TINJAUAN TEORI
6
membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
2. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim sectio caesariadapat
dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang
(transversal), dan sayatan huruf T (T-incision).
(Oxorn & Forte, 2018)
2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologi pada post sectio caesaria (reproduksi)
Merupakan hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas post
SC, perubahan-perubahan yang normal dan harus terjadi adalah:
1. Involusi
Merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram, dengan kata lain proses kembalinya uterus pada
keadaan semula.
Proses involusi uterus antara lain:
a. Iskemia miometrium.
b. Autolysis
c. Efek oksitosin.
2. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks post partum dengan SC adalah bentuk serviks akan menganga
seperti corong.
3. Perubahan pada endometrium
Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidual dan selaput janin. Setelah 3 hari
permukaan endometrium yang mana permukaan endometrium mulai teraba akibat
lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian endometrium
terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa desiduabasalis yang memakan
waktu 2-3 minggu.
4. Perubahan ligamen-ligamen
7
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan lahir, berangsur-angsur menciut kembali pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
(Oxorn & Forte, 2018)
2.1.5 Etiologi sectio caesaria
Menurut Menurut Amin & Hardi (2015) etiologi SC ada 3 yaitu :
1. Indikasi ibu
a. Placenta previa.
b. Ketuban pecah dini (KPD).
c. Rupture uteri mengancam.
d. Partus lama.
e. Partus tak maju.
f. Pre eklamsia dan hipertensi.
2. Indikasi janin
a. Kelainan letak.
b. Gawat janin.
c. Janin besar.
3. Kontra indikasi
a. Janin mati.
b. Syok, anemia berat sebelum diatasi.
c. Kelainan congenital berat.
2.1.6 Patofisiologi
Operasi sectio caesaria merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau ibu yang
setelah dilakukan kelahiran bayi dengan operasi sectio caesaria melalui insisi
pembedahan. Pada pasien yang setelah dilakukan operasi SC, akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produksi oksitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, sedangkan luka dari
8
insisi akan menjadi post de entries bagi kuman. Oleh karena itu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip aseptic.
Selain itu dalam post operasi sectio caesaria terjadi perubahan dalam organ
reproduksi seperti involusi, perubahan pada serviks, perubahan endometrium, dan
perubahan ligamen-ligamen. Perubahan-perubahan ini merupakan hal yang normal
dan harus terjadi.
Nyeri merupakan respon utama karena akibat insisi yang mana menimbulkan
gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pemberian anastesi.
Anastesi bisa bersifat regional atau umum. Namun anastesi umum lebih banyak
pengaruh terhadap janin maupun ibu sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan apnoe. Selain itu, pada ibu post anastesi spinal dapat berpengaruh pada
saluran pencernaan seperti terjadinya perdarahan pada saat operasi dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah cairan dalam tubuh, selain itu dapat
timbu l pula anemia. Sehingga O2 dalam tubuh dan dalam Hb menurun sehingga
terjadi metabolisme anaerob kemudian asam laktat meningkat yang mengakibatkan
suplai O2 ke jaringan menurun. Penurunan O2 tersebut dapat membuat kematian
jaringan atau yang disebut nekrose.
2.1.7 Pathway/WOC
9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Urinalisis: menentukan kadar albumin dan glukosa.
3. Kultur urine: mengidentifikasi adanya virus herpes.
2.1.9 Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis
a. Ringan: Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang: Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung.
c. Berat: Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intra partum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placenta bed.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan.
10
2.1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis:
a. Analgesik
b. Antibiotik
c. Pemberian transfusi darah.
d. Pemberian cairan parenteral seperti RL dan NaCl.
2. Kateterisasi
3. Pengaturan diit.
4. Penatalaksanaan secara keperawatan.
a. Memantau untuk TTV.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau.
c. Mobilisasi
d. Pembalutan luka.
e. Pemulangan
11
c. Kelengkapan alat dan sarana : sarana pembedahan seperti benang, cairan intravena
dan obat antibiotic profilaksis sesuai dengan kebijakan institusi.
d. Pemeriksaan fisik : teruama tanda-tanda vital dan neurovaskuler (parestesia,
kesemutan, paralisis), serta pencukuran rambut pada bagian kepala.
e. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien diruang sementara adalah sebagai berikut :
a. TTV dalam batas normal.
b. Respon nyeri tiak meningkat dan perdarahan dapat terkontrol.
c. Tingkat kecemasan pasien menurun
d. pasien mendapat dukungan psikologis dan secara singkat dapat menjelaskan
perihal prosedur pembedahan.
e. Pasien sudah terpasang kateter IV.
12
2.2.2 Proses Keperawatan Intraoperatif Sectio Caesarea
Pengkajian lengkap pembedahan sangat penting diperhatikan. Terutama
persiapan transfuse darah., dimana bedah biasanya akan banyak terjadi kehilangan
darah. Pemeriksaan TTV disesuaikan pada pasien fase praoperatif dan nanti akan
disesuaikan pada pasca operatif diruang pulih sadar. Pemeriksaan status respirasi,
kardiovaskuler dan perdarahan perlu diperhatikan dan segera dikolaborasikan
terdapat perubahan yang mencolok. Selama melakukan pengkajian, perlu
diperhatikan tingkat kecemasan pasien, persepsi dan kemampuan untuk memahami
diagnosis, operasi yang direncanakan dan prognosis: perubahan citra tubuh: serta
tingkat koping dan tehnik menurunkan kecemasan. Kaji pasien terhadap tanda dan
gejala lemas. Kaji pemahaman pasien tentang intervensi bedah yang di rencanakan,
rasa takut, kesalahpahaman mengenai prognosis dan pengalaman sebelumnya.
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah plastic yang lazim adalah Resiko
infeksi b/d adanya post operatif atau luka pembedahan dan penurunan imunitas
sekunder efek anastesi.
Rencana intervensi
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan plastic adalah menurunkan
resiko cidera, mencegah kontaminasi intra dan optimalisasi hasil pembedahan.
Criteria yang diharapkan, misalnya : pada saat masuk ruang pemulihan kondisi TTV
dalam batas normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder dari pengaturan
posisi bedah, dan luka pasca bedah tertutup kasa.
Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan pada baik resiko cidera maupun
resiko infeksi adalah sebagai berikut :
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas dan kardes pasien. Lihat kembali
lembar persetujuan tindakan., riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan diagnostik, pastikan bahwa alat
protese dan barang berharga telah dilepas dan
periksa kembali rencana perawatan pra operatif
yang berkaitan dengan rencana perawatab intra
operatif.
13
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan alat suction lengkap dan spons dalam kondisi
siap pakai.
Siapkan sarana scrub Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik, cuci
tangan pada tempatnya, gaun bedah, duk
penutup, dan duk berlubang dalam kondisi
lengkap dan siap pakai
Siapkan instrument bedah Manajemen instrument dari perawatan scrub
section cesarea sebelum pembedahan. Perawat instrument
bertnggung jawab terhadap kelengkapan
instrument dan menjaga konseep asepsis
instrmen untuk menurunkan resiko infeksi
intrabedah.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan alat penghisap lengkap dan spons dalam kondisi
siap pakai
Siapkan alat hemostatis dan Alat hemostatis merupakan pondasi dalam
alat cadangan dalam kondisi tindakan operasi untuk mencegah terjadinya
siap pakai perdarahan serius akibat kerusakan pembuluh
darah arteri. Perawat memeriksa kemampuan
alat tersebut siap pakai untuk menghindari
cidera akibat perdarahan intraoperasi
Siapkan obat-obatan Obat-obat anastesi yang dipersiapkan meliputi
pemberian anastesi spinal obat pelemas otot dan anastesi umum
Siapkan obat dan peralatan Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obat-
emergency obatan dan protocol pengobatan juga harus
tersedia. Juga harus ada defibrillator yang
berfungsi baik. Peralatan jalan nafas juga
diperlukan termasuk laringoskop, selang
endotrakeal dan jalan nafas oral dan nasal
faringeal. Selain itu, masker dan kantong
resusitasi self. Inflating adalah alat yang penting
dan harus mudah diakses
Siapkan sarana monitoring dan Penata anastesi melakukan pemeriksaan
kondisi power listrik kefektifan alat monitoring intraoperasi
Gunakan posisi terlentang, - Pasien akan dilakukan bedah histerektomi
pasang sabuk pengaman pada dilakukan pengaturan posisi terlentang. Sabuk
paha/bawah lutut, lakukan harus diikat cukup kencang untuk memberikan
pengaturan lengan yang perlindungan, tetapi juga harus cukup longgar
opttimal agar sirkulasi dapat berlangsung lancer
- Lengan pasien diputar ke papan lengan
berbantalan, gerakan berdasarkan ROM normal
mereka, posisikan lengan mengarah ke atas sisi
14
kepala pasien pada papan lengan
Kaji kondisi organ pada area Tempat yang rentan pada posisi terlentang pada
yang rentan mengalai cedera pembedahan histerktomi adalah ttonjolan tulang
posisi bedah sebelum pada bokong dan scapula
dilakukan pengaturan posisi
bedah
Lakukan manajemen asepsis Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan
prabedah pembedahan dan perawatan perioperatif.
Asepsis prabedah meliputi tehnik aseptic atau
pelaksanaan scrubing cuci tangan
Lakukan manajemen Manajemen asepsis dilakukan untuk
intraoperasi menghindari kontak dengan zona steril meliputi
pemakaian baju bedah, pemakaian sarung
tangan, persiapan kulit, pemasangan duk,
penyerahan alat yang perlukan perawat
instrument dengan perawat sirkulasi
Manajemen asepsis intraoperasi merupakan
tanggung jawab peraat instrument dengan
mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan dan bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan kepada tim bedah
setiap pelanggaran teknik aseptic atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan
Bantu ahli bedah untuk Setelah area bedah siap, maka ahli bedah
memotong gaun melakukan scrub dibantu oleh perawat asisten
dan perawat sirkulasi
Letakkan alat klem arteri, alat Peletakan alat insisi yang tepat akan
hemostatis dan alat penghisab memudahkan ahli bedah dalam melakukan insisi
pada sisi bawah area bedah
Lakukan peran perawat Perawat sirkulasi memfokuskan aktivitas
sirkulasi dalam mendukung manajemen kamar operasi agar kelancaran
pembedahan pembedahan dapat optimal dilaksanakan sejak
pengaturan posisi bedah sampai dokter bedah
melakukan penutupan luka bedah
Bantu ahli bedah saat dimulai Insisi bedah memerlukan skapel (alat penjepit)
insisi dan pisau bedah yang sesuai dengan area yang
akan dilakukan insisi. Perawat instrument
bertanggung jawab menyerahkan alat insisi dan
mempersiapkan kauter listrik yang diperlukan
dalam tindakan hemostatis. Asisten pertama
berperan membantu menyerap darah yang keluar
dan menjepit pembuluh darah akibat kerusakan
vaskuler pada area insisi dengan menggunakan
15
spon dan klem arteri. Perawat instrument
menggunakan alat hemostatis listrik pada klem
arteri untuk menjepit attau menghentikan
perdarahan
Bantu ahli bedah pada saat Pada saat pembukaan jaringan pasien
membuka jaringan kulit, mempunyai resiko cidera. Perawat asiesten
lemah, otot abdomen, bedah membantu ahli bedah dengan membuka
peritonemum, dan obat rahim jaringan dengan refraktor dngan hati-hati sambil
mengikuti arahan ahli bedah
Bantu ahli bedah saat Perawat asisten bedah membantu mendorong
mengeluarkan janin secara janin secara manual dari dinding perut untuk
manual mempermudah ahli bedah dalam mengankat
janin
Bantu ahli bedah saat Perawat asisten bedah membantu mendorong
mengluarkan plasenta secara janin secara manual dari dinding perut untuk
manual mempermudah ahli bedah dalam mengankat
plasenta
Lakukan perawatan bayi Bayi baru lahir dari intervensi section caesarea
harus mendpatkan perawatan bayi
Lakukan penghitungan kaca Penghitungan yang tepat akan mencegah
dan instrument yang telah tertinggalnya kasa pada area bedah sehingga
digunkan menurunkan resiko cidera pada pasien
Bantu ahli bedah dalam -Prosedur penutupan jaringan dilakukan setelah
menutup jaringan tujuan pembedhan sudah selesai dilakukan.
-Penutupan dilakukan lapis demi lapis sesuai area
atau jaringan yang telah dilakukan pembedahan.
-Perawat instrument menurunkan resiko cidera
dengan mempersiapkan dan memilih sarana
penjahitan akan digunakan sesuai jaringan yang
dijahit, dan kondisi atau kelayakan instrument
agar kerusakan jaringan dapat minimal
-Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau asisen
bedah. Apabila dilakukan ahli bedah maka
asisten bedah membantu penutupan jaringan
agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien
agar kerusakan jaringan dapat minimal
Lakukan penutupan luka bedah Sebelumnya area bedah bekas darah dan lainnya
dilakukan desinfeksi dan dibersihkan. Kemudian
perawat mengangkat duk, luka ditutup dengan
kasa dan diplester secara keseluruhan
2.2.1 Proses Keperawatan pasca operatif section caesarea
16
Asuhan keperawatan difokuskan pada optimalisasi pembedahan section caesarea,baik
dukungan psikologis prainduksi diruang sementara sampai pasien selesai
pembedahan ke ruang pulih sadar.
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah plastic yang lazim adalah sebagai
berikut:
1. Resiko cidera b/d pengaturan posisi bedah dan trauma.
2. Resiko jatuh b/d adanya efek anastesi.
Rencana intervensi
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan plastic adalah menurunkan resiko
cidera; terbebas dari jatuh ; dan melakukan tindakan keamanan. Criteria yang
diharapkan, misalnya : pada saat masuk ruang pemulihan kondisi TTV dalam batas
normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder dari pengaturan posisi bedah.
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh
c. Menghindarkan lingkungan yang bahaya ( misalnya: memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Memberikan penerangan yang cukup
g. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
17
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : D3 Akuntansi
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa
Bahasa sehari-hari : B. Indonesia dan Jawa
Alamat : Jombang
Dokter yang merawat : Dr. E
Genogram :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Satu rumah
18
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utaman
a. Pre-operatif : pasien mengatakan kawatir akan dilakukan tindakan pembedahan
b. Intra-operatif : -
c. Post-operatif : pasien mengtakan bagian tubuh bawah tidak terasa apa-apa
19
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
a. penyakit yang sedang diderita anggota keluarga : pasien mengatakan keluarga
tidk mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,Hipertensi, dan TBC
b. penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : pada anggota keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,Hipertensi, dan TBC
B1 ( Breath ) Pernafasan
Pre operatif Intra operatif Post operatif
Bentuk Dada Normochest normochest Normochest
Ekspansi Paru Simetris Simetris Simetris
Irama Nafas Teratur Teratur Teratur
Jenis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Alat bantu nafas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Deviasi trakea Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pernafasan cuping Tidak ada Tidak ada Tidak ada
hidung
Retraksi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Supradavicula
Retraksi Otot Tidak ada Tidak ada Tidak ada
20
Intercostalis
Perkusi dada Sonor Sonor Sonor
Vocal/Tactile Simetris Simetris Simetris
Fremitus
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Peningkatan Vena Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Jugularis
Clubbing Fingers Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan
B2 ( Blood ) Kardiovaskuler
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Keluhan nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dada
Irama jantung Regular Regular Regular
S1/S2 tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
Suara Jantung Normal (Lup- Normal (Lup-Dup) Normal (Lup-Dup)
Dup)
Palpitasi Tidak Tidak Tidak
Edema Tidak Tidak Tidak
Syncope Tidak Tidak Tidak
Hipotensi Tidak Tidak Tidak
Ortostatik/Ortopn
ea
CRT < 2 detik - <2 detik
Akral Teraba hangat Dingin, perdarahan Teraba hangat
JVP Normal Normal Normal
PMI ICS 4 dan 5 ICS 4 dan 5 ICS 4 dan 5
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan
B3 ( Brain ) Persyarafan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
GCS E:4, V:5, M:6 E:1, V:1, M:6 E:4, V:5, M:6
Reflek Fisiologis - - -
Reflek Patologis - - -
Keluhan Tidak Tidak Tidak
pusing/Vertigo
Pupil Isokor 3+/3+ isokor Isokor
21
Sklera/konjungtiva Putih/merah muda Putih/merah muda Putih/merah
muda
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pandangan
Istirahat/Tidur 2 jam Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Gangguan Syaraf Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Cranialis
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Memori/ingatan
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pendengaran
Afasia Tidak ada Tidak ada Tidak ada
motoric/sensorik
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penciuman/
pembauan/
pengecapan
Neuropati Tidak Tidak Tidak
Kejang Tidak Tidak Tidak
Battle sign Tidak Tidak Tidak
Lain-lain Tidak ada
Masalah nyeri Tidak ditemukan Tidak
keperawatan masalah ditemukan
keperawatan masalah
keperawatan
B4 ( Bladder ) Perkemihan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Kebersihan Bersih Bersih Bersih
Keluhan kencing Tidak Tidak Tidak
Produksi 600cc Belum BAK Belum BAK
urine/jumlah
Warna Kuning jernih Tidak ada Tidak ada
Bau Amoniak Amoniak Amoniak
Alat bantu ( Kateter, DC DC DC
dll )
Kandung kemih Tidak Tidak Tidak
membesar
Nyeri tekan Tidak Tidak Tidak
Intake cairan oral Puasa Puasa Puasa
Parenteral Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ada Tidak ada masalah Tidak ada
22
keperawatan masalah keperawatan masalah
keperawatan keperawatan
B5 ( Bowel ) Pencernaan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Mulut Bersih Bersih Bersih
Mukosa Lembab Lembab Lembab
Gigi Lengkap Lengkap Lengkap
Tenggorakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Luka operasi Tidak ada ada ada
Jenis operasi Tidak ada SC SC
Keadaan Lemah Lemah Lemah
Peristaltik 18x/mnt - 17x/mnt
BAB lunak Belum BAB Belum BAB
konsistensi
Diet Puasa Puasa Puasa
Nafsu makan Puasa Puasa Puasa
Porsi makan Puasa Puasa Puasa
NGT Tidak Tidak Tidak
Mual/muntah Tidak Tidak Tidak
Striae Ada/hitam Ada/hitam Ada/hitam
Psoas Sign Tidak Tidak Tidak
Obstrurator sign Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan
B6 ( Bone ) Muskulokeletal/Integumen
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Kemampuan Terbatas Terbatas Terbatas
pergerakan
sendi
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/0/0 5/5/0/0
Kelainan Tidak Tidak Tidak
Ekstremitas
Kelainan tulang Tidak Tidak Tidak
belakang
Fraktur - - -
Kulit Elastis Insisi kurang lebih -
12 cm, ada darah
didaerah luka
23
Turgor Baik Baik Baik
Luka Ada, luka post Ada, kurang lebih Ada, kurang lebih
ORIF ( Kemerahan 12cm 12cm
dan bengkak )
Edema Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ada masalah Tida ada masalah Resiko Jatuh
keperawatan keperawatan keperawatan
Endokrin
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Tiroid Tidak Tidak Tidak
membesar
Pembesaran Tidak Tidak Tidak
kelenjar getah
bening
Hiperglikemi Tidak Tidak Tidak
Hipoglikemi Tidak Tidak Tidak
Luka gangrene Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan
Personal Hygiene
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Mandi Tidak Tidak Tidak
Sikat gigi Tidak Tidak Tidak
Keramas Tidak Tidak Tidak
Memotong kuku Tidak Tidak Tidak
Ganti pakaian 2x/hari Tidak Tidak
Merokok Tidak Tidak Tidak
Alkohol Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan
24
Trombosit (Platelet) 205,000 sel/uL 150,000-440,000
Hitung Jenis (Diff Count) sel/uL
Eosinofil 4%
Basofil 1% 2-4 %
Stab 2% 0-1 %
Segment 45% 3-5 %
Limfosit 33% 50-70 %
Monosit 5% 25-40 %
4-8 %
25
3.1.10 Persiapan Alat
No Item instrument Pre Intra Post
1 Bengkok 1 1 1
2 Cannule section 1 1 1
3 Cucling besar 1 1 1
4 Desinfeksi klem 1 1 1
5 Duk klem 5 5 5
6 Elis - - -
7 Gunting benang 1 1 1
8 Gunting jaringan 1 1 1
9 Hak langen 1 1 1
10 Hak dacul - - -
11 Hak Sc 1 1 1
12 Handle mes 1 1 1
13 Klem krom 4 4 4
14 Klem panjang 2 2 2
15 Klem pean 4 4 4
16 Klem ring 4 4 4
17 Klem tali pusat 2 2 2
18 Kocker1 2 2 2
19 Nald fooder 2 2 2
20 Pinset anatomis 1 1 1
21 Pinset chirugis 2 2 2
22 Spatel 1 1 1
23 Myoma boor - - -
24 Darm kassa 1 - -
25 Jarum atraumatik - - -
26 Jarum cutting - - -
27 Jarum ronde - - -
28 Kasa deppers 6 6 6
26
3.1.12 Analisa Data
Nama pasien : Ny. R
Umur : 25 tahun
No RM : 06xxxx
Tanggal Jam Data Penyebab Masalah
25/11/201 12.00 Pre-operatif Pre-operasi Ansietas
9
DS : pasien
mengatakan cemas Kurang informasi
akan dilakukan tindakan
tindakan pembedahan pembedahan
DO :
- pasien tampak
gelisah Stressor pada pasien
- pasien terus berdoa
- TTV :
TD: 110/80 mmHg Ansietas
Nadi: 108x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 37,3oC
Djj : 176x/menit
27
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 109x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 37,3oC
Djj : 176x/menit
28
3.2 Diagnosa Keperawatan
No Diagnose T.T
Pre-operatif
1 Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tindakan pembedahan yang
ditandai dengan pasien mengatakan cemas akan dilakukan
tindakan pembedahan, pasien tampak gelisah, pasien terus berdoa,
TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 108x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu:
37,3oC, Djj : 176x/menit
2 Nyeri akut b/d adanya kontraksi uterus yang ditandai dengan,
pasien mengatakan nyeri kontraksi, pasien merintih kesakitan, P :
nyeri kontraksi uterus, Q : nyeri kenceng-kenceng, R : nyeri
bagian abdomen menjalar ke pingang, S : skala nyeri 9, T : nyeri
hilang timbul, TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 109x/mnt, RR:
20x/mnt, Suhu: 37,3oC, Djj : 176x/menit
3 Intra-operatif
Resiko infeksi b/d adanya port de entrée luka pembedahan yang
ditandai dengan Nampak luka pada abdomen bagian bawah ±
12cm, Anastesi SAB, Luka ditutupi kasa, TTV : TD: 110/80
mmHg, Nadi: 104x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 37oC
4 Post-operatif
Resiko jatuh b/d efek anastesi yang ditandai dengan, pasien
mengatakan bagian tubuh bawah belum terasa apa-apa, Kekuatan
otot
55
00
Penurunan kekuatan ekstremitas bawah, Pengaruh anastesi SAB
29
3.3 Intervensi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa NOC NIC & Rasional
1 25/11/19 Pre-operatif Setelah dilakuakan 1. kaji tingkat kceasan
Ansietas b/d tindakan pasien
kurangnya keperawatan R/ cemas dapat
pengetahuan diharapkan cemas mengidantifikasi
tindakan pasien dapat kurangnya kemampuan
pembedahan teratasi, dengan pasien menyerap
criteria hasil : informasi dan
1. pasien tidak mengatasi masalah
gelisah 2. tentukan bagaimna
2. pasien tenang koping pasien dalam
3. TTV dalam batas mengatasi masalah
normal R/ membantu
menentukan koping
paling efektif yang
dapat dilakukan pasien
3. yakinkan pasien pasien
bahwa pasien aman dan
ditangani oleh tenaga
medis professional
R/kehadiran orang
dipercaya membantu
menenangkan cemas
pasien
4. ajarkan pasien tehnik
relaksasi (nafas dalam)
R/ relaksasi dapat
memnuat pasien lebih
rileks
5. observasi TTV
30
3. skala 0 dari 0-10 memberikan rasa
4. ekspresi pasien nyaman
tidak meringis R/ dapat mempengaruhi
5. TTV dalam batas kemampuan pasien
normal untuk istirahat secara
efektif
6. anjurkan pasien
melakukan relaksasi
saat timbul nyeri
R/ relaksasi membuat
pasien lebih rileks
31
diharapkan resiko jatuh.
jatuh tidak terjadi R/ mengetahui perilaku
dengan criteria yang membuat pasien
hasil : jatuh
1. pasien aman 2. kunci pengaman tempat
2. terpasang tidur
pengaman R/ meningkatkan
pinggir tempat keamanan pasien agar
tidur tidak jatuh
3. jauhkan pasien dari
benda bahaya
menciptakan
lingkungan yang aman
4. posisikan pasien di
tengah tempat tidur
R/ memberikan
keamanan pasien agar
tidak jatuh
32
3.4 Implementasi Keperawatan
D Tangga Jam Tindakan keperawatan dan respon T.T
x l
1 25/11/1 12.05 7. memantau TTV pasien
9 R/ TD: 110/80 mmHg, Nadi: 108x/mnt, RR:
24x/mnt, Suhu: 37,3oC
8. mengajarkan tehnik relaksasi
R/ pasien tampak sedikit tenang
9. meyakinkan pasien bahwa aman saat tindakan
pembedahan dilakukan
R/ pasien tampak banyak bertanya
10. menanyakan yang dilakukan pada saat
cemas
R/ pasien mengatakan hanya bias berdoa dan
berfikir positif
11. Menjelaskan informasi tentang prosedur
ketika operasi
R/ pasien mengerti yang dijelaskan oleh perawat
33
20x/mnt, Suhu: 37oC
12.40 5. melakukan drapping pada area yang akan
dilakukan insisi
R/ drapping dilakukan disekitar insisi
34
3.5 Evaluasi Keperawatan
Dx Jam Evaluasi T.T
1 12.15 Pre-operatif
S : pasien mengatakan cemas berkurang
O:
- TD: 110/80 mmHg, Nadi: 98x/mnt, RR: 21x/mnt, Suhu:
37,2oC, Djj : 176x/menit
- Pasien tampak tenang
A : masalah ansietas teratasi
P : pertahankan kondisi umum pasien
2 12.15 Pre-operatif
S : pasien mengatakan nyeri semakin bertambah menjadi
skala 10
O:
- P: nyeri kontraksi, Q: nyeri kenceng-kenceng(tegang),
R:abdomen bagian bawah menjalar ke pinggang, S: sakal
10 dari 0-10, T: terus menerus
- TD: 110/80 mmHg, Nadi: 86x/mnt, RR: 19x/mnt, Suhu:
36,5oC,
A : masalah belum teratasi
P :lanjut intervensi 2,3,5
3 12.25 Intra-operatif
S:
O:
- Ukuran insisi ± 12cm
- Pasien dalam durate operasi dengan regional anastesi
SAB
- Keadaan umum lemah
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
- Luka operasi ditutup kasa steril
A : masalah resiko infeksi tidak terjadi
P : pertahankan keadaan umum pasien
35
inap)
36