Anda di halaman 1dari 12

Nama : Alifa Alya Zalfa

NIM : 04011281823192
Kelas : Gamma 2018

LEARNING ISSUES SKENARIO A BLOK 16

A. FISIOLOGI GINJAL
Ginjal adalah organ utama yang berperan mempertahankan homeostasis
cairan tubuh dengan cara mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit,
dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ketika CES mengalami kelebihan air atau
elektrolit tertentu misalnya ion-ion tertentu, ginjal dapat mengeluarkan kelebihan
tersebut melalui urine. Selain mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, ginjal juga mengeluarkan bahan-bahan sisa metabolisme yang
berpotensi toksik bagi tubuh. Kerja ginjal juga dipengaruhi oleh hormon-hormon
tertentu.

(Gambar 1 : Nefron)

Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal. Nefron tersusun dari banyak
komponen yang setiap komponennya berperan dalam proses pembentukan urine.
Adapun komponen penyusun nefron sebagai berikut:
1. Komponen vaskular
a. Arteriol aferen
Arteriol aferen adalah pembuluh darah arteriole yang berfungsi membawa
darah ke glomerulus
b. Glomerulus
Glomerulus adalah suatu kumpulan kapiler yang berperan dalam filtrasi
plasma darah.
c. Arteriol eferen
Arteriol eferen adalah pembuluh darah arteriole yang berfungsi membawa
darah dari glomerulus
d. Kapiler peritubulus
Kapiler peritubulus adalah kapiler yang memperdarahi jaringan ginjal dan
terlibat dalam pertukaran dengan cairan dan ion di lumen tubulus.
2. Komponen tubular
a. Kapsul Bowman
Kapsul Bowman adalah komponen tubular yang berfungsi untuk
mengumpulkan filtrat glomerulus.
b. Tubulus proksimal
Tubulus proksimal adalah komponen tubular yang berperan dalam
reabsorpsi dan sekresi tak-terkontrol (tidak dipengaruhi hormon apapun)
bahan-bahan tertentu.
c. Ansa Henle
Ansa Henle adalah komponen tubular yang menghasilkan gradien osmotik
di medula ginjal sehingga dapat menghasilkan urine dengan konsentrasi
beragam.
d. Tubulus distal dan duktus koligentes
Tubulus distal dan duktus koligentes adalah komponen tubular yang
berperan dalam reabsorpsi terkontrol (dapat dipengaruhi hormon) Na+ dan
H2O serta sekresi K+ dan H+. Cairan yang keluar dari duktus koligentes dan
diteruskan ke pelvis ginjal merupakan urine sesungguhnya.
3. Komponen gabungan antara komponen vaskular dan tubular.
a. Aparatus jukstaglomerular
Aparatus jukstaglomerular adalah komponen nefron yang menghasilkan
renin yang berperan dalam kontrol fungsi ginjal dengan mengaktivasi
sistem renin angiostensin aldosteron.

Tahap-tahap Pembentukan Urine:

(Gambar 2 : Tahap Pembentukan Urine)

1. Filtrasi Glomerulus
(Gambar 3 : Lapisan Membran Glomerulus)
Glomerulus terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut.
1) Dinding kapiler
Dinding kapiler glomerulus terdiri dari selapis sel endotel gepeng.
Lapisan ini terdiri banyak pori besar yang terbentuk dari celah diantara
sel-sel endotel. Hal ini menyebabkannya dinding kapiler glomerulus 100
kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler yang
lainnya. Selain itu, sel endotel sendiri juga memiliki lubang atau
fenestrasi yang besar.
2) Membran basalis
Membran basal terdiri dari lapisan gelatinosa tidak mengandung sel
yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang berada terselip di
antara glomerulus dan kapsula Bowman. Kolagen berperan dalam
kekuatan struktural, sedangkan glikoprotein berperan dalam menghambat
filtrasi protein plasma yang berukuran kecil seperti albumin sehingga
normalnya hampir tidak terdapat protein dalam filtrat dengan kurang dari
1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula Bowman. Meski
pori kapiler masih dapat melewatkan protein berukuran kecil seperti
albumin, albumin memiliki muatan negatif sehingga dapat ditolak oleh
glikoprotein karena memiliki muatan yang sama. Protein-protein kecil
yang ikut terfiltrasi kemudian akan diangkut ke sel tubulus proksimal
secara endositosis, lalu didegradasi menjadi bentuk asam amino yang
akan dikembalikan ke dalam darah.
3) Lapisan dalam kapsula Bowman
Lapisan ini terdiri dari suatu sel mirip gurita mengelilingi kuntum
glomerulus yang disebut podosit. Setiap podosit memiliki banyak
tonjolan kaki. Terdapat celah sempit di antara tonjolan-tonjolan kaki
podosit yang berdampingan, yang disebut celah filtrasi, dimana celah
tersebut dilewati cairan yang meninggalkan kapiler glomerulus menuju
lumen kapsula Bowman.
Laju filtrasi glomerulus ditentukan oleh tekanan filtrasi neto, luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi, dan permeabilitas
membran glomerulus. Tekanan filtrasi neto merupakan tekanan yang
mendorong cairan dalam jumlah besar dari darah menembus membran
glomerulus yang sangat permeabel. Tekanan filtrasi neto dipengaruhi
oleh gaya-gaya yang bekerja pada glomerulus. Adapun gaya-gaya yang
bekerja pada glomerulus adalah sebagai berikut.
a. Tekanan darah kapiler glomerulus (tekanan hidrostatik), tekanan
yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan
dipengaruhi oleh kontraksi jantung dan resistensi terhadap aliran
darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan
darah kapiler glomerulus (diperkirakan 55 mmHg) lebih tinggi
daripada tekanan darah kapiler di tempat lain. Tekanan darah
glomerulus yang lebih tinggi ini cenderung mendorong cairan keluar
glomerulus menuju kapsula Bowman di seluruh panjang kapiler
glomerulus, dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus.
b. Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan yang ditimbulkan oleh
kadar yang tak seimbang dari protein-protein plasma di kedua sisi
membran glomerulus. Karena protein plasma tidak dapat difiltrasi,
protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula
Bowman sehingga terjadi perpindahan H2O dari kapsula Bowman ke
glomerulus. Tekanan ini (diperkirakan 30 mmHg) berlawanan
dengan tekanan darah kapiler glomerulus.
c. Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan
oleh cairan di bagian dinding tubulus awal, diperkirakan sekitar 15
mm Hg. Tekanan ini memiliki kecenderungan untuk mendorong
cairan keluar dari kapsula Bowman menuju ke glomerulus. Tekanan
ini juga berlawanan dengan tekanan darah kapiler glomerulus.
Perbedaan antara gaya yang mendorong filtrasi dan gaya yang
melawan filtrasi inilah yang disebut dengan tekanan filtrasi neto.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus
merupakan luas permukaan dalam kapiler glomerulus yang dilalui
oleh darah saat proses filtrasi. Terdapat suatu sel dengan elemen
kontraktil yang menyatukan tiap-tiap kapiler di glomerulus yang
disebut dengan sel mesangium. Kontraksi sel-sel mesangium ini
dapat membuat sebagian kapiler filtrasi menutup sehingga
mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi. Penurunan
luas permukaan ini dapat murunkan laju filtrasi glomerulus.
Kontraksi dari sel mesangium dapat diakibatkan oleh stimulasi
simpatis. Namun apabila kontraksi menurun akibat mekanisme
vasodilatasi akibat baroreseptor mendeteksi adanya peningkatan
tekanan darah. Penurunan kontraksi dapat meningkatkan luas
permukaan sehingga meningkatkan laju filtrasi glomerulus.

(Gambar 4: Peningkatan Relaksasi dan kontraksi podosit)

2. Reabsorbsi dan Sekresi tubulus


A. Tubulus proksimal
Terdapat beberapa komponen yang direabsorbsi di tubulus proksimal.
1) Natrium bikarbonat (NaHCO3)
NaHCO3 mula-mula terionisasi menjadi Na+ dan HCO3- di lumen tubulus.
Kemudian ion Na+ diangkut ke sel tubulus dan ditukar dengan H+ yang
disekresikan ke lumen melalui Na+/H+ 3 antiporter (NHE3). Na+ akan
diangkut ke plasma dan ditukar dengan K + yang masuk ke dalam sel
tubulus proksimal melalui pompa Na+/K+ ATPase. Kemudian HCO3- di
lumen akan berikatan dengan H+ yang disekresikan ke lumen membentuk
H2CO3 yang kemudian secara cepat didehidrasi oleh karbonat anhidrase
menjadi H2O dan CO2. Kemudian H2O dan CO2 berdifusi secara pasif
menuju ke sel tubulus proksimal. Kemudian H2O dan CO2 kembali
direhidrasi menjadi H2CO3 dengan bantuan karbonat anhidrase.
Kemudian H2CO3 terurai kembali menjadi H+ dan HCO3-. H+ kemudian
akan kembali diangkut ke lumen melalui Na+/H+ 3 antiporter (NHE3).
Sedangkan HCO3- diangkut ke plasma oleh Na+/HCO3- simporter bersama
dengan ion Na+.

(Gambar 5: Reabsorbsi Tubulus Proksimal)


2) NaCl
NaCl mula-mula terurai menjadi Na+ dan Cl- di lumen tubulus. Kemudian
Na+ diangkut ke sel tubulus melalui Na+/H+ 3 antiporter (NHE3).
Sedangkan Cl- diangkut ke sel tubulus melalui Cl-/basa antiporter. Na+
akan diangkut ke plasma dan ditukar dengan K+ yang masuk ke dalam sel
tubulus proksimal melalui pompa Na+/K+ ATPase, sedangkan Cl-
diangkut ke plasma melalui K+/Cl- simporter.
3) Ion Na+
Terdapat beberapa jenis pengangkutan dari ion Na+ pada tubulus
proksimal.
a) Pengangkutan dari lumen tubulus ke sel tubulus
i. Difusi pasif melalui ion channel
ii. Transpor melalui Na+/glukosa simporter
iii. Transpor melalui Na+/H+ antiporter
b) Pengangkutan dari sel tubulus ke plasma
i. Transpor melalui Na+/K+ ATPase
ii. Transpor melalui Na+/HCO3- simporter.
4) Ion K+
Ion K+ diangkut dari lumen ke plasma terutama melalui jalur paraseluler
dimana ion Cl- melalui celah sempit (tight junction) diantara sel-sel
tubulus proksimal. Selain itu ion K+ juga diangkut dari sel tubulus
menuju plasma melalui K+/Cl- simporter.
5) Glukosa
Glukosa diangkut dari lumen ke sel tubulus melalui Na+/glukosa
simporter. Kemudian ditranpor secara pasif dari sel tubulus ke plasma
dengan menggunakan sisa energi yang dihasilkan dari penggunaan ATP
oleh Na+/K+ ATPase.
6) Asam amino
Protein-protein kecil yang ikut terfiltrasi kemudian akan diangkut ke sel
tubulus proksimal secara endositosis, lalu didegradasi menjadi bentuk
asam amino dan di angkut ke dalam plasma secara difusi terfasilitasi oleh
karier.
7) Air
Air direabsorpsi secara pasif untuk mempertahankan osmolalitas cairan
tubulus proksimal (isoosmotik).

B. Ansa henle
Ansa henle terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut.
a) Pars descendens
Pada pars descendens, terjadi penyerapan air secara pasif melalui
akuaporin.
b)Pars ascendens
(Gambar 6: Reabsorbsi di Pars Thick Ascendens)

Pars ascendens terutama bagian yang tebal berperan penting dalam


reabsorbsi ion-ion. Adapun pengangkut ataupun jalur-jalur yang
digunakan ion-ion pada tubulus distal adalah sebagai berikut.
i. Na+/K+/Cl- kotransporter (utama)
Transporter ini membawa ion Na+, K+, dan Cl- dari lumen ansa henle
menuju ke sel ansa henle.
ii. Jalur paraseluler
Jalur ini digunakan oleh ion Mg2+ dan Ca2+ untuk berpindah dari
lumen ansa henle menuju ke plasma. Jalur ini dipengaruhi oleh adanya
potensial listrik lumen (+) akibat K+ yang kembali berdifusi ke dalam
lumen.
iii.Pompa Na+/K+ ATPase
Pompa ini membawa Na+ dari sel ansa henle menuju ke plasma dan
membawa K+ dari plasma menuju ke sel ansa henle.
iv. K+/Cl- simporter
Transporter ini membawa K+ dan Cl- dari sel ansa henle menuju ke
plasma.

C. Tubulus distal
(Gambar 7: Reabsorbsi di Tubulus Distal)
Pada tubulus distal terjadi mekanisme penyerapan NaCl sekitar 10%.
Sebelum direabsorbsi NaCl di lumen terlebih dahulu terionisasi menjadi ion
Na+ dan Cl-. Kedua ion tersebut akan diangkut dari lumen menuju ke sel
tubulus distal melalui Na+/Cl- kotransporter 4. Kemudian ion Na+ akan
diangkut dari sel tubulus distal ke plasma melalui pompa pompa Na +/K+
ATPase. Sedangkan ion Cl- diangkut dari sel tubulus menuju plasma melalui
Cl-channel. Selain itu, di tubulus distal juga terjadi reabsorbsi Ca 2+ dari
lumen menuju sel tubulus distal melalui suatu saluran Ca2+ apikal yang
dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Kemudian Ca2+ akan diangkut dari sel
tubulus distal menuju plasma melalui Ca2+/Na+ antiporter dan pompa Ca2+/H+
ATPase.

D. Sistem tubulus dan duktus koligentes


(Gambar 8: Reabsorbsi di Tubulus Koligentes)

Mekanisme utama pada sistem tubulus dan duktus koligentes adalah


reabsorbsi Na+ dan sekresi K+. Na+ diangkut dari lumen menuju ke sel
tubulus koligentes (tepatnya pada sel interaksi) melalui saluran natrium
epitel (ENaC) sehingga menimbulkan perubahan potensial di lumen menjadi
negatif, yang mendorong reabsorpsi Cl- dan efluks K+. Kemudian Na+ akan
diangkut dari sel tubulus distal menuju plasma melalui pompa Na +/K+
ATPase bersamaan dengan pengangkutan K+ dari plasma menuju ke sel
tubulus distal. Efluks K+ yang ditimbulkan oleh perubahan potensial lumen
menjadi negatif membawa K+ dari sel tubulus distal menuju lumen.
Mekanisme reabsorbsi Na+ dan sekresi K+ ini dipengaruhi oleh hormon
aldosteron yang berikatan dengan reseptor aldosteron di sel prinsipal.
Hormon golongan mineralokortikoid ini bekerja pada transkripsi gen,
dimana aktivitas saluran membran apikal dan Na+/K+ ATPase basolateral
meningkat sehingga terjadi peningkatan potensial listrik transepitel dan
peningkatan drastis reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Urine yang keluar dari
duktus koligentes dan diteruskan ke pelvis ginjal merupakan urine
sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai