NIM : 04011281823192
Kelas : Gamma 2018
A. FISIOLOGI GINJAL
Ginjal adalah organ utama yang berperan mempertahankan homeostasis
cairan tubuh dengan cara mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit,
dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ketika CES mengalami kelebihan air atau
elektrolit tertentu misalnya ion-ion tertentu, ginjal dapat mengeluarkan kelebihan
tersebut melalui urine. Selain mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, ginjal juga mengeluarkan bahan-bahan sisa metabolisme yang
berpotensi toksik bagi tubuh. Kerja ginjal juga dipengaruhi oleh hormon-hormon
tertentu.
(Gambar 1 : Nefron)
Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal. Nefron tersusun dari banyak
komponen yang setiap komponennya berperan dalam proses pembentukan urine.
Adapun komponen penyusun nefron sebagai berikut:
1. Komponen vaskular
a. Arteriol aferen
Arteriol aferen adalah pembuluh darah arteriole yang berfungsi membawa
darah ke glomerulus
b. Glomerulus
Glomerulus adalah suatu kumpulan kapiler yang berperan dalam filtrasi
plasma darah.
c. Arteriol eferen
Arteriol eferen adalah pembuluh darah arteriole yang berfungsi membawa
darah dari glomerulus
d. Kapiler peritubulus
Kapiler peritubulus adalah kapiler yang memperdarahi jaringan ginjal dan
terlibat dalam pertukaran dengan cairan dan ion di lumen tubulus.
2. Komponen tubular
a. Kapsul Bowman
Kapsul Bowman adalah komponen tubular yang berfungsi untuk
mengumpulkan filtrat glomerulus.
b. Tubulus proksimal
Tubulus proksimal adalah komponen tubular yang berperan dalam
reabsorpsi dan sekresi tak-terkontrol (tidak dipengaruhi hormon apapun)
bahan-bahan tertentu.
c. Ansa Henle
Ansa Henle adalah komponen tubular yang menghasilkan gradien osmotik
di medula ginjal sehingga dapat menghasilkan urine dengan konsentrasi
beragam.
d. Tubulus distal dan duktus koligentes
Tubulus distal dan duktus koligentes adalah komponen tubular yang
berperan dalam reabsorpsi terkontrol (dapat dipengaruhi hormon) Na+ dan
H2O serta sekresi K+ dan H+. Cairan yang keluar dari duktus koligentes dan
diteruskan ke pelvis ginjal merupakan urine sesungguhnya.
3. Komponen gabungan antara komponen vaskular dan tubular.
a. Aparatus jukstaglomerular
Aparatus jukstaglomerular adalah komponen nefron yang menghasilkan
renin yang berperan dalam kontrol fungsi ginjal dengan mengaktivasi
sistem renin angiostensin aldosteron.
1. Filtrasi Glomerulus
(Gambar 3 : Lapisan Membran Glomerulus)
Glomerulus terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut.
1) Dinding kapiler
Dinding kapiler glomerulus terdiri dari selapis sel endotel gepeng.
Lapisan ini terdiri banyak pori besar yang terbentuk dari celah diantara
sel-sel endotel. Hal ini menyebabkannya dinding kapiler glomerulus 100
kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler yang
lainnya. Selain itu, sel endotel sendiri juga memiliki lubang atau
fenestrasi yang besar.
2) Membran basalis
Membran basal terdiri dari lapisan gelatinosa tidak mengandung sel
yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang berada terselip di
antara glomerulus dan kapsula Bowman. Kolagen berperan dalam
kekuatan struktural, sedangkan glikoprotein berperan dalam menghambat
filtrasi protein plasma yang berukuran kecil seperti albumin sehingga
normalnya hampir tidak terdapat protein dalam filtrat dengan kurang dari
1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula Bowman. Meski
pori kapiler masih dapat melewatkan protein berukuran kecil seperti
albumin, albumin memiliki muatan negatif sehingga dapat ditolak oleh
glikoprotein karena memiliki muatan yang sama. Protein-protein kecil
yang ikut terfiltrasi kemudian akan diangkut ke sel tubulus proksimal
secara endositosis, lalu didegradasi menjadi bentuk asam amino yang
akan dikembalikan ke dalam darah.
3) Lapisan dalam kapsula Bowman
Lapisan ini terdiri dari suatu sel mirip gurita mengelilingi kuntum
glomerulus yang disebut podosit. Setiap podosit memiliki banyak
tonjolan kaki. Terdapat celah sempit di antara tonjolan-tonjolan kaki
podosit yang berdampingan, yang disebut celah filtrasi, dimana celah
tersebut dilewati cairan yang meninggalkan kapiler glomerulus menuju
lumen kapsula Bowman.
Laju filtrasi glomerulus ditentukan oleh tekanan filtrasi neto, luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi, dan permeabilitas
membran glomerulus. Tekanan filtrasi neto merupakan tekanan yang
mendorong cairan dalam jumlah besar dari darah menembus membran
glomerulus yang sangat permeabel. Tekanan filtrasi neto dipengaruhi
oleh gaya-gaya yang bekerja pada glomerulus. Adapun gaya-gaya yang
bekerja pada glomerulus adalah sebagai berikut.
a. Tekanan darah kapiler glomerulus (tekanan hidrostatik), tekanan
yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan
dipengaruhi oleh kontraksi jantung dan resistensi terhadap aliran
darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan
darah kapiler glomerulus (diperkirakan 55 mmHg) lebih tinggi
daripada tekanan darah kapiler di tempat lain. Tekanan darah
glomerulus yang lebih tinggi ini cenderung mendorong cairan keluar
glomerulus menuju kapsula Bowman di seluruh panjang kapiler
glomerulus, dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus.
b. Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan yang ditimbulkan oleh
kadar yang tak seimbang dari protein-protein plasma di kedua sisi
membran glomerulus. Karena protein plasma tidak dapat difiltrasi,
protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula
Bowman sehingga terjadi perpindahan H2O dari kapsula Bowman ke
glomerulus. Tekanan ini (diperkirakan 30 mmHg) berlawanan
dengan tekanan darah kapiler glomerulus.
c. Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan
oleh cairan di bagian dinding tubulus awal, diperkirakan sekitar 15
mm Hg. Tekanan ini memiliki kecenderungan untuk mendorong
cairan keluar dari kapsula Bowman menuju ke glomerulus. Tekanan
ini juga berlawanan dengan tekanan darah kapiler glomerulus.
Perbedaan antara gaya yang mendorong filtrasi dan gaya yang
melawan filtrasi inilah yang disebut dengan tekanan filtrasi neto.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus
merupakan luas permukaan dalam kapiler glomerulus yang dilalui
oleh darah saat proses filtrasi. Terdapat suatu sel dengan elemen
kontraktil yang menyatukan tiap-tiap kapiler di glomerulus yang
disebut dengan sel mesangium. Kontraksi sel-sel mesangium ini
dapat membuat sebagian kapiler filtrasi menutup sehingga
mengurangi luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi. Penurunan
luas permukaan ini dapat murunkan laju filtrasi glomerulus.
Kontraksi dari sel mesangium dapat diakibatkan oleh stimulasi
simpatis. Namun apabila kontraksi menurun akibat mekanisme
vasodilatasi akibat baroreseptor mendeteksi adanya peningkatan
tekanan darah. Penurunan kontraksi dapat meningkatkan luas
permukaan sehingga meningkatkan laju filtrasi glomerulus.
B. Ansa henle
Ansa henle terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut.
a) Pars descendens
Pada pars descendens, terjadi penyerapan air secara pasif melalui
akuaporin.
b)Pars ascendens
(Gambar 6: Reabsorbsi di Pars Thick Ascendens)
C. Tubulus distal
(Gambar 7: Reabsorbsi di Tubulus Distal)
Pada tubulus distal terjadi mekanisme penyerapan NaCl sekitar 10%.
Sebelum direabsorbsi NaCl di lumen terlebih dahulu terionisasi menjadi ion
Na+ dan Cl-. Kedua ion tersebut akan diangkut dari lumen menuju ke sel
tubulus distal melalui Na+/Cl- kotransporter 4. Kemudian ion Na+ akan
diangkut dari sel tubulus distal ke plasma melalui pompa pompa Na +/K+
ATPase. Sedangkan ion Cl- diangkut dari sel tubulus menuju plasma melalui
Cl-channel. Selain itu, di tubulus distal juga terjadi reabsorbsi Ca 2+ dari
lumen menuju sel tubulus distal melalui suatu saluran Ca2+ apikal yang
dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Kemudian Ca2+ akan diangkut dari sel
tubulus distal menuju plasma melalui Ca2+/Na+ antiporter dan pompa Ca2+/H+
ATPase.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC