekstradural
Trombosis sinus sigmoid
Hidrosefalus otitik
12
1.10 Prognosis
Morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan otitis media supuratif akut sangat
tergantung pada terapi yang diberikan. Pada umunya OMSA sangat responsive terhadap
antibiotic.
Prognosis untuk sebagian besar pasien otitis media sangat baik. Kematian akibat
AOM adalah kejadian langka di zaman modern. Karena akses yang lebih baik ke
perawatan kesehatan di negara maju, diagnosis dan pengobatan dini telah menghasilkan
prognosis yang lebih baik untuk penyakit ini. Terapi antibiotik yang efektif adalah
Anak-anak yang mengalami kurang dari tiga episode AOM tiga kali lebih mungkin
13
BAB 3
KESIMPULAN
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu
yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik
dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu
Otitis media terdiri dari 5 stadium yaitu stadium oklusi tuba eustachius, hiperemi,
supurasi, perforasi, dan resolusi. Setiap stadium memberikan manifestasi klinis yang berbeda-
beda.
Terapi utama dari otitis media supuratif akut adalah pemberian antibiotic, selain juga
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s
2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
3. Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In: Ballenger’s
Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth edition. BC Decker Inc. Ontario,
2003, 249-59.
4. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Indonesia. 2007.
http://pediatrics.aappublications.org/content/56/2/285.full.pdf+html
7. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
8. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor).
9. Kumar S, 1996, Surgical anatomy and Physiology,’ In Fundamental of Ear Nose and
15
10. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, 1989,’ Anatomy and Embriology of the Ear,’ In Lee
KJ (Ed). Text Book of Otolaryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver, New York, 1-
22
11. Amina Danishyar; John V. Ashurst.Acute Otitis Media. NCBI. April 30, 2020
16