Pembagian harta waris dalam islam telah begitu jelas diatur dalam al qur an, yaitu pada surat
An Nisa. Allah dengan segala rahmat-Nya, telah memberikan pedoman dalam mengarahkan
manusia dalam hal pembagian harta warisan. Pembagian harta ini pun bertujuan agar di
antara manusia yang ditinggalkan tidak terjadi perselisihan dalam membagikan harta waris.
Harta waris dibagikan jika memang orang yang meninggal meninggalkan harta yang berguna
bagi orang lain. Namun, sebelum harta waris itu diberikan kepada ahli waris, ada tiga hal
yang terlebih dahulu mesti dikeluarkan, yaitu peninggalan dari mayit:
Ketika tiga hal di atas telah terpenuhi barulah pembagian harta waris diberikan kepada
keluarga dan juga para kerabat yang berhak.
Adapun besar kecilnya bagian yang diterima bagi masing-masing ahli waris dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Pembagian harta waris dalam islam telah ditetukan dalam al qur an surat an nisa secara
gamblang dan dapat kita simpulkan bahwa ada 6 tipe persentase pembagian harta waris, ada
pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua per tiga
(2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6), mari kita bahas satu per satu
Pembagian harta waris bagi orang-orang yang berhak mendapatkan waris separoh (1/2):
1. Seorang suami yang ditinggalkan oleh istri dengan syarat ia tidak memiliki keturunan anak
laki-laki maupun perempuan, walaupun keturunan tersebut tidak berasal dari suaminya kini
(anak tiri).
2. Seorang anak kandung perempuan dengan 2 syarat: pewaris tidak memiliki anak laki-laki,
dan anak tersebut merupakan anak tunggal.
3. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan 3 syarat: apabila cucu tersebut tidak
memiliki anak laki-laki, dia merupakan cucu tunggal, dan Apabila pewaris tidak lagi
mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-laki.
4. Saudara kandung
Advertisement
perempuan dengan syarat: ia hanya seorang diri (tidak memiliki saudara lain) baik perempuan
maupun laki-laki, dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek ataupun keturunan baik laki-
laki maupun perempuan.
5. Saudara perempuan se-ayah dengan syarat: Apabila ia tidak mempunyai saudara (hanya
seorang diri), pewaris tidak memiliki saudara kandung baik perempuan maupun laki-laki dan
pewaris tidak memiliki ayah atau kakek dan katurunan.
Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak mendapatkan waris
seperempat (1/4):
yaitu seorang suami yang ditinggal oleh istrinya dan begitu pula sebaliknya
1. Seorang suami yang ditinggalkan dengan syarat, istri memilki anak atau cucu dari
keturunan laki-lakinya, tidak peduli apakah cucu tersebut dari darah dagingnya atau bukan.
2. Seorang istri yang ditinggalkan dengan syarat, suami tidak memiliki anak atau cucu, tidak
peduli apakah anak tersebut merupakan anak kandung dari istri tersebut atau bukan.
Pembagian harta waris bagi orang-orang yang berhak mendapatkan waris seperdelapan (1/8):
yaitu istri yang ditinggalkan oleh suaminya yang memiliki anak atau cucu, baik anak tersebut
berasal dari rahimnya atau bukan.
Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak mendapatkan waris
duapertiga (2/3):
1. Dua orang anak kandung perempuan atau lebih, dimana dia tidak memiliki saudara laki-
laki (anak laki-laki dari pewaris).
2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan syarat pewaris tidak
memiliki anak kandung, dan dua cucu tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki
3. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak memiliki anak,
baik laki-laki maupun perempuan, pewaris juga tidak memiliki ayah atau kakek, dan dua
saudara perempuan tersebut tidak memiliki saudara laki-laki.
4. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak mempunyai anak,
ayah, atau kakek. ahli waris yang dimaksud tidak memiliki saudara laki-laki se-ayah. Dan
pewaris tidak memiliki saudara kandung.
Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak mendapatkan waris
sepertiga (1/3):
1. Seorang ibu dengan syarat, Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari
keturunan anak laki-laki. Pewaris tidak memiliki dua atau lebih saudara (kandung atau
bukan)
2. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu, dua orang atau lebih dengan syarat
pewaris tidak memiliki anak, ayah atau kakek dan jumlah saudara seibu tersebut dua orang
atau lebih.
Baca juga Hak Waris Bagi Perempuan
Sejarah Agama Islam di dunia– Sejarah Islam adalah sejarah agama Islam mulai menurun
dalam wahyu pertama di 622 seperti diungkapkan Rasul terakhir, Muhammad bin Abdullah
di Gua Hira, Arab Saudi sampai sekarang.
sejarah islam
Namun, munculnya Islam sebagai kerajaan kerajaan Umayyah, Abbasiyah, kerajaan Seljuk /
Turki Seljuk, Ottoman Empire, Mughal Empire, India, dan Kesultanan Malaka telah menjadi
kerajaan yang kuat. Tempat yang bagus untuk belajar ilmu pengetahuan telah menyadari
sebuah peradaban Islam yang agung.Banyak ahli dalam ilmu sains dan sebagainya muncul
dari negara-negara Muslim, terutama dizaman emas Islam.
Pada abad ke-18 dan ke-19 Masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa.
Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman runtuh kerajaan Islam terakhir menyembah
bumi.
Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada Tahun Gajah adalah pada taggal 12- Rabi’ul
Awal atau pada tanggal 21 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad adalah seorang
yatim piatu setelah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal ketika ia masih dalam
kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal ketika ia berusia 7 tahun.
Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Pada saat ia berusia 35 tahun, pada saat
banjir di kota Mekah, ia tidak suka suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan orang-orang
yang memiliki masalah sosial yang tinggi. Selain orang-orangnya menyembah berhala,
orang-orang Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad
menghabiskan banyak waktu degan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan
memikirkan Mekkah.
Ketika Nabi Muhammad berumur 40 tahun, ia dikunjungi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu, ia
mengajar ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekat yang dikenal sebagai
“as-Sabiqun al-Awwalun (yang pertama masuk Islam)” dan kemudian secara terbuka kepada
seluruh penduduk Mekkah, setelah turun wahyu al quran surat al Hijr ayat 94.
Di tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah.
peristiwa ini dinamakan Hijrah. Sejak itu dimulai kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Warga Mekkah dan Madinah berjuang dengan Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik
meskipun ada di antara umat Islam yang tewas. Muslim akhirnya menjadi lebih kuat, dan
menaklukkan kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di
bawah kendali Islam.
Dalam sejarah umum Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad telah berkembang secara luas
di seluruh dunia. Bani Abbasiyah, Bani Umayyah, dan Kekaisaran Utsmaniyah dapat
dikatakan untuk menghubungkan daya dari empat khalifah pertama Islam setelah Khulafaur
Rasyidin.
Indonesia telah mengenal Islam sejak abad pertama 7 masehi atau Hijriyah, meskipun
frekuensinya tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para pedagang-
pedangang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk berhenti untuk beberapa waktu.
Pengenalan Islam lebih baik, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara, yang
berlangsung hingga beberapa abad kemudian.
Khulafaur Rasyidin
632 – Wafatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah. Usamah
bin Zaid memimpin penyerbuan ke Syria. Perang melawan orang yang murtad, yaitu
Bani Tamim dan al-Kadzab Musailamah. Dan
636 M – Perang di tentara Romawi sehingga Ajnadin atas Suriah, Mesopotamia, dan
Palestina bisa ditaklukkan. Penaklukan Kadisia atas tentara Persia.
661 M – Ali bin Abi Thalib meninggal karena dibunuh. Pemerintah Khulafaur
Rasyidin berakhir. Hasan (cucu dari Nabi Muhammad) kemudian diangkat sebagai
Khalifah ke-5 Muslim (umat muslim) menggantikan Ali bin Abi Thalib.
661 M – Setelah sekitar 6 bulan Khalifah Hasan memerintah, dua kelompok besar,
yaitu kekuatan Islam pasukan Hasan Khalifah di Kufah dan pasukan Muawiyah di
Damaskus siap untuk memulai pertempuran besar.
Ketika pertempuran akan pecah, Muawiyah kemudian menawarkan rencana
perdamaian untuk Khalifah Hasan kemudian dengan mempertimbangan persatuan
Umat Muslim, rencana perdamaian diterima dengan persyaratan oleh Khalifah Hasan
kepada Muawiyah. disampaikan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah.
Tahun itu dikenal sebagai Tahun Perdamaian / Unity (Aam Jamaah) dalam sejarah
umat Islam. Sejak saat itu Muslim Khalifah Muawiyah diikuti oleh sistem yang
merupakan kerajaan Islam pertama yaitu pergantian pemimpin (Raja Islam) dilakukan
untuk generasi (Daulah Umayyah) dari Umayyah Daulah kemudian terus kerajaan
Islam yang selanjutnya disebut yaitu pergantian pemimpin.
717 M – Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Pembaharuan yang hebat dijalankan.
814 M – Terjadinya perang saudara antara Al-Amin dan Al-Ma’mun. Al-Amin yang
terbunuh dan Al-Ma’mun yang menjadi khalifah.
1095 M- 1099 M – Dimulai pertama kalinya perang Salib dan Tentara Salib
mengalahkan Baitul Maqdis. Dan mereka membunuh semua penduduknya.
1144 M – Nuruddin Zengi mengalahkan Edessa dari tentera Kristian. Perang Salib
kedua berlaku.
1299 M – Sebuah pemerintahan yang kecil di Turki di bawah Turki Seljuk didirikan
di barat Anatolia.
1301 M – Osman I menyatakan bahwa dirinya sebagai seorang sultan. Dan berdirinya
Kerajaan Turki Usmani.
1912 M dan 1913 M – Perang Balkan pertama dan Perang Balkan kedua
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-
lain.
Tokoh penyebar agama islam di Indonesia adalah walisongo antara lain,
1. Sunan Ampel
2. Sunan Bonang
3. Sunan Muria
4. Sunan Gunung Jati
5. Sunan Kalijaga
6. Sunan Giri
7. Sunan Kudus
8. Sunan Drajat
9. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Harta waris dibagikan jika memang orang yang meninggal meninggalkan harta yang
berguna bagi orang lain. Namun, sebelum harta waris itu diberikan kepada ahli
waris, ada tiga hal yang terlebih dahulu mesti dikeluarkan, yaitu peninggalan dari
mayit:
Ketika tiga hal di atas telah terpenuhi barulah pembagian harta waris diberikan
kepada keluarga dan juga para kerabat yang berhak.
Adapun besar kecilnya bagian yang diterima bagi masing-masing ahli waris dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pembagian harta waris dalam islam telah ditentukan dalam al-qur'an surat an nisa
secara gamblang dan dapat kita simpulkan bahwa ada 6 tipe persentase pembagian
harta waris, ada pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4),
seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6), mari
kita bahas satu per satu
1. Seorang suami yang ditinggalkan oleh istri dengan syarat ia tidak memiliki
keturunan anak laki-laki maupun perempuan, walaupun keturunan tersebut tidak
berasal dari suaminya kini
(anak tiri).
2. Seorang anak kandung perempuan dengan 2 syarat: pewaris tidak memiliki anak
laki-laki, dan anak tersebut merupakan anak tunggal.
3. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan 3 syarat: apabila cucu
tersebut tidak memiliki anak laki-laki, dia merupakan cucu tunggal, dan Apabila
pewaris tidak lagi mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-laki.
4. Saudara kandung perempuan dengan syarat: ia hanya seorang diri (tidak memiliki
saudara lain) baik perempuan maupun laki-laki, dan pewaris tidak memiliki ayah
atau kakek ataupun keturunan baik laki-laki maupun perempuan.
1. Seorang suami yang ditinggalkan dengan syarat, istri memiliki anak atau cucu dari
keturunan laki-lakinya, tidak peduli apakah cucu tersebut dari darah dagingnya atau
bukan.
2. Seorang istri yang ditinggalkan dengan syarat, suami tidak memiliki anak atau
cucu, tidak peduli apakah anak tersebut merupakan anak kandung dari istri tersebut
atau bukan.
1. Dua orang anak kandung perempuan atau lebih, dimana dia tidak memiliki
saudara laki-laki (anak laki-laki dari pewaris).
2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan syarat pewaris
tidak memiliki anak kandung, dan dua cucu tersebut tidak mempunyai saudara laki-
laki
3. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak
memiliki anak, baik laki-laki maupun perempuan, pewaris juga tidak memiliki ayah
atau kakek, dan dua saudara perempuan tersebut tidak memiliki saudara laki-laki.
4. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) dengan syarat pewaris tidak
mempunyai anak, ayah, atau kakek. ahli waris yang dimaksud tidak memiliki
saudara laki-laki se-ayah. Dan pewaris tidak memiliki saudara kandung.
1. Seorang ibu dengan syarat, Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari
keturunan anak laki-laki. Pewaris tidak memiliki dua atau lebih saudara (kandung
atau bukan)
2. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu, dua orang atau lebih dengan
syarat pewaris tidak memiliki anak, ayah atau kakek dan jumlah saudara seibu
tersebut dua orang atau lebih.
Mengenai Pembagian harta waris menurut para ulama sejak dari zaman dahulu
sampai sekarang menyatakan bahwa tidak ada aturan pembagian harta warisan yang
dapat menjamin keadilan kecuali aturan pembagian warisan yang diatur oleh syariat
islam
Orang-orang yang hidup pada zaman jahiliyah tidak memberi hak waris kepada
wanita dan anak-anak, dengan alasan karena keduanya tidak ikut angkat senjata
dalam sebuah peperangan. Adapun pada zaman sekarang ini, orang-orang membagi
harta warisan dengan mengikuti kehendak manusia.
Pada zaman sekarang banyak yang memberikan harta waris kepada seorang saja
tanpa membagikannya kepada pasangan maupun anaknya. Ada pula seseorang yang
mewasiatkan hanya kepada salah seorang anaknya saja dan membiarkan begitu saja
anak-anaknya yang lain dalam keadaan merana.
Selain itu, ada juga orang yang membagikan harta warisannya hanya kepada
binatang kesayangannya dan membiarkan para ahli warisnya hidup dalam
kesusahan.
Hanya aturan waris dalam islamlah yang sanggup menjamin hak seluruh ahli waris,
menjaga kehormatan dan sesuai dengan hati nurani manusia.
Hak Waris Bagi Perempuan
Adapun masalah berkenaan dengan pembagian harta waris bagi perempuan yang
hanya mendapat setengah dari bagian laki-laki, di dalamnya terdapat hikmah yang
mendalam. Salah satunya ialah kenyataan bahwa lelakilah yang oleh syariat
dibebankan tanggung jawab untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan
perempuan dari kewajiban tersebut, meskipun perempuan boleh saja ikut mencari
nafkah.
Kaum lelaki juga diwajibkan oleh agama islam untuk mengeluarkan mas kawin
untuk diberikan kepada istrinya sebagai jaminan cinta kasih sayangnya ketika
keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani apa-apa
Oleh sebab itu, maka sudah tepat dan adil jika dalam pembagian warisan, laki-laki
mendapatkan bagian yang melebihi bagian perempuan. Karena jika tidak demikian,
maka hal itu justru akan menzalimi kaum laki-laki. Meskipun waris bagi perempuan
lebih sedikit, sebenarnya akan tertutupi dengan maskawin dan nafkah yang menjadi
haknya dari seorang suami.
Perlu juga diketahui bahwa dalam pembagian waris bagi perempuan tidak selalu
mendapat bagian yang lebih kecil dari bagian waris lak-laki. Ada kondisi-kondisi
tertentu yang menyebabkan pembagian warisan bagi perempuan sama besarnya
dengan bagian waris laki-laki.
Contohnya adalah jika seseorang yang wafat meninggalkan ayah, seorang ibu, dan
anak, maka pembagiannya mengikuti firman Allah swt yang berbunyi,
“Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dar harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak…” (QS. An-Nisa`:11)
Bahkan dalam kondisi tertentu, bagian waris perempuan bisa lebih banyak
dibandingkan dengan waris laki-laki. Seperti seorang perempuan anak tunggal yang
ditinggal mati oleh ayahnya, memiliki setengah dari harta waris ayahnya, atau dua
orang anak perempuan yang ditinggal mati oleh ayahnya, berhak mewarisi
duapertiga dari harta ayahnya, jika mereka tidak memiliki saudara laki-laki. Jika pun
si mayit memiliki seorang ayah, maka ayahnya hanya berhak mewarisi seperenam
dari harta si mayit. Aturan in termaktub dalam firman Allah swt yang berbunyi,
“… Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka
duapertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka
ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-
masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan…” (QS An-Nisa`:11)
Islam telah mengatur hak waris dengan sedemikian rupa dengan memperhatikan
keadilan kepada pihak keluarga yang ditinggalkan dengan permasalahan yang akan
di hadapi tidak peduli pada zaman apapun. Hal ini guna menjamin keadilan dan
keharmonisan dalam sebuah keluarga sehingga tidak terjadi perselisihan, seperti
yang kerap terjadi sekarang ini.