RINGKASAN MATERI
MATA KULIAH HUKUM INTERNASIONAL
DOSEN ANITA YULIASTINI, SH, MH.
RIYAN
NIM : 1910117107
JURUSAN : HUKUM
b. Tahta Suci
Tahta Suci (Vatikan) sejak dulu merupakan subjek hukum internasional. Hal ini
merupakan peninggalan sejarah masa lalu. Paus bukan hanya Kepala Gereja
Roma. Namun, memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga saat ini Tahta Suci
memiliki perwakilan diplomatik di banyak ibu kota negara, termasuk Jakarta.
Tahta Suci adalah subjek hukum dalam arti penuh karena memiliki kedudukan
sejajar dengan negara. Kedudukan seperti itu terutama terjadi setelah
diadakannya perjanjian antara Italia dan Tahta Suci pada tanggal 11 Februari
1929 yang dikenal dengan perjanjian Lateran (Lateran Treaty). Berdasarkan
perjanjian itu, pemerintah Italia mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada
Tahta Suci. Dalam sebidang tanah itu kemudian didirikan Negara Vatikan.
d. Organisasi Internasional
Organisasi Internasional berkedudukan sebagai badan hukum internasional
yakni suatu badan yang berkedudukan sebagai subjek hukum internasional dan
dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Hak dan
kewajiban organisasi internasional dibatasi oleh tugas organisasi internasional
tersebut.
Organisasi internasional juga meliputi lembaga-lembaga internsaional non-
pemerintah atau disebut Non-Government Organization (NGO), misalnya Green
Peace dan Transparancy Internasional.
Pembahasan
Menurut Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, sumber hukum
dibagi menjadi 5 hal, sbb :
1. Perjanjian internasional yang di dalamnya terdapat ketentuan hukum yang
telah diakui secara tegas oleh negara yang bersengketa. Contohnya
Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik pada 1969.
2. Kebiasaan internasional sebagai bukti atas suatu kebiasaan umum yang
telah diterima sebagai hukum. Contohnya kebiasaan memberi sambutan
kehormatan kepada tamu negara lain dengan tembakan meriam.
3. Prinsip hukum umum yang diakui sebagai landasan hukum di seluruh
dunia. Contohnya prinsip Yurisprudensi Domestic dan prinsip
Resiprositas.
4. Keputusan pengadilan dapat berupa keputusan yang tidak berdasarkan
pada pelaksanaan hukum positif, tetapi berdasarkan pada prinsip keadilan
dan kebenaran.
5. Ajaran para ahli/sarjana yang sering kali dikutip untuk memperkuat
argumen mengenai kebenaran dari suatu norma hukum.