Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASMA BRONKHIALE

Oleh :

Ni Luh Putu Velinia Wijayanti

(P07120018130)

2.4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

2020
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

ASMA BRONKHIALE

Pokok bahasan : Asma bronkhiale

Sub pokok bahasan :

 Pengertian asma bronkhiale

 Klasifikasi asma bronkhiale

 Penyebab dan factor resiko asma bronkhiale

 Tanda dan gejala asma bronkhiale

 Pencegahan asma bronhiale

 Pengobatan tradisional asma bronkhiale

Sasaran : Masyarakat

Banjar Tibubeneng , canggu , Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung

Waktu : 40 menit (10:00 – 10.40)

Tempat : Banjar Tibubeneng , canggu , Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung

Hari dan tanggal : Selasa, 5 April 2020

Latar belakang

Penyakit asma bronkhiale termasuk lima besar penyebab kematian di dunia, yaitu
mencapai 17,4%. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat diperkirakan 8,2% orang (24,6 juta)
penduduknya menderita asma. Prevalensi menurun sesuai dengan meningkatnya usia, dimana
terdapat 9,6% dari anak-anak (±7,1 juta) menderita asma dibandingkan dengan 7,7% dari orang
dewasa (±17,5 juta) (Akinbami dkk, 2011 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti
Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) menyatakan bahwa di Indonesia prevalensi
asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun dengan
menggunakan kuesioner International Study on Asthma and Allergy in Children (ISAAC) pada
tahun 1995 menyatakan bahwa prevalensi asma 2,1%. Pada tahun 2003 prevalensi asma
meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota besar seperti
Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD usia 6 – 12 tahun berkisar 3,7% - 6,4%. Pada anak
sekolah tingkat SMP, prevalensi asma di Jakarta Pusat sebesar 5,8% pada tahun 1995. Di Jakarta
Timur prevalensi asma pada anak SMP mencapai 8,6% pada tahun 2001. Asma dapat mengenai
semua ras dan etnik yang ada di dunia, dari usia bayi hingga orang tua, dengan lebih banyak
mengenai laki-laki dibandingkan perempuan, tetapi setelah pubertas lebih banyak wanita
dibandingkan dengan pria (Gershwin, 2005 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti
Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014).

Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, penurunan produktivitas, ketidakhadiran
di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian.
Meskipun pengobatan secara efektif dapat menurunkan morbiditas karena asma, namun
efektivitas hanya tercapai jika penggunaan obat-obatan telah sesuai. Selain dikarenakan kurang
tepatnya tindakan pengobatan, faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderita asma adalah rendahnya tingkat pemahaman penderita tentang asma dan pengobatannya
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007 di dalam jurnal Chinthia Sari Yusriana,
Tri Murti Andayani, A.M. Wara Kusharwanti, 2014)

Asma merupakan penyakit paru obstruktif kronis yang sering diderita oleh anak-anak, orang
dewasa, maupun para lanjut usia. Penyakit ini memiliki karakteristik serangan periodik yang
stabil (Sykes, et al, 2008, di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama
Sari, 2009).

Terapi farmakologis yang ada selama ini efektif untuk mengatasi serangan asma, namun kurang
efektif untuk mengontrol perkembangan asma. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penderita asma
yang semakin meningkat dewasa ini, di saat kemajuan dalam bidang pengobatan asma telah
dicapai (Arief, 2009 di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama Sari,
2009).

Mengingat terapi farmakologis tidak dirancang untuk menyembuhkan asma, maka perilaku
pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma lebih diutamakan dari pengobatan. Intervensi
awal untuk menghentikan atau mengurangi paparan terhadap faktor risiko asma yang
menyebabkan hipereaktivitas saluran nafas dapat membantu meningkatkan kontrol penderita
terhadap penyakit asma (GINA, 2008 di dalam jurnal Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan
Purnama Sari, 2009).
1) Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah diberikan penyuluhan mengenai penyakit asma bronkhiale selama 40 menit
diharapkan sasaran yaitu masyarakat dapat mengetahui, memahami, serta dapat
mengimplementasi -kan materi yang telah diberikan seperti cara mencegah dan
mengobati penyakit asma bronkhiale tersebut dengan baik dan benar
2) Tujuan Intruksional khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan mengenai apa itu asma diharapkan sasaran dapat :
a. Menjelaskan pengertian dari asma bronkhiale dengan benar
b. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi asma bronkhiale dengan benar
c. Menyebutkan dan menjelaskan apa saja yang menjadi penyebab dan factor resiko
asma bronkhiale dengan benar
d. Menyebutkan apa saja yang tanda dan gejala asma bronkhiale dengan benar
e. Mengetaui cara untuk mencegah penyakit asma bronkhiale dengan baik dan benar
f. Mengetahui cara pengobatan tradisional untuk mencegah penyakit asma bronkhiale
dengan baik dan benar

Kegiatan Penyuluhan

No Langkah - Kegiatan
Waktu
. langkah Penyuluhan Sasaran
a. Membuka kegiatan Sasaran antusias atas
dengan mengucapkan kedatangan kami dan
salam sasaran menanggapi serta
b. Memperkenalkan diri memberi respon yang baik
1 Pendahuluan 5 menit c. Menyampaikan
maksud dan tujuan
d. Pre test

2 Penyajian 20 menit Pemberian materi Sasaran mendengarkan


a. Pengertian asma dan menyimak materi
bronkhiale yang diberikan pada saat
b. Klasifikasi asma penyuluhan
bronkhiale
c. Penyebab dan factor
resiko asma bronkhiale
d. Tanda dan gejala asma
bronkhiale
e. Cara untuk mencegah
asma bronkhiale
f. Pengobatan tradisional
untuk mengobati asma
bronkhiale

a. Memberi kesempatan Sasaran mengajukan


kepada sasaran untuk beberapa pertanyaan dari
bertanya materi yang diberikan.
b. Menjawab pertanyaan Sasaran menyimak
yang diberikan jawaban yang diberikan
3 Evaluasi 10 menit c. Post test dan merasa puas
Sasaran menjawab dengan
baik dan benar

Penyampaian terimkasih Sasaran meberi ucapan


salam penutup terimaksih terhadap
4 Penutup 5 menit kedatangan kami

Metode Penyuluhan

a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
Media Penyuluhan

a. Leaflet
b. Alat dan bahan
c. Meja
d. Laptop
e. LCD
Seting Tempat Penyuluhan

Keterangan :

: Penyuluh

: LCD

: Sasaran

Materi

Terlampir1

Evaluasi

Stuktur penyuluhan
Persiapan media

Media yang digunakan adalah LCD dan leaflet yang berisikan materi dari

penyakut asma. Memerlukan waktu persiapan 2 hari

Persiapan materi

Materi penyuluhan didapat dari berbagai sumber, serta persiapan penguasaan materi
penyuluhan yang dilakukan memerlukan waktu selama 3 hari

Proses penyuluhan

Kehadiran peserta sesuai dengan undangan yang disebar

Peserta tampak mengikuti dan menyimak materi yang berikan dengan baik

Hasil penyuluhan

Acara penyuluhan berjalan dengan lancar

Peserta aktif pada saat sesi Tanya jawab

Peserta mampu menjawab dengan benar pada saat post test


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASMA BRONKHIALE

A. Pengertian Asma bronkhiale


Asma bronkial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan
kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dari luar , misalnya debu, serbuk sari,
udara dingin, makanan dan lain-lain yang menyebabkan penyempitan saluran nafas.
Keadaan ini akan memberikan gejala berupa sesak nafas, mengi dan batuk yang sering
disertai lendir (dahak).
Asma merupakan penyakit inflamasi ( peradangan ) kronik saluran pernapasan yang
ditandai adanya mengi episodic, batuk dan rasa sesak di dadaakibat penyumbatan saluran
napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik. Asma mempunyai
tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah kasusnya cukup banyak ditemukan dalam
masyarakat. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma , jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap
tahun. Sumberlain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang
diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah
dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang
lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang serta mengganggu proses tumbuh kembang
anak dan kuantitas hidup pasien .
B. Klasifikasi Asma bronkhiale
Klasifikasi Derajat asma ditentukan oleh bergabai faktor, antara lain gambaran klinik
sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obatinhalasi β-2
agonis, dan uji faal paru), dan obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat,
kombinasi obat, dan frekuensi pemakaian obat). Pemeriksaan klinis dapat menentukan berat
ringannya asma. Klasifikasi asma terdiri dari asma saat tanpa serangan dan asma
saatserangan (akut).

a. Asma saat tanpa seranganPada orang dewasa, asma saat tanpa serangan terdiri dari :
A. Asma Intermiten

Ciri-ciri asma intermiten adalah:

 Gejala: 2 hari atau kurang dalam satu minggu.


 Terbangun di tengah malam: 2 kali atau kurang dalam satu bulan.
 Menggunakan inhaler: 2 kali atau kurang per minggu.
 Tidak mengalami gangguan saat beraktivitas.

B. Asma Persisten Ringan

Ciri-ciri asma persisten ringan seperti:

 Gejala: gejala muncul lebih dari 2 hari dalam satu minggu.


 Terbangun di tengah malam: 3-4 kali dalam satu bulan.
 Menggunakan inhaler: lebih dari 2 kali per minggu.
 Aktivitas sedikit terganggu.

C. Asma Persisten Sedang

Ciri-ciri asma persisten sedang seperti:

 Gejala: gejala muncul hampir setiap hari.


 Terbangun di tengah malam: lebih dari 2 kali dalam satu minggu.
 Menggunakan inhaler: hampir setiap hari.
 Aktivitas terganggu

D. Asma Persisten Berat

Ciri-ciri asma persisten berat seperti:

 Gejala: gejala muncul setiap hari, bahkan hampir seharian.


 Terbangun di tengah malam: setiap malam.
 Menggunakan inhaler: beberapa kali dalam satu hari.
 Aktivitas sangat terganggu

b. Asma saat seranganUntuk menentukan klasifikasi derajat asma, asma dapat dinilai
berdasarkanberat ringannya serangan. Terapi yang akan dilakukan didasarkan padaderajat
serangan asma. Klasifikasi derajat asma saat serangan meliputi asmaserangan ringan,
asma serangan sedang, dan asma serangan berat

C. Penyebab dan Faktor Resiko Asma bronkhiale

1. Penyebab penyakit asma bronkhiale

 Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang saluran napas
bagian atas seperti flu.
 Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
 Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
 Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang
didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan suhu yang
drastis.
 Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
 Pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang las, atau pekerja pabrik tekstil.
 Stres.
 Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah berlebihan, dan
tertawa terbahak-bahak).
 Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
 Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin,
naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada
penderita gangguan jantung atau hipertensi).
 Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang
digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan
siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine.
 Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
 Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung
kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna bagian atas.

2. Factor resiko asma bronkhiale

 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma atau


 alergi atopik (kondisi yang berkaitan dengan alergi, misalnya alergi makanan dan
eksim).
 Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
 Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
 Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
 Terpapar asap rokok saat masih kecil. Pada kasus ibu yang merokok saat hamil,
risiko anak untuk menderita asma akan meningkat.

D. Tanda dan Gejala Asma Bronkhiale


1. Batuk
2. Mengi
3. Dada Sesak
4. Sesak napas
5. Badan lemas, lesu dan tidak bertenaga
6. Suara sengau
7. Menghela napas terus-terusan
8. Rasa gelisah yang tidak biasa
E. Pencegahan Asma bronkhiale
Untuk mencegah kambuhnya asma :

1. Hindari pemicunya

Ada banyak sekali faktor pemicu asma, tapi yang paling umum meliputi:

 Debu, kecoa, bulu binatang, serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga.
 Alergi terhadap makanan tertentu.
 Asap rokok, asap pembakaran sampah, dan polusi udara.
 Bahan kimia dalam produk rumah tangga dan kosmetik.
 Perubahan cuaca atau iklim yang ekstrem.
 Wewangian dalam parfum atau produk lainnya.
 Obat-obatan tertentu, seperti antinyeri (aspirin atau ibuprofen) dan nonselektif beta-
blocker untuk penyakit jantung.
 Riwayat penyakit tertentu. Salah satunya, asam lambung (GERD).
 Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek influenza dan infeksi sinus.
 Aktivitas fisik, termasuk olahraga.
 Stres dan kecemasan berlebihan.
 Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.

2. Menggunakan pengobatan pencegah

Pengobatan pencegahan penyakit asma dapat digunakan dengan cara dihirup,


diminum, atau disuntik. Beberapa yang paling umum adalah:

a. Kortikosteroid hirup: menghambat dan mengurangi peradangan di saluran


pernapasan. Obat ini perlu dipakai setiap hari meski gejala tidak sedang kumat.
Pemakaian obat dengan tepat dapat mengurangi frekuensi kambuhnya asma agar
dapat bernapas lebih baik lega setiap hari. Contoh dari obat kortikosteroid untuk
mencegah asma adalah budesonide, mometasone, fluticasone furoate, fluticasone,
flunisolide, dan ciclesonide.
b. Long Acting Beta agonist (bronkodilator): Hampir semua penderita asma
menggunakan obat ini untuk mencegah kekambuhan dan mengendalikan gejala asma.
Obat ini harus digabungkan dengan kortikosteroid hirup. Long acting beta agonist
biasanya ditujukan khusus untuk pengidap asma kronis yang dipicu olahraga atau
aktivitas fisik berat. Contoh obat ini adalah salmeterol (Servent) dan formoterol
(Foradil, Perforomist).
c. Leukotriene modifiers: mengatasi alergi sekaligus pencegahan gejala asma. Obat
ini bekerja dengan cara melawan leukotrienes, yang menyebabkan penyempitan
saluran udara dan produksi lendir berlebih. Obat leukotriene modifiers ditujukan
untuk asma yang dipicu efek samping obat-obatan tertentu dan asma yang dipicu oleh
olahraga. Contoh dari obat ini adalah zafirlukast (Accolate), montelukast (Singulair),
dan zileuton (Zyflo)
3. Bawa obat ke mana pun Anda pergi

Setiap kali akan keluar rumah, pastikan obat asma, setidaknya inhaler, sudah
dimasukkan ke dalam tas. Jika bentuknya obat minum, simpan sediaan dosisnya dalam
tempat obat transparan. Taruh di tempat dalam tas yang mudah terlihat dan cepat
dijangkau sebagai bentuk pencegahan jika sewaktu-waktu gejala penyakit asma kambuh.

4. Pakai pelembap udara (humidifer)

Sebaiknya, pasanglah mesin pelembap udara (humidifier) di dalam ruangan. Udara


lembap dapat dijadikan sebagai bentuk pencegahan saluran napas teriritasi, sehingga
risiko serangan penyakit asma dapat berkurang.

5. Pakai masker mulut

Memakai masker mulut saat beraktivitas di luar ruangan menjadi salah satu upaya
pencegahan kambuhnya penyakit asma yang patut diterapkan. Lindungi diri Anda dengan
memakai masker mulut termasuk saat bermotor atau menggunakan transportasi umum.
Penggunaan masker dapat menghalau debu polusi, udara kotor, dan berbagai benda asing
lainnya agar tidak terhirup oleh hidung. Bukan hanya asma, cara ini juga efektif untuk
mencegah berbagai infeksi yang ditularkan melalui udara.

6. Imunoterapi

Immunoterapi merupakan pengobatan alergi yang berfungsi untuk meningkatkan atau


menekan sistem imun. Dengan imunoterapi, sensitivitas pasien terhadap alergen tertentu
perlahan-lahan akan berkurang.

7. Atur pola makan

Mulai sekarang kurangilah konsumsi makanan yang serba berlemak dan digoreng.
Hindari pula makanan yang terlalu asam dan pedas karena keduanya dapat memicu asam
lambung naik. Ganti dengan memperbanyak makan buah dan sayuran segar. Jika Anda
mampu mengendalikan gejala asam lambung, maka risiko asma kambuh pun dapat
dikurangi. Maka itu, jangan ragu untuk mencoba cara mencegah penyakit asma ini.

8. Biasakan bernapas lewat hidung

Saat melakukan aktivitas berat atau olahraga, Anda mungkin tanpa sadar menarik dan
buang napas lewat mulut. Namun, ternyata cara ini bisa memicu asma kambuh. Mulut
tidak memiliki rambut dan rongga sinus seperti hidung yang dapat melembapkan udara
yang masuk. Udara kering dan dingin yang masuk ke paru akan memicu penyempitan
saluran napas sehingga Anda sulit bernapas dengan baik.Ketika membiasakan bernapas
melalui hidung, Anda akan menjaga udara yang terhirup tetap hangat dan lembap. Cara
ini juga merupakan tindakan pencegahan untuk penyakit asma.
9. Sering cek fungsi paru

Selain dengan obat pencegah, Anda juga harus memantau kondisi paru-paru Anda secara
teratur. dengan menggunakan peak flow meter. Alat ini efektif sebagai Tindakan
pencegahan kambuhnya penyakit asma.

F. Pengobatan Tradisional Asma Bronkhiale

1. Bawang putih

Bawang putih merupakan salah satu obat asma alami yang berperan sebagai obat alami
untuk meredakan gejala asma. Kandungan antiradang di dalamnya diyakini mampu
mengurangi peradangan pada saluran pernapasan akibat asma.

2. Jahe

Jahe memiliki kandungan antiradang yang dapat membantu meringankan gejala asma.
Bahkan, sebuah studi menyebutkan bahwa minum suplemen yang berasal dari jahe dapat
membantu meredakan gejala asma.

3. Kunyit

Kunyit adalah salah satu jenis obat asma alami lainnya yang bisa digunakan. Rempah
alami berwarna oranye ini memiliki kandungan antialergi yang dapat melawan penyebab
peradangan.

4. Madu

Selain dapat meredakan sakit tenggorokan dan batuk, madu dapat dijadikan sebagai obat
tradisional untuk asma. Anda dapat mencampurkan madu ke dalam air hangat guna
melawan peradangan akibat asma.

5. Kafein

Kafein memiliki efek bronkodilator dan diyakini mampu membantu melegakan otot-otot
saluran pernapasan sehingga Anda dapat bernapas lebih mudah. Anda bisa mendapatkan
asupan kafein melalui cokelat, kopi, dan teh.
6. Omega 3

omega 3 dapat berfungsi mengurangi peradangan saluran pernapasan dan meningkatkan


fungsi paru-paru.
G. REFERENSI

Chinthia Sari Yusriana, Tri Murti Andayani, A.M. Wara Kusharwanti. Pengaruh Jenis Terapi
Dan Karakteristik Penyakit Asma Terhadap Kualitas Hidup Pasien Asma Rawat Jalan Di
Rsud. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Volume 4 Nomor 1 – Maret 2014.

Nursalam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan Purnama Sari. Faktor Risiko Asma Dan Perilaku

Pencegahan Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol Penyakit Asma. Jurnal Ners Vol.4
No.1 April 2009

Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 1023/MENKES/SK/XI, 2008. Pedoman

pengendalian penyakit asma menteri kesehatan Republik Indonesia.

http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk10232008.pdf. diakses pada tanggal 03

mei 2020 pukul 16.30

ST Ciptarini.2015. Penyakit Asma . http://repository.unimus.ac.id/1504/3/BAB%20II.pdf.

Diakses tanggal 03 mei 2020 pukul 17.00

Anggraini.2011. asma bronkial.

http://repository.ump.ac.id/4520/3/YENNY%20ANGGRAINI%20BAB%20II.pdf. Diakses

pada tanggal 03 mei 2020 pukul 18.00

Anda mungkin juga menyukai