Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas

kekeluargaan.,Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang

menguasai hajat hiduporang banyak dikuasai oleh Negara. Bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dandipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Demikian pasal 33 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang

Dasar 1945.Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa "dalam pasal 33 tercantum

dasar demokrasie k o n o m i , p r o d u k s i d i k e r j a k a n o l e h s e m u a , u n t u k

semua dibawah pimpinan ataupenilikan anggota-anggota

m a s y a r a k a t . K e m a k m u r a n m a s y a r a k a t - l a h y a n g diutamakan, bukan

kemakmuran orang seorang". Selanjutnya dikatakan bahwa "Bumid a n a i r d a n

kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah

p o k o k - p o k o k kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat".Sehingga, sebenarnya

secara tegas Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya,melarang

adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang-seorang.

Dengankata lain monopoli, oligopoli maupun praktek kartel dalam bidang

pengelolaan sumber dayya alam adalah bertentangan dengan prinsip pasal

33.K e m u d i a n Hak Negara menguasai sumber daya


a l a m d i j a b a r k a n l e b i h j a u h -setidaknya-- dalam 11 undang-

undang yang mengatur sektor-sektor khusus yang m e m b e r i

kewenangan luas bagi negara untuk mengatur dan

menyelenggarakanpenggunaan, persediaan dan pemeliharaan

s u m b e r d a y a a l a m s e r t a m e n g a t u r   hubungan hukumnya. Prinsip ini tertuang

dalam :1. UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960;2. UU Pokok Kehutanan No. 5 tahun 1967;3.

UU Pokok Pertambangan No. 11 tahun 1967;4. UU Landasan kontinen No. 1 tahun 1973;5. UU

No. 11 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Pengairan;6. Uu 13 tahun 1980 tentang Jalan;7.

UU No. 20 tahun 1989 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan;8. UU No.

4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

LingkunganHidup;9. UU No. 9 tahun 1985 tentang Ketentuan Pokok Perikanan;10. UU No. 5

tahun 1984 tentang Perindustrian; dan11. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

Hayati.

B. Rumusan masalah 

bagai mana Analisis hukum mengenai sistem ekonomi menurut pasal 33

C. Tujuan

mengetahui tentang sistem hukum ekonomi menurut pasal 33


BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Pancasila

Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional

economics) yang menjungjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai

idiologi Negara yang kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-sendiri, menjadi

rujukan setiap orang Indonesia. Jika Pancasila mengandung 5 asas, maka semua

substansi sila Pancasila (1) etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4)

kerakyatan/demokrasi, dan (5) keadilan social, harus di pertimbangkan dalam

model ekonomi yang disusun. Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya,

sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai caranya, maka sila kelima Pancasila

adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.

Di era glabalisasi ini arus perubahan Negara-negara di dunia telah mengarah

kepada homogenisasi paradigma kehidupan, yaitu universalisasi liberalisme. Di

bidang politik, demokrasi liberal telah menjadi wacana utama, sedangkan di di

bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapitalisme global

menjadi arus utama.

Indonesia ebagai Negara yang sedang berkembang telah mulai berkenalan

dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian era Orde baru yang
menjadikan paradigma pertumguhan ekonomi (economic growth) menjadi

panglima. Krisis devaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi krisis moneter

sepanjang 1997-1998 telah membutakan mata bahwa pondasi perekomomian

Indonesia yang dibangun atas dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Namun, di

era reformasi ini, kesadran demikian tidak malah membangkitkan semangat di

kalangan pemerintahan untuk mencari alternative system perekonomian yang

manusiawi dan berkeadilan sosial, justru sebaliknya, saat ini Indonesia mengalami

berbagai dentumen arus neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi,

privatilasi, dan liberalisasi perdagangan.

Di sisi lain, muncul perkembangan menariok dengan wacanakannya system

Ekonomi Pancasila yang merupakan sistem ekonmi yang belandasan dan dijiwai

spirit nilai-nilai Pancasila. Pandangan sistem ini yang bisa dilacak dari ide-ide

Bung Hatta, salah seorang proklamator RI. Senada dengan pesan pasal 33 UUD

1945 dan berbasiskan nilai-nilai sosio-religio-budaya masyarakat Indonesia.

Disinilah perlunya menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17 tahun

sebelum menulis karyanya Inquiry Into Nature and Causes Of The Wealth of

Nations (1776) yang kemudian menjadi “kitab suci” ideology kapitalisme, telah

menulis The teory of Moral Sentiments (1759). Di dalam karya terdahulunya,

terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ekonomi sama sekali tidak

lepas dari factor-faktor etika. Dalam buku ini. Smith mencoba mengembangkan

ilmu ekonomi yang tidak saja bermoral namun jga mendesain aspek
kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan Ekonomi Pancasila parallel dengan

pemokiran Smith.

Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), Sistem Ekonomi Pancasila dicarikan

oleh lima hal sebagai berikut :

1. Koperasi adalah sokogru perekonomian nasional

2. Manusia adalah “economic man” social and religions man”

3. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan kemerataan sosial.

4. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian nasional

yang tangguh.

5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi

perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.

Meskipun dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya sistem

perekonomian yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber darinya. Setelah

dicengkrami sistem ekonomi komando di era Orde Lama yang bercorak

sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi pasar

yang bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan kapitalisme pun semakin

menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal yang datang melalui agen-

agen kapitalisme global seperti World Bank dan IMF setelah Indonesia

mengalami krisis moneter.

Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi penelikungan sitem

ekonomi nasional sehingga Pancasila sebagai dasar Negara belum sepenuhnya


menjiwai sistem perekonomian Negara ini, baik oleh faktor eksternal yang

dimotori oleh World Bank dan IMF maupun oeh faktor internal yang bersifat

neoliberal dan kalangan intelektual ekonomi dengan pemikiran-pemikirannya.

Dalam prakteknya, menurut Mubyanto (Kepala PUSTEK UGM), fakultas

ekonomi sebagai gedung pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbsng 3 dosa

dalam pengajarannya yang berperan memperparah marginalisasi Ekonomi

Pancasila, yaitu :

1. Bersiat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonomi kalsik Adam Smith. Konsep

Smith tentang Manusia Sosial (homococius, tahun 1759) dilupakan atau tidak

diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada tahun 1776 (manusia sebagai

homoeconomicus) dipuja puji secara membabi buta.

2. Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik di ajarkan secara penuh,

sedangkan metode analis induktif diabaikan. Hal demikian bertentangan dengan

pesan Alfred Marshall dan gustave Schmoler, dua tokoh ekonomi neoklasik,

untuk memakai dua metode secara serentak laksana dua kaki.

3. Ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih iarahkan untuk menjadi ilmu

ekonomi matematika. Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Sciense.

Ilmu ekonomi dapat dikembangkan menjadi salah satu atau gabungan dari

cabang-cabang ilmu berikut : (a) ekonomi sebagai ilmu sosial (social science); (b)

ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science); (c) ekonomi sebagai ilmu

prilaku (behavioral science); (b) ekonomi sebagai ilmu politik (political science);

dan (f) ekonomi sebagai ilmu moral (moral science).


Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi bukan-

bukan, bukan kapitalisme juga sosialime, menawarkan garapan berupa sistem

perekonomian alternative yang bersifat komprehensif integral bagi jutaan

masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaksud

dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Sejak repormasi, terutama sejak SI-MPR 1998, menjadi populer istilah

Ekonomi Kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang harus diterapkan di Indonesia,

yaitu sistem ekonomi yang demokrasi yang melibatkan seluruh kekuatan ekonomi

rakyat. Mengapa ekonomi rakyat bukan ekonomi rakyat atau ekonomi Pancasila?

Sebabnya adalah karena kata ekonomi rakyat dianggap berkonotasi komunis

seperti di RRC (Republik Rakyat Cina). Sedangkan ekonomi Pancasila dianggap

telah dilaksanakan selama Orde Baru yang terbukti gagal.

Pada bulan Agustus 2002 bertepatan dengan peringatan 100 tahun Bung Hatta,

UGM mengmumkan berdirinya Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) yang

akan secara serius mengadakan kajian-kajian tentang Ekonomi Pancasila dengan

penerapan di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah-daerah. Sitem

Ekonomi Pancasila yang bermoral, manusiawi, nasionalistik, demokratis dan

berkeadilan, jika diterapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan

membantu terwujudnya keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan

sosial masyarakat.

Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang

mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam sitem Ekonomi
Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan) ekonomi

rakyat sehingga terwujud kemeralatan sosial dalam kemakmuran dan

kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratais yang

melibatkan semua orang dalam proses produksi dan hasilnya dinikmati oleh

semua warga orang dalam proses produksi dan hasilnya dinikmati oleh semua

warga masyarakat.

Aturan main sitem ekonomi Pancasila yang lebih ditekankan pada sila ke 4

(Kerakyatan yang dipimpin olek hikmat kebuijaksanaan dan

permusyawaratan/perwakilan) menjadi selogan baru yang di perjuangakan sejak

eformasi. Melalui gerakan reformasi banyak kalangan terhadap hukum dan moral

dapat dijadikan landasan pikir dan landasan kerja. Sitem ekonomi kerakyatan

adalah sistem ekonomi yang memihak pada dan melindungi kepentingan ekonomi

rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem dari ekonomi Pancasila,

yang diharapkan mampu meredam akses kehidupan ekonomi yang liberal.

B. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pembangunan di Bidang Ekonomi

UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaanya bahwa salah satu tujuan negara

Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasab di atas tidak

terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu bahwa

negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Karena pembukaan UUD 1945 bserta seluruh pokok-pokok pikiran yang

terkandung di dalamnya menjiwai Batang Tubuh UUD, maka tujuan itupun


dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal seperti dalam pasal 23, pasal 27 serta

pasal 33 dan 34. namun demikian, diantara pasal-pasal yang paling pokok dan

melandasi usaha-usaha pembangunan di bidang ekonomi pasal 33.

Pasal 33 tersebut menyatakan sebagai berikut :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekelurgaan.

2. Cabang-Cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terjkandung di dalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Mengenai pasal ini penjelasan UUD mengatakan : “ Dalam pasal 33 tercantum

dasar demokrasi ekonomi, produksi di kerjakan oleh semua. Untuk semua di

bawah pimpinan atau pemikiran anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran

masyarakatlah yang di utamakan, bukan kemakmuran orang-seorang, sebab itu

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.

Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua

orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

mengusai hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tuympuk

produksi jatuh ketangan orang-orang yang banyak ditindasinya. Hanya perusaan

yang tidak mengusasi hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-orang.

Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal yang amat penting karena pasal ini

menjadi landasan dan pangkal tolak bagi pembangunan ekonomi. Bahwa masalah

perekonomiandi cantumkan dalam suatu pasal di bawah Bab mengenai

Kesejahteraan Sosial, mempunyai makna yang dalam dan menunjukan dengan

jelas bahwa tujuan ekonomi nasional adalah untuk kesejahteraan sosial dan

kemakmuran bagi rakyat banyak dan bukan untuk orang perorangan atau suatu

golongan. Dalam pasal 33 UUD 1945 ini pula di tegaskan asas demokrasi

ekonomi dalam dalam perekonomian Indonesia.

Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 tersebut, GBHN menggariskan bahwa

pembangunan di bidang ekonomi yang di dasarkan kepada Demokrasi Ekonomi

menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan

pembangunan. Sedangkan Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan

bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat

bagi perkembangan dunia usaha. Sebaliknya dunia usaha perlu memberikan

tangggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut

dengan sigiat-giatnya yang nyata.

Demokrasi ekonomi sebagai dasar pelaksanaan pembangunan memiliki ciri-

ciri positif yang perlu terus menerus dipupuk dan dan di kembangkan.

Ciri-ciri positif tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas


kekeluargaan.

2. Cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak di kuasai oleh Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh

Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Sumber-sumber Kekayaan dan keungan Negara digunakan dengan

permufakatan lembanga-lembaga Perwakilan Rakyat, serta pengawasan terhadap

kebijaksanaannya ada pada lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat pula.

5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilikh dalam memilih pekerjaan

yang dikehendaki serta mempunyai hak dan penghidupan yang layak.

6. Hak milik perorangan diakui dan dimanfaatjannya tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan masyarakat.

7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi warga Negara diperkembangkan sepenuhnya

dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

8. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Sebaliknya, dalam Domokrasi Ekonomi harus dihindari timbulnya ciri-ciri negatif

sebagai berikut :

1. Sistem free Fight Liberalime yang membutuhkan eksploitasi terhadap manusia

dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan

mempertahankan kelemahan stuctural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia.

2. Sistem etatisna dalam nama Negara beserta aparatur ekonomi Negara bersifat
dominant serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit

ekonomi sector Negara.

3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli

yang merugikan masyarakat.

Dalam mengembangkan kopresi, Presiden mengatakan dalam pidato

kenegaraan tanggal 16 Agustus 1983 : “Dalam rangka mendorong prakarsa dan

partisipasi rakyat itu, pengembangan koperasi merupakan usaha yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi dalam tanggung jawab kita bersama untuk melaksanakan

semangat dan kehendak pasal 33 UUD. Dalam Repelita IV koperasi harus

semakin l;uas dan berakar alam masyarakat, sehinga koperasi secara bertahap

dapat menjadi salah satu sokoguru perekonomian nasional kita. Untuk itu peranan

dan usaha koperasi perlu ditingkatkan dan diperluas bebagai sector. Seperti sector

pertaniaan, perindustrian, perdagangan, angkutan, kelistrikan, dan lain-lain.

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan koperasi dibergaigai bidang tadi, maka

akan di dorong dan dikembangkan kerjasama anatara koperasi dengan usaha

swasta dan usaha Negara. Di samping itu juga kita akanlanjutkan penggunaan

koperasi fungsional seperti koperasi buruh dan kariawan perusahaan, koperasi

pegawai negeri, koperasi mahasiswa dan sebagainya sehingga koperasi makin

memasyarakat dan makin membudaya.

Dengan demikian terhadapt tiga unsur penting dalam tata perekonomian yang

di susun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam Demokrasi
Ekonomi yang sector Negara, sector swasta dan koperasi. Ketiga sector ini harus

dikembangkan secara serasi dan mantap.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


Maka tidaklah mengherankan mengapa tidak hanya Hukum Ekonomi amburadul,tetapi

juga kehidupan ekonomi kita begitu sulit “tinggal landas”, kalau “landasan”nyasaja belum ditata

dengan baik dan mantap.Oleh sebab itu di samping berbagai aspek Hukum Ekonomi yang lain,

yang tentu

 juga harus diprioritaskan adalah pengaturan berbagai lbentuk usaha (korporasi)pelaku ekonomi

di samping berbagai kontrak, termasuk berbagai hibridanya yangsekarang sudah dikembangkan,

untuk menjaga kepastian hukum, kebenaran dankeadilan bagi semua pihak yarlg terlibat dalan

proses perekonomian dalam dan luar negeri.Juga tidak boleh dilupakan penelitian-penelitian dan

pembahasan berbagai aspekHukum Ekonomi lnternasional dan Regional yang mempengaruhi

perekonomianIndonesia, baik secara positif, tapi lebih sering lagi secara negatif, seperti antara

lainaspek-aspek hukum dari Letters of Intent dengan IMF, World Bank, dan lain-lainperjanjian

internasional seperti GATT-WTO, AFTA, ASAF dan lain sebagainya.Tampaklah bahwa tidak

hanya bidang Ekonomi harus ditangani secara konseptual,sistemik dan profesional, tetapi bidang

Hukum Ekonomi pun mau tidak mau jugaharus dipelajari, ditekuni, dibahas dan dikembangkan

secara konseptual, sistemikdan profesional, sejalan, searah dan sederap dengan kebijaksanaan

danpengambilan keputusan di bidang ekonomi.Semoga, Seminar Hukum Nasional VIII ini


menjadi titik mula bagi kesadaran ini, dantitik awal bagi kerjasama yang baik dan sinergis antara

para ahli dan pengambilkeputusan di bidang ekonomi dengan para ahli dan pengambil

keputusan (baik dibidang legislatif, eksekutif, yudikatif dan pengawasan) di bidang hukum,

demikebangkitan bangsa dari keterpurukan ekonomi, politik, hukum, hankam mau punsosial

politik sejak tahun 1977


DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomirakyat.com

http://ezzelhque.multiply.com

http://indonesia.archle.net

http://mudrajat.com

Drs, Kansil:C.ST,S.H.1990. Hidup Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:Erlangga.

Drs. Kansil, C.S.T,S.H. 1996. Pancasila. Jakarta: Sinar Garfika.

Tim Penataran. 1986. Bahan Penataran> Mutiara Sakti Utama.

Anda mungkin juga menyukai