Anda di halaman 1dari 37

MASALAH PERAWATAN PADA PASIEN AMPUTASI

OLEH

KELOMPOK 5

KELAS 3.4

I KOMANG WAHYU ARDIASA (P07120018123)

DESAK MADE UTARI DEVI (P07120018127)

I KADEK YOGA ARI SURYA (P07120018156)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
berkat, rahmat, dan karuniaNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AMPUTASI” tepat pada waktunya. Adapun
makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah (KMB) II.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan saran, petunjuk, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Karena keterbatasan dan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 3 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang di hadapi pasien melalui
berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi
oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memenuhi kebutuhan fisik
semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri pasien
secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif,
tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan
diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh
tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa
dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena  penyumbatan arteri yang sebagian
besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5%
amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada
kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .
Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan
untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki
kualitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka  pasien
akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif dalam
rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan  penyusuaian besar. Persepsi
pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim  perawat kesehatan. Pasien harus
menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus di selaraskan
sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat
perubahan citra tubuh.

4
II. Rumusan Masalah

Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan amputasi ?

III. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
amputasi itu sendiri, pengobatan setelah amputasi dengan cara yang tepat dan
dukungan yang perlu diberikan pada klien yang mengalami amputasi.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar amputasi yang
meliputi pengertian Amputasi, klasifikasi, Anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan,
Patwhay, pemeriksaan penunjang.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada
klien dengan amputasi yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi  pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis  bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
 Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
 Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.

6
 
 Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
 Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana  pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
 Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
 Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi Bawah
Lutut (BL), dan Syme.
 Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
 Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang
dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan
terbuka untuk mengalir.
 Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
7
3. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab


terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem
ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
a. Tulang
 Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup
yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik
(terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari
bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.
1. Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang) Frontal 1
Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1

8
Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari
5 tl) 1
Korkigis (penyatuan dr
3-5 tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum                           
      1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa  2 (setiap os 2 tulang
coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10

9
Phalanx 28
Total 206 tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
 Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
 Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat padanya.
 Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
 Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.

 Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
 Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
 Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
 Tulang pipih pada tengkorak dan iga
 Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan
rahang.
 Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
 Tulang didahului oleh model kartilago.
 Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam
korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.
 Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).
Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
 Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.
 Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong
sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk

10
membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
 Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
 Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.

b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,
tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
 Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
 Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
 Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi
sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.

c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma
mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu
(berkontraksi).

11
Ciri-ciri otot yaitu :
 Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter
sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
 Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
 Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
 Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.

4. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
 Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
 Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
 Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
 Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
 Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
 Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
 Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
 Deformitas organ.

12
5. Patofisiologi
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan
metode :  
 Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di
mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi.
 Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau
di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di
amputansi.

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain :
 Nyeri akut
 Keterbatasan fisik
 Pantom snydrom e
 Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
 Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung
berdiam diri

7. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit. Karena
adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi
luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.

13
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan amputasi yaitu
 Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran
darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis), status
peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi
otot dan kulit sangat  penting untuk penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan
darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat
berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas
konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah
pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan
dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
 Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa
tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan  penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya.

14
Perawatan pasca amputasi yaitu : 
 Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis
harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya
iskemik.
 Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab
dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
 Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan,
angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
 Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau  berbaring
atau duduk lama dengan fleksi lutut.
 Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur
lutut dan paha.

15
9. Pathway

16
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : 
 Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang  
 CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
 Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /  perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan  jaringan setelah
amputansi
 Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
 Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
 Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
 Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga  proses
infeksi

17
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien mengatakan nyeri
pada luka, mengalami gangguan pada sirkulasi dan neurosensori, serta memiliki
keterbatasan dalam beraktivitas.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan),
lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), kaji
apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit jantung, penyakit gagal ginjal
dan penyakit paru.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama, kaji
apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun menggunakan obat-obatan.

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
 TD : Biasanya normal (120/80mmHg)

18
 Nadi : Biasanya normal
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya normal (36-37 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda
iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau
benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
 Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot

19
2. Diagnosa
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d pencedera fisik d.d pasien tampak meringis pasien sulit tidur
2. Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk tubuh d.d fungsi/struktur tubh
berubah/hilang, mengungkapkan perubahan gaya hidup

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
pencedera fisik intervensi (Manajemen Nyeri) (Manajemen Nyeri)
d.d pasien keperawatan a. Observasi a. Observasi
tampak selama ...x... jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui

meringis pasien maka tingkat nyeri karakteristik, lokasi, durasi,


sulit tidur menurun dengan durasi, frekuensi, frekuensi,
Kriteria hasil : kualitas, intensitas kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri nyeri nyeri
menurun
2. Meringis 2. Mengetahui
menurun rentang skala
3. Sikap protektif 2. Indentifikasi skala nyeri pasien
menurun nyeri

4. Gelisah 3. Mengetahui
menurun respon rasa nyeri
5. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respon pasien secara
menurun nyeri non verbal objektif
6. Frekuensi nadi
membaik 4. Mengetahui faktor
7. menarik diri penyebab nyeri

20
menurun-     4. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan 5. Mengetahui
nyeri kemampuan
pasien mengenai
5. Identifikasi nyeri
pengetahuan dan
keyakinan tentang 6. Mengetahui latar
nyeri belakang respon
nyeri
6. Identifikasi budaya
terhadap respon 7. Mengetahui
nyeri dampak nyeri
terhadap pasien
7. Identifikasi
pengaruh nyeri 8. Mengetahui
kualitas hidup tindakan
pendukung dalam
mengurangi rasa
8. Monitor nyeri
keberhasilan terapi
komplementer 9. Mengetahui
yang sudah dampak samping
diberikan penggunaan
analgetik terhadap
nyeri

b. Terapeutik
9. Monitor efek 1. Memberikan
samping tindakan
penggunaan pendukung
analgetik dalam
meredakan nyeri

21
b. Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri ( mis.
TENS, hipnosis, 2. Menjaga dan
akupresure, Terapi merawat keadaan
musik, lingkungan
biofeadback, terapi pasien
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi 3. Memberikan
terbimbing, kenyamanan
kompres terhadap pasien
hangat/dingin,terap
i bermain) 4. Mengindentifika
si kemampuan
2. Kontrol jenis nyeri dalam
lingkungan yang proses
memperberat rasa meredakan nyeri
nyeri
(mis. Suhu c. Edukasi
ruangan, cahaya, 1. Memberikan
kebisingan) tindakan dalam
meredakan nyeri
3. Berikan fasilitasi 2. Mengetahui
istirahat tidur penyebab, lama
dan pemicu
respon nyeri
4. Pertimbangkan 3. Mengajarkan
jenis dan sumber pasien cara
nyeri dalam mengetahui
pemilihan strategi respon nyeri
secara mandiri
22
4. Mmebantu
c. Edukasi pasien
1. Jelaskan strategi mengurangi rasa
meredakan nyeri nyeri
2. Jelaskan penyebab,
periode, pemicu
nyeri 5. Memberikan
tindakan
pendukung atau
3. Anjurkan latihan dalam
memonitor nyeri meredakan rasa
secara mandiri nyeri

d. Kolaborasi
1. Melakuakan
kolaborasi
4. Anjurkan dengan apoteker
menggunakan dalam pemberian
analgetik secara obat analgetik
tepat

5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (teknik
napas dalam)

d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
23
perlu

2. Gangguan citra Setelah dilakukan Label SIKI Label SIKI


tubuh b.d asuhan PROMOSI CITRA PROMOSI CITRA
perubahan keperawatan 1 x 24 TUBUH TUBUH
bentuk tubuh jam di harapkan 1. Observasi 1. Observasi
d.d peningkatan citra  Identifikasi  Untuk
fungsi/struktur tubuh dengan harapan citra mengetahui
tubh kriteria hasil sbb : tubuh perkembanga
berubah/hilang,  Melihat bagian berdasarkan n tubuh
mengungkapka tubuh membaik tahapan
n perubahan  Menyentuh perkembangan
gaya hidup bagian tubuh  Identifikasi  Untuk
meningkat budaya, agama, mengetahui
 Verbalisasi jenis kelamin, biodata jelas
peraaan negatif dan umur pasien
tentang tubuh terkait cidera
menurun tubuh
 Verbalisasi  Identifikasi  Untuk
kecacatan perubhan citra mengetahui
bagian tubuh tubuh yang kesiapan
membaik mengakibatkn pasien
 Verbalisasi isolasi sosial terhadap
kehilangan  Monitor apakah kehilangan
bagian tubuh pasien bisa tubuhnya
membaik melihat bagian  Untuk
 Hubungan tubuh yang mengetahui
sosisal berubah apakah pasien
membaik 2. Terapiutik siap dengan
 Menyembunyk  Diskusikan diri sendri
an bagian perubahan 2. Terapiutik
tubuh yang tubuh dan  Memberi
berlebihan fungsinya dukungan

24
menurun  Diskusikan agar klien
 Fokus pada perbedaan tidak merasa
bagian tubuh penampilan sendiri.
menurun fisik terhadap  Membantu
 Fokus pada harga diri klien dalam
pernampilan  Diskusikan penerimaan
masa lalu perubahan dirinya
menurun akibat pubertas,  Untuk
 Fokus fada kehamilan, dan membantu
kekutan masa penuaan pasien dan
lalu menurun  Diskusikan cara keluarga
mengembangka mengetahui
n harapan citra masa tumbuh
tubuh secara manusia
realistis  Untuk
3. Edukasi mengembang
 Jelaskan kepada kan wawasan
keluarga terkait dengan
tentang citra tubuh
perawatan 3. Edukasi
perubahan citra  Untuk
tubuh memberi tahu
 Anjurkan keluarga cara
mengungkapka merawat
n gambaran diri berubahan
terhadap citra citra tubuh
tubuh  Untuk
 Anjurkan mengetahui
menggunakan kekurangan
alat bantu (mis. diri sendiri
Pakaian,  Untuk
kosmetik) memperkuat
 Latih fungsi percaya diri

25
tubuh yang pasien
dimiliki  Untuk melatih
 Latih dan kekuatan
peningkatan oragan tubuh
penampiolan yang hilang
diri (mis.  Untuk
Berdandan) meningkatkan
percaya diri
dan belajar
untuk
menerimanya

4. Implementasi
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata
untuk mencapai hasil yang diharapkan.Tindakan harus bersifat khusus agar semua
perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam
implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat
mendelegasikan kepada perawat lain dipercaya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

A. Pengkajian

I. Identitas Diri Klien

Nama : Tn. I

26
Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Mitra Utama C1 No. 4A

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Hindu

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk RS : 7 Januari 2020

Diagnosa Medis : Amputasi bawah lutut (BL)

II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama Saat Masuk RS

Klien masuk RS pada tanggal 7 Januari 2020, klien mengatakan bahwa ia memiliki
luka yang tak kunjung sembuh pada kaki kanannya. Klien juga mengatakan bahwa ia
merasakan nyeri yang hebat pada lukanya.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 7 Januari 2020 klien mengatakan bahwa
nyeri pada kaki kanannya, nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk-tusuk dan
terdapat nyeri tekan pada kaki kanan klien, klien tampak meringis dan gelisah menahan nyeri
tersebut. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia merasa takut akan dilakukan operasi,
klien selalu bertanya-tanya kepada perawat ataupun dokter tentang penyakitnya, klien
nampak cemas dan ketakutan, klien juga mengatakan bingung dan tidak tahu tentang
penyakitnya. Klien juga mengatakan bahwa ia merasa malu karena akan dilakukan amputasi,
klien juga mengatakan bahwa ia takut tidak bisa bekerja lagi, selain itu klien juga
mengatakan bahwa ia merasa sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain setelah dilakukan
amputasi nanti. Klien tampak sedih, klien tampak murung dan menarik diri.

Adapun hasil pemeriksaan TTV klien yaitu :

TD : 110/70mmHg S : 37.5°C

N : 76x/i RR : 20x/i

Sedangkan hasil dari pengkajian nyeri yaitu :

P : Adanya luka kronis yang telah terinfeksi

27
Q : Seperti tertusuk

R : Kaki kanan

S:7

T : Hilang timbul

Adapaun hasil pemeriksaan fisik dari kaki kanan klien yaitu :

Inspeksi : Terdapat luka terbuka yang telah terinfeksi yang ditandai dengan
adanya warna kemerahan dan edema disekitar luka klien sehingga menyebabkan
terjadinya ketidaksimetrisan antara kaki kiri dan kanan klien.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan dan terasa hangat di sekitar luka klien

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan satu bulan yang lalu yang
menyebabkan kaki kanan klien luka parah, lalu klien dibawa ke puskesmas untuk pertolongan
pertama. Sejak saat itu kaki sebelah kanan klien sering mengalami nyeri dan lukanya tak
kunjung sembuh. Saat nyeri klien hanya beli obat di apotek, minum jamu/herbal. Namun
seiring berjalannya waktu, rasa nyeri dan luka yang dialaminya semakin parah, itulah
mengapa pada 7 Januari 2020 klien datang ke RS untuk berobat.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dengan klien.

III. Pengkajian Saat Ini

1. Tanda-Tanda Vital

TD : 110/70mmHg S : 37.5°C

N : 76x/i RR : 20x/i

2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Bentuk bulat, rambut hitam sedikit ikal, kepala bersih tidak ada
ketombe namun sedikit berminyak.

28
Palpasi :Tidak ada massa, benjolan ataupun lesi
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :Sklera an ikterik dan conjungtiva an anemis
4. Telinga
Inspeksi :Daun telinga dan liang telinga bersih
5. Hidung :Hidung simetris, membran mukosa lembab dan bersih, tidak ada alergi
6. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi :Mulut bersih, mukosa bibir lembab, lidah dan gigih bersih
7. Leher
Inspeksi : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
8. Thorax/Paru
Inspeksi :Bentuk normal, warna kulit sawo matang
Palpasi :Vocal remitus tidak teaba
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas vesikuler
9. Kardiovaskuler
Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung kanan di RIC II LPSD dan batas jantung kiri di RIC IV
LMCS
Auskultasi :Bunyi jantung I dan II normal
10. Abdomen
Inspeksi :Perut normal dan tidak membuncit
Palpasi :Tidak ada massa ataupun nyeri tekan
Perkusi :Tympani (-)
Auskultasi :Bising usus 5x/i
11. Neuorologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
12. Kulit :Warna kulit sawo matang, adanya lesi dan jaringan parut pada kaki
kanan klien, CRT 3 detik.
13. Ekstremitas :Adanya luka terbuka yang telah terinfeksi pada kaki kanan klien yang
ditandai dengan adanya edema dan warna kemerahan disekitar luka.

IV. Pola Nutrisi


1. TB : 160cm BB : 68kg Sakit : TB 160cm BB : 68kg
2. Frekuensi makan : 3xsehari Sakit : 3xsehari
3. Porsi makan : Normal Sakit :Normal

V. Pola Istirahat dan Tidur

1. Waktu tidur : 22.00wib Sakit : 22.00wib


2. Lama tidur : 6-7 jam/hari Sakit : 6-7 jam/hari
3. Kesulitan dalam tidur : Tidak ada Sakit : Saat nyeri pada kakinya timbul

29
4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


 Makan / minum  √        
 Toileting   √       
 Berpakaian  √        
 Mobilitas di tempat tidur  √        
 Berpindah  √      
 Ambulansi / ROM  √      

5. Informasi Penunjang
1. Diagnosa Medik : Amputasi bawah lutut (BL)
2. Therapy Pengobatan : Ranitidine (2x1), Ondansentron (2x1), Dexketoprofen (2x1)
3. Pemeriksaan Diagonostik
 Laboratorium :
- Hemoglobin 12.5gr/dl (14-18 gr/dl)
- Leukosit 12.900 mm3 (5.000-10.000 mm3)
- Trombosit 450.000 mm3(150-400.000 mm3)
- Hematokrit 48% (40-48%)

ANALISA DATA

No Data Fokus Kemungkinan penyebab Masalah keperawatan

1 DS : Pasien mengatakan nyeri Kondisi pembedahan NYERI AKUT


pada bagian kaki kanan

DO :

- Pasien tampak meringis

- Pasien tampak gelisah


Agen pencedera fisik
- Pasien tampak
kesulitan untuk tidur

- Sekala nyeri 7 dari skala


(0-10)

- TTV
Nyeri akut
 S : 37,5ᵒC

 TD : 110/80

 N : 80 x/menit

30
 RR : 20 x/menit

Klien klien tampak

Mengeluh meringis

nyeri

DS : Pasien mengatakan dirinya


tidak tau mau gimana dan belum
2 siap atas musibah ini amputasi Gangguan citra tubuh

DO :

- Pasien tampak bingung

- Pasien tampak ingin perubahan strukrur tubuh


mencederai diri

gangguan citra tubuh

klien fungsi/

mengatakan strukrur

kehilangan tubuh beru

bagian tubuh bah

31
e. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d pencedera fisik d.d pasien tampak meringis pasien sulit tidur
2. Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk tubuh d.d fungsi/struktur tubh
berubah/hilang, mengungkapkan perubahan gaya hidup

f. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri Akut b.d Setelah di Label SIKI Label SIKI
pencedera fisik Manajmen Nyeri Manajmen Nyeri
lakukan asuhan
d.d pasien 1. Observasi 1. Observasi
keperawatan
tampak meringis  Identifikai lokasi,  Untuk
pasien sulit tidur selama 1 x 24 karakteristik, durasi, menentukan
frekuensi, intervensi
jam di
kualitas,intensitas selanjutnya
harapkan nyeri
nyeri  Untuk
hilang /  Identifikasi skala mengetahui

berkurang nyeri sekala nyeri


2. Terapiutik 2. Terapiutik
dengan kriteria
 Fasilitasi istirahat  Untuk
hasil : dan tidur menambah rasa

 Keluhan  Kontrol nyaman dan


lingkungan yang mengurasi rasa
nyeri
memperberat rasa nyeri
menurun nyeri (mis, suhu  Untuk

 Meringis ruangan, meminimalisir raa


pencahayaan, nyeri
menurun
kebisingan)
 Gelisah 3. Edukasi 3. Edukasi

menurun  Jelaskan  Supaya pasien


penyebab, periode dan keluarga
 Nadi
dan pemicu nyeri mengetahui
mebaik  Jelaskan strategi penyebab nyeri

32
     meredakan nyeri  Untuk
4. Kolaborasi menghilangkan
 Kolaborasi rasa nyeri secara
pemberian analgetik, mandiri
jika perlu 4. Kolaborasi
 Obat pereda
nyeri
2. Gangguan citra Setelah Label SIKI PROMOSI Label SIKI
diri b.d dilakukan CITRA TUBUH PROMOSI CITRA
perubahan asuhan 4. Observasi TUBUH
bentuk tubuh d.d keperawatan 1  Identifikasi 4. Observasi
fungsi/struktur x 24 jam di harapan citra  Untuk
tubh harapkan tubuh mengetahui
berubah/hilang, peningkatan berdasarkan perkembanga
mengungkapkan citra tubuh tahapan n tubuh
perubahan gaya dengan kriteria perkembangan  Untuk
hidup hasil sbb :  Monitor apakah mengetahui
 Melihat pasien bisa kesiapan
bagian melihat bagian pasien
tubuh tubuh yang terhadap
meningkat berubah kehilangan
 Menyentuh 5. Terapiutik tubuhnya
bagian  Diskusikan 5. Terapiutik
tubuh perubahan tubuh  Memberi
meningkat dan fungsinya dukungan
 Verbalisasi  Diskusikan agar klien
peraaan perbedaan tidak merasa
negatif penampilan fisik sendiri.
tentang terhadap harga  Membantu
tubuh diri klien dalam
menurun 6. Edukasi penerimaan
 Jelaskan kepada dirinya
keluarga tentang 6. Edukasi
perawatan  Untuk
33
perubahan citra memberi tahu
tubuh keluarga cara
 Latih fungsi merawat
tubuh yang berubahan
dimiliki citra tubuh
 Untuk melatih
dan kekuatan
oragan tubuh
yang hilang

g. IMPLEMENTASI

No Tanggal No. DK Tindakan Keperawatan Evaluasi


1 7-8-2020 1 1. Identifikai lokasi, S : pasien mengatakan
kakinya nyeri
karakteristik, durasi, O : pasien tampak
frekuensi, meringis

kualitas,intensitas
nyeri

2. Identifikasi skala
S : pasien mengatakan
nyeri kakinya nyeri
O: skala nyeri pasien 7

3. Fasilitasi istirahat S: pasien mengatakan


nyaman dengan
dan tidur
pasilitas yg tersedia
O: pasien tidak terlalu
gelisah dengan sekala
4. Kontrol lingkungan
nyeri 5
yang memperberat
S: pasien mengatakan
rasa nyeri (mis, suhu lingkungannya nyaman
ruangan, dan sejuk
O: pasien tampak
pencahayaan, nyaman dengan suhu
kebisingan) lingkungan skala nyeri
5

5. Jelaskan penyebab,
S: pasien mengatakan

34
periode dan pemicu mengerti dengan apa
yg di sampaikan
nyeri O: pasien tampak
mengerti

6. Jelaskan strategi S: pasien mengatakan


meredakan nyeri mengerti dnegan apa
yg di sampaikan
O: pasien terlihat
mengangguk
7. Kolaborasi
S: pasien mengatakan
pemberian analgetik, badannya tidak nyeri
jika perlu lagi skala nyeri 3
O: pasien terlihat
meminum obat anti
nyeri
2 7-8-2020 2 1. Identifikasi harapan S: pasien mengatakan
dirinya belum belum
citra tubuh sembuh total
berdasarkan tahapan O: pasien tampak
gelisah
perkembangan

S: pasien mengatakan
2. Monitor apakah belum bisa menerima
pasien bisa melihat semua ini
O: pasien keliatan
bagian tubuh yang kurang percaya diri
berubah

S: pasien mengatakn
3. Diskusikan
mengerti apa yg di
perubahan tubuh dan sampaikan perawat
O: pasien tampak
fungsinya
mengangguk

4. Diskusikan S: pasien mengatakn


perbedaan mengerti apa yg di
sampaikan perawat
penampilan fisik O: pasien tampak
terhadap harga diri mengangguk

5. Jelaskan kepada
S:keluarga mengatakan
keluarga tentang mengerti dengan cara

35
perawatan perubahan perawatan yang di
sampaikan perawat
citra tubuh O :pasien tampak
mnegangerti

6. Latih fungsi tubuh S: pasien mengatakan


yang dimiliki dirinya sudah sering
berlatih berjalan
dengan tongkat
O: pasien tampak
sedang berlatih
berjalan.

h. EVALUASI

No. Tanggal No. Evaluasi TT Perawat


DK

1 8-8-2020 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak NYERI lagi

O : Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun,

Gelisah menurun, Nadi mebaik, N : 80x/menit,

skala nyeri 3 (0-10)

A : Nyeri teratasi

P : pertahankan kondisi pasien

36
2 8-8-2020 2 S : Pasien mengatakan sudah menerima kekurangan nya

O : Melihat bagian tubuh meningkat,Menyentuh


bagian tubuh meningkat,verbalisasi peraaan negatif
tentang tubuh menurun

A : Gangguan citra tubuh teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

A. Saran

Untuk perawat :

Hendaknya setiap memberikan asuhan keperawatan harus di dokumentasikan dengan


baik dan benar untuk mempertanggung jawabkan keadaan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definis


& Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Brunner & Sudarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi :8 vol:3.Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Guyton hall.2002.Fisiologi kedokteran.Jakarta : EGC

37

Anda mungkin juga menyukai