Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada
PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah
paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic,
anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit
mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Jadi, pembuatan makalah ini bermaksud agar kita lebih paham dan
mengerti apa itu gangguan kepribadian serta sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah keperawatan jiwa.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan   Umum
Untuk  memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu
gangguan kepribadian.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian
b. Mengetahui factor penyebab timbulnya gangguan kepribadian
c. Mengetahui gejala umum gangguan kepribadian
d. Mengetahui Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian
e. Mengetahui Resiko Gangguan Kepribadian
f. Treatment bagi Gangguan Kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Kepribadian


Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat
emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari
dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Sedangkan menurut Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari
kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan
kesan bagi individu lain.
Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha
adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada
PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah
paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic,
anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit
mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang
kompleks dan berbeda-beda berupa :
o Ketergantungan yang berlebihan
o Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
o Kesedihan yang mendalam
o Tingkah laku yang eksploitatif
o Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
o Kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi
ketidakpuasan
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan
kecenderungan perilaku pada individu.
 Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang kepribadian dan
berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat
disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa
kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di
dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat
menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu bersangkutan,
kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau pelbagai stigma
tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk
berobat dan melakukan isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang
dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku
tertentu seperti orang mengalami distres pada umumnya.
Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara
mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana
hati (obsesif), dan antisosial.
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-
harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan kepribadian
kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti hubungan dengan orang
lain.
Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau
kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul
dalam dirinya.
 Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang
kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif,
lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau
bahkan bertindak kasar.
Problem ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan
gangguan makan, melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri,
keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering menjadi bagian dari
permasalahan gangguan kepribadian.

2.2 Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian


1. Faktor Genetika
satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada
15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar
monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan
kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin
mengalami kepribadian menghindar.
3. Faktor Biologis
 Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
 Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin
menurunkan depresi, impulsivitas.
 Elektrofisiologi
  Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian,
paling sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan
aktivitas gelombang lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual.
Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada
pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat
teliti.

2.3 Gejala Umum Gangguan Kepribadian


Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai pengalaman
konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka.
Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap
kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :
1. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social
expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
 cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi
terhadap dirinya, orang lain dan waktu
 afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil,
intensitas dan cakupan)
 fungsi-fungsi interpersonal
 dan kontrol terhadap impuls
2.    Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi
individu dan berpengaruh pada situasi sosial.
3.    Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan
pembentukan distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan
kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.
4.     Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut
dapat muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak
terbatas pada episode penyakit jiwa
5.     Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis
yang muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.

Catatan:
Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada individu yang
berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah 18
tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja awal,
bila pun adanya simtom-simtom tertentu yang tampak, haruslah simtom
tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang
ada dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian.

2.4 Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian


Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi :
1. Kelompok A
Penderita ketiga jenis gangguan ini berperilaku eksentrik, ditambah
beberapa kekhususan. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali
tampak aneh dan eksentrik.Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang
ditandai oleh berpikir atau berperilaku aneh dan eksentrik yang mencakup:
Ø  Gangguan kepribadian paranoid
Ø  Ketidakpercayaan dan kecurigaan orang lain
Ø  Percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti
Ø  Emosional
Ø  Mengembangkan sikap permusuhan
Kelompok A ini terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid,
dan skizotipal.

A. Gangguan Kepribadian Paranoid


Bentuk gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang berlebihan
atau menonjol.Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai
dengan :
 Kecurigaan yang bersifat pervasive bahwa dirinya sedang dicelaka
dikhianati
 Keraguan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan teman-teman
 Enggan mempercayai orang lain
 Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan orang lain
yang tidak mengandung maksud apapun
 Mendendam atas berbagai hal yang dianggap sebagai kesalahan
 Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya sebagai
serang terhadap karakter atau reputasi
 Hipersensitif atau sangat perasa
 Rigid atau kaku
 Mudah iri dan sangat egois
 Argumentatif atau suka menentang
 Suka menyalahkan orang lain dan suka menuduh orang lain jahat.
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme
pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai
motif merusak dan negative. Ada kecenderungan untuk membanggakan
dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berpikir secara
rasional dan obyektif, padahal sebenarnya tidak.
Menurut teori kognitif behavioral, orang dengan gangguan ini akan
selalu dalam keadaaan waspada, karena tidak mampu membedakan
antara orang yang membahayakan dan yang tidak.
B. Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
perasa, pendiam, dan menghindari hubungan jangka panjang dengan
orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian schizoid ditandai
dengan :
 Kurang berminat ataau kurang menyukai hubungan dekat
 Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
 Kurangnya minat untuk berhubungan seksual
 Kurang memiliki teman
 Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
 Afek datar atau acuh/ tak peduli, emosi dingin
 Tidak terampil bergaul dan suka menyendiri.
 Preokupasi (berulang-ulang memikirkan isi pikiran) dengan fantasi
dan intropeksi yang berlebihan
C. Gangguan Kepribadian Skizotipe
Orang dengan gangguan skizotipal ditandai dengan :
Ideas of Reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki
makna yang khusus dan tidak biasa bagi orang yang bersangkutan)
Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis Persepsi yang tidak biasa
Dihantui oleh pikiran-pikiran autistik, yaitu pikiran-pikiran, dan
takhayul- takhayul ,Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstre, Afek yang tidak sesuai, Perilaku atau
penampilan yang aneh, Kurang memiliki teman akrab, Rasa tidak
nyaman yang ekstrem

2. Kelompok B
Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan terlalu
emosional berpikir atau berperilaku yang mencakup:
 Antisosial (sebelumnya, sosiopat)
 Mengabaikan orang lain
 Terus-menerus berbohong atau mencuri
 Berulangkali bermasalah dengan hokum
 Berulang kali melanggar hak orang lain
 Agresif, sering berperilaku keras
 Mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
Terdiri dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang, histrionic dan
narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatic, emosional,
dan tidak menentu.
a. Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang dengan gangguan kepribadian antisocial ditandai :
 Berulang kali melanggar hokum dan hak orang lain lewat perilaku
agresif
 Menipu, berbohong
 Impulsivitas
 Mudah tersinggung dan agresif
 Tidak memperdulikaan keselamatan diri sendiri daan orang lain
 Tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan
 Kurang memiliki rasa penyesaalaan
 Tidak sedikit diantara penderita cukup cerdas dan pandai
menampilkna diri secara meyakinkan untuk menjadi penipu ulung.
b. Gangguan Kepribadian Histrionik
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik ditandai :
 Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
 Perilaku tidak senonoh, secara seksual yang tidak pantas
 Perubahan ekspresi emosi secara cepat
 Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain
pada dirinya
 Bicaranya sangat tidak tepat
 Ekspresi emosional yang berlebihan
 Sangat mudah sugesti
 Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
 Emosinya labil; haus akan hal-hal yang serba menggairahkan
(excitement)
 Senang mendramatisasi diri secara berlebihan untuk mencari
perhatian
 Tergantung, tak berdaya, dan mudah ditipu
 Egois, congkak, sangat haus akan pengukuhan orang lain
 Sangat reaktif; dangkal atau picik, dan tudal tulus.

D. Gangguan Kepribadian Ambang/ Bordeline


Orang dengan gangguan kepribadian ambang ditandai :
 Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan
 Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan
interpersonal
 Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil
 Perilaku impulsive, termasuk sangat boros, perilaku seksual yang
tidak pantas
 Perilaku bunuh diri dan mutilasi diri yang berulang
 Kelabilaan emosional yang ekstrem
 Perasaan kosong yang kronis
 Sangat sulit mengendalikan kemarahan.
E. Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai :
 Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri
 Terfokus pada kebersihan, kecerdasan dan kecantikan diri
 Kebutuhan ekstrem untuk dipuja
 Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu
 Kecenderungan memanfaatkan orang lain
 Iri pada orang lain
 Merasa diri penting dan haus akan perhatian dari orang lain
 Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain

3. Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif
kompulsif. Orang dengan gangguaan ini sering tampak cemas dan
ketakutan
a. Gangguan Kepribadian Menghindar/ Avoid
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar ditandai :
 Menghindari kontak interpersonal karena takut pada kritikan
 Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali
dirinya pasti akan disukai
 Membatasi diri dalam hubungan intim
 Penuh kekhawatiran akan dikritik
 Merasa tidak adekuat
 Ketidakmampuan bergaul tersebut menjadi sumber kesusahan dan
penyebab harga dirinya yang rendah.
 Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru

b. Gangguan Kepribadian Dependen


Orang dengan gangguan kepribadian dependen ditandai :
 Sulit mengambil keputusan tanpa saran dari orang lain
 Membutuhkan orang lain untuk mengambil tujuan atas sebagian
aspek kehidupannya yang utama
 Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan
mereka
 Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya percaya
diri
 Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara
untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
 Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya
pada kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa
intervensi dari orang lain
 Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila
hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir
 Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri

c. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif.


Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif ditandai :
 Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin
utama suatu aktivitas terabaikan
 Perfeksionis ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai
proyek jarang terselesaikan
 Menganut norma etik dan norma yang tinggi serta patuh secara
berlebihan
 Pengabdian berlebihan padaa pekerjaan hingga mengabaikaan
kesenangan dan persahabatan
 Tidak fleksibel
 Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti
 Kikir dan keras kepala
 Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci,
dan curiga terhadap atasannya.

2.5 Resiko Gangguan Kepribadian


Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian
dapat berdampak pada:
1. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan
ketidakmampuan untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang
disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat
2. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang
mengalami gangguan kepribadian ambang dan cluster B
3. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan
4. Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster
mempunyai resiko berkembangnya problema psikologis lainnya
5. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan
kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa
perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam
perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami
pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik
6. Karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata
(bergantung pada orang tersebut)
7. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan
kepribadian paranoid dan antisosial
8. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko
lebih besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri
bersangkutan dipenjara
9. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari
bila tidak mendapatkan perawatan secara baik

2.6 Treatment bagi Gangguan Kepribadian


Treatment untuk gangguan kepribadian merupakan kombinasi dari
pengobatan dan psikoterapi.
1. Kelompok A
A. Paranoid
Psikoterapi – Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi
kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam
menghadapi pasien dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan
halyang sangat penting bagi pasien.
Farmakoterapi – Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi
dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus obat anti anxietas
seperti diazepamdapat digunakan.
B. Skizoid
Psikoterapi – Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan
kepribadiaan schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama,
namun suatu waktu, mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi
dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan
mereka akan ketenangan. Dengan berjalaannya waktu, anggota
kelompok menjadi penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan
kontak sosial.
Farmakoterapi – Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan
psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.
C. Skizotipal
Psikoterapi – Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan
kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa
pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh. Ahli terapi
tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili
kepercayaan atau aktivitas mereka.
Farmakoterapi – Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam
menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari
gangguan dan dapaat digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan
haloperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada.
2. Kelompok B
A. Antisosial
Psikoterapi – Jika pasien merasa berada diantara teman-teman
sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa
menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong
diri sendiri akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam
menghilangkan gangguan. Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu
cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk
mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus
mengagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan
dengan orang lain.
Farmakoterapi – Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi
gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan
dan depresi.
B. Ambang
Psikoterapi – Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif
dibandingkan interpretasi bawah sadar secaraa mendalam. Terapi
perilaku digunakan pada pasiem gangguan kepribadian ambang untuk
mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan
kepekaan terhadaap kritik dan penolakan.
Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape,
membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Farmakoterapi – Antipsikotik dapat digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang
singkat. Antidepresan memperrbaiki mood yang terdepresi yang sering
ditemukan pada pasien.
C. Gangguan Kepribadian Historinic
Psikoterapi – Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic
seringkali tidak menyadari perasaan mereeka yang sesungguhnya.
Psikoterapi berorientasi psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau
individual. Farmakoterapi – Farmaakoterapi dapaat ditaambaahkaan
jikaa gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan
aantidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat anti anxietas
untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
D. Gangguan Kepribadian Narsistik
Psikoterapi – Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar
karena pasien harus meninggalkaan narsismenya jika ingin
mendapatkan kemajuan Farmakoterapi – Lithium (eskalith) digunakaan
pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari
gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka
antidepresan juga dapat digunakan
3. Kelompok C
A. Menghindar/ Avoid
Psikoterapi – Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia
untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi
penghinaan, penolakan dan kegagalan.
Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk
berlatih keterampilan social yang baru di luar terapi, karena kegagalan
dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk.
Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan
mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain.
Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat
mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara
terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
Farmakoterapi - Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta,
seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf
otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan
kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi
yang menakutkan.
B. Dependen
Psikoterapi – Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif
behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih
ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Farmakoterapi –
Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.
C. Obsesif Kompulsif
Psikoterapi – Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif
seringkali tahu  bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan ataas
kemauaan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu
mengarahkan, sangat dihargai oleh pasien gangguan ini.
Farmakoterapi – Clonazepam (klonopin) adalah suatu
benzodiazepine dengan anti konvulsan, pemakaian obat ini untuk
menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif
kompulsif parah.

                                                            
  
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KEPRIBADIAN
3.1 Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
 Tumbuh kembang : g3 dlm p’kembangan persepsi, berpikir dan hub.
dgn org lain persepsi, berpikir dan hub. dgn org lain
 Hub. Dlm keluarga : Pola asuh dan interaksi dlm klg yg tdk m’dukung
proses tumbang
B. Faktor presipitasi
 Perpisahan/ kehilangan : org berarti dlm waktu Perpisahan/ kehilangan
(perceraian, kematian atau di sementara/ lama atau dirawat di RS)
 Penyakit kronis dan kecacatan : cenderung isolasi diri shg g3 pola
hubungan isolasi
 Sosial budaya : perubahan status sosek ( perusahaan bangkrut tau
tinggal di tempat baru )
C. Perilaku dan mekanisme koping Perilaku dan mekanisme koping
 Skizoid                      → Isolasi
 Histerionik                → Disosiasi,m’serang,m’ingkari
 Narsistik                   → Manipulasi, intelektualisasi
 Boderline                  → Marah, krisis
 Menarik diri             → Isolasi Isolasi
 Dependen                 → Ketergantungan

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan interaksi sosial : isolasi sosial
2. Gangguan alam perasaan : depresi
3. G3 hub. dgn org lain : dependent
4. G3 hub. dgn org lain : manipulatif
5. Isolasi sosial
6. G3 konsep diri : harga diri rendah
7. Resti amuk
8. Resti merusak diri
3.3 Perencanaan
 Tujuan umum :
1. Mencegah terjadinya gangguan jiwa berat
2. Membantu mengemkembangkan kemampuan hubungan sosial
3. Mendorong partisipasi keluarga dlm merawat klien
 Tindakan Keperawatan
1. Histerik
 Bekerjasama dgn klien dan keluarga
 Terapi perilaku u/ m’bantu p’capaian tumbang
 Bantu ortu untuk mendisiplinkan anak
 Bantu anak beradapatasi dlm kelompok
 Respon perawat tk dipegaruhi gender
2. Kepribadian narsistik
 Bantu klien m’kembangkan harga diri yg kuat
 Fasilitasi ledakan rasa marah dan b’musuhan
 Taggapi setiap perilaku klien
 Libatkan dalam terapi kelompok
3. Kepribadian Tergantung
 Rancang batasan usia yg sesuai dan konsisten 
 Libatkan keluarga dan orang terdekat
 Hindari perilaku balas dendam dan tekankan tanggung jawab thd
perilaku, pikiran dan perasaan
 Beri kesempatan untuk m’kontrol kehidupan perilakunya
 Tunjukkan penerimaan/ pengakuan thd keputusan klien
4. Kepribadian Kompulsif
 Ekspresif psikoterapi
 Diskusikan efek stress dan beri saran
 Cegah ketidak jelasan
 Beri penekanan pada kebutuhan dengancontoh konkrit 
 Strategi perilaku dan kognitif sangat berguna
 Terapi kelompok untuk org tua dan keluarga
5. Kepribadian Menghindar
 Bina hubungan saling percaya
 Bantu klien menerima kritik orang lain
 Bantu klien mengkritik diri sendiri
 Bantu klien agar keluar dari lingkaran kritik dengan
mengkonfrontasi kesepiannya
 Bantu klien untuk sosialisasi dan mendapat teman
 Beri reinforcement akan kemampuan yg telah dimiliki klien
6. Kepribadian Skizoid
 Lakukan kontrak P – K
 Tingkatkan sosialisasi
 Hindari isolasi dan perawatan institucional
 Libatkan dl terapi okupasi dan terapi kelompok
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha
adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada
PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah
paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic,
anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit
mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan
subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang
kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif,
lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau
bahkan bertindak kasar.
DAFTAR PUSTAKA

·         Maslim rudi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III: Jakarta
·         Sunaryo. Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
·         http://www.indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-
personality-disorder/
·         http://health.detik.com/read/2009/12/03/091252/1253138/770/gangguan-
kepribadian 9:23
·         http://www.acehforum.or.id/jenis-jenis-gangguan-t23256.html?
s=12abdddb7b8d366fa5e539952ef528ae&
·         http://one.indoskripsi.com/node/9597 9:28

Anda mungkin juga menyukai