BAB 1
PENDAHULUAN
dosis, dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan
interval paling cepat 1 bulan (Mansjoer, 2000). Imunisasi DPT sering
menimbulkan gejala bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat suntikan, kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan
meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Depkes RI, 2010).
Saat ini seluruh Puskesmas di Indonesia telah melayani imunisasi
melalui pelayanan Puskesmas, dan mengisi kegiatan posyandu yang ada di
masyarakat, maka semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta, serta praktek perorangan yang dilakukan oleh profesi kesehatan (Dr,
spesialis kandungan, bidan) hendaknya memberikan pelayanan imunisasi.
Disamping itu perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan mutu vaksin yang
optimal, sterilisasi alat suntik yang dipergunakan serta cara pemberian yang sesuai
agar tujuan pencegahan penyakit dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah bagaimana cara Pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan Imunisasi DPT dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan yang efisien pada pasien By.
A dengan Imunisasi DPT di UPT Puskesmas Menteng Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada By. A dengan Imunisasi DPT di UPT Puskesmas Menteng Palangka Raya,
melalui pendekatan proses keperawatan secara Komprehensif
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui pengkajian keperawatan secara komprehensif pada By. A
dengan Imunisasi DPT di UPT Puskesmas Menteng Palangka Raya.
2. Mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada By. A dengan Imunisasi
DPT di UPT Puskesmas Menteng Palangka Raya.
3. Mampu mengetahui intervensi tindakan keperawatan pada By. A dengan
Imunisasi DPT di UPT Puskesmas Menteng Palangka Raya.
3
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
1) Imunisasi DPT diberikan2-3 kali dengan cara SC atau IM sebanyak 0,5 cc pada
lengan atas atau paha luar
2) Diberikan sejak bayi umur 2 bulan, dengan jarak waktu antara 2 penyuntikan
4-6 minggu
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus
disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperature 2-8° C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT,
Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Pengguna
dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus
tentang masing-masing vaksin, karena beberapa vaksin (OPV dan vaksin yellow
Fever) dapat disimpan dalam keadaan beku.
1) Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin
merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperature
lingkungan.
2) Vaksin akan rusak apabila temperature terlalu tinggi atau terkena sinar
matahari langsung seperti pada vaksin polio tetes dan vaksin campak.
Kerusakan juga dapat terjadi apabila terlalu dingin atau beku seperti pada
toksoid difteria, toksoid tetanus, vaksin pertusis (DPT, DT), Hib conjugated,
hepatitis B, dan vaksin influenza.
3) Pada beberapa vaksin apabila rusak akan terlihat perubahan fisik. Pada vaksin
DPT misalnya akan terlihat gumpalan antigen yang tidak bisa larut lagi
walaupun dikocok sekuat-kuatnya.sedangkan vaksin lain tidak akan berubah
penampilan fisik walaupun potensinya sudah hilang / berkurang.
4) Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Dengan demikian kita harus
yakin betul bahwa cara penyimpanan yang kita lakukan sudah benar dan
menjamin potensi vaksin tidak akan berubah.
2) Alasan Datang
Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke poli anak
3) Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan Ibu tentang keadaan bayinya
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji
agar dapat mengetahui tindakan apa dilakukan
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
(1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit
menular seperti TBC, hepatitis.
(2) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma.
(3) Riwayat kehamilan kembar, faktor yang meningkatkan kemungkinan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita dan paritas. Oleh
karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak
kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada Ibu
(Manuaba, 2010).
6) Riwayat perinatal dan neonatal
(1) Kehamilan
Ditanyakan pada Ibu ini kehamilan beberapa, keluhan Ibu pada saat hamil
ini, periksa kemana dan sudah beberapa kali periksa, mendapat obat apa
saja setelah periksa.
(2) Persalinan
Ditanyakan pada Ibu melahirkan dimana, ditolong siapa, bagaimana
caranya serta penyulit yang dialami sewaktu Ibu melahirkan, kemudian
ditanyakan tentang jenis kelamin, berat badan, panjang badan bayi yang
dilahirkan.
(3) Nifas
Ditanyakan pada Ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa
banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila kontraksi baik, uterus bulat
dan mengeras). ASI sudah keluar apa belum, ada luka jahitan atau tidak.
9
(4) Neonatal
Ditanyakan pada Ibu tentang jenis kelamin, berat badan, panjang badan
bayi yang dilahirkan
(5) Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak.
(6) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi Ibu, eliminasi, istirahat, aktivitas
personal hygiene.
7) Riwayat Psikologi dan Budaya
(1) Psikologi: Bagaimana respon Ibu dan keluarga terhadap kelahiran
anaknya
(2) Sosial: Apakah hubungan Ibu dengan suami keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak
(3) Budaya: Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang
merugikan termasuk pantang makan, minum jamu dan kebiasaan
berobat jika sakit
8) Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap Ibu terhadap agama yang diyakininya
9) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
(2) Kesadaran : composmentis/koma
(3) Tanda-tanda Vital :
Pernafasan : normal (40 - 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 - 37,5oC)
Nadi : normal (100 - 160 x/menit)
10) Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam
menyebar merata.
Wajah : Simetris, tidak pucat, dan tidak kuning
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung
10
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi (rubor,
kolor, dolor, tumor, fungsileisa)
Fokus evaluasi tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses baru
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifitasan terhadap tindakan dan harus dilakukan terus menerus
sampai tujuan yang telah dilakukan tercapai.
2.2.5.2 Hasil (Sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atas status kesehatan pada
akhir tindakan keperawatan.Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan:
1) Mengumpulkan data perkembangan pasien.
2) Menafsirkan (menginteprestasikan) perkembangan pasien.
3) Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4) Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar norma
yang berlaku.
Seorang perawat harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari masalah
keperawatan klien yaitu sebagai berikut :
1) Tujuan tercapai
Bila klien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Bila klien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya
sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai
Bila klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan
kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian tanggal 28 Juni 2018, pukul 08.00 WIB.
Suku : Dayak/Indonesia
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : D3 Keperawatan
Pekerjaan : Perawat
1) Riwayat prenatal
G0P1A0. Ibu pasien mengatakan selama hamil tidak ada masalah, tidak ada
mual dan muntah berlebihan dan tidak ada oedem pada muka dan
ekstremitas.
2) Riwayat natal
Saat lahir, pasien dibantu oleh bidan di Klinik bidan dengan persalinan
normal, dan saat lahir pasien menangis spontan.
3) Riwayat postnatal
Setelah lahir, BB pasien 3200 gram, PB 49 cm.
4) Penyakit sebelumnya
Setelah lahir pasien tidak pernah sakit.
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
18
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
Pergerakan tonus otot bebas, tidak ada sianosis maupun clubbing finger,
kedaan turgor kulit lembab.
9. Genetalia
Tampak bersih, keadaan testis lengkap. Tidak mengalami hipospadia ataupun
epispadia.
1 Nutrisi
a. Frekuensi ±6-7 x/ hari -
b. Nafsu makan/selera Baik -
c. Jenis makanan Susu Formula -
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1-2 x/hari -
Konsistensi Lembek -
b. BAK
Frekuensi 6-7 x/hari -
Konsistensi Cair -
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam -
4 jam
b. Malam/ jam -
10 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi
20
Mahasiswa,
( Eva Octariani )
diimunisasi DPT
- By. A merupakan anak
pertama