Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

“INDIKATOR RUMAH SEHAT”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesling Pemukiman


Dosen Pengampu: Icca Stella Amalia, SKM., MPH

Disusun Oleh :
Chrisa Meila Pratama (CMR0160068)

REGULAR C

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin
dan ridha-Nya, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, makalah ini
berjudul “Indikator Rumah Sehat”.  Makalah ini disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas adanya tugas dari mata kuliah Keamanan Pangan
Program Studi Kesehatan Masyarakat di STIKes Kuningan.
Makalah ini di susun dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Ibu Icca Stella Amalia, S.KM,.MPH selaku dosen mata kuliah Kesling
Pemukiman.
2. Teman-teman kami di STIKes Kuningan umumnya dan kelas Reguler C
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat khususnya atas segala bantuannya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah  ini


masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis  khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Kuningan, 25 Januari 2020

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ….........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …......................................................................5


2.1 Definisi Rumah ...............................................................................5
2.2 Definisi Rumah Sehat .....................................................................5
2.3 Persyaratan Rumah Sehat ...............................................................6
2.4 Kriteria Rumah Sehat ....................................................................7
BAB III METODOLOGI KEGIATAN, HASIL DAN PEMBAHASAN ......10
3.1 Jenis Kegiatan ….........................................................................10
3.2 Metode Kegiatan ........................................................................10
3.3 Instrumen Kegiatan .....................................................................11
3.4 Waktu dan Lokasi .......................................................................11
3.5 Gambaran Umum Wilayah .........................................................12
3.6 Hasil ...........................................................................................12
3.7 Pembahasan ...............................................................................13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................17
3.2 Saran ...........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau tempat
tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan
rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia
sudah membangun rumah bertingkat dan lengkapi dengan peralatan yang serba
modern.
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Untuk memperole rumah yang sehat ditentukian oleh
tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap stuktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat
tinggal yang harus memiliki kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat berkerja dengan produktif (Munif Arifin,
2009).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terikat erat dengan
penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat
akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan
penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita,
penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan 80% dari penyakit yang diderita
oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan
dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin, 2009).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi

3
daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi
reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukian hanya
pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).
Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya
disebabkan karena tingkat kemampuan, ekonomi masyarakat yang rendah, karena
rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo,
2003).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah untuk
mengetahui indikator rumah sehat di Desa Pabedilan Kidul, Kecamatan
Pabedilan Kabupaten Cirebon.

1.3 Tujuan Penulisan


Bersasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
untuk mengetahui penilaian rumah sehat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah


Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI
No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan
untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani
dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu.
(Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan
membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan
status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

2.2 Definisi Rumah Sehat


Dalam Undang-Undang Nomer 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.
Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi
tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah
keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi
bagian dari gaya hidup manusia. Sedangkan pengertian sehat menurut WHO
adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya,
bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakaiannya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap
penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya

5
terhindar dari faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik,
rohani, maupun sosial (Sanropie dkk, 1991). Sedangkan menurut Hermawan
(2010) yang dikutip dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau
bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menimbulkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang
dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan
sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada ditempat dimana air hujan
dan air kotor tidak menggenang.

2.3 Persyaratan Rumah Sehat


Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum
dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :
1. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai
tempat istirahat.
2. Mempunyai tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi.
3. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.
6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Menurut  Keputusan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  :  829 


/ Menkes/SK/VII/1999, syarat rumah sehat yaitu:

1. Lokasi
a. Tidak  terletak  pada  daerah  rawan  bencana  alam  seperti  bantaran
sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.

6
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah
dan bekas lokasi pertambangan.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Sarana dan prasara lingkungan
a. Memiliki  taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat  perindukan 
vektor  penyakit dan memenuhi persyaratan   teknis  sesuai  dengan 
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Memiliki sarana lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut
kontruksi jalan tidak membahayakan kesehatan.
d. Tersedianya sumber air yang menghasilkan air secara cukup
sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
e. Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga
harus memenuhi persyaratan kesehatan.
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan.
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti
keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat pendidikan
dan lain sebagainya.
h. Peraturan instalansi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadinya
kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan.

2.4 Kriteria Rumah Sehat

7
Kriteria Rumah Sehat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999.
Ketentuan kriteria rumah sehat adalah sebagai berikut :

1. Bahan Bahan Bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat


melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain:
a. Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi
b. Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam
c. Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan
d. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen
e. Komponen dan penataan ruangan
f. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
g. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan
h. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
i. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir
j. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
k. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap

2. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan
tidak menyilaukan mata.
3. Kualitas Udara
a. Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC
b. Kelembaban udara, antara 40 – 70 %
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam
d. Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni
e. Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik
4. Ventilasi

8
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
5. Vektor Penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
6. Penyediaan Air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter per orang setiap hari
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002
7. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah
8. Kepadatan Hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang tidur.

9
BAB III

METODOLOGI KEGIATAN, HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jenis Kegiatan


Jenis kegiatan ini adalah dengan menggunakan metode penilaian rumah sehat.

3.2 Metode Kegiatan


Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-langkah
tetap yang teratur. Dalam kegiatan ini metode yang digunakannya adalah urgency,
seriousness, growth (USG) yang merupakan salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.

Matriks USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk Penentuan Prioritas

Masalah Kesehatan

N Kriteria Urutan
Masalah Kesehatan Total
U S G
o Prioritas
1 Tidak membuang sampah 3 5 5 13 I

pada tempatnya
2 SPAL 2 4 4 10 II
3 Jamban 2 2 4 8 III

10
Keterangan:

5 = Sangat besar

4 = Besar

3 = Sedang

2 = Kecil

1 = Sangat kecil

Tabel 3.31 matriks USG menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) masalah

kesehatan terbesar di Desa Cantilan diantaranya perilaku membuang sampah

sembarangan, SPAL, dan jamban. Pada kriteria urgency (U) dari ke-3 masalah

tersebut, perilaku membuang sampah sembarangan menjadi prioritas masalah

paling utama atau yang memiliki score lebih tinggi dibandingkan masalah

lainnya. Hal ini dikarenakan sampah dan penanganannya masih menjadi suatu

permasalahan.

3.3 Instrumen Kegiatan


Instrumen adalah alat pengumpulan data yang telah baku atau alat
pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan reabilitas (Badriah, 2012).
Dalam kegiatan ini instrumen yang digunakannya adalah lembar observasi.

3.4 Waktu dan Lokasi


Hari/Tanggal : Sabtu, 01 Februari 2020
Waktu : 13.00 - Selesai
Lokasi : Dusun 01 RT/RW 02/02 Desa Pabedilan Kidul,
Kecamatan Pabedilan, Kapubaten Cirebon.

11
3.5 Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang
terletak dibagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang
Provinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon merupakan
salah satu daerah produsen beras yang terletak dijalan pantura.
Letak daratannya memanjang dari barat laut ke tenggara. Dilihat dari
permukaan tanah/daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama daerah
daratan rendah umumnya terletak disepanjang pantai utara pulau jawa, yaitu
Kecamatan Gegesik, Kaliwedi, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan,
Klangenan, Cirebon Utara, Cirebon Barat, Weru, Astanajapura, Pangenan,
Karangsembung, Waled, Ciledug, Losari, Babakan, Gebang, Palimanan,
Plumbon, Depok dan Kecamatan Pabedilan.

3.6 Hasil
Dari kuesioner penilaian rumah sehat yang telah di observasi di Desa
Pabedilan Kidul Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon untuk satu mahasiswa
satu rumah yaitu pada tabel sebagai berikut :

Tabel hasil penilaian

No Komponen Rumah Kriteria Rumah Sehat

1 Langit-langit rumah Memenuhi syarat

2 Dinding rumah Memenuhi syarat

3 Lantai rumah Memenuhi syarat

4 Jendela Memenuhi syarat

5 Ventilasi Memenuhi syarat

6 Pencahayaan ruangan rumah Memenuhi syarat

3.7 Pembahasan

12
1. Langit-langit rumah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah dari segi langit-langit
rumah memenuhi syarat. Rumah yang tidak memiliki langit-langit dan
menggunakan atap seng dan ukuran atap rumah < 2,5 meter dari lantai
akan menyebabkan suhu panas menigkat yang disebabkan oleh panas dari
matahari kontak langsung dengan seng, sehingga panas yang diterima
sama dengan panas yang dikeluarkan.
2. Dinding rumah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah dinding rumah terbuat
dari tembok sehingga memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi
syarat adalah dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu, karena
persyaratan rumah sehat seharusnya memiliki konstruksi rumah yang kuat,
dapat menghindarkan dari bahaya kecelakaan dan memberi perlindungan
terhadap penghuni rumah.
3. Lantai rumah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah lantai rumah
menggunakan plesteran/kramik sehingga memenuhi syarat. Sedangkan
yang tidak memenuhi syarat lantai rumah yang menggunakan
papan/anyaman bambu, karena persyaratan rumah sehat seharusnya
memiliki lantai yang kedap air dan bersih sehingga tidak terjadi penularan
penyakit dari lantai rumah. Apabila lantai rumah tidak kedap air dan tidak
bersih sangat mudah terjadi penularan penyakit dan kuman dapat
berkembangbiak dengan cepat.
4. Jendela
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah rumah memiliki jendela
dan dibuka setiap hari sehingga memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak
memenuhi syarat adalah tidak memiliki jendela karena dapat memberi
dampak negatif bagi para penghuninya, baik itu dampak fisiologi, psikis,
dan fisiknya. Jendela mempunyai peranan penting karena mampu
mempengaruhi suhu dan kelembaban rumah dan tingkat kenyamanan
penghuni didalam rumah.

13
5. Ventilasi
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah rumah memiliki
ventilasi disetiap ruangan dengan luas lubang ventilasi 5% dari luas lantai
ruangan sehingga memenuhi syarat. Hawa segar diperlukan dalam rumah
untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar
diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan.
6. Pencahayaan ruangan rumah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah pencahayaan ruangan
rumah memiliki pencahayaan yang baik sehingga memenuhi syarat.
Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang didalam rumah merupakan
kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan itu dapat diperoleh dengan
pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.

Sarana Sanitasi

1. Penggunaan sarana air bersih


Berdasarkan survei yang dilakukan adalah sarana air bersih
menggunakan sumur gali. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menjadi sumber penularan penyakit yang berhubungan
dengan air diantaranya sakit perut, diare, sakit kulit, dan lain-lain.
2. Kepemilikan jamban
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah memiliki jamban,
dimana jarak tempat buang air besar > 10 meter dari sumber air sehingga
kotoran tidak meresap kedalam tanah dan tidak dapat mencemari air.
Adapun jamban yang digunakan yaitu wc duduk dengan menggunakan
septik tank yang jaraknya dari sumber air bersih 10 meter.
3. Saluran pembuangan limbah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah saluran pembuangan
limbah menggunakan SPAL (saluran pembuangan air limbah) yang
memenuhi syarat. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat ketika hasil buangan dari rumah tangga yang berupa pencucian

14
pakaian dan pencucian parabot dapur dibuang begitu saja diselokan
terbuka yang meresap kedalam tanah. Sehingga mencemari sumber air
yang berada dekat saluran pembuangan limbah tersebut, jika sumber air
tersebut digunakan untuk minum akan menyebabakan diare dan jika
igunakan mandi akan menyebabkan gatal-gatal.
4. Sarana pembuangan sampah
Berdasarkan survei yang dilakukan adalah memiliki tempat
sampah tertutup didalam rumah sebanyak 2 buah, sistem pengelolaan
sampah dibakar karena disana belum tersediannya TPS. Sarana
pembuangan sampah yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghindarkan dari
jangkauan serangga dan tikus. Oleh karena itu, tempat sampah harus
mempunyai tutup dan selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup dibuka
maka menjadi tidak sehat.

Perilaku penghuni

1. Perilaku mengenai kebersihan rumah dan halaman juga berpengaruh, hal


itu dapat menimbulkan penyakit gangguan pernapasan seperti batuk dan
asma. Batuk dan asma dapat terjadi didalam ruangan/rumah jika rumah
tersebut jarang dibersihkan, terutama parabot rumah tangga, pajangan
dirumah berpotensi menyimpan debu yang banyak dan jika tidak
dibersihkan setiap hari debu tersebut akan terakumulasi diudara pada saat
terjadi pertukaran sirkulasi dan akan dihirup oleh penghuni rumah.
Perilaku baik yang dilakukan penghuni dirumah agar rumah
tersebut menjadi sehat sangat banyak, antara lain :
1) Menyapu lantai dan halaman rumah
2) Membersihkan kamar mandi dan jamban/WC
3) Menyapu lantai rumah agar bersih dari debu dan kotoran lain
4) Menyapu halaman untuk membersihkan sampah agar tidak menjadi
sumber penyakit dan kecelakaan

15
5) Menguras dan menyikat kamar mandi agar bersih dan tidak menjadi
tempat bertelur nyamuk
6) Membuang sampah ditempat sampah ditempat sampah yang tertutup
agar tidak dapat dihadapi lalat, kecoa, tikus maupun hewan lainnya
sebagai pembawa penyakit
7) Membuka jendela diwaktu pagi sampai sore hari agar udara bersih dan
segar masuk kedalam rumah akan mengurangi terjadinya sakit
pernapasan
8) Buang air besar dan kencing di jamban/WC akan mengurangi bau dan
menghindari penularan penyakit daire atau mencret
9) Tidak merokok didalam rumah
2. Perilaku membuang sampah di sembarangan tempat akan mempengaruhi
pencemaran lingkungan. Risiko dari perilaku masyarakat yang tidak ramah
terhadap lingkungan adalah terjadinya pencemaran lingkungan dimana-
mana antara lain sampah yang dibuang disembarangan tempat dan
membuang tinja tidak pada jamban kedua hal ini dapat menimbulkan bau
yang menyengat dan mengganggu estetika, selain itu kondisi lingkungan
yang buruk pastinya dapat mengakibatkan penyakit yang berbasis
lingkungan akan meningkat.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,
rohani maupun sosial.
2. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristirahat dan berlindung,
tetapi juga sebagai sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan.
3. Rumah sehat tidak harus mahal dan mewah. Tetapi, rumah sehat harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Oleh karena itu, rumah yang
sederhana jika memenuhi syarat-syarat kesehatan juga dapat dikatakan
rumah sehat.
4. Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat
sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

4.2 Saran
1. Penghuni rumah melakukan hygiene dan sanitasi rumah supaya terhindar
dari penyakit berbasis lingkungan.
2. Petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat
dalam pengadaan rumah sehat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiman Chandra, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:EGC.

Badriah, D.I. (2012). Metodologi penelitian ilmu-ilmu kesehatan. Bandung.


Multazam.

Munif Arifin, 2009. Rumah Sehat dan Lingkungannya. Diakses dari


enviromentalsanitation.wordpress.com, Januari 2020.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar.


Jakarta:Rineka Cipta.

Sanropie, D. 1991. Pengawasan Penyeharan Lingkungan Pemukiman.


Jakarta:Dirjen PPM dan PLP.

18

Anda mungkin juga menyukai