Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES

TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Bandar Lampung
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Keperawatan Diri

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
 Biologis, terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmitternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perlaku maladaptif klien (Townsend. 2005). Secara Biologi riset
neurobiologikal memfokuskan pada tiga area otak yaitu :
1) Sistem Limbik, Klien dengan defisit keperawatan diri mengalami gangguan pada
sistem limbik sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk dapat membersihkan
diri.

1
2) Lobus Frontal, Klien defisit perawatan diri yang mengalami kerusakan pada lobus
frontal mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif yaitu tidak mampu
berperilaku untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3) Hypotalamus, Klien DPD yang terjadi kerusakan pada hipotalamus maka akan
terjadi ganggaun mood dan penurunan motivasi sehingga mengakibatkan klien
tidak dapat melakukan aktifitas perawatan diri.
Selain gangguan pada struktur otak, proses terjadinya gangguan defisit perawatan diri
berdasarkan faktor biologis disebabkan juga oleh adanya kondisi patologis dan
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter.
1) Dopamine, fungsinya mencakup regualsi gerak dan volunter. Apabila gangguan
fungsi dopamin ini terjadi pada klien skizofrenia, akan menyebabkan klien
mengalami gangguan dalam regulasi gerak dan koordinasi, emosi, serta
kemampuan pemecahan masalah sehinggaklien tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
2) Serotinin, berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotin dapat mempengaruhi sistem kognitif
yaitu alam pikir, afektif dan psikomotor. Klien akan cenderung berperilaku
maladaptif, yang dapat dilihat yaitu tidak adanya aktifitas dalam melakukan aktifias
perawatan diri seperri mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
3) Norepineprin, berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi proses
pembelajaran dan memori. Klien cenderung akan berperilaki negatif seperti tidak
melakukan aktifitas mandi, tidak berhias, tidak memperhatikan makan dan minum,
serta tidak melakukan aktifitas toileting dengan benar.
4) Acetylcholine (Ach) berperan penting untuk belajar dan memori. Jika terjadi
peningkatan kadar Ach akan dapat menurunkan atensi dan mood yang dapat dilihat
dengan adanya gejalan kurang perhatian untuk dirinya dan malas dalam
beraktifitas.
 Psikologis
1) Konsep diri, mulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang diterima secara
positif atau negatif oleh seseorang.
2) Identitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal siapa dirinya
dengan segala keunikannya, dan mampu menghargai dirinya sendiri.
3) Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan.

2
4) Kepribadian, pada klien defisit perawatan diri biasnaya ditemukan klien memiliki
kepribadian yang tertutup.
5) Moralitas, klien defisit perawatan diri menganggap dirinya tidak beguna, negatif
terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalmai penuruan motivasi untuk
melakukan aktifitas perawatan diri.
 Sosial Budaya
1) Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak memadainya sarana dan
prasarana, tidak adekuatnya nutrisi, rendahnya pemenuhan kebutuhan perawatan
untuk anggota keluarga, dan perasaan tidak berdaya.
2) Tahap perkembangan, pelajaran kebersihan dari orang tua yang meliputi kebiasaan
keluarga.
3) Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi kebersihan diri.
4) Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan diri.
5) Motivasi, setiap orang memliki keinginan dan pilihan tentang waktu untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut sesuia dengan kebutuhan.
6) Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu atau yang
akan menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untk
melakukan perawatan kebersihan diri.
b. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus yang
dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suati kesempatan, tantangan,
ancaman/tuntutan. Komponennya :
 Sifat stressor, terjadinya defisit perawatan diri berdasarkan sifat terdiri dari biologis
(infeksi, peny. kronis), psikologis (intelegensi, verbal, moral, kepribadian), dan sosial
budaya (tuntutan masy. yang tidak sesuai dengan kemampuan seseorang).
 Asal stressor, terdiri dari internal dan eksternal. Stressor internal atau yang berasal dari
diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungan, merasa tidak mampu, ketidakberdaya.
 Waktu, dilihat sebagai dimensi kapan stressor mulai terjadi dan beberapa lama terpapat
stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
 Lama dan jumlah stressor yaitu terkait dengan sejak kapan, sudah berapa lama, berapa
kali kejadiannya, serta jumlah stressor.

3
3. Tanda Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma
 Cara makan tidak teratur
 BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

4. Sumber Koping
Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimilki oleh klien defisit perawatan diri
adlah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan
mandi, berhias, makan dan minum, serta toileting. Sedangkan pada klien yang sangat
mempengaruhi dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta
ketidakmampuan memanfaatkan dukungan sosial.

5. Mekanisme Koping
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi perumbuhan, belajar dan
menbapai tujuan.
b. Mekanisme koping mal adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integras memecahkan pertumbuhan,
menurunkan otonoms dan cenderung menguasai lingkungan.
4
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
 Obat anti psikosis : Penotizin
 Obat anti depresi : Amitripilin
 Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
 Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi
 Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian seperti BHSP, Jangan memancing emosi klien, Libatkan
klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga, Berikan kesempatan klien
mengemukakan pendapat, Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.
 Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
 Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
pasien.

A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH


1 Subjektif Defisit Perawatan
Pasien mengatakan tentang : Diri
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
5
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/berdandan
6. Tidan bisa/mau menggunakan alat mandi.
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan
BAK.
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang
benar.
Objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat
mandi, tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kotor, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi, pakain tidak rapi, tifak mampu
berdandan, memilih, mengambil, dan memakai
pakaian, memakai sandal, sepatu, memakai
resleting.
3. Makan dan mnum sembarangan, berceceran,
tidak menggunakan alat makan, tifak mampu
(Menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman.
4. BAB & BAK tidak pada tempatnya, tifak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tifak
mampu (Menjaga kebersihan toilet, menyiram toilet)

B. Pohon Masalah
Kerusakan Integritas Kulit

Defisit Perawatan Diri

Intoleransi Aktivitas

6
III. Diagnosa Keperawatan
A. Defisit Perawatan Diri
B. Harga Diri Rendah
C. Isolasi Sosial

7
IV. Rencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1
1) Melakukan pasien dapat menjelaskan 1) Identifikasi kebersihan diri, 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
kebersihan diri pentingnya : berdandan, makan dan BAB atau yang akan di tingkatkan
sendiri secara 1) Kebersihan diri BAK. kebersihan/perawatan diri klien.
mandiri. 2) Berdandan atau 2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2) Memberi pengetahuan
2) Melakukan berhias 3) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri. 3) Memberi pengetahuan
berhias atau 3) Makan 4) Masukan dalam jadwal kegiatan 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
berdandan 4) BAB dan BAK pasien. lakukan untuk latihannya.
secara baik. 5) Dan mampu SP 2
3) Melakukan melakukan cara 1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
makan dengan perawatan diri. 2) Jelaskan pentingnya berdandan 2) Memberi pengetahuan.
baik. 3) Latih cara berdandan untuk pasien 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
4) Melakukan laki-laki meliputi cara berpakaian, meningkatkan kemampuan motorik klien.
BAB dan BAK menyisir rambut, bercukur.
secara mandiri. 4) Latih berdandan untuk pasien 4) Memberikan latihan praktik langsung untuk
perempuan meliputi berpakaian, meningkatkan kemampuan motorik klien.
menyisir rambut, berhias.
5) Masukkan jadwal kegiatan pasien 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien

8
lakukan untuk latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2)
2) Jelaskan cara dan alat makan yang 2) Memberi pengetahuan .
benar.
3) Jelaskan cara menyiapkan makanan. 3) Memberi pengetahuan.
4) Jelaskan cara merapikan peralatan 4) Memberi pengetahuan.
makan setelah makan.
5) Praktek makan sesuai dengan tahapan 5) Memberikan latihan praktik langsung untuk
makan yang baik. meningkatkan kemampuan motorik klien.
6) Latih kegiatan makan. 6) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
7) Masukkan dalam jadwal kegiatan 7) Mengontrol apa apa saja yang pasien
pasien. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih cara BAB dan BAK yang baik. 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
3) Menjelaskan tempat BAB dan BAK 3) Memberi pengetahuan
yang sesuai.
4) Menjelaskan cara membersihkan dan 4) Memberi pengetahuan.
berdiri setelah BAB atau BAK.
9
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Indentifikasi masalah keluarga dalam 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
keluarga yang meneruskan melatih merawat pasien dengan masalah yang akan di tingkatkan
mengalami pasien dan mendukung kebersihan diri, berdandan, makan, kebersihan/perawatan diri keluarga klien.
masalah kurang agar kemampuan dalam BAB dan BAK.
perawatan diri perawatan pasien dirinya 2) Jelaskan defisit perawatan diri. 2) Memberi pengetahuan
meningkat. 3) Jelaskan cara merawat kebersihan 3) Memberi pengetahuan
diri, berdandan, makan, BAB atau
BAK.
4) Bermain peran cara merawat. 4) Memberikan latihan praktik langsung dalam
melakukan perawatan.
5) Rencana tindak lanjut keluarga atau 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal keluarga untuk merawat lakukan untuk latihannya.
pasien.
SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
kepasien, kebersihan diri dan melakukan perawatan.
berdandan.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat pasien. lakukan untuk latihannya.

10
SP 3
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung dalam
kepasien cara makan. melakukan perawatan.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Rencana tinfak lanjut keluarga. 2) Mengontrol
3) Follow up 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
4) Rujukan 4) Untuk meningkatkan perkembangan

Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : ACT

11
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Standar Pedoman Jiwa


Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.) St.
Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2009). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby
Suliswati, Dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai