VOC
Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Serangan Pertama
Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Pada tanggal 25 Agustus, 27 kapal
Agung, Mataram mencapai zaman keemasan. Cita-cita Mataram masuk ke teluk, jauh dari kasteel
Sultan Agung antara lain: (1) mempersatukan seluruh dan menyatakan peperangan terhadap
tanah Jawa, dan (2) mengusir kekuasaan asing dari bumi Belanda. Pada tanggal 27 Agustus, mereka
Nusantara. Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan menyerang benteng kecil " Hollandia " ,
Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC di tetapi sekompi yang di pimpin oleh J.P Coen
Jawa. berhasil menghalang mereka.
3. VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Hal ini menyebabkan pasukan Mataram kurang
Mataram, dan perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan
4. keberadaan VOC di Batavia telah memberikan kolera yang melanda mereka, sehingga kekuatan
ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa. pasukan Mataram tersebut sangat lemah ketika
mencapai Batavia.
Latar Belakang
Perjanjian tersebut menandakan perlawanan
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC rakyat Banten terhadap VOC dapat dipadamkan,
dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC.
Ageng Tirtayasa) dan puteranya bernama Pertikaian keluarga di Kerajaan Banten
Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten
Ageng Tirtayasa dengan tegas menolak untuk diadu domba oleh VOC.
segala bentuk aturan monopoli VOC dan
berusaha mengusir VOC dari Batavia. Pada Pada tahun 1750, terjadi perlawanan rakyat
tahun 1659, perlawanan rakyat Banten Banten terhadap Sultan Haji (yang menjadi raja
mengalami kegagalan, yaitu ditandai oleh setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa),
keberhasilan Belanda dalam memaksa atas tindakan Sultan Haji (rajanya) yang sewenang-
Sultan Ageng Tirtayasa untuk wenang terhadap rakyatnya sendiri. Perlawanan
menandatangani perjanjian monopoli rakyat Banten ini dapat dipadamkan oleh Sultan
Haji atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa, VOC
diberi hak untuk memonopoli perdagangan di
seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
Perlawanan Rakyat Banten Terhadap Belanda
(VOC)
Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan Dengan melihat peran dan posisinya yang strategis,
yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat VOC berusaha keras untuk dapat mengendalikan
pemerintahannya berada di Somba Opu yang Gowa dan menguasai pelabuhan Somba Opu serta
sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan Gowa. menerapkan monopoli perdagangan. Untuk itu VOC
Somba Opu senantiasa terbuka untuk siapa saja. harus dapat menundukkan Kerajaan Gowa.
Banyak para pedagang asing yang tinggal di kota itu. Berbagai upaya untuk melemahkan posisi Gowa
Misalnya, orang Inggris, Denmark, Portugis, dan terus dilakukan. Sebagai contoh, pada tahun 1634,
Belanda. Mereka diizinkan membangun loji di kota VOC melakukan blockade terhadap Pelabuhan
itu. Gowa anti terhadap tindakan monopoli Somba Opu, tetapi gagal karena perahu-perahu
perdagangan. Masyarakat Gowa ingin hidup Makasar yang berukuran kecil lebih lincah dan
merdeka dan bersahabat kepada siapa saja tanpa mudah bergerak di antara pulau-pulau, yang ada.
hak istimewa. Masyarakat Goa senantiasa Kemudian kapal-kapal VOC merusak dan
berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata- menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-
kata “Tanahku terbuka bagi semua bangsa”, “Tuhan kapal asing lainnya. Raja Goa, Sultan Hasanuddin
menciptakan tanah dan laut; tanah dibagikannya ingin menghentikan tidakan VOC yang anarkis dan
untuk semua manusia dan laut adalah milik provokatif itu. Sultan Hasanuddin menentang
bersama.” Dengan prinsip keterbukaan itu maka ambisi VOC yang memaksakan monopoli di Goa.
Gowa cepat berkembang. Seluruh kekuatan dipersiapkan untuk menghadapi
VOC. Beberapa benteng pertahanan mulai
Pelabuhan Somba Opu memiliki posisi yang
dipersiapkan di sepanjang pantai. Beberapa sekutu
strategis dalam jalur perdagangan internasional.
Gowa mulai dikoordinasikan. Semua dipersiapkan
Pelabuhan Somba Opu telah berperan sebagai
untuk melawan kesewenangwenangan VOC.
Bandar perdagangan tempat persinggahan kapal-
Sementara itu VOC juga mempersiapkan diri untuk
kapal dagang dari timur ke barat atau sebaliknya.
menundukkan Gowa. Politik devide et impera mulai
Sebagai contoh kapal-kapal pengangkut rempah-
dilancarkan.Misalnya VOC menjalin hubungan
rempah dari Maluku yang berangkat ke Malaka
dengan seorang Pangeran Bugis dari Bone yang
sebelumnya akan singgah dulu di Bandar Somba
bernama Aru Palaka. VOC begitu bernafsu untuk
Opu. Begitu juga barang dagangan dari barat yang
segera dapat mengendalikan kekuasaan di Gowa.
akan masuk ke Maluku juga melakukan bongkar
Oleh karena itu, pimpinan VOC, Gubernur Jenderal
muat di Somba Opu
Maetsuyker memutuskan untuk menyerang Gowa.
Dikirimlah pasukan ekspedisi yang berkekuatan 21
kapal dengan mengangkut 600 orang tentara.
Mereka terdiri atas tentara VOC, orang-orang
Ambon dan juga orang-orang Bugis di bawah Aru
Palaka. Tanggal 7 Juli 1667, meletus Perang Gowa.
Tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon
Spelman, diperkuat oleh pengikut Aru Palaka dan
ditambah orang-orang Ambon di bawah pimpinan
Jonker van Manipa. Kekuatan VOC ini menyerang
pasukan Goa dari berbagai penjuru. Beberapa
serangan VOC berhasil ditahan pasukan
Hasanuddin. Tetapi dengan pasukan gabungan
disertai peralatan senjata yang lebih lengkap, VOC
berhasil mendesak pasukan Hasanuddin. Benteng
pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat
Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya antara lain sebagai berikut.
Sultan Hasanuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi perjanjian itu
bertentangan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Gowa atau Makassar. Pada
tahun 1668 Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali
melawan kesewenang-wenangan VOC itu. Namun perlawanan ini segera dapat dipadamkan
oleh VOC. Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi Perjanjian
Bongaya. Bahkan benteng pertahanan rakyat Gowa jatuh dan diserahkan kepada VOC.
Benteng itu kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng Rotterdam.
RAKYAT RIAU ANGKAT
SENJATA
Sebab Perlawanan
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah telah Pertikaian bersenjata menghangat lagi pada
terjadi sejak kedatangan bangsa asing yang ingin tahun 1638, dimana di Banjar Anyar telah
menjajah Indonesia dengan berbagai dalih yang terbunuh 64 orang bangsa Belanda di dalam
dilakukannya demi untuk mengeruk keuntungan dari satu penyergapan. Untuk pembalasan
tanah jajahannya. terhadap ini Belanda mengirim 2 buah kapal
menuju Banjarmasin dan Kotawaringin.
Pertentangan pertama antara Belanda dengan Mereka menahan perahu- perahu rakyat dan
kerajaan Banjar, dalam hal ini Penambahan Marhum mengadakan penganiayaan kejam sesuai
di satu pihak dan Belanda di lain pihak telah terjadi dengan instruksi dari Batavia, membunuh dan
pada tanggal 14 Februari tahun 1606 dengan menyiksa tanpa pandang bulu, baik laki-laki
terbunuhnya nakhoda kapal Belanda Gillis maupun wanita atau anak-anak suku Banjar,
Michielzoon beserta anak buahnya di Banjarmasin. tanpa perikemanusiaan. Kekejaman ini tidak
Dalam rangka pembalasan dan memamerkan mudah dilupakan oleh rakyat di Kerajaan
kekuatan beberapa kapal Belanda pada tahun 1612 Banjar, dan sejak tahun 1600 sampai abad ke-
secara mendadak telah menyerang dengan melakukan 18, walaupun telah ada perjanjian, selalu
penembakan dan pembakaran di daerah Kuin. Dengan terjadi pertempuran-pertempuran antara
demikian pusat pemerintahan kerajaan Banjar orang-orang Banjar melawan Portugis,
terpaksa dipindahkan ke Martapura, ke kraton baru Belanda dan Inggris.
yang terkenal dengan sebutan Kayu Tangi.
Ketika Sultan Muhammad meninggal dunia
pada tahun 1761, ia meninggalkan 3 (tiga)
orang anak yang belum dewasa, yaitu
Pangeran Nata Dilaga yang Menjadi raja pertama Pangeran Rahmat, Pangeran Abdullah dan
dinasti Tamjidillah dalam masa kejayaan Pangeran Amir. Karena ketiga orang anak
kekuasaannya, menyebutkan dirinya Susuhunan Sultan Muhammad itu belum dewasa, maka
Nata Alam pada tahun 1772. tahta kerajaan kembali ke tangan
Mangkubumi, yaitu Sultan Tamjidillah, atau
Anak Sultan Muhammad (almarhum) yang bernama Pangeran Sepuh, dan pelaksanaan
Pangeran Amir, atau cucu Sultan Tahmidillah pemerintahan dikuasakan kepada anaknya
melarikan diri ke Pasir, dan meminta bantuan pada Pangeran Nata. Dengan jalan menyuruh
pamannya yang bernama Arung Tarawe. Pangeran membunuh kedua kemenakannya, yaitu
Amir kemudian kembali dan menyerbu Kerajaan Pangeran Rahmat dan Pangeran Abdullah,
Banjar dengan pasukan Bugis yang besar, dan Pangeran Nata berhasil memindahkan
berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan kekuasaan pemerintahan kepada dinastinya
Nata Alam. Karena takut kehilangan tahta dan dan menetapkan Pangeran Nata sebagai
kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan Sultan yang pertama sebagai Penambahan
orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta bantuan Kaharudin.
kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut
dan mengirimkan Kapten Hoffman dengan
pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan
Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir terpaksa
melarikan diri kembali ke Pasir.
. Beberapa waktu kemudian Pangeran Amir mencoba pula untuk meminta
bantuan kepada para bangsawan Banjar di daerah Barito yang tidak senang
kepada Belanda, karena di daerah Bakumpai/Barito diserahkan Pangeran Nata
kepada VOC. Dalam pertempuran yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan
dibuang ke Sailan. Sesudah itu diadakan perjanjian antara kerajaan Banjar dengan
VOC, dimana raja-raja Banjar memerintah kerajaan sebagai peminjam tanah VOC.
Bali adalah salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang berada di timur Jawa; jarak
bentang pulau ini 105 mil geografis dan berpenduduk 700.000 jiwa. Cornelis de
Houtman pernah mendatangi pulau itu dan diterima baik namun dalam
perkembangannya kesepahaman kurang terjalin; pada tahun 1841 dan 1843 sebuah
persetujuan diputuskan antara kerajaan setempat dan pemerintah Hindia Belanda
tetapi penduduk Bali segera menunjukkan permusuhan. Khususnya Raja Buleleng
berkali-kali melanggar perjanjian. Pemerintah Hindia Belanda mempermasalahkan
tradisi Tawan Karang Bali, dan menjadikannya alasan untuk menyerang dan
menghukum Bali. Tawan Karang adalah tradisi Bali, bahwa kapal beserta isinya yang
karam dan terdampar di pesisir Bali adalah hak milik raja setempat. Pemerintah Hindia
Belanda menganggap tradisi ini tidak dapat diterima dalam hukum internasional,[1] dan
tidak dapat membiarkannya karena daerah lain juga akan menunjukkan tanda-tanda
perlawanan.
Perang Batak (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan Belanda. Perang ini
berlangsung selama 29 tahun.
Perang meletus setelah Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung, dengan tujuan untuk
melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending, dengan tokoh
penyebarnya Nommensen (orang Jerman). Raja Sisingamangaraja XII memutuskan untuk menyerang
kedudukan Belanda di Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara,
seperti di Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti dan Lumban Julu.
Awal mula datangnya orang – orang cina Sementara yang berhasil meloloskan diri dan
melakukan pembrontakan di berbagai daerah,
1. Orang china datang pada abad ke-5 dan sudah misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya
mengadakan hubungan dagang ke pulau jawa yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian
2. Pada masa kerajaan – kerajaan, banyak pedagang dikenal dengan sebutan Khe Panjang, kemudian di
china yang tinggal di Indonesia di daerah pesisir dan Jawa menjadi Ki Sapanjang. Nama ini dikaitkan
bahkan banyak juga yang menikah dengan penduduk dengan perannya dalam memimpin perlawanan di
jawa. sepanjang pesisir Jawa.
3. Pada masa VOC banyak juga orang china yang dating Perlawanan dan kekacauan yang dilakukan orang-
ke jawa orang Cina itu kemudian meluas di berbagai
tempat terutama di daerah pesisir Jawa.
4 VOC sengaja mendatangkan orang china Karena untuk Perlawanan orang-orang Cina ini mendapat
mendukung ekonomi bantuan dan dukungan dari para bupati di pesisir.
5. Tidak semua orang china yang dating adalah orang Bahkan yang menarik atas desakan para
kaya, diantara mereka ada golongan orang miskin pangeran, Raja Pakubuwana II juga ikut
mendukung pemberontakan orang-orang Cina
tersebut.
Raden Mas Said adalah putera dari Raden Mas Pada tahun 1749 dalam suasana perang, Pakubuwana
Riya yang bergelar Adipati Arya Mangkunegara jatuh sakit dan akhirnya menandatangani sebuah
dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati perjanjian bersama VOC yang berisi :
Blitar. Pada usia 14 tahun Raden Mas Said
sudah diangkat sebagai gandek kraton (pegawai 1. Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan
rendahan di istana) dan diberi gelar R.M.Ng. Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de
Suryokusumo. Raden Mas Said kemudian jure kepada VOC.
mengajukan kenaikan pangkat namun
2. Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak
pengajuan ini mendapat banyak hinaan dari
naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi
keluarga bangsawan karena Raden Mas Said
raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai
dianggap membela dan membantu
pinjaman dari VOC.
pemberontakan yang sedang dilakukan oleh
orang Cina. Pernyataan itu membuat Raden 3. Putera mahkota akan segera dinobatkan.
Mas Said sakit hati sehingga merencanakan
perlawanan terhadap VOC.
Perang Tondano I
Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tonando dikenal dalam dua tahap. Perang Tonando I terjadi
pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa Barat orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa
(Tondano) Sulawesi Utara. Orang-orang Spanyol di samping berdagang juga menyebarkan agama Katolik. Hubungan
dagang orang Minahasa dan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya
mulai terganggu dengan
kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan
Gubernur Ternate Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh
Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai timur Minahasa.
Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang mulai tersingkir karena ulah VOC. Apalagi waktu itu
Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina
VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Oleh karena VOC
sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orang-orang
Minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang
Minahasa.
Perang Tondano II
Hartingh, Residen Manado Prediger segera
Perang Tondano II sudah terjadi ketika mengumpulkan para ukung. (Ukung adalah
memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah
pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini setingkat distrik). Dari Minahasa ditarget untuk
dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2.000 orang
Jenderal Daendels. Daendels yang yang akan dikirim ke Jawa. Ternyata orang-orang
mendapat mandate untuk memerangi Minahasa umumnya tidak setuju dengan program
Inggris, memerlukan pasukan dalam Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda
jumlah besar. Untuk menambah jumlah Minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara
pasukan maka direkrut pasukan dari para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka
kalangan pribumi. Mereka yang dipilih justru ingin mengadakan perlawanan terhadap
adalah dari suku-suku yang memiliki kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas
keberanian berperang. Beberapa suku perjuangannya di Tondano, Minawanua. Salah
yang dianggap memiliki keberanian seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung
adalah orangorang Madura, Dayak dan Lonto. Ia menegaskan rakyat Minahasa harus
Perang
Minahasa. Tondan
Atas perintah Daendels melalui melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan
Kapten . terhadap program pengiriman 2.000 pemuda
Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial
yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras
secara cuma-cuma kepada Belanda.
PERANG PATTIMURA
Portugis berhasil memasuki Kepulauan
Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan
aktivitasnya
di Ternate. Tidak lama berselangorangorang Spanyol juga
memasuki Kepulauan Maluku dengan
memusatkan kedudukannyadi Tidore. Terjadilah persaing
an antara kedua belah pihak. Persaingan itu
semakin tajamsetelah Portugis berhasil menjalin persekut
uan dengan Ternate dan Spanyol bersahabat
dengan Tidore. Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tid
ore melawan Portugis. Penyebab perang ini
karena kapal Portugis menembaki jungjung dari Banda ya
ng akan membelicengkih ke Tidore. Tentu saja Tidore tida
k dapat menerima tindakan armada Portugis. RakyatTidor
e angkat senjata. Terjadilah perang antara Tidore melawa
n Portugis. Dalam perang iniPortugis mendapat dukungan
dari Ternate dan Bacan.Akhirnya Portugis mendapat kem
enangan. Dengan kemenangan ini Portugis menjadisemak
in sombong
dan sering berlaku kasar terhadap penduduk Maluku. Upa
ya monopoliterus dilakukan. Maka, wajar jika sering terja
di letupan-letupan perlawanan rakyat.Sementara itu untu
k menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol
dilaksanakan perjanjian damai, yakni Perjanjian Saragosa
pada tahun 1534. Dengan adanya Perjanjian
Saragosa kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Po
rtugis semakin berkuasa untuk
memaksakan kehendaknya melakukan monopoli perdaga
ngan rempah.
PERANG ACEH
Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan 1. Akibat perjanjian Sumatra 1871,
perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan Aceh mengadakan hubungan
tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal diplomatik dengan konsul Amerika,
perang Citadel Van Antwerpen. Pada 8 April 1873, Italia dan Turki di Singapura.
Belanda mendarat di pantai Ceureumen dibawah
2. Akibat hubungan diplomatik Aceh
pimpinan Johan Hermen Rudolf kohler, dan
dengan konsul Amerika, Italia dan
langsung bisa menguasai Masjid Raya
Turki di Singapura, Belanda
Baiturrahman. Kohler saat itu membawa 3.198
menjadikan itu sebagai alasan untuk
tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira.
menyerang Aceh.
Nama Anggota :
Bagas Prianto Usodo
Keisha Alya Khairani
Putri Enjeli
Risma Herliyanida
Risma Hermawanti
Yoga Perwira