Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit (Sectio Caesaria)


2.1.1 Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2014).
Menurut WHO (2016) sectio caesarea (SC) adalah salah satu operasi bedah yang
paling umum dilakukan di dunia saat ini sebagai salah satu cara untuk membantu
proses kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
rahim (histerektomi). Dengan demikian ibu nifas dengan post operasi sectio caesaria
adalah perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan cara insisi atau
pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ
reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

2.1.2 Klasifikasi sectio caesaria


1. Sectio caesaria abdominalis terdapat 2 macam yaitu:
a. Sectio caesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri yang
mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa diperpanjang proksimal
atau distal. Sedangkan kekurangannya yaitu infeksi mudah menyebar secara
intra abdominal karena tidak adanya repetonealisasi yang baik dan persalinan
berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b. Sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim
dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan dengan
repetonealisasi pada luka dengan baik, perdarahan kurang atau lebih kecil. Dan
memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri, bawah, kanan, sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak serta keluha pada kandung kemih post
operatif tinggi. Sedangkan sectio caesaria ekstra peritonealisasi yaitu tanpa

6
membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
2. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim sectio caesariadapat
dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang
(transversal), dan sayatan huruf T (T-incision).
(Oxorn & Forte, 2018)
2.1.4 Perubahan anatomi dan fisiologi pada post sectio caesaria (reproduksi)
Merupakan hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas post
SC, perubahan-perubahan yang normal dan harus terjadi adalah:
1. Involusi
Merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan bobot hanya 60 gram, dengan kata lain proses kembalinya uterus pada
keadaan semula.
Proses involusi uterus antara lain:
a. Iskemia miometrium.
b. Autolysis
c. Efek oksitosin.
2. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks post partum dengan SC adalah bentuk serviks akan menganga
seperti corong.
3. Perubahan pada endometrium
Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidual dan selaput janin. Setelah 3 hari
permukaan endometrium yang mana permukaan endometrium mulai teraba akibat
lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian endometrium
terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa desiduabasalis yang memakan
waktu 2-3 minggu.
4. Perubahan ligamen-ligamen

7
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan lahir, berangsur-angsur menciut kembali pada 6-7 minggu pasca
persalinan.
(Oxorn & Forte, 2018)
2.1.5 Etiologi sectio caesaria
Menurut Menurut Amin & Hardi (2015) etiologi SC ada 3 yaitu :
1. Indikasi ibu
a. Placenta previa.
b. Ketuban pecah dini (KPD).
c. Rupture uteri mengancam.
d. Partus lama.
e. Partus tak maju.
f. Pre eklamsia dan hipertensi.
2. Indikasi janin
a. Kelainan letak.
b. Gawat janin.
c. Janin besar.
3. Kontra indikasi
a. Janin mati.
b. Syok, anemia berat sebelum diatasi.
c. Kelainan congenital berat.

2.1.6 Patofisiologi
Operasi sectio caesaria merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau ibu yang
setelah dilakukan kelahiran bayi dengan operasi sectio caesaria melalui insisi
pembedahan. Pada pasien yang setelah dilakukan operasi SC, akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produksi oksitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, sedangkan luka dari

8
insisi akan menjadi post de entries bagi kuman. Oleh karena itu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip aseptic.
Selain itu dalam post operasi sectio caesaria terjadi perubahan dalam organ
reproduksi seperti involusi, perubahan pada serviks, perubahan endometrium, dan
perubahan ligamen-ligamen. Perubahan-perubahan ini merupakan hal yang normal
dan harus terjadi.
Nyeri merupakan respon utama karena akibat insisi yang mana menimbulkan
gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pemberian anastesi.
Anastesi bisa bersifat regional atau umum. Namun anastesi umum lebih banyak
pengaruh terhadap janin maupun ibu sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan apnoe. Selain itu, pada ibu post anastesi spinal dapat berpengaruh pada
saluran pencernaan seperti terjadinya perdarahan pada saat operasi dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah cairan dalam tubuh, selain itu dapat
timbu l pula anemia. Sehingga O2 dalam tubuh dan dalam Hb menurun sehingga
terjadi metabolisme anaerob kemudian asam laktat meningkat yang mengakibatkan
suplai O2 ke jaringan menurun. Penurunan O2 tersebut dapat membuat kematian
jaringan atau yang disebut nekrose.

2.1.7 Pathway/WOC

9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Urinalisis: menentukan kadar albumin dan glukosa.
3. Kultur urine: mengidentifikasi adanya virus herpes.

2.1.9 Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis
a. Ringan: Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang: Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung.
c. Berat: Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intra partum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placenta bed.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan.

10
2.1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis:
a. Analgesik
b. Antibiotik
c. Pemberian transfusi darah.
d. Pemberian cairan parenteral seperti RL dan NaCl.
2. Kateterisasi
3. Pengaturan diit.
4. Penatalaksanaan secara keperawatan.
a. Memantau untuk TTV.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau.
c. Mobilisasi
d. Pembalutan luka.
e. Pemulangan

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Proses Keperawatan pra operatif section caesarea
Diruang pra bedah (ruang sementara), perawat melakukan pengkajian ringkas
mengenal kondisi fisik psien dan kelengkapan yang berhubungn dengan pembedahan.
Diagnosis keperawatan individu bergantung pada pengkajian keperawatan tinjau
rekam medis untuk merencanakan kebutuhan pasien yang spesifik dalam
hubungannya dngan pendekatan bedah yang direncanakan, posisi pasien, kebutuhna
peralatan dan perlengkapan khusu, tindakan pendahuluan (jalur kateter IV, cukur,
dll). Pengkajian ringkas tersebut adalah :
a. Validasi : perawatan melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien sebagai
data dasar untuk mencocokan produk jenis pembedahan yang akan dilakukan.
b. Kelengkapan administrasi : status rekam medic, data-data penunjang
(laboratorium, radiologi, hasil CT-SCAN, serta nomer serial tengkorak harus
tersedia).

11
c. Kelengkapan alat dan sarana : sarana pembedahan seperti benang, cairan intravena
dan obat antibiotic profilaksis sesuai dengan kebijakan institusi.
d. Pemeriksaan fisik : teruama tanda-tanda vital dan neurovaskuler (parestesia,
kesemutan, paralisis), serta pencukuran rambut pada bagian kepala.
e. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan.

Diagnosa keperawatan diruang sementara yang lazim digunakan adalah


1. kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang  prosedur
pembedahan,  penyembuhan dan  perawatan post operasi .
2. Kurang  pengetahuan  berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
penyakit.

Rencana intervensi yang lazim dilakukan adalah sebagai beriikut :


a. Observasi TTv dan berkolaborasi dengan tim medis apabila ditemukan perubahan
atau ketidaknormalan dari hasil pemeriksaan TTv. Observasi TTv merupakan data
dasar yang penting sebagai bahan evaluasi pasca bedah diruang pemulihan.
b. Pengaturan posisi fisiologis untuk menurunkan respon nyeri.
c. Komunikasi terapeutik dan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat
kecemasan.
d. Penjelasan singkat tenttang prosedur yang akan dilakukna perawat dan dokter
selama pasien masih sadar.
e. Pemasangan kateter IV dengan jarum berdiameter besar.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien diruang sementara adalah sebagai berikut :
a. TTV dalam batas normal.
b. Respon nyeri tiak meningkat dan perdarahan dapat terkontrol.
c. Tingkat kecemasan pasien menurun
d. pasien mendapat dukungan psikologis dan secara singkat dapat menjelaskan
perihal prosedur pembedahan.
e. Pasien sudah terpasang kateter IV.

12
2.2.2 Proses Keperawatan Intraoperatif Sectio Caesarea
Pengkajian lengkap pembedahan sangat penting diperhatikan. Terutama
persiapan transfuse darah., dimana bedah biasanya akan banyak terjadi kehilangan
darah. Pemeriksaan TTV disesuaikan pada pasien fase praoperatif dan nanti akan
disesuaikan pada pasca operatif diruang pulih sadar. Pemeriksaan status respirasi,
kardiovaskuler dan perdarahan perlu diperhatikan dan segera dikolaborasikan
terdapat perubahan yang mencolok. Selama melakukan pengkajian, perlu
diperhatikan tingkat kecemasan pasien, persepsi dan kemampuan untuk memahami
diagnosis, operasi yang direncanakan dan prognosis: perubahan citra tubuh: serta
tingkat koping dan tehnik menurunkan kecemasan. Kaji pasien terhadap tanda dan
gejala lemas. Kaji pemahaman pasien tentang intervensi bedah yang di rencanakan,
rasa takut, kesalahpahaman mengenai prognosis dan pengalaman sebelumnya.
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah plastic yang lazim adalah Resiko
infeksi b/d adanya post operatif atau luka pembedahan dan penurunan imunitas
sekunder efek anastesi.
Rencana intervensi
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan plastic adalah menurunkan
resiko cidera, mencegah kontaminasi intra dan optimalisasi hasil pembedahan.
Criteria yang diharapkan, misalnya : pada saat masuk ruang pemulihan kondisi TTV
dalam batas normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder dari pengaturan
posisi bedah, dan luka pasca bedah tertutup kasa.
Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan pada baik resiko cidera maupun
resiko infeksi adalah sebagai berikut :
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas dan kardes pasien. Lihat kembali
lembar persetujuan tindakan., riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan diagnostik, pastikan bahwa alat
protese dan barang berharga telah dilepas dan
periksa kembali rencana perawatan pra operatif
yang berkaitan dengan rencana perawatab intra
operatif.

13
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan alat suction lengkap dan spons dalam kondisi
siap pakai.
Siapkan sarana scrub Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik, cuci
tangan pada tempatnya, gaun bedah, duk
penutup, dan duk berlubang dalam kondisi
lengkap dan siap pakai
Siapkan instrument bedah Manajemen instrument dari perawatan scrub
section cesarea sebelum pembedahan. Perawat instrument
bertnggung jawab terhadap kelengkapan
instrument dan menjaga konseep asepsis
instrmen untuk menurunkan resiko infeksi
intrabedah.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan alat penghisap lengkap dan spons dalam kondisi
siap pakai
Siapkan alat hemostatis dan Alat hemostatis merupakan pondasi dalam
alat cadangan dalam kondisi tindakan operasi untuk mencegah terjadinya
siap pakai perdarahan serius akibat kerusakan pembuluh
darah arteri. Perawat memeriksa kemampuan
alat tersebut siap pakai untuk menghindari
cidera akibat perdarahan intraoperasi
Siapkan obat-obatan Obat-obat anastesi yang dipersiapkan meliputi
pemberian anastesi spinal obat pelemas otot dan anastesi umum
Siapkan obat dan peralatan Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obat-
emergency obatan dan protocol pengobatan juga harus
tersedia. Juga harus ada defibrillator yang
berfungsi baik. Peralatan jalan nafas juga
diperlukan termasuk laringoskop, selang
endotrakeal dan jalan nafas oral dan nasal
faringeal. Selain itu, masker dan kantong
resusitasi self. Inflating adalah alat yang penting
dan harus mudah diakses
Siapkan sarana monitoring dan Penata anastesi melakukan pemeriksaan
kondisi power listrik kefektifan alat monitoring intraoperasi
Gunakan posisi terlentang, - Pasien akan dilakukan bedah histerektomi
pasang sabuk pengaman pada dilakukan pengaturan posisi terlentang. Sabuk
paha/bawah lutut, lakukan harus diikat cukup kencang untuk memberikan
pengaturan lengan yang perlindungan, tetapi juga harus cukup longgar
opttimal agar sirkulasi dapat berlangsung lancer
- Lengan pasien diputar ke papan lengan
berbantalan, gerakan berdasarkan ROM normal
mereka, posisikan lengan mengarah ke atas sisi

14
kepala pasien pada papan lengan

Kaji kondisi organ pada area Tempat yang rentan pada posisi terlentang pada
yang rentan mengalai cedera pembedahan histerktomi adalah ttonjolan tulang
posisi bedah sebelum pada bokong dan scapula
dilakukan pengaturan posisi
bedah
Lakukan manajemen asepsis Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan
prabedah pembedahan dan perawatan perioperatif.
Asepsis prabedah meliputi tehnik aseptic atau
pelaksanaan scrubing cuci tangan
Lakukan manajemen Manajemen asepsis dilakukan untuk
intraoperasi menghindari kontak dengan zona steril meliputi
pemakaian baju bedah, pemakaian sarung
tangan, persiapan kulit, pemasangan duk,
penyerahan alat yang perlukan perawat
instrument dengan perawat sirkulasi
Manajemen asepsis intraoperasi merupakan
tanggung jawab peraat instrument dengan
mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan dan bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan kepada tim bedah
setiap pelanggaran teknik aseptic atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan
Bantu ahli bedah untuk Setelah area bedah siap, maka ahli bedah
memotong gaun melakukan scrub dibantu oleh perawat asisten
dan perawat sirkulasi
Letakkan alat klem arteri, alat Peletakan alat insisi yang tepat akan
hemostatis dan alat penghisab memudahkan ahli bedah dalam melakukan insisi
pada sisi bawah area bedah
Lakukan peran perawat Perawat sirkulasi memfokuskan aktivitas
sirkulasi dalam mendukung manajemen kamar operasi agar kelancaran
pembedahan pembedahan dapat optimal dilaksanakan sejak
pengaturan posisi bedah sampai dokter bedah
melakukan penutupan luka bedah
Bantu ahli bedah saat dimulai Insisi bedah memerlukan skapel (alat penjepit)
insisi dan pisau bedah yang sesuai dengan area yang
akan dilakukan insisi. Perawat instrument
bertanggung jawab menyerahkan alat insisi dan
mempersiapkan kauter listrik yang diperlukan
dalam tindakan hemostatis. Asisten pertama
berperan membantu menyerap darah yang keluar
dan menjepit pembuluh darah akibat kerusakan
vaskuler pada area insisi dengan menggunakan

15
spon dan klem arteri. Perawat instrument
menggunakan alat hemostatis listrik pada klem
arteri untuk menjepit attau menghentikan
perdarahan
Bantu ahli bedah pada saat Pada saat pembukaan jaringan pasien
membuka jaringan kulit, mempunyai resiko cidera. Perawat asiesten
lemah, otot abdomen, bedah membantu ahli bedah dengan membuka
peritonemum, dan obat rahim jaringan dengan refraktor dngan hati-hati sambil
mengikuti arahan ahli bedah
Bantu ahli bedah saat Perawat asisten bedah membantu mendorong
mengeluarkan janin secara janin secara manual dari dinding perut untuk
manual mempermudah ahli bedah dalam mengankat
janin
Bantu ahli bedah saat Perawat asisten bedah membantu mendorong
mengluarkan plasenta secara janin secara manual dari dinding perut untuk
manual mempermudah ahli bedah dalam mengankat
plasenta
Lakukan perawatan bayi Bayi baru lahir dari intervensi section caesarea
harus mendpatkan perawatan bayi
Lakukan penghitungan kaca Penghitungan yang tepat akan mencegah
dan instrument yang telah tertinggalnya kasa pada area bedah sehingga
digunkan menurunkan resiko cidera pada pasien
Bantu ahli bedah dalam -Prosedur penutupan jaringan dilakukan setelah
menutup jaringan tujuan pembedhan sudah selesai dilakukan.
-Penutupan dilakukan lapis demi lapis sesuai area
atau jaringan yang telah dilakukan pembedahan.
-Perawat instrument menurunkan resiko cidera
dengan mempersiapkan dan memilih sarana
penjahitan akan digunakan sesuai jaringan yang
dijahit, dan kondisi atau kelayakan instrument
agar kerusakan jaringan dapat minimal
-Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau asisen
bedah. Apabila dilakukan ahli bedah maka
asisten bedah membantu penutupan jaringan
agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien
agar kerusakan jaringan dapat minimal

Lakukan penutupan luka bedah Sebelumnya area bedah bekas darah dan lainnya
dilakukan desinfeksi dan dibersihkan. Kemudian
perawat mengangkat duk, luka ditutup dengan
kasa dan diplester secara keseluruhan
2.2.1 Proses Keperawatan pasca operatif section caesarea

16
Asuhan keperawatan difokuskan pada optimalisasi pembedahan section caesarea,baik
dukungan psikologis prainduksi diruang sementara sampai pasien selesai
pembedahan ke ruang pulih sadar.
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah plastic yang lazim adalah sebagai
berikut:
1. Resiko cidera b/d pengaturan posisi bedah dan trauma.
2. Resiko jatuh b/d adanya efek anastesi.

Rencana intervensi
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan plastic adalah menurunkan resiko
cidera; terbebas dari jatuh ; dan melakukan tindakan keamanan. Criteria yang
diharapkan, misalnya : pada saat masuk ruang pemulihan kondisi TTV dalam batas
normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder dari pengaturan posisi bedah.
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh
c. Menghindarkan lingkungan yang bahaya ( misalnya: memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Memberikan penerangan yang cukup
g. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

Evaluasi keperawatan pascaoperatif


Evaluasi yang diharapkan pada pasien pascaoperatif adalah sebagai berikut :
a. Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal
b. Tidak terjadi komplikasi pasca bedah
c. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
d. Tidak terjadi infeksi luka operasi
e. Hilangnya rasa cemas
f. Meningkatnya konsep diri pasien

17
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Florencia Yunaike.S NIM : 2016.01.008


Pengkajian : 25 november 2019 Alo/Autonamnesa :Auto anamnase
Tanggal MRS : 25 november 2019 Jam : 13.40
Ruang/no. bed : OK 3 No. RM : 06xxxx
Diagnose medis : SC + fotal distress

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : D3 Akuntansi
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa
Bahasa sehari-hari : B. Indonesia dan Jawa
Alamat : Jombang
Dokter yang merawat : Dr. E
Genogram :

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Satu rumah

18
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utaman
a. Pre-operatif : pasien mengatakan kawatir akan dilakukan tindakan pembedahan
b. Intra-operatif : -
c. Post-operatif : pasien mengtakan bagian tubuh bawah tidak terasa apa-apa

3.1.3 Riwayat Penyakit saat ini :


Pasien mengatakan badannya padan dan terasa kontraksi, hilang timbul, pasien
dibawa keluarga ke RSKM di pukul 06.00 WIB dan dilakukan pemeriksaan dengan
hasil tekanan darah : 170/80 mmHg, nadi : 102x/menit, respirasi : 22x/menit, suhu :
390C, DJJ : 174x/menit. Dengan pembukaan O1, dibrikan terapi infuse RL 500cc.
pukul 07.00WIB pasien dipindahkan ke ruang cempaka dan dilakukan observasi.
Pukul 12.00WIB pasien dianjurkan operasi oleh dr. E dengan hasil pemeriksaan
tekanan darah : 170/80 mmHg, nadi : 104x/menit, respirasi : 22x/menit, suhu : 390C,
DJJ : 174x/menit, VT : O8.
Saat dilakukan pengkajian sebelum operasi, pasien meengatakan khawatir akan
dilkaukan tindakan pembedahan.pada pukul 12.15 WIB pasien mendapat anestesi
dengan cara SAB. Pukul 12.30 WIB dilkaukan tindakan pembedahan. Pada pukul
13.10 WIB tindakan operasi selesai dan pasien dibawa ke Recovery Room.
Saat dilakukan pengkajian setelah operasi pasien mengatakan sudah lega karena
operasi telah selesai. Pada pukul 14.00 WIB dipindahkan ke ruang rawat inap
cempaka karena kondisi pasien sudah stabil.

3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS
sebelumnya
b. kebiasaan berobat : pasien mengatakan ketika sakit dan control kehamilan
periksa ke puskesmas
c. Alergi : pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan
ataupun makanan

19
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
a. penyakit yang sedang diderita anggota keluarga : pasien mengatakan keluarga
tidk mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,Hipertensi, dan TBC
b. penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : pada anggota keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,Hipertensi, dan TBC

3.1.6 Pemeriksaan Fisik


ROS ( Review of System)

Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif


Keadaan Umum Lemah Lemah lemah
Tanda-tanda Vital
TD 110/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg
Nadi 108x/mnt 104x/mnt 86x/mnt
RR 24x/mnt 20x/mnt 19x/mnt
Suhu 37,3oC 37oC 36,7oC
TB (Tinggi Badan) 155 cm 155 cm 155 cm
BB (Berat Badan) 62 kg
Masalah keperawatan Ansietas Tidak ada Tidak ada
masalah masalah
keperawatan keperawatan

B1 ( Breath ) Pernafasan
Pre operatif Intra operatif Post operatif
Bentuk Dada Normochest normochest Normochest
Ekspansi Paru Simetris Simetris Simetris
Irama Nafas Teratur Teratur Teratur
Jenis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Alat bantu nafas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Deviasi trakea Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pernafasan cuping Tidak ada Tidak ada Tidak ada
hidung
Retraksi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Supradavicula
Retraksi Otot Tidak ada Tidak ada Tidak ada

20
Intercostalis
Perkusi dada Sonor Sonor Sonor
Vocal/Tactile Simetris Simetris Simetris
Fremitus
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Peningkatan Vena Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Jugularis
Clubbing Fingers Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan

B2 ( Blood ) Kardiovaskuler
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Keluhan nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dada
Irama jantung Regular Regular Regular
S1/S2 tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
Suara Jantung Normal (Lup- Normal (Lup-Dup) Normal (Lup-Dup)
Dup)
Palpitasi Tidak Tidak Tidak
Edema Tidak Tidak Tidak
Syncope Tidak Tidak Tidak
Hipotensi Tidak Tidak Tidak
Ortostatik/Ortopn
ea
CRT < 2 detik - <2 detik
Akral Teraba hangat Dingin, perdarahan Teraba hangat
JVP Normal Normal Normal
PMI ICS 4 dan 5 ICS 4 dan 5 ICS 4 dan 5
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan

B3 ( Brain ) Persyarafan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
GCS E:4, V:5, M:6 E:1, V:1, M:6 E:4, V:5, M:6
Reflek Fisiologis - - -
Reflek Patologis - - -
Keluhan Tidak Tidak Tidak
pusing/Vertigo
Pupil Isokor 3+/3+ isokor Isokor

21
Sklera/konjungtiva Putih/merah muda Putih/merah muda Putih/merah
muda
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pandangan
Istirahat/Tidur 2 jam Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Gangguan Syaraf Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Cranialis
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Memori/ingatan
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pendengaran
Afasia Tidak ada Tidak ada Tidak ada
motoric/sensorik
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penciuman/
pembauan/
pengecapan
Neuropati Tidak Tidak Tidak
Kejang Tidak Tidak Tidak
Battle sign Tidak Tidak Tidak
Lain-lain Tidak ada
Masalah nyeri Tidak ditemukan Tidak
keperawatan masalah ditemukan
keperawatan masalah
keperawatan

B4 ( Bladder ) Perkemihan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Kebersihan Bersih Bersih Bersih
Keluhan kencing Tidak Tidak Tidak
Produksi 600cc Belum BAK Belum BAK
urine/jumlah
Warna Kuning jernih Tidak ada Tidak ada
Bau Amoniak Amoniak Amoniak
Alat bantu ( Kateter, DC DC DC
dll )
Kandung kemih Tidak Tidak Tidak
membesar
Nyeri tekan Tidak Tidak Tidak
Intake cairan oral Puasa Puasa Puasa
Parenteral Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ada Tidak ada masalah Tidak ada

22
keperawatan masalah keperawatan masalah
keperawatan keperawatan

B5 ( Bowel ) Pencernaan
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Mulut Bersih Bersih Bersih
Mukosa Lembab Lembab Lembab
Gigi Lengkap Lengkap Lengkap
Tenggorakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Luka operasi Tidak ada ada ada
Jenis operasi Tidak ada SC SC
Keadaan Lemah Lemah Lemah
Peristaltik 18x/mnt - 17x/mnt
BAB lunak Belum BAB Belum BAB
konsistensi
Diet Puasa Puasa Puasa
Nafsu makan Puasa Puasa Puasa
Porsi makan Puasa Puasa Puasa
NGT Tidak Tidak Tidak
Mual/muntah Tidak Tidak Tidak
Striae Ada/hitam Ada/hitam Ada/hitam
Psoas Sign Tidak Tidak Tidak
Obstrurator sign Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan

B6 ( Bone ) Muskulokeletal/Integumen
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Kemampuan Terbatas Terbatas Terbatas
pergerakan
sendi
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/0/0 5/5/0/0
Kelainan Tidak Tidak Tidak
Ekstremitas
Kelainan tulang Tidak Tidak Tidak
belakang
Fraktur - - -
Kulit Elastis Insisi kurang lebih -
12 cm, ada darah
didaerah luka

23
Turgor Baik Baik Baik
Luka Ada, luka post Ada, kurang lebih Ada, kurang lebih
ORIF ( Kemerahan 12cm 12cm
dan bengkak )
Edema Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ada masalah Tida ada masalah Resiko Jatuh
keperawatan keperawatan keperawatan

Endokrin
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Tiroid Tidak Tidak Tidak
membesar
Pembesaran Tidak Tidak Tidak
kelenjar getah
bening
Hiperglikemi Tidak Tidak Tidak
Hipoglikemi Tidak Tidak Tidak
Luka gangrene Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan

Personal Hygiene
Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif
Mandi Tidak Tidak Tidak
Sikat gigi Tidak Tidak Tidak
Keramas Tidak Tidak Tidak
Memotong kuku Tidak Tidak Tidak
Ganti pakaian 2x/hari Tidak Tidak
Merokok Tidak Tidak Tidak
Alkohol Tidak Tidak Tidak
Masalah Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
keperawatan masalah masalah masalah
keperawatan keperawatan keperawatan

3.1.7 Data penunjang


Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal
Hemoglobin (HGB) 12,4 gr/dL 132-17,3 gr/dL
Hematocrit (HCT) 40% 40-52 %
Eritrosit (RBC) 5,12 juta sel/uL 4,4-5,9 juta sel/uL
Lekosit (WBC) 14,000 sel/uL 3,800-10,600 sel/uL

24
Trombosit (Platelet) 205,000 sel/uL 150,000-440,000
Hitung Jenis (Diff Count) sel/uL
Eosinofil 4%
Basofil 1% 2-4 %
Stab 2% 0-1 %
Segment 45% 3-5 %
Limfosit 33% 50-70 %
Monosit 5% 25-40 %
4-8 %

3.1.8 Pemberian obat


Nama obat Dosis Golongan indikasi
Infuse RL 1000cc Kristaloid Mengganti cairan yang hilang
Cefritaxon 2gr Antibiotic Untuk menghindari infeksi bakteri
ketorolac 30mg Mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat

25
3.1.10 Persiapan Alat
No Item instrument Pre Intra Post
1 Bengkok 1 1 1
2 Cannule section 1 1 1
3 Cucling besar 1 1 1
4 Desinfeksi klem 1 1 1
5 Duk klem 5 5 5
6 Elis - - -
7 Gunting benang 1 1 1
8 Gunting jaringan 1 1 1
9 Hak langen 1 1 1
10 Hak dacul - - -
11 Hak Sc 1 1 1
12 Handle mes 1 1 1
13 Klem krom 4 4 4
14 Klem panjang 2 2 2
15 Klem pean 4 4 4
16 Klem ring 4 4 4
17 Klem tali pusat 2 2 2
18 Kocker1 2 2 2
19 Nald fooder 2 2 2
20 Pinset anatomis 1 1 1
21 Pinset chirugis 2 2 2
22 Spatel 1 1 1
23 Myoma boor - - -
24 Darm kassa 1 - -
25 Jarum atraumatik - - -
26 Jarum cutting - - -
27 Jarum ronde - - -
28 Kasa deppers 6 6 6

3.1.11 Daftar masalah


1. pre-operatif : nyeri b/d kontraksi uterus dan ansietas b/d kurangnya pengetahuan
tindakan pembedahan
2. intra-operatif : resiko infeksi b/d adanya luka operasi
3. post-operatif : resiko jatuh b/d efek anastesi

26
3.1.12 Analisa Data
Nama pasien : Ny. R
Umur : 25 tahun
No RM : 06xxxx
Tanggal Jam Data Penyebab Masalah
25/11/201 12.00 Pre-operatif Pre-operasi Ansietas
9
DS : pasien
mengatakan cemas Kurang informasi
akan dilakukan tindakan
tindakan pembedahan pembedahan
DO :
- pasien tampak
gelisah Stressor pada pasien
- pasien terus berdoa
- TTV :
TD: 110/80 mmHg Ansietas
Nadi: 108x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 37,3oC
Djj : 176x/menit

25/11/201 12.00 Pre-operatif Adanya his dan Nyeri akut


9 kontraksi
DS : pasien
mengatakan nyeri
kontraksi Masuk PAP
DO :
- pasien merintih
kesakitan Dilatasi serviks
- P : nyeri kontraksi
uterus, Q : nyeri
kenceng-kenceng, R Nyeri
: nyeri bagian
abdomen menjalar
ke pingang, S :
skala nyeri 9, T :
nyeri hilang timbul
- TTV :

27
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 109x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 37,3oC
Djj : 176x/menit

25/11/201 12.30 Intra-operatif Insisi abdmen Resiko


9 bagian bawah infeksi
DS :-
DO :
- Nampak luka pada Luka operasi
abdomen bagian
bawah ± 12cm
- Anastesi SAB Port de entrée
- Luka ditutupi kasa
steril
- TTV : Resiko infeksi
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 104x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 37oC

25/11/201 13.10 Post-operatif Post operatif Resiko


9 jatuh
DS : pasien
mengatakan bagian Efek anastesi
tubuh bawah belum
terasa apa-apa
DO : Penurunan respon
- Kekuatan otot sensorik motorik
55
00
- Penurunan Resiko jatuh
kekuatan
ekstremitas bawah
- Pengaruh anastesi
SAB

28
3.2 Diagnosa Keperawatan
No Diagnose T.T
Pre-operatif
1 Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tindakan pembedahan yang
ditandai dengan pasien mengatakan cemas akan dilakukan
tindakan pembedahan, pasien tampak gelisah, pasien terus berdoa,
TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 108x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu:
37,3oC, Djj : 176x/menit
2 Nyeri akut b/d adanya kontraksi uterus yang ditandai dengan,
pasien mengatakan nyeri kontraksi, pasien merintih kesakitan, P :
nyeri kontraksi uterus, Q : nyeri kenceng-kenceng, R : nyeri
bagian abdomen menjalar ke pingang, S : skala nyeri 9, T : nyeri
hilang timbul, TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 109x/mnt, RR:
20x/mnt, Suhu: 37,3oC, Djj : 176x/menit
3 Intra-operatif
Resiko infeksi b/d adanya port de entrée luka pembedahan yang
ditandai dengan Nampak luka pada abdomen bagian bawah ±
12cm, Anastesi SAB, Luka ditutupi kasa, TTV : TD: 110/80
mmHg, Nadi: 104x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 37oC
4 Post-operatif
Resiko jatuh b/d efek anastesi yang ditandai dengan, pasien
mengatakan bagian tubuh bawah belum terasa apa-apa, Kekuatan
otot
55
00
Penurunan kekuatan ekstremitas bawah, Pengaruh anastesi SAB

29
3.3 Intervensi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa NOC NIC & Rasional
1 25/11/19 Pre-operatif Setelah dilakuakan 1. kaji tingkat kceasan
Ansietas b/d tindakan pasien
kurangnya keperawatan R/ cemas dapat
pengetahuan diharapkan cemas mengidantifikasi
tindakan pasien dapat kurangnya kemampuan
pembedahan teratasi, dengan pasien menyerap
criteria hasil : informasi dan
1. pasien tidak mengatasi masalah
gelisah 2. tentukan bagaimna
2. pasien tenang koping pasien dalam
3. TTV dalam batas mengatasi masalah
normal R/ membantu
menentukan koping
paling efektif yang
dapat dilakukan pasien
3. yakinkan pasien pasien
bahwa pasien aman dan
ditangani oleh tenaga
medis professional
R/kehadiran orang
dipercaya membantu
menenangkan cemas
pasien
4. ajarkan pasien tehnik
relaksasi (nafas dalam)
R/ relaksasi dapat
memnuat pasien lebih
rileks
5. observasi TTV

2 25/11/19 Pre-operatif Setelah dilakukan 3. kaji skala nyeri secara


Nyeri akut b/d tindakan komperhensif
adanya keperawatan R/ untuk mengetahui
kontraksi diharapkan nyeri sejauhmana
uterus dapat berkurang, perkembangan rasa
dengan criteria nyeri yang dirasakan
hasil : 4. ajarkan tehnik relaksasi
1. pasien mampu R/ relaksasi nafas
mengontrol nyeri dalam dapat
2. pasien mengurangi rasa nyeri
mengatakan 5. anjurkan mengatur
nyeri berkurang posisi yang

30
3. skala 0 dari 0-10 memberikan rasa
4. ekspresi pasien nyaman
tidak meringis R/ dapat mempengaruhi
5. TTV dalam batas kemampuan pasien
normal untuk istirahat secara
efektif
6. anjurkan pasien
melakukan relaksasi
saat timbul nyeri
R/ relaksasi membuat
pasien lebih rileks

3 25/11/19 Intra-operatif Setelah dilakukan 1. gunakan masker dan


Resiko infeksi tindakan penutup kepala
b/d adanya port keperawatan R/ masker dan penutup
de entrée luka diharapkan resiko kepala untuk
pembedahan infeksi teratasi, melindungi dari kuman
dengan criteria 2. cuci tangan sebelum 7
hasil : sesudah operasi
3. pasien bebas R/ cuci tangan dapat
dari tanda mengurangi resiko
infeksi infeksi
4. jumlah leukosit 3. gunakan sarung tangan
dalam batas jas dan alat steril
normal R/ alat/sarung tangan
5. pasien terhindar untuk mengurangi
dari alat-alat mikroorganisme
yang tidak steril 4. observasi TTV
6. pasien terhindar R/ melihat per-
dari kembangan pasien saat
mikroorganisme pembedahan
5. drapping pada area
yang akan dilakukan
insisi
R/ menjaga area insisi
tetap steril
6. lakukan manajmenen
asepsis intra-operasi
R/menghindari kontak
dengan zona steril

4 25/11/19 Post-operatif Setelah dilakukan 1. identifikasi perilaku dan


Resiko jatuh tindakan faktor yang
b/d efek anatesi keperawatan mempengaruhi faktor

31
diharapkan resiko jatuh.
jatuh tidak terjadi R/ mengetahui perilaku
dengan criteria yang membuat pasien
hasil : jatuh
1. pasien aman 2. kunci pengaman tempat
2. terpasang tidur
pengaman R/ meningkatkan
pinggir tempat keamanan pasien agar
tidur tidak jatuh
3. jauhkan pasien dari
benda bahaya
menciptakan
lingkungan yang aman
4. posisikan pasien di
tengah tempat tidur
R/ memberikan
keamanan pasien agar
tidak jatuh

32
3.4 Implementasi Keperawatan
D Tangga Jam Tindakan keperawatan dan respon T.T
x l
1 25/11/1 12.05 7. memantau TTV pasien
9 R/ TD: 110/80 mmHg, Nadi: 108x/mnt, RR:
24x/mnt, Suhu: 37,3oC
8. mengajarkan tehnik relaksasi
R/ pasien tampak sedikit tenang
9. meyakinkan pasien bahwa aman saat tindakan
pembedahan dilakukan
R/ pasien tampak banyak bertanya
10. menanyakan yang dilakukan pada saat
cemas
R/ pasien mengatakan hanya bias berdoa dan
berfikir positif
11. Menjelaskan informasi tentang prosedur
ketika operasi
R/ pasien mengerti yang dijelaskan oleh perawat

2 25/11/1 12.05 3. kaji skala nyeri secara komperhensif termasuk


9 lokasi, karakteristik, durasi, frekkuensi, kualitas
dan factor presipitasi
R/ pasien mengatakan skala nyeri 9 dari 0-10
seperti kenceng-kenceng, nyeri hilang timbul
4. ajarkan tehnik relakssi dan anjurkan tidak
mengejan
R/ pasien melakukan relaksasi dengan benar dan
tak mengejan
5. anjurkan pasien melakuakan relaksasi saat nyeri
R/ pasien melakukan 6x berturut-turut

3 25/11/1 12.20 1. memakai masker dan penutup kepala


9 R/ dokter, perawat dan pasien sudah memakai
penutup kepala
12.25 2. mencuci tangan sebelum operasi
R/ dokter dan perawat mencuci tangan dengan
cara steril
12.30 3. memakai alat/sarung tangan steril dan jas operasi
steril
R/ dokter dan perawat memakai sarung tangan
dan jas operasi steril
12.35 4. mengobservasi TTV dimonitor dan memantau
selama tindakan
R/ TD: 120/80 mmHg, Nadi: 108x/mnt, RR:

33
20x/mnt, Suhu: 37oC
12.40 5. melakukan drapping pada area yang akan
dilakukan insisi
R/ drapping dilakukan disekitar insisi

4 25/11/1 13.15 1. mengidentifikasi prilaku dan faktor yang


9 mempengaruhi faktor jatuh
R/ pasien tampa tenang dan aman
2. kunci pengaman tempat tidur
R/ kunci pengaman sudah dipasang saat selesai
memindahkan pasien
3. posisikan pasien ditengah tempat tidur
R/ pasien sudah diposisi tengah tempat tidur

34
3.5 Evaluasi Keperawatan
Dx Jam Evaluasi T.T
1 12.15 Pre-operatif
S : pasien mengatakan cemas berkurang
O:
- TD: 110/80 mmHg, Nadi: 98x/mnt, RR: 21x/mnt, Suhu:
37,2oC, Djj : 176x/menit
- Pasien tampak tenang
A : masalah ansietas teratasi
P : pertahankan kondisi umum pasien
2 12.15 Pre-operatif
S : pasien mengatakan nyeri semakin bertambah menjadi
skala 10
O:
- P: nyeri kontraksi, Q: nyeri kenceng-kenceng(tegang),
R:abdomen bagian bawah menjalar ke pinggang, S: sakal
10 dari 0-10, T: terus menerus
- TD: 110/80 mmHg, Nadi: 86x/mnt, RR: 19x/mnt, Suhu:
36,5oC,
A : masalah belum teratasi
P :lanjut intervensi 2,3,5
3 12.25 Intra-operatif
S:
O:
- Ukuran insisi ± 12cm
- Pasien dalam durate operasi dengan regional anastesi
SAB
- Keadaan umum lemah
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
- Luka operasi ditutup kasa steril
A : masalah resiko infeksi tidak terjadi
P : pertahankan keadaan umum pasien

4 13.40 S : pasien mengatakan bagian tubuh bawah masih tidak


terasa apa-apa
O:
- Dipasang pagar pengaman
- Pegaruh anatesi SAB
- Kekuatan otot
55
00
A : masalah resiko jatuh tidak terjadi
P : pertahankan kondisi pasien (pasien dipindahkan ke ruang

35
inap)

36

Anda mungkin juga menyukai