ASMA BRONKHIALE
Oleh :
(P07120018130)
2.4
2020
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
ASMA BRONKHIALE
Sasaran : Masyarakat
Latar belakang
Penyakit asma bronkhiale termasuk lima besar penyebab kematian di dunia, yaitu
mencapai 17,4%. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat diperkirakan 8,2% orang (24,6 juta)
penduduknya menderita asma. Prevalensi menurun sesuai dengan meningkatnya usia, dimana
terdapat 9,6% dari anak-anak (±7,1 juta) menderita asma dibandingkan dengan 7,7% dari orang
dewasa (±17,5 juta) (Akinbami dkk, 2011 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti
Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) menyatakan bahwa di Indonesia prevalensi
asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun dengan
menggunakan kuesioner International Study on Asthma and Allergy in Children (ISAAC) pada
tahun 1995 menyatakan bahwa prevalensi asma 2,1%. Pada tahun 2003 prevalensi asma
meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota besar seperti
Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD usia 6 – 12 tahun berkisar 3,7% - 6,4%. Pada anak
sekolah tingkat SMP, prevalensi asma di Jakarta Pusat sebesar 5,8% pada tahun 1995. Di Jakarta
Timur prevalensi asma pada anak SMP mencapai 8,6% pada tahun 2001. Asma dapat mengenai
semua ras dan etnik yang ada di dunia, dari usia bayi hingga orang tua, dengan lebih banyak
mengenai laki-laki dibandingkan perempuan, tetapi setelah pubertas lebih banyak wanita
dibandingkan dengan pria (Gershwin, 2005 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti
Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014).
Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, penurunan produktivitas, ketidakhadiran
di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian.
Meskipun pengobatan secara efektif dapat menurunkan morbiditas karena asma, namun
efektivitas hanya tercapai jika penggunaan obat-obatan telah sesuai. Selain dikarenakan kurang
tepatnya tindakan pengobatan, faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderita asma adalah rendahnya tingkat pemahaman penderita tentang asma dan pengobatannya
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana,
Tri Murti Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014)
Asma merupakan penyakit paru obstruktif kronis yang sering diderita oleh anak-anak, orang
dewasa, maupun para lanjut usia. Penyakit ini memiliki karakteristik serangan periodik yang
stabil (Sykes, et al, 2008, di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama
Sari, 2009).
Terapi farmakologis yang ada selama ini efektif untuk mengatasi serangan asma, namun kurang
efektif untuk mengontrol perkembangan asma. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penderita asma
yang semakin meningkat dewasa ini, di saat kemajuan dalam bidang pengobatan asma telah
dicapai (Arief, 2009 di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama Sari,
2009).
Mengingat terapi farmakologis tidak dirancang untuk menyembuhkan asma, maka perilaku
pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma lebih diutamakan dari pengobatan. Intervensi
awal untuk menghentikan atau mengurangi paparan terhadap faktor risiko asma yang
menyebabkan hipereaktivitas saluran nafas dapat membantu meningkatkan kontrol penderita
terhadap penyakit asma (GINA, 2008 di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan
Purnama Sari, 2009).
1) Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah diberikan penyuluhan mengenai penyakit asma bronkhiale selama 40 menit
diharapkan sasaran yaitu masyarakat dapat mengetahui, memahami, serta dapat
mengimplementasi -kan materi yang telah diberikan seperti cara mencegah dan
mengobati penyakit asma bronkhiale tersebut dengan baik dan benar
2) Tujuan Intruksional khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan mengenai apa itu asma diharapkan sasaran dapat :
a. Menjelaskan pengertian dari asma bronkhiale dengan benar
b. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi asma bronkhiale dengan benar
c. Menyebutkan dan menjelaskan apa saja yang menjadi penyebab dan factor resiko
asma bronkhiale dengan benar
d. Menyebutkan apa saja yang tanda dan gejala asma bronkhiale dengan benar
e. Mengetaui cara untuk mencegah penyakit asma bronkhiale dengan baik dan benar
f. Mengetahui cara pengobatan tradisional untuk mencegah penyakit asma bronkhiale
dengan baik dan benar
Kegiatan Penyuluhan
No Langkah - Kegiatan
Waktu
. langkah Penyuluhan Sasaran
a. Membuka kegiatan Sasaran antusias atas
dengan mengucapkan kedatangan kami dan
salam sasaran menanggapi serta
b. Memperkenalkan diri memberi respon yang baik
1 Pendahuluan 5 menit c. Menyampaikan
maksud dan tujuan
d. Pre test
Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Alat dan bahan
c. Meja
d. Laptop
e. LCD
Seting Tempat Penyuluhan
Keterangan :
: Penyuluh
: LCD
: Sasaran
Materi
Terlampir1
Evaluasi
Stuktur penyuluhan
Persiapan media
Media yang digunakan adalah LCD dan leaflet yang berisikan materi dari
Persiapan materi
Materi penyuluhan didapat dari berbagai sumber, serta persiapan penguasaan materi
penyuluhan yang dilakukan memerlukan waktu selama 3 hari
Proses penyuluhan
Peserta tampak mengikuti dan menyimak materi yang berikan dengan baik
Hasil penyuluhan
a. Asma saat tanpa seranganPada orang dewasa, asma saat tanpa serangan terdiri dari :
A. Asma Intermiten
b. Asma saat seranganUntuk menentukan klasifikasi derajat asma, asma dapat dinilai
berdasarkanberat ringannya serangan. Terapi yang akan dilakukan didasarkan padaderajat
serangan asma. Klasifikasi derajat asma saat serangan meliputi asmaserangan ringan,
asma serangan sedang, dan asma serangan berat
Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang saluran napas
bagian atas seperti flu.
Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang
didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan suhu yang
drastis.
Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
Pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang las, atau pekerja pabrik tekstil.
Stres.
Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah berlebihan, dan
tertawa terbahak-bahak).
Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin,
naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada
penderita gangguan jantung atau hipertensi).
Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang
digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan
siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine.
Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung
kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna bagian atas.
1. Hindari pemicunya
Debu, kecoa, bulu binatang, serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga.
Alergi terhadap makanan tertentu.
Asap rokok, asap pembakaran sampah, dan polusi udara.
Bahan kimia dalam produk rumah tangga dan kosmetik.
Perubahan cuaca atau iklim yang ekstrem.
Wewangian dalam parfum atau produk lainnya.
Obat-obatan tertentu, seperti antinyeri (aspirin atau ibuprofen) dan nonselektif beta-
blocker untuk penyakit jantung.
Riwayat penyakit tertentu. Salah satunya, asam lambung (GERD).
Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek influenza dan infeksi sinus.
Aktivitas fisik, termasuk olahraga.
Stres dan kecemasan berlebihan.
Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.
Setiap kali akan keluar rumah, pastikan obat asma, setidaknya inhaler, sudah
dimasukkan ke dalam tas. Jika bentuknya obat minum, simpan sediaan dosisnya dalam
tempat obat transparan. Taruh di tempat dalam tas yang mudah terlihat dan cepat
dijangkau sebagai bentuk pencegahan jika sewaktu-waktu gejala penyakit asma kambuh.
Memakai masker mulut saat beraktivitas di luar ruangan menjadi salah satu upaya
pencegahan kambuhnya penyakit asma yang patut diterapkan. Lindungi diri Anda dengan
memakai masker mulut termasuk saat bermotor atau menggunakan transportasi umum.
Penggunaan masker dapat menghalau debu polusi, udara kotor, dan berbagai benda asing
lainnya agar tidak terhirup oleh hidung. Bukan hanya asma, cara ini juga efektif untuk
mencegah berbagai infeksi yang ditularkan melalui udara.
6. Imunoterapi
Mulai sekarang kurangilah konsumsi makanan yang serba berlemak dan digoreng.
Hindari pula makanan yang terlalu asam dan pedas karena keduanya dapat memicu asam
lambung naik. Ganti dengan memperbanyak makan buah dan sayuran segar. Jika Anda
mampu mengendalikan gejala asam lambung, maka risiko asma kambuh pun dapat
dikurangi. Maka itu, jangan ragu untuk mencoba cara mencegah penyakit asma ini.
Saat melakukan aktivitas berat atau olahraga, Anda mungkin tanpa sadar menarik dan
buang napas lewat mulut. Namun, ternyata cara ini bisa memicu asma kambuh. Mulut
tidak memiliki rambut dan rongga sinus seperti hidung yang dapat melembapkan udara
yang masuk. Udara kering dan dingin yang masuk ke paru akan memicu penyempitan
saluran napas sehingga Anda sulit bernapas dengan baik.Ketika membiasakan bernapas
melalui hidung, Anda akan menjaga udara yang terhirup tetap hangat dan lembap. Cara
ini juga merupakan tindakan pencegahan untuk penyakit asma.
9. Sering cek fungsi paru
Selain dengan obat pencegah, Anda juga harus memantau kondisi paru-paru Anda secara
teratur. dengan menggunakan peak flow meter. Alat ini efektif sebagai Tindakan
pencegahan kambuhnya penyakit asma.
1. Bawang putih
Bawang putih merupakan salah satu obat asma alami yang berperan sebagai obat alami
untuk meredakan gejala asma. Kandungan antiradang di dalamnya diyakini mampu
mengurangi peradangan pada saluran pernapasan akibat asma.
2. Jahe
Jahe memiliki kandungan antiradang yang dapat membantu meringankan gejala asma.
Bahkan, sebuah studi menyebutkan bahwa minum suplemen yang berasal dari jahe dapat
membantu meredakan gejala asma.
3. Kunyit
Kunyit adalah salah satu jenis obat asma alami lainnya yang bisa digunakan. Rempah
alami berwarna oranye ini memiliki kandungan antialergi yang dapat melawan penyebab
peradangan.
4. Madu
Selain dapat meredakan sakit tenggorokan dan batuk, madu dapat dijadikan sebagai obat
tradisional untuk asma. Anda dapat mencampurkan madu ke dalam air hangat guna
melawan peradangan akibat asma.
5. Kafein
Kafein memiliki efek bronkodilator dan diyakini mampu membantu melegakan otot-otot
saluran pernapasan sehingga Anda dapat bernapas lebih mudah. Anda bisa mendapatkan
asupan kafein melalui cokelat, kopi, dan teh.
6. Omega 3
Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti Andayani, A.M. Wara Kusharwanti. Pengaruh Jenis Terapi
Dan Karakteristik Penyakit Asma Terhadap Kualitas Hidup Pasien Asma Rawat Jalan Di
Rsud. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Volume 4 Nomor 1 – Maret 2014.
Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama Sari. Faktor Risiko Asma Dan Perilaku
Pencegahan Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol Penyakit Asma. Jurnal Ners Vol.4
No.1 April 2009
http://repository.ump.ac.id/4520/3/YENNY%20ANGGRAINI%20BAB%20II.pdf. Diakses