Anda di halaman 1dari 23

NAMA : ELLYSA CAROLINNA

NIM : 04011281823177
KELAS : GAMMA 2018

DEHIDRASI

Definisi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan
(melalui minum). Dehidrasi lebih mudah terjadi pada anak-anak dan wanita
karena di dalam tubuhnya banyak mengandung lemak yang hanya mengandung
20% air.

Tipe Dehidrasi
Kehilangan cairan tubuh biasanya disertai gangguan keseimbangan
elektrolit. Dehidrasi dapat dikategorikan berdasarkan osmolaritas dan
derajat keparahannya. Kadar natrium serum merupakan penanda osmolaritas
yang baik selama kadar gula darah normal. Berdasarkan perbandingan jumlah
natrium dengan jumlah air yang hilang, dehidrasi dibedakan menjadi tiga tipe
yaitu dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik, dan dehidrasi hipotonik.Variasi
kadar natrium mencerminkan jumlah cairan yang hilang dan memiliki efek
patofisiologi berbeda.
1. Dehidrasi isotonik (isonatremik). Tipe ini merupakan yang paling sering
(80%). Pada dehidrasi isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah
natrium yang hilang, dan biasanya tidak mengakibatkan cairan ekstrasel
berpindah ke dalam ruang intraseluler. Kadar natrium dalam darah pada
dehidrasi tipe ini 135-145 mmol/L dan osmolaritas efektif serum 275-295
mOsm/L.
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik). Natrium hilang yang lebih banyak
daripada air. Penderita dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya
kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif
serum (kurang dari 270 mOsml/L). Karena kadar natrium rendah, cairan
intravaskuler berpindah ke ruang ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi
cairan intravaskuler. Apabila terdapat kadar natrium serum kurang dari
120 mEq/L, maka akan terjadi edema serebral dengan segala akibatnya,

1
seperti apatis, anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang
dan koma (Garna, dkk., 2000).
Hiponatremia berat dapat memicu kejang hebat; sedangkan koreksi cepat
hiponatremia kronik (2 mEq/L/jam) terkait dengan kejadian mielinolisis
pontin sentral.
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik). Hilangnya air lebih banyak daripada
natrium. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium
serum (>145 mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (> 295
mOsm/L). Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran air dari
ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk mengkompensasi, sel
akan merangsang partikel aktif (idiogenik osmol) yang akan menarik air
kembali ke sel dan mempertahankan volume cairan dalam sel. Saat terjadi
rehidrasi cepat untuk mengoreksi kondisi hipernatremia, peningkatan
aktivitas osmotik sel tersebut akan menyebabkan influks cairan berlebihan
yang dapat menyebabkan pembengkakan dan ruptur sel; edema serebral
adalah konsekuensi yang paling fatal. Rehidrasi secara perlahan dalam
lebih dari 48 jam dapat meminimalkan risiko ini.

Klasifikasi Dehidrasi Anak dengan Diare beserta Tatalaksana


KLASIFIKASI TANDA-TANDA ATAU GEJALA PENGOBATAN
Dehidrasi Berat Terdapat 2 atau lebih dari tanda di a. Beri cairan untuk diare dengan
bawah ini: dehidrasi berat.
a. Letargi/ tidak sadar (Lihat Rencana Terapi C untuk
b. Mata cekung diare di rumah sakit)
c. Tidak bisa minum atau malas
minum
d. Cubitan kulit perut kembali sangat
lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih tanda di a. Beri anak cairan dan makanan
Ringan/ Sedang bawah ini : untuk dehidrasi ringan (Lihat
a. Rewel, gelisah Rencana Terapi B)

2
b. Mata cekung b. Setelah dehidrasi, nasihati ibu
c. Minum dengan lahap, haus untuk penanganan di rumah dan
d. Cubitan kulit kemhali lambat kapan kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam waktu 5
hari jika tidak membaik
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi menangani diare di rumah (Lihat
ringan atau berat Rencana Terapi A)
b. Nasihati ibu kapan kembali
segera
c. Kunjungan ulang dalam waktu 5
hari jika tidak membaik

Diare dengan Dehidrasi Berat


Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera,
berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.

Diagnosis Diare dengan Dehidrasi Berat


Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi berat:
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung
3. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
4. Tidak bisa minum atau malas minum.

Tatalaksana Diare dengan Dehidrasi Berat


Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang
diikuti dengan terapi rehidasi oral.
1. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum.

3
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut
pula larutan Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer
Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal
(NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak
efektif dan jangan digunakan.
2. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel 18
berikut ini
Tabel. Pemberian Cairan Intravena bagi anak dengan Dehidrasi Berat
Pertama, berikan 30 ml/kg dalam: Selanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam :
Umur < 12 bulan 1 jam * 5 jam
Umur ≥ 12 bulan 30 menit * 2 ½ jam
(*) = Ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak
teraba

4
Untuk informasi lebih lanjut, lihat Rencana Terapi C, Hal ini mencakup
pedoman pemberian larutan oralit menggunakan pipa nasogastrik atau
melalui mulut bila pemasangan infus tidak dapat dilakukan.

Pemantauan Diare dengan Dehidrasi Berat


Tinjau kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak
teraba. Jika setelah hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih
cepat. Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat
kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap 1 jam, untuk
memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan
membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat
dalam pemantauan. Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai
kembali status hidrasi anak.

5
1. Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti
yang telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten)
setelah pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi
hanya bila anak terus menerus BAB cair selama dilakukan rehidrasi.
2. Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda
dehidrasi ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam
(lihat gejala dehidrasi ringan/sedang dan Rencana Terapi B). Jika anak bisa
menyusu dengan baik, anjurkan ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada
anaknya.
3. Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, (ikuti pedoman Diare tanpa Dehidrasi
dan Rencana Terapi A). Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari
rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan
hidrasi anak dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam)
ketika anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam untuk

6
bayi, atau 1–2 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan
kalium, yang mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika
dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet zinc.

Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang


Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi
larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam
pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit.

Diagnosis Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang


Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi
ringan/sedang:
1. Gelisah/rewel
2. Haus dan minum dengan lahap
3. Mata cekung
4. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Perhatian: Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah
satu tanda dehidrasi berat (misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti
anak menderita dehidrasi sedang/ringan.

Tatalaksana Diare dengan Dehidrasi Sedang


1. Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah
sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak
tidak diketahui), seperti yang ditunjukkan dalam bagan 15 berikut ini. Namun
demikian, jika anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.
2. Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu
sendok teh setiap 1 – 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan
pada anak yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir.
3. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah.

7
a. Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih
lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
b. Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
beri minum air biasa atau ASI.
4. Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau.
5. Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu
cara menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya
kepada ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk
rehidrasi dua hari berikutnya.
6. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang
terlihat sebelumnya
(Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum
larutan oralit atau keadaannya terlihat memburuk.)
a. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah
(1) beri cairan tambahan.
(2) beri tablet Zinc selama 10 hari
(3) lanjutkan pemberian minum/makan
(4) kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
a) anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
b) kondisi anak memburuk
c) anak demam
d) terdapat darah dalam tinja anak
b. jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi
pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas
dan mulai beri anak makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering
mungkin
c. jika timbul tanda dehidrasi berat, (ikuti diare dengan dehidrasi berat)
d. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali
tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat
diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena secepatnya. Berikan

8
70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tak
tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
UMUR Pemberian 70 ml/kg selama
Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 2½ jam
7. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
8. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
9. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan penanganan.

9
Beri tablet Zinc
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak: (Selama 10
hari)
1. Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
2. 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari

Pemberian Makan
Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang
penting dalam tatalaksana diare.
1. ASI tetap diberikan
2. Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap
diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih.
Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu
memulai lagi pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri susu formula yang
biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan
padat, beri makanan yang disajikan secara segar – dimasak, ditumbuk atau
digiling. Berikut adalah makanan yang direkomendasikan:
1. Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan
kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok
teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.

10
2. Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut.
3. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk
penambahan kalium.
Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari.
Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per
harinya selama 2 minggu.

Diare tanpa Dehidrasi


Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus
mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi.
Anak harus terus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka, termasuk
meneruskan pemberian ASI.

Diagnosis Diare tanpa Dehidrasi


Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih
tanda berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.
1. Gelisah/ rewel
2. Letargis atau tidak sadar
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Haus atau minum dengan lahap
5. Mata cekung
6. Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek)

Tatalaksana Diare tanpa Dehidrasi


1. Anak dirawat jalan
2. Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:
a. beri cairan tambahan
b. beri tablet Zinc
c. lanjutkan pemberian makan
d. nasihati kapan harus kembali

11
3. Lihat Rencana Terapi A
4. Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
a. jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya
lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak
mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai
tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
b. Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan
dibawah ini:
(1) larutan oralit
(2) cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
(3) air matang
5. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan
tambahan – sebanyak yang anak dapat minum:
a. untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB
b. untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap kali
anak BAB.
6. Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan
kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan
sampai diare anak berhenti.
7. Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk dibawa pulang.
8. Beri tablet zinc
a. Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
(selama 10 hari)
Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari
b. Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
1. Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air
matang, ASI perah atau larutan oralit.

12
2. Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau
dilarutkan
3. Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10
hari penuh.
9. Lanjutkan pemberian makan – lihat konseling gizi
10. Nasihati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang – lihat di bawah

Tindak lanjut Diare tanpa Dehidrasi


1. Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya
bertambah parah, atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum,
atau timbul demam, atau ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan
salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu
untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.
2. Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada
anak di waktu yang akan datang jika anak mengalami diare lagi. Lihat Terapi
A, berikut ini.

13
Tatalaksana Disentri
Anak dengan gizi buruk dan disenteri dan bayi muda (umur < 2 bulan)
yang menderita disenteri harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, anak yang
menderita keracunan, letargis, mengalami perut kembung dan nyeri tekan atau
kejang, mempunyai risiko tinggi terhadap sepsis dan harus dirawat di rumah sakit.
Yang lainnya dapat dirawat di rumah.
Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini dianjurkan
untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik kotrimoksazol. Jika dalam 2
hari tidak ada perbaikan, dianjurkan untuk kunjungan ulang untuk kemungkinan
mengganti antibiotiknya
1. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare
akut.
2. Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif. Jika positif maka
berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama 5
hari. Jika tidak ada amuba, maka dapat diberikan pengobatan untuk Shigella.

14
3. Beri pengobatan antibiotik oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap
sebagian besar strain shigella. Contoh antibiotik yang sensitif terhadap strain
shigella di Indonesia adalah siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat
4. Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa
dehidrasi.
5. Pada bayi muda (umur < 2 bulan), jika ada penyebab lain seperti
invaginasi, rujuk anak ke spesialis bedah.

Tindak lanjut
Anak yang datang untuk kunjungan ulang setelah dua hari, perlu dilihat tanda
perbaikan seperti: tidak adanya demam, berkurangnya BAB, nafsu makan
meningkat.
1. jika tidak terjadi perbaikan setelah dua hari,
a. Ulangi periksa feses untuk melihat apakah ada amuba, giardia atau
peningkatan jumlah lekosit lebih dari 10 per lapangan pandang untuk
mendukung adanya diare bakteri invasif
b. Jika memungkinkan, lakukan kultur feses dan tes sensitivitas
c. Periksa apakah ada kondisi lain seperti alergi susu sapi, atau
infeksi mikroba lain, termasuk resistensi terhadap antibiotik yang sudah
dipakai.
d. Hentikan pemberian antibiotik pertama, dan
e. Beri antibiotik lini kedua yang diketahui efektif melawan shigella.
2. jika kedua antibiotik, yang biasanya efektif melawan shigella, telah
diberikan masing-masing selama 2 hari namun tidak menunjukkan adanya
perbaikan klinis:
a. Telusuri dengan lebih mendalam ke standar pelayanan medis
pediatri
b. Rawat anak jika terdapat kondisi lain yang memerlukan
pengobatan di rumah sakit.

Perawatan penunjang

15
Perawatan penunjang meliputi pencegahan atau penanganan dehidrasi dan
meneruskan pemberian makan. Jangan memberi obat untuk menghilangkan
gejala simtomatis dari nyeri pada perut dan anus, atau untuk mengurangi frekuensi
BAB, karena obat-obatan ini dapat memperparah penyakit yang ada.

Penanganan Dehidrasi
Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai dengan Rencana Terapi
A, B atau C, yang sesuai.

Tatalaksana penanganan gizi


Diet yang tepat sangat penting karena disenteri memberi efek samping pada status
gizi. Namun demikian, pemberian makan seringkali sulit, karena anak biasanya
tidak punya nafsu makan. Kembalinya nafsu makan anak merupakan suatu tanda
perbaikan yang penting.
a. Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih sering dari
biasanya, jika memungkinkan, karena bayi mungkin
b. Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan mereka
yang biasa. Bujuk anak untuk makan dan biarkan anak untuk memilih
makanan yang disukainya.

Mekanisme pada zink yaitu dapat memperbaiki atau meningkatkan


absorpsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi kadar air dalam lumen usus
yang menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses. Perbaikan konsistensi feses
bisa mengurangi frekuensi BAB yang timbul. Zink juga dapat mempercepat
regenerasi dan perbaikan fungsi vili usus, sehingga mempengaruhi pembentukan
enzim disakaridase yaitu laktase, sukrose, dan maltase, selain itu zink juga
mempengaruhi transport Na dan glukosa, dan meningkatkan respon imun yang
mengarah pada bersihan patogen dari usus sehingga zink dapat mempengaruhi
proses penyembuhan diare.

16
Analisis Masalah

1. Four days before admission, the patient had non projectile vomiting 8 times a
day. He vomited what he ate.
a. Apa dampak dari muntah non proyektil 8 kali sehari?
Jawab : Akibatnya dapat mengalami
1. Komplikasi metabolik :
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa,
deplesi kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari
hilangnya cairan lewat muntah atau masukan yang kurang oleh
karena selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam
lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam sel
karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium ekstraseluler.
Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lewat muntah
dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7
atau 8, kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi
deplesi Natrium dan Kalium
2. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi
karena intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup
lama, maka akan terjadi kegagalan tumbuh kembang.
3. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode
aspirasi ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran
nafas berulang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD.
4. Mallory Weiss syndrome

17
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung. Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama.
Pada pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa
esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan
sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan hebat perlu dilakukan
transfusi darah
5. Peptik esofagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan
iritasi mukosa esophagus oleh asam lambung.

b. Bagaimana mekanisme muntah pada kasus?1c


Jawab :

18
c. Mengapa muntah pada kasus bukan muntah proyektil?
Jawab : Hal ini dikarenakan, muntah proyektil menandakan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial karena adanya edema akibat cedera
kepala juga menandakan adanya hipertrofi bawaan Sphynter Pylorus
(stenosis pylorus).

d. Bagaimana hubungan muntah non proyektil dengan diare yang dialami


saat ini?
Jawab : Diare dan muntah pada kasus ini sama-sama disebabkan oleh
mikroorganisme yang menginfeksi traktus gastrointestinalis yang masuk
secara oral. MO tersebut menginfeksi saluran pencernaan atas (lambung)
sehingga memunculkan gerakan antiperistaltik yang kuat pada lambung,
yang kemudian akan mengiritasi mukosa lambung. Peningkatan
peristaltik menyebabkan bowel transit time memendek sehingga proses
digesti dan absorbsi makanan tidak terjadi secara adekuat sehingga
merangsang reseptor muntah. Kemudian bakteri tersebut juga
menginfeksi saluran pencernaan bawah sehingga menimbulkan
malansorbsi makanan dan air dan penyerapan juga terganggu yang akan
menimbulkan diare.

19
2. Three days before admision the patient got diarrhea 8 times a day around
half glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it.
The frequency of vomiting decreased.
a. Mengapa frekuensi muntah menurun dan frekuensi diare meningkat
dari hari sebelumnya?
Jawab : Reflek muntah berangsur berkurang dikarenakan serotonin
yang dihasilkan di sel enterocromafin yang letaknya di epitel usus
halus akan tidak dihasilkan lagi, karena Epithelial Cell sudah banyak
mengalami kerusakan. Oleh karena itu, lama kelamaan serotonin akan
berkurang dan pengaruhnya terhadap sistems saraf pusat muntah juga
akan tidak ada lagi. Dan muntah pun seiring waktu akan menghilang.
Frekuensi diare meningkat, hal ini berkaitan dengan progesivitas
dari infeksi MO, semakin lama pajanan MO berada di sekitar sel usus
halus menyebabkan semakin banyak sel usus halus yang mengalami
kerusakan (semakin banyak villi yang atrofi) sehingga sistem
hemostatis tubuh juga tidak bisa lagi mempertahankan, akibatnya
semakin banyak makanan dan cairan yang tidak bisa diabsorbsi, oleh
karena itu diare akan bertambah berat.

3. But two days before admision the patient got bloody stool 12 times a day
around quarter glass in every defecation. The vomiting stopped.
a. Mengapa muntah berhenti tetapi frekuensi BAB meningkat?
Jawab: Saat mikroorganisme menginfeksi gastrointestinal maka
pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi
untuk keluar dari lambung dan duodenum(GIT atas) adalah muntah.
Akan tetapi, hal ini tidak terjadi saat mikroorganisme tiba di mukosa
GIT di bawah duodenum. Tidak hanya terjadi iritasi mukosa dengan
toxin, tetapi juga terjadi invasi ke sel-sel villi. Iritasi yang terjadi di
sini tidak menyebabkan muntah karena sudah tidak ada lagi saraf-
saraf yang berespon terhadap muntah. Saraf- saraf yang berespon
terhadap muntah hanya terdapat di lambung dan duodenum.

20
Saat MO mencapai ujung distal ileum dan kolon, MO menginvasi
vili pada ileum menyebabkan kerusakan sel enterosit yang
menurunkan kemampuan absorpsi dan meningkatkan sekresi mucus.
Jadi, diare adalah bagian pertahanan tubuh untuk mengeliminasi
mikroorganisme keluar dari usus halus dan colon (GIT bawah).

4. Along those 4 days, he drank eagerly and was given ORS (oral rehidration
solution). He also got mild fever.
a. Apa indikasi pemberian ORS pada kasus?
Jawab : ORS diberikan kepada seseorang yang mengalami muntah dan
diare akut yang berulang juga kepada seseorang yang telah memiliki
tanda-tanda dehidrasi. Fungsi pemberian ORS adalah menggantikan
elektrolit tubuh yang hilang selama muntah dan diare.
Banyak cairan tidak cocok digunakan sebagai cairan pengganti,
misalnya jus apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam karena
mengandung glukosa terlalu tinggi dan atau rendah natrium. Cairan
pengganti yang tidak tepat akan menciptakan diare osmotik, sehingga
akan makin memperburuk kondisi dehidrasinya.
Adanya muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian ORS,
kecuali jika ada obstruksi usus, ileus, atau kondisi abdomen akut, maka
rehidrasi secara intravena menjadi alternatif pilihan. Defisit cairan
harus segera dikoreksi dalam 4 jam dan ORS harus diberikan dalam
jumlah sedikit tetapi sering, untuk meminimalkan distensi lambung
dan refleks muntah.

b. Bagaimana mekanisme demam ringan pada kasus?


Jawab : Masuknya mikroorganisme  pelepasan sitokin (IL-1, IL-6,
dan TNF-α)  sitokin sampai ke otak  mengaktivasi jalur
arakidonat dan dengan bantuan dari COX 2  menghasilkan PGE2 
set point thermostat meningkat  fever

21
c. Bagaimana derajat dehidrasi pada kasus?
Jawab : Berdasarkan tingkat keparahannya terdapat 3 jenis dehidrasi,
yaitu ringan sedang berat. Pada kasus, Budi mengalami dehidrasi yang
masuk ke dalam kategori berat, dimana dapat dilihat dari tanda di
bawah ini:
1. Lethargy
2. Takikardi
3. Demam 38,9oC
4. Ubun-ubun cekung
5. Mata cekung
6. Mulut kering
7. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ≥ 2 detik
8. Frekuensi urin menurun
9. Ekstremitas dingin

5. Yesterday, he looked worsening, lethargy, didn’t want to drink, still had


diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago was less
than usual.
a. Mengapa jumlah urin 8 jam yang lalu berkurang dari biasanya?

22
Jawab : Pengeluaran jumlah urin berkurang dikarenakan banyaknya air
yang dikeluarkan bersama tinja (akibat diare yang berat sehingga
mengalami dehidrasi berat) akibatnya volume darah yang biasanya
diekskresi oleh ginjal sekitar 1 L/hari berkurang  dehidrasi berat 
volume darah yang melalui filtrasi ginjal ↓  produksi urin ↓.
Pengeluaran urin yang berkurang ini juga diengaruhi oleh adanya
kompensasi tubuh akibat kekurangan cairan dengan merangsang
hipotalamus untuk meningkatkan kerja ADH mereduksi produksi urin.

b. Bagaimana mekanisme lethargy dan tidak mau minum pada kasus?


Jawab : Kemungkinan penyebab keadaan Budi terlihat letargi adalah
dehidrasi derajat berat yang dialaminya, dimana sejak 4 hari
sebelumnya ia mengalami muntah dan diare berulang. Penurunan
kesadaran ini menunjukkan bahwa dehidrasi yang dialami Budi masuk
kategori derajat berat. Hal inilah yang meyebabkan keadaan Budi
masih dalam keadaan sadar (compos mentis) namun terlihat lelah
(lethargy).

Daftar Pustaka
DIARE AKUT. (t.thn.). Dipetik Mei 11, 2020, dari Hospital Care for Children:
http://www.ichrc.org/52-diare-akut

Laksana, E. (2015). Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Dipetik Mei 11,
2020, dari Universitas Diponegoro: file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Strategi
%20Terapi%20Cairan%20pada%20Dehidrasi.pd

23

Anda mungkin juga menyukai