2 September 2018
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta
Cara Sitasi: Kurniasari, R., Oktiani, N., & Ramadhanti, G. (2018). Pelatihan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan
Kinerja Karyawan Baru Pada PT Kusumatama Mitra Selaras Jakarta. Widya Cipta, 2(2), 239–246.
Abstract - One of the important factors in improving the quality of Human Resources (HR) is by training and
developing employees to achieve company goals. This research method uses quantitative methods, with the
technique of determining saturated sampling. The research was conducted through questionnaires to all
employees of PT. Kasumatama Mitra Selaras, which is an outsourcing company with a total of 37 respondents.
This questionnaire calculation with the technique of calculating the correlation coefficient, the coefficient of
determination and multiple linear regression equations. With the SPSS 21 application, the correlation coefficient
results are 0.650 and the results are categorized as strong. the determination coefficient can be seen that 0.422
or 42.2% of PT Kusumatama Mitra Selaras performance variables can be influenced by the training variable
and the remaining 57.8% is influenced by other factors. Based on the calculation table of the regression
equation can be obtained the equation is Y = 13.155 + 0.662 X. From the equation of the function it can be said
that if training is constant or is 0 then Y (Performance) is equal to 13.155 with a regression coefficient of 0.662.
Keywords: Human Resources, Training, Employee Performance
memahami pekerjaan yang harus dilakukan sehingga Pelatihan merupakan langkah terbaik untuk
kinerja yang dihasilkan sesuai harapan perusahaan. mencegah atau mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja disuatu perusahaan sehingga
Menurut Chan dalam (Priansa, 2017)“pelatihan akan menciptakan suasana kerja yang
adalah pembelajaran yang disediakan untuk tenang,aman,dan stabilitas pada sikap mental
meningkatkan kinerja berkaitan dengan mereka.
pekerjaanyang sedang di lakukan saat ini.” 7. Pencegahan Kadaluarsa (Obsolescence
Provention)
Menurut Edwin B. Flippo dalam (Suwatno; Priansa, Pelatihan akan mendorong inisiatif dan
2016) “pelatihan merupakan suatu usaha kreativitas pegawai untuk mencegah pegawai
peningkatan knowledge dan skills seorang karyawan dari sifat kadaluarsa. Artinya kemampuan yang
untuk menerapkan aktivitas kerja tertentu.” Program dimiliki oleh pegawai dapat menyesuaikan diri
pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan perkembangan tekhnologi.
memiliki sejumlah tujuan dan juga manfaat. 8. Perkembangan Pribadi (Personal Growth)
Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk
Sikula dalam (Priansa, 2017) menyatakan bahwa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
tujuan dan manfaat dari pelatihan adalah sebagai yang dimilki pegawai termasuk meningkatkan
berikut : perkembangan pribadinya.
1. Produktivitas (Productivity)
Pelatihan dapat meningkatkan Adapun Keuntungan baik bagi karyawan atau bagi
kemampuan,pengetahuan,ketrampilan dan perusahaan setelah mengikuti pelatihan menurut
perubahan tingkah laku. Hal ini di harapkan (Kasmir, 2017):
dapat meningkatkan produktivitas perusahaan 1. Akan memiliki kemampuan
tersebut. karyawan memiliki kemampuan untuk
2. Kualitas (Quality) melakukan pekerjaan yang diberikan
Penyelenggaraan pelatihan tidak hanya dapat kepadanya.setelah mengikuti pelatihan,
memperbaiki kualitas karyawan dalam suatu kemampuan calon karyawan akan bekerja lebih
perusahaan tetapi dapat memperkecil terjadinya baik terutama dalam hal kecepatan dan
kesalahan dalam mengerjakan atau mengemban ketepatan dalam kesempurnaan hasil
pekerjaan. Dengan demikian kualitas output pekerjaanya. Demikian pula bagi perusahaan
yang dihasilkan karyawan dalam bekerja akan akan memberikan keuntungan memiliki
tetap terjaga dan akan selalu berkembang. karyawan yang mempunyai kemampuan untuk
3. Perencanaan Kepegawaian (Human Resource mengerjakan pekerjaan dengan sempurna.
Planning) 2. Sikap dan mental karyawan
Pelatihan akan memudahkan karyawan untuk Artinya dalam pelatihan juga di latih untuk
mengisi kekosongan dalam perusahaan sehingga menanamkan sikap mental karyawan menjadi
perencanaan pegawai dapat dilakukan sebaik- lebih baik. Sikap dan mental karyawan di
baiknya. Perencanaan sumber daya manusia harapkan menjadi lebih positif di bandingkan
salah satu diantaranya mengenai kualitas serta sebelumnya. Karyawan jadi pekerja keras dan
kuantitas karyawan yang diarahkan. Untuk, pantang menyerah serta tidak mudah putus asa.
menghasilkan kualitas karyawan yang sesuai 3. Kerja sama
dengan yang diharapkan. Artinya di lembaga pelatihan karyawan
4. Moral (Morale) dibentuk untuk dapat bekerja sama antar teman
pelatihan akan meningkatkan prestasi kerja dari dan saling menghargai dengan terbentuknya
pegawai sehingga dapat menimbulkan kerja sama ini tentu akan berlanjut setelah
peningkatan upah pegawai. Hal tersebut bisa mereka bekerja sama nantinya, sehingga
meningkatkan moral kerja pegawai untuk lebih kepentingan individu dapat diminimalkan.
bertanggung jawab terhadap berbagai tugas 4. Disiplin kerja
yang diembannya dalam perusahaan. Artinya karyawan yang mengikuti pelatihan
5. Kompensasi tidak langsung (Indirect juga diajarkan tentang disiplin dalam bekerja,
Compensation) sehingga setelah menyelesaikan pelatihan maka
Pemberian kesempatan pada pegawai untuk disiplin kerjanya telah tertanam disiplin. artinya
mengikuti pelatihan dapat diartikan sebagi karyawan akan memandang penting serta
pemberian balas jasa atas prestasi yang telah mentaati waktu kerja,mulai dari jam masuk
dicapai pada waktu yang lalu, yang dengan kerja ,mengerjakan pekerjaan sampai tuntas
mengikuti program tersebut, pegawai yang tanpa menunda serta mengikuti jam kerja sesuai
bersangkutan mempunyai kesempatan untuk dengan aturan yang berlaku.
dapat mengembankan diri. 5. Perilaku karyawan
6. Keselamatan dan Kesehatan (Healty and Safety) Pelatihan juga akan mengubah pandangan atau
perilaku karyawan ke arah yang lebih positif.
Artinya selama pelatihan calon karyawan akan program pelatihan baik yang bersifat manajerial
dilatih dan dibentuk untuk memiliki perilaku maupun operasional. Pelatihan dengan
yang positif sesuai dengan aturan perusahaan. menggunakan metode Hands-on ini merupakan
Karyawan juga akan dilatih dan dibentuk agar suatau sarana yang lebih efektif daripada
pandangannya terhadap perusahaan secara pelatihan yang diberikan secara tradisional di
keseluruhan menjadi lebih positif. dalam ruang kelas. Metode ini sangat
6. Jenjang karier bermanfaat karena memberikan praktik
Artinya dengan melalui pelatihan calon sebenarnya yang membuat lebih mudah
karyawan akan menentukan jenjang kariernya dipahami tentang apa yang dipikirkan oleh
kedepan. Karena salah satu cara untuk peserta pelatihn.
meningkatkan jenjang karier adalah mengikuti 2. Metode On job training (OJT)
pelatihan sebanyak mungkin. Bahkan terkadang Metode pelatihan On job training (OJT)
pelatihan dianggap sebagai salah satu sayarat merupakan salah satu metode yang paling baik
untuk meningkatkan jenjang karier seseorang. untuk memberikan ketrampilan atau kecakapan
7. Loyalitas dan rasa memiliki yang tinggi kepada karyawan, karena metode ini
Artinya dengan mengikuti pelatihan juga akan direncanakan, diorganisasikan, dan dilakukan di
meningkatkan loyalitas atau kesetiaan calon tempat kerja, serta para karyawan dilatih
karyawan kepada perusahaan. Bahkan setelah sebagaimana mereka melakukan tugas-tigas
mengikuti pelatihan karyawan juga akan pekerjaannya di mana mereka di gaji untuk itu.
meningkatkan rasa memiliki dan bagian dari
perusahaan,sehingga akan bersungguh-sungguh Dengan demikian metode ini mampu memberikan
dalam bekerja dan membela perusahaan dalam gambaran nyata baik dari aspek situasi dan kondisi
berbagai kepentingan dengan berbagai cara. lingkungan kerja sehari-hari maupun dari aspek
8. Pengetahuan baru perilaku kerja yang harus ditampilkan oleh setiap
Artinya di dalam pelatihan semua informasi karyawan.
akan diberikan, sehingga makin sempurnalah
pengetahuan yang diperoleh calon karyawan. Simamora dalam Priansa (2015:89) mengemukakan
kelemahan pelatihan sebagai berikut :
Metode pelatihan sangat banyak ragamnya menurut 1. Pelatihan dan pengembangan dianggap sebagai
(Suparyadi, 2015), namun demikian tidak semua obat untuk semua penyakit organisasional
jenis metode pelatihan itu cocok untuk menyajikan 2. Partisipan tidak cukup termotivasi untuk
semua materi pelatihan dan tidak semua sesuai memusatkan perhatian dan komitmen mereka
dengan level posisi jabatan dan pekerjaan karyawan. 3. Sebuah tekhnik dianggap dapat ditterapkan
disemua kelompok dalam semua situasi, dengan
Tabel 1. Pendekatan Pelatihan keberhasilan yang sama
4. Kinerja partisipan tidak dievaluasi begitu
Pendekatan Kognitif Pendekatan Perilaku karyawan telah kembali ke pekerjaanya
1. Permainan simulasi 5. Informasi biaya-manfaat untuk mngevaluasi
2. Pemodelan program pelatihan tidak dikumpulkan
1. Perkuliahan
perilaku 6. Ketidak adaan atau kurangnya dukungan
2. Demontrasi
3. Permainan bisnis manajemen
3. Diskusi
4. Studi kasus 7. Peran utama penyelia/atasan tidak diakui
4. Pelatihan berbasis
5. Simulasi peralatan 8. Pelatihan bakal tidak akan pernah cukup kuat
komputer
6. Tekhnik in basket untuk menghasilkan perbaikan kinerja yang
7. Permainan peran dapat diverifikasi
Sumber: (Suparyadi, 2015) 9. Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak
lanjut
Maka dalam proses pembelajaran harus digunakan
metode pelatihan yang tepat. Oleh karena itu Menurut Mangkunegara dalam (Syahyuni, 2018)
pelatihan dilakukan dengan menggunakan dua dimana dinyatakan bahwa Kinerja (prestasi kerja)
pendekatan yaitu pendekatan kognitif (guna adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
menguasai ilmu pengetahuan) dan pendekatan dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
perilaku (guna meningkatkan ketrampilan dan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
kemampuan berperilaku tertentu). Berikut metode diberikan kepadannya
pelatihan :
Schuler dan Jackson dalam (Priansa, 2017)
1. Metode Hands-on menyebutkan bahwa tiga kriteria yang berhubungan
Metode Hands-on pada dasarnya adalah dengan kinerja sebagaimana dijelaskan dalam Tabel
pelatihan yang berpusat pada para peserta. berikut:
Mereka harus aktif berpartisipasi dalam
241
Pelatihan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan Kinerja Karyawan Baru Pada PT Kusumatama Mitra Selaras
Jakarta
nilai rhitung lebih besar dibandingkan nilai rtabel Korelasi jawaban responden pada masing-masing
(rhitung > rtabel) maka butir dinyatakan valid dan pernyataan setiap variabel yang dianalisis
dapat digunakan menggunakan aplikasi SPSS 21. dan outputnya
a. Validitas bernama Corrected Item Correlation. besarnya r
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan r tabel dengan taraf signifikan 5% adalah 0,325. Dan
hitung dan r tabel. Nilai r hitung merupakan hasil hasil validitas dapat dilihat sebagai berikut :
243
Pelatihan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan Kinerja Karyawan Baru Pada PT Kusumatama Mitra Selaras
Jakarta
H1 : Terdapat hubungan Pelatihan terhadap Kinerja diketahui bahwa butir-butir dalam instrumen valid
karyawan PT.Kusumatama Mitra Selaras dan dapat dipercaya. Maka langkah selanjutnya
Jakarta adalah mencari arah dan kuatnya pelatihan dengan
kinerja. Karena data berupa interval maka
Berdasarkan dengan tabel diatas bahwa Koefesien digunakan Koefesien Product Moment
Korelasi dapat diketahui bahwa 000 < 0.05 maka dengan perhitungan melalui program SPSS 21.
keputusan H1 diterima dan dapat disimpulkan Maka hasil hubungan antara variabel pelatihan
bahwa terdapat hubungan antara pelatihan terhadap dengan variabel kinerja dapat dilihat dalam tabel
kinerja karyawan. berikut :
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan nilai H1 : Terdapat pengaruh Pelatihan terhadap
Korelasi (Hubungan) antara Variabel pelatihan dan Kinerja karyawan PT.Kusumatama Mitra Selaras
Variabel kinerja sebesar 0.650 dan berdasarkan Jakarta
tabel interpretasi Koefesien Korelasi nilai tersebut
termasuk dalam kategori Kuat, dapat disimpulkan Setelah mencari Koefesien Korelasi langkah
bahwa terdapat hubungan kuat sebesar 0.650 antara selanjutnya adalah mencari Koefesien Determinasi.
pelatihan dan kinerja. Koefesien Determinasi ini digunakan untuk
seberapa kemampuan seberapa besar kemampuan
3. Uji Koefesien Determinasi Variabel Pelatihan menjelaskan variabel Kinerja
yang dapat dilihat dari nilai r square. Dengan
HO : Tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap menggunakan Program SPSS 21. Maka berikut
Kinerja karyawan PT.Kusumatama Mitra Selaras hasil perhitungannya:
Jakarta
Dan dari tabel Anova diatas dapat diketahui bahwa dapat diterima. Dan disimpulkan bahwa ada
nilai f hitung = 25,590 dengan tingkat Signifikan pengaruh pelatihan terhadap kinerja
sebesar 000 < 0.05 maka bisa diputuskan bahwa H1
Tabel diatas menunjukan hasil Koefesien Uji persamaan Regresi dapat digunakan untuk
Determinasi (R Square) adalah sebesar 0.422 melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel
artinya 42.2% variabel kinerja pada dependen bila variabel independen dimanipulasi
PT.Kusumatama Mitra Selaras Jakarta dapat (diubah-ubah). Berdasarkan hasil analisis dengan
dipengaruhi oleh pelatihan. Sedangkan sisanya menggunakan SPSS 21 maka diperoleh hasil
57.8% dipengaruhi oleh faktor lain. Regresi sebagai berikut :
4. Uji Persamaan Regresi
Berdasarkan tabel perhitungan SPSS diatas dapat hasil 0.650 dan hasil tersebut dikategorikan
diperoleh persamaan yaitu Y = 13,155 + 0,662 X kuat.
dari persamaan fungsi diatas dapat di 2. Dari hasil koefesien determinasi dapat terlihat
interpretasikan bahwa bila pelatihan bersifat bahwa 0.422 atau 42.2% variabel kinerja PT
konstan atau bernilai 0 maka Y (Kinerja) adalah Kusumatama Mitra Selaras dapat dipengaruhi
sebesar 13,155. Koefesien regresi sebesar 0,662 oleh variabel Pelatihan dan sisanya 57.8%
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali untuk dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain
pelatihan akan meningkatkan kinerja karyawan seperti Motivasi, budaya kerja dan kompensasi
sebesar 0,662 dan akan begitu juga sebaliknya jika 3. Berdasarkan tabel perhitungan persamaan
pelatihan mengalami penurunan 1 kali maka kinerja regresi dapat diperoleh persamaan yaitu Y =
diprediksi mengalami penurunan sebesar 0,662. 13,155 + 0,662 X dari persamaan fungsi diatas
Jadi arah hubungan pelatihan dengan kinerja adalah dapat di interpretasikan bahwa bila pelatihan
positif. bersifat konstan atau bernilai 0 maka Y
(Kinerja) adalah sebesar 13,155. Koefesien
KESIMPULAN regresi sebesar 0,662 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 kali untuk pelatihan akan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,662
Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada dan akan begitu juga sebaliknya jika pelatihan
PT.Kusumatama Mitra Selaras Jakarta adalah mengalami penurunan 1 Kali maka kinerja
sebagai berikut : diprediksi mengalami penurunan sebesar
0,662.
1. Pelatihan dengan Kinerja karyawan
PT.Kusumatama Mitra Selaras Jakarta REFERENSI
mempunyai hubungan yang kuat dan positif hal
ini dijelaskan dalam Tabel Koefisien yang Akhyadi, K. (2015). Pengembangan sumber daya
dihitung menggunakan SPSS. Yaitu dengan manusia dari konsepsi, paradigma dan fungsi
245
Pelatihan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan Kinerja Karyawan Baru Pada PT Kusumatama Mitra Selaras
Jakarta