Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia

Volume 2 Desember - 2018 No. 2


Artikel Penelitian

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesuksesan Kesembuhan


dari Pengobatan Regimen Pendek ( Short Treatment Regiment) pada
Pasien Tuberkulosis Resistensi Obat di Indonesia Tahun 2017

Factors Associated with Recovery Success after Short Treatment Regiment


among Drug Resistant Tuberculosis Patients in Indonesia 2017

Rina Agustinaa*, Rizka Maulidab, Yovsyahb


a
Program Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lantai 1 Gedung A Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia
b
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lantai 1 Gedung A Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia

ABSTRAK ABSTRACT
TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi Drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease
bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari to increase. The decline in treatment success rate in 2010 from 67.9%
tahun 2010 sebesar 67,9% menjadi 51,1% di tahun 2013 dan peningkatan to 51.1% in 2013 and increase in dropped out patients drove Indonesia
kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB
pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan treatment and reduce cases of dropped out patients. This study aimed
pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. to observe the results of DR-TB treatment and identify factors related to
Penelitian ini bertujuan untuk melihat status kesuksesan kesembuhan treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using
dari pengobatan TB RO dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retrospective cohort study design using dataset of DR-TB patients aged
status kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen pendek di e”15 years who have completed short regiment treatment at the latest
Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan data pasien TB RO yang in November 2018 as recorded in the e-TB manager. There were 223
tercatat dalam e-TB manager dari pasien-pasien berusia e” 15 tahun cases with 104 cases (46.6%) successful treatment and 119 cases (53.4%)
yang telah ada status hasil pengobatan regimen pendek maksimal pada counted as unsuccessful treatment. Bivariate analysis with chi-square
bulan November 2018 dengan desain penelitian kohort retrospektif. yielded several factors were associated with successful treatment from
Didapatkan 223 kasus dengan 104 (46,6%) pengobatan sukses dan the short regiment treatment. These factors were age (crude RR 2.09,
sisanya yaitu 119 (53,4%) pengobatan tidak sukses. Hasil analisis bivariat 95% CI 1.19–3.65), ofloxacin resistance (crude RR 7.73, 95% CI 0.92 –
dengan chi-square menunjukkan beberapa factor yang berhubungan 64.28), and kanamycin resistance (crude RR 0.47, 95% CI 0.39 –0.57).
dengan status kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen According to the results to this study, DR-TB patients 45 years old or
pendek. Faktor-faktor ini ialah usia (crude RR 2,09, 95% CI 1,19–3,65), older should receive extra care in this short regiment treatment to
resistensi ofloksasin (crude RR 7,73, 95% CI 0,92–64,28) dan resistensi ensure that the outcome of their treatment to be successful. Accuracy
kanamisin (crude RR 0,47, 95% CI 0,39–0,57) memiliki hubungan yang of e-TB manager data should also be scrutinized so other studies using
signif ikan secar a statistik dengan kesuksesan kesembuhan dari the dataset could obtain more accurate results.
pengobatan regimen pendek. Berdasarkan hasil penelitian ini, penderita
TB RO dengan usia 45 tahun ke atas agar mendapatkan perhatian lebih
dalam pengobatan regimen pendek ini karena berpeluang lebih rendah
untuk mendapatkan status pengobatan yang sukses. Ketepatan data
pada e-TB manager pun perlu dilihat kembali karena pada penelitian ini
agar penelitian selanjutnya mendapatkan hasil yang akurat.

Kata kunci : Kesuksesan pengobatan; pengobatan jangka pendek; TB Keywords : treatment outcomes; short-term treatment; DR-TB
RO

Pendahuluan
Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyebab menambah beban dalam pengendalian tuberkulosis
kematian utama infeksi agen tunggal di atas peringkat khususnya negara dengan pendapatan ekonomi
HIV/AIDS.1 Pada tahun 2017, secara global diperkiraan menengah ke bawah termasuk Indonesia.
terdapat sekitar 558.000 kasus resistensi obat dan Tren kasus TB-RO terus meningkat tiap
kematian akibat resistensi obat TB sekitar sekitar tahunnya. 1,2 Pemerintah telah mengembangkan
230.000.1 Indonesia masih menduduki peringkat kedua layanan pengobatan TB RO tetapi masih terjadi
tertinggi di dunia yang memiliki kasus TB terbanyak penurunan hasil pengobatan. Kesuksesan pengobatan
berdasarkan data Global Report dari WHO tahun 2017.1 *Korespondensi: Rina Agustina, Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Lantai 1 Gedung A Kampus Baru UI Depok 16424,
Adanya kasus tuberkulosis resistensi obat (TB RO) Indonesia, E-mail: agustinarina24@gmail.com, Telp: +62-85-691244241

65
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 2, Desember 2018
menjadi 51,1% pada tahun 2013.3 Penurunan angka Metode Penelitian
kesuksesan pengobatan salah satunya disebabkan oleh
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort
peningkatan kasus putus berobat.3 Pada tahun 2009
retrospektif untuk melihat faktor-faktor yang
angka putus berobat meningkat dari 10,7% menjadi
berhubungan dengan hasil pengobatan. Data yang
28,7% pada tahun 2013.3 Pasien TB RO yang tidak
digunakan adalah data sekunder dari data e-TB man-
diobati ataupun yang mengalami kegagalan
ager di Subdirektor at Tuberkulosis Kementrian
pengobatan semakin berisiko meningkatkan penularan
Kesehatan Republik Indonesia yang merupakan data
TB RO sekunder dan meningkatkan penularan kasus
registrasi kohort pasien TB-RO mulai sejak didiagnosis
TB.3
sampai ada hasil pengobatan. Variabel dependen
Tingkat kesuksesan pengobatan pasien TB-RO
penelitian ini adalah kesuksesan kesembuhan
masih rendah disebabkan oleh penatalaksanaan
pengobatan pada pasien TB-RO. Kategori kesuksesan
pengobatan resisten obat jauh lebih sulit dan
kesembuhan dibagi menjadi sukses dan tidak sukses.
memerlukan durasi pengobatan yang panjang, yaitu
Sukses adalah pasien yang telah menyelesaikan
minimal 20 bulan.3 Masalah lain terkait tatalaksana TB
pengobatan jangka pendek 9–11 bulan dan sembuh.
RO yang tersedia saat ini di seluruh dunia memerlukan
Tidak sukses adalah pasien yang menjalani pengobatan
biaya yang besar baik untuk program maupun untuk
jangka pendek tetapi berakhir gagal, putus berobat,
pasien. 4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan
lengkap, meninggal, atau tidak dievaluasi. Gagal ialah
sebelumnya, kesuksesan pengobatan TB-MDR yang
apabila pasien dalam pengobatan terjadi perubahan
menggunakan regimen jangka panjang pada pasien
BTA menjadi positif, terjadi efek samping berat atau
TB-MDR tahun 2013-2015 hanya sebesar 49,7%. 4
terjadi resistensi terhadap OAT lini kedua. Lengkap ialah
Hasil tersebut masih jauh dari target pemerintah yaitu
pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi
85%.5 pengobatan namun tidak ada bukti untuk dinyatakan
Regimen pengobatan TB RO sebelumnya sembuh atau gagal. Meninggal adalah pasien yang
memerlukan waktu yang sangat lama sehingga pada meninggal dalam masa pengobatan jangka pendek.
bulan Mei tahun 2016 WHO merekomendasikan Putus berobat ialah pasien berhenti berobat selama 2
pengobatan TB RO yang baru, yaitu menggunakan bulan berturut-turut atau lebih. Tidak dievaluasi ialah
panduan jangka pendek.3 Regimen baru ini bertujuan pasien yang mengalami pindah berobat tapi tidak
untuk mengefektifkan masa pengobatan pasien agar diketahui hasil pengobatannya.
tidak terlalu lama sehingga dapat mengurangi pasien Variabel independen penelitian ini adalah usia,
yang putus berobat. Dengan waktu pengobatan yang jenis kelamin, riwayat pengobatan TB sebelumnya, jenis
lama, pasien TB-RO berisiko untuk putus berobat yang resistensi, resistensi jenis obat, status HIV, status kavitas
nantinya berujung pada kegagalan pengobatan. paru, status diabetes mellitus, dan interval inisiasi
Rek omendasi ini berdasarkan hasil kajian studi pengobatan. Usia adalah umur pasien TB RO yang
observasional di negara yang telah menerapkan tercatat pada e-TB Manager. Jenis kelamin merupakan
pengobatan jangka pendek yaitu Bangladesh, Benin, tampilan fisik dan tanda-tanda keamin yang dimiliki
Burkina Faso, Burundi, Kamerun, Afrika Tengah, Kongo, pasien TB RO sesuai dengan catatan e-TB manager.
Niger, Swaziland, dan Uzbekistan. 6 Laporan WHO Riwayat pengobatan TB sebelumnya ialah status
menunjukkan angka kesuksesan pengobatan pengobatan pasien TB RO sebelumnya yang didapat
menggunakan regimen jangka pendek lebih besar oleh pasien. Variabel jenis resistensi ada 2 yaitu jenis
dibandingkan menggunakan regimen jangka panjang.6 resistensi berdasarkan catatan pada sistem e-TB man-
Durasi pengobatan yang lebih pendek dengan ager dan jenis resistensi berdasarkan panduan pro-
efektif itas hasil pengobatan yang lebih cepat, gram. Resistensi jenis obat ialah resistensi obat anti
dihar apkan dapat meningkatkan enrollment tuberkulosis yang didapat dari catatan hasil uji kepekaan
pengobatan, menurunkan angka pasien putus berobat obat saat pertama kali didiagnosis pada e-TB manager.
dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan Status HIV ialah hasil pemeriksaan HIV pada pasien TB
pada pasien TB RO di Indonesia. Maka dari itu, RO yang tercatat pada e-TB manager. Status kavitas
Indonesia menerapkan panduan pengobatan standar paru ialah status pasien TB RO yang terdiagnosis ada
jangka pendek untuk pasien resistensi obat mulai tahun kavitas paru berdasarkan catatan pemeriksaan x-ray.
2017.3 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Status diabetes mellitus sialah ada atau tidaknya
gambaran status kesembuhan pengobatan regimen penyakit diabetes mellitus baik sebelum melakukan
pendek pada pasien tuberkulosis resisten obat di pengobatan maupun selama pengobatan yang tercatat
Indonesia tahun 2017 dan faktor-faktor yang dalam e-TB manager. Interval inisiasi pengobatan ialah
berhubungan dengan status kesembuhan. selisih tanggal didiagnosis dengan tanggal pertama
pengobatan TB RO jangka pendek.

66
Rina, Maulida, Yovsyah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesuksesan Kesembuhan dari Pengobatan Regimen Pendek pada Pasien TB RO di Indonesia 2017

Pengambilan sampel menggunakan total sampel yang Tabel 2. Kar akteris tik Pasien Pengobatan TB RO Standar
Ja ng ka Pe nd ek di In do ne sia Tahu n 20 17
memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu pasien TB-
RO yang menjalani pengobatan metode regimen V aria bel n Frekue nsi (% )
pendek dan telah ada status kesembuhan maksimal U sia (n= 222 ), M ean ± SD 40,41 ± 12,55
pada bulan November 2018. Kriteria eksklusinya adalah > 45 tahun 85 38,2
pasien TB-RO extra paru dan pasien yang status < 45 tahun 137 61,7
akhirnya tidak ada pada e-TB manager. Oleh karena Je nis kelam in
itu jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah Laki-laki 145 65,0
sebanyak 223. Analisis dalam penelitian ini berupa Perem p ua n 78 35,0
R iw ayat Pe n go bata n
analisis univariat dan bivariat menggunakan software
Pasie n ba ru 37 16,6
SPSS 23. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi- Pasie n kam bu h 114 51,1
square. Lalai 13 5,8
G a gal K atego ri 1 46 20,6
G a gal K atego ri 2 12 5,4
Hasil Lain-la in 1 0,5
Je nis R esistensi
Sebanyak 223 sampel terkumpul pada M o no resisten 19 8,5
penelitian ini. Akan tetapi, karena missing data, maka Po liresisten 13 5,8
jumlah sampel pada beberapa variabel kurang dari 223. M ultidrug resisten 185 83,0
Pada variabel usia terdapat 222 sampel, resistensi OAT Tid ak D iketah ui 6 2,7
sebanyak 128 sampel, dan status HIV sebanyak 119 R e siste nsi O A T (n= 128 )
R esiste n R 120 93,7
sampel. R esiste n H 109 80,4
R esiste n S 45 35,1
Tab el 1 .Ke su ks es an Ke se mb uha n da ri Pe ng ob ata n Pa si en R esiste n E 57 44,5
TB-RO Stand ar Jang ka Pen dek di In don esia Ta hun 20 17 R esiste n O flx 8 6,4
R esiste n K m 6 4,8
Hasil Pengobatan n Persentase (%) R esiste n A m k 4 3,1
Status H IV (n= 119 )
Sukses 104 46.6
N egatif 114 95,8
Tidak Sukses 119 53.4 Po sitif 5 4,2
Total 223 100.0 Status D M
Tid ak A d a 210 94,2
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengobatan pasien A da 13 5,8
TB Resisten Obat di Indonesia yang menggunakan regi- Status K avita s Pa ru
Tid ak A d a 179 80,3
men jangka pendek hanya 46,6% yang dinyatakan
A da 44 19,7
sukses sembuh sedangkan 53,4% tidak sukses. Tidak Interval Inisia si
sukses ini terdiri atas gagal sebanyak 6,3%, sebanyak Pe n go b atan
4,9% lengkap, meninggal sebanyak 14,3%, putus = 7 hari 78 35,0
b e loss to folllow up sebanyak 26,5% dan
r o b a t a t a u
> 7 hari 145 65,0
sisanya tidak ada hasil pengobatan yang tertulis lainnya
yaitu 1,4%. Penderita TB yang tidak resisten terhadap oflosaksin
memiliki peluang yang lebih rendah untuk mencapai
Pada analisis bivariat dilakukan kategori ulang pengobatan yang sukses dibandingkan penderita TB
untuk variabel yang memiliki kategori lebih dari 2 yang resisten terhadap oflosaksin ( crude RR: 7,73).
kategori sehingga variabel riwayat pengobatan menjadi Penderita TB yang tidak resisten terhadap oflosaksin
222 sampel dan variabel jenis resistensi berkurang memiliki peluang yang lebih rendah untuk mencapai
menjadi 217 sampel. Hal ini terjadi karena ada pengobatan yang sukses dibandingkan penderita TB
pengkategorian yang tidak sesuai dengan tujuan yang resisten terhadap oflosaksin ( crude RR: 7,73).
penelitian. Hasil analisis bivariat ditunjukkan pada Tabel Penderita TB yang tidak resisten terhadap kanamisin
3. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan bahwa usia, memiliki peluang lebih rendah untuk mencapai
resistensi oflosaksin, dan resistensi kanamisin pengobatan yang sukses dibandingkan penderita TB
berhubungan dengan kesuksesan pengobatan TB. yang resisten terhadap kanamisin (crude RR: 0,46).
Penderita TB yang berusia di bawah 45 tahun memiliki
peluang yang lebih rendah untuk mencapai
pengobatan yang sukses dibandingkan penderita TB
y a n g b crude RR: 2,09).
e r u s i a 4 5 t a h u n k e a t a s (

67
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

Ta bel 3. Has il yan g b erhu bun gan de nga n Ke suk ses an Peng oba tan TB RO Jan gka Pe nde k Tahun 20 17

Kesuksesan Pengobatan n P-value Crude RR


Variabel (95% CI)
Sukses Tidak Sukses
Usia ( n =222)
*
< 45 tahun 73 64 137 0,013 2,09 (1,19–3,65)

= 45 tahun 30 55 85
Jenis Kelam in
Laki-laki 68 77 145 1,00 1,03 (0,59–1,78)
Perem puan 36 42 78
Riwayat Pengobatan ( n =222)
Ulang 24 25 49 0,80 1,14 (0,60–2,15)
Baru 79 94 173
Jenis Resistensi Berdasarkan e-TB Manager (n=217)
Monoresisten terhadap poliresisten
Monoresisten 9 10 19 0,56 2,02 (0,46–8,9)
Poliresisten 4 9 13
Monoresisten terhadap m ultidrugresisten

Monoresisten 9 10 19 1,00 0,97 (0,37–2,49)

Multidrugresisten 89 96 185

Resistensi Jenis Obat/OAT (n=128)


Resistensi Rifam pisin
Tidak 4 4 8
Ya 60 60 120 1,00 1,0 (0,23–4,18)

Resistensi Streptom isin


Tidak 45 38 83
Ya 19 26 45 0,26 1,62 (0,77-3,37)

Resistensi Isoniazid
Tidak 10 9 19
Ya 54 55 109 1,00 1,13 (0,42–3,00)

Resistensi Etam butol


Tidak 37 34 71
Ya 27 30 57 0,72 1,20 (0,60–2,43)

Resistensi O floksasin
Tidak 63 57 120
Ya 1 7 8 0,03* 7,73 (0,92–64,28)

Resistensi Kanam isin


Tidak 64 58 122
Ya 0 6 6 0,02* 0,47 (0,39–0,57)

Resistensi Am ikasin
Tidak 64 60 124 0,17 0,48 (0,40–0,58)
Ya 0 4 4
Status HIV (n=119)
Negatif 62 52 114 0,58 0,79 (1,28–4,9)
Positif 3 2 5
Status DM
Tidak ada 99 111 210 0,747 1,42 (0,45–4,50)
Ada 5 8 13
Status Kavitas Paru
Tidak Ada 60 74 134 0,68 1,12 (0,65–1,98)
Ada 40 49 89
Interval Inisiasi Pengobatan
= 7 hari 37 41 78 0,972 1,05 (0,60-1,82)

>7 hari 67 78 145

(*): bermakna secara uji statistik

Diskusi

Dari 223 sampel pada penelitian ini didapatkan jenis resistensi berdasarkan e-TB manager, resistensi
sebanyak 46,6% hasil pengobatan sukses dan sisanya jenis obat rifampisin, resistensi streptomisin, resistensi
yaitu 53,4% pengobatan tidak sukses. Faktor yang isoniazid, resistensi etambutol, resistensi amikasin, sta-
memiliki hubungan signif ikan dengan kesuksesan tus HIV, status DM, status kavitas paru, dan interval
kesembuhan dari pengobatan regimen pendek ialah inisiasi pengobatan tidak memiliki hubungan yang
variabel usia, resistensi ofloksasin dan resistensi signif ikan dengan kesuksesan kesembuhan dari
kanamisin. Variabel jenis kelamin, riwayat pengobatan, pengobatan regimen pendek.
68
Rina, Maulida, Yovsyah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesuksesan Kesembuhan dari Pengobatan Regimen Pendek pada Pasien TB RO di Indonesia 2017
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya
peneltian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan yang signif ikan antara jenis resistensi
hubungan antara usia dan hasil pengobatan. Penelitian monoresisten, poliresisten dan multidrugresisten
sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang dengan kesuksesan kesembuhan hasil pengobatan.
signifikan antara usia dan hasil pengobatan.4 Pasien Hasil uji hubungan jenis resistensi dalam penelitian ini
yang berusia e” 45 tahun memiliki resiko 1,32 lebih tidak dapat dibandingkan dengan penelitian
tinggi mendapatkan hasil pengobatan buruk sebelumnya, karena penelitian sebelumnya tidak ada
dibandingkan dengan kelompok usia < 45 tahun. yang melihat hubungan antar jenis resistensi
Penelitian lain juga menunjukkan usia < 44 tahun (monoresisten, poliresisten, dan multidrugresisten)
merupakan faktor protektif dari hasil pengobatan yang dengan hasil pengobatan dalam satu penelitian. Selain
buruk. 7 Pasien usia lanjut berisik o lebih besar itu tidak dapat dibandingkan karena perbedaan desain
mendapatkan hasil pengobatan yang buruk karena penelitian, wilayah penelitian dan definisi variabel yang
pasien usia lanjut membutuhkan usaha dan dukungan diteliti.
yang lebih banyak untuk mendapatkan layanan Status HIV tidak memiliki hubungan yang
pengobatan.7 signif ikan dengan kesuksesan kesembuhan hasil
Resisten terhadap ofloksasin dan resisten pengobatan. Penelitian ini sejalan dengan yang
terhadap kanamisin memiliki hubungan yang siginifikan dilakukan oleh peneliti lain yang menghasilkan bahwa
dengan kesuksesan kesembuhan dari pengobatan status HIV tidak berhubungan dengan hasil
regimen pendek. Pasien yang tidak resisten terhadap pengobatan .15,4 Beberapa penelitian menunjukkan
ofloksasin memiliki peluang untuk sukses sembuh adanya hubungan antara status HIV dengan hasil
( crude RR 7,73; 95% CI, 0,92–64,28) lebih besar pengobatan. 4,17 Pasien yang berstatus HIV positif
dibandingkan pasien yang resisten terhadap ofloksasin. berisiko 2,51 dan 1,29 kali lebih besar mendapatkan
Akan tetapi, pada penelitian ini pasien dengan hasil pengobatan tidak sembuh dibandingkan pada
resistensi terhadap kanamisin memiliki peluang yang pasien yang status HIV negatif. 4,17 Pada pasien HIV
lebih rendah untuk sukses sembuh (crude RR 0,47; 95% terjadi penurunan respon imun tubuh disebabkan
CI, 0,39 – 0,57). Penelitian sebelumnya menyebutkan karena jumlah sel CD4 yang sangat rendah. Banyaknya
bahwa jumlah resistensi obat berhubungan dengan missing data variabel status HIV pada penelitian ini
kesuksesan pengobatan. 8 Semakin sedikit resistensi menjadi salah satu faktor penyebab perebedaan hasil
obatnya maka semakin besar peluangnya untuk penelitian. Karena jumlah sampel status HIV yang
sembuh. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa dianalisis tidak mencapai jumlah minimum sampel.
resistensi terhadap rifampisin menghasilkan risiko 1.91 Hasil uji statistik menunjukan hasil nilai p=0,74
kali lebih besar untuk mendapatkan hasil pengobatan sehingga hubungan antar a status DM dengan
yang tidak sukses.9 kesuksesan kesembuhan dari pengobatan tidak
Dalam penelitian ini hubungan jenis kelamin signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan kesuksesan kesembuhan pengobatan tidak di Beijing tahun 2011 yang tidak menunjukkan adanya
signif ikan. Hasil penelitian ini tedapat perbedaan hubungan antara status diabetes mellitus dengan hasil
dengan hasil penelitian sebelumnya yang pengobatan karena nilai p yang dihasilkan p=0,36 dan
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara jenis OR 0,73 (0,38–1,43).16 Namun, penelitian ini berbeda
kelamin dan hasil pengobatan. 10,11 Perbedaan hasil dengan penelitian lain yang menunjukkan adanya
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bisa terjadi hubungan.19,20 Penelitian tersebut menunjukkan efek
karena adanya perbedaan metode penelitian yang dari pasien tuberkulosis resisten obat terhadap hasil
digunakan, jumlah sampel yang digunakan, lokasi pengobatan ialah pasien yang memiliki penyakit
penelitian, dan karakteristik sampel. Hubungan antara diabetes mellitus berisiko 2,04 (1,07–3,8) kali lebih
jenis kelamin dan hasil pengobatan sulit untuk dinilai besar untuk mendapatkan kegagalan pengobatan.19
karena bersifat k ompleks. Karena laki-laki dan Adanya perbedaan hasil penelitian disebabkan karena
perempuan tidak hanya sekedar berbeda secara adanya perbedaan definisi operasional dari variabel
biologis tetapi adanya perbedaan resiko faktor pajanan, hasil pengobatan maupun mengklasifikasikan variabel
perilaku dalam pengobatan dan stigma terhadap diabetes mellitus. Selain itu, menurut penanggungjawab
mereka. 11 Hubungan antara riwayat pengobatan data e-TB manager Subdirektorat TB kualitas data
sebelumnya dengan kesuksesan kesembuhan komorbid status DM di sistem e-TB manager belum
pengobatan tidak signif ikan. Beberapa penelitian baik karena di Indonesia masih jarang melaporkan
sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara kasusnya.
riwayat pengobatan TB sebelumnya dengan hasil Status kavitas paru tidak memiliki hubungan
pengobatan.12,13 Perbedaan hasil penelitian bisa terjadi yang signifikan dengan kesuksesan kesembuhan hasil
karena ada perbedaan karakteristik pasien, metode pengobatan karena uji statistik menunjukkan nilai
penelitian dan pengkategorian hasil pengobatan. p=0,68. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
69
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 2, Desember 2018
penelitian sebelumnya yang menujukkan adanya pasien dengan resistensi kanamycin yang berpeluang
hubungan signifikan anrara status kavitas paru dengan untuk tidak mencapai pengobatan yang sukses juga
hasil pengobatan. 4,14,19 Perbedaan hasil penelitian perlu diteliti lebih lanjut. Ketepatan data pada e-TB
disebabkan karena jumlah sampel dalam penelitian ini manager pun perlu dilihat kembali karena pada
sedikit dan masih adanya pasien yang tidak diperiksa penelitian ini didapatkan bahwa pasien dengan
radiografi sehingga tidak diketahui bagaimana status resistensi kanamycin memiliki peluang untuk sukses
kavitas parunya. sembuh lebih besar daripada pasien yang tidak ada
Dalam penelitian ini interval inisasi pengobatan resistensi kanamycin.
tidak memiliki hubungan yang signif ikan dengan Perlu juga adanya peningkatan kualitas
kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen pencatatan kasus pada fasilitas kesehatan khususnya
pendek. Meskipun menurut Kemenkes RI interval RS yang melayani pengobatan TB RO agar informasi/
inisiasi pengobatan pada pasien TB RO menggunakan data pasien seperti status komorbiditas, efek samping,
regimen jangka pendek yang terbaik adalah tidak lebih evaluasi kontak dapat diketahui. Peneliti selanjutnya
dari 7 hari.3 Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,97 diharapkan dapat menganalisis lebih lanjut mengenai
sehingga ada hubungan yang signifikan antara inter- efek samping yang dihasilkan dari hasil pengobatan
val insiasi pengobatan dengan hasil pengobatan. regimen jangka pendek dan hubungannya dengan
Berbeda dengan hasil penelitian lain bahwa faktor in- kesuksesan kesembuhan dari pengobatan regimen
terval inisiasi pengobatan merupakan faktor yang pendek.
berhubungan dengan hasil pengobatan. Penelitian oleh
Referens i
Bastard (2015) menghasilkan lama penundaan e” 3
hari berisiko 3,87 (95% CI, 1,66–8,98) kali lebih besar 1. World Health Organization. Global Tuberculosis Report
mengalami kegagalan pengobatan. 21 Kirana (2018) 2017. France: World Health Organization; 2017.
mengkategorikan interval inisiasi pengobatan > 30 hari 2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report
berisik o 1,11 (95% CI, 1,00–1,24) lebih besar 2018. France: World Health Organization; 2018.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis
mendapatkan hasil pengobatan buruk (tidak sembuh).4 Pengobatan Pasien TB Resistan Obat dengan Paduan
Beberapa penelitian lain membuat kategori yang Standar Jangka Pendek di Fasyankes TB Resistan Obat.
berbeda-berbeda terkait dengan penundaan Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017.
pengobatan yang berisiko terhadap hasil pengobatan. 4. Kirana, I. C. Gambaran Hasil Pengobatan Pasien Tuberkulosis
Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena Multidr ug Resis tant ( TB-MDR) dan Faktor yang
Mempengaruhinya di Indonesia tahun 2013-2015.
pemilihan definisi operasional dari hasil pengobatan Depok;FKM UI;2018.
yang digunakan berbeda. 5. Kementrian Kesehatan RI. Strategi Nasional Pengendalian
TB. 2014.
Simpulan dan Saran 6. (Anonim). The Shorter MDR-TB Regimen. WHO;2016.
7. Khan, M. A. et al. Characteristics and treatment outcomes
Dari 223 pasien Tuberkulosis Resisten Obat of patients with multidrug resistant tuberculosis at a
yang menggunakan pengobatan regimen jangka tertiary care hospital in Peshawar, Pakistan’, Saudi Medical
pendek di Indonesia tahun 2017 yang di analisis, Journal ;2015;1463–1471. doi: 10.15537/
terdapat pasien TB RO dengan status kesembuhan smj.2015.12.12155.
8. Leimane, V. et al. Clinical Outcome of individualised
sukses sebanyak 104 (46,6%) dan sisanya tidak sukses treatment of multidrugresistant tuberculosis in Latvia,
sebanyak 119 (53,4%). Variabel usia, resistensi Lancet; 2005;318-326. doi: 10.1016/S0140-
ofloksasin dan resistensi kanamisin memiliki hubungan 6736(05)17786-1
yang signif ikan secara statistik dengan kesuksesan 9. Santos, G. et al . Effect of Isoniazid Resistance on the
kesembuhan dari pengobatan regimen pendek. Tuberculosis Treatment Outcome. 2008; 48-51.doi:
10.1016/j.arbr.2017.06.005.
Variabel jenis kelamin, riwayat pengobatan, jenis
10. Milanov V, Falzon D, Zamf irova M, Varleva T, Bachiyska E,
resistensi berdasarkan e-TB manager, resistensi jenis
Koleva A, et al. Factors associated with treatment success
obat rifampisin, resistensi streptomisin, resistensi and death in cases with multidrug-resistant tuberculosis
isoniazid, resistensi etambutol, resistensi amikasin, in Bulgaria, 2009-2010. Int J Mycobacteriology [Internet].
status HIV, status DM, status kavitas paru, dan interval 2015;4(2):131–7. Available from: http://dx.doi.org/
inisiasi pengobatan tidak memiliki hubungan yang 10.1016/j.ijmyco.2015.03.005
11. Apriani, Rina. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
signif ikan dengan kesuksesan kesembuhan dari
Gagal Pengobatan Pasien Multi Drug Resisten Tuberculosis
pengobatan regimen pendek. ( TB-MDR) Di Indonesia Tahun 2009 – 2014. DepokFKMUI
Melihat hasil ini disarankan agar penderita TB ;2016.
12. Li D, Ge E, Shen X, Wei X. Risk Factors of Treatment
RO dengan usia 45 tahun ke atas mendapatkan
Outcomes for Multi-dr ug Resistant Tuberculosis in
perhatian lebih dalam pengobatan regimen pendek Shanghai, 2009-2012. Procedia Environ Sci [Internet].
ini karena ber peluang lebih rendah untuk 2016;36:12–9. Available from: http://
mendapatkan status pengobatan yang sukses. Perihal linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1878029616302055

70
Rina, Maulida, Yovsyah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesuksesan Kesembuhan dari Pengobatan Regimen Pendek pada Pasien TB RO di Indonesia 2017

13. Johnston, J. C. et al. ‘Treatment outcomes of multidrug-


resistant tuberculosis: A systematic review and meta-
analysis. PLoS ONE ;2009:4(9). doi: 10.1371/
journal.pone.0006914.
14. Yan L, Kan X, Zhu L, Xu K, Yin J, Jie L, et al. Short-course
Regimen for Subsequent Treatment of Pulmonar y
Tuberculosis/ : A Prospective , Randomized , Controlled
Multicenter Clinical Trial in China. Clin Ther [Internet].
2018;40(3):440–9. Available from: http://dx.doi.org/
10.1016/j.clinthera.2018.01.013.
15. Riele JB, Buser V, Calligaro G, Esmail A, Theron G, Lesosky
M, et al. International Journal of Infectious Diseases
Relationship between chest radiographic characteristics ,
sputum bacterial load , and treatment outcomes in
patients with extensively drug-resistant tuberculosis. Int J
Infect Dis [Internet]. 2019;79:65–71. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2018.10.026
16. Anderson, L. F. et al. Treatment outcome of multi-drug
resistant tuberculosis in the United Kingdom:
Retrospective-prospective cohort study from 2004 to
2007’, Eurosurveillance . 2013;1–10.
17. Liu, C. H. et al. Characteristics and treatment outcomes
of patients with MDR and XDR tuberculosis in a TB referral
hospital in beijing: A 13-year experience’, PLoS ONE .
2011;doi: 10.1371/journal.pone.0019399.
18. Perez-navarro LM, Restrepo BI, Fuentes-dominguez FJ,
Duggirala R, Morales-romero J, L JC, et al. The effect size
of type 2 diabetes mellitus on tuberculosis drug resistance
and adverse treatment outcomes. 2017;103.
19. Japsen, Daniel F., et al. The role of diabetes co-morbidity
for tuberculosis treatment outcomes a prospective cohort
study from Mwanza, Tanzania; 2011.
20. Tang, S. et alx. Risk factors for poor treatment outcomes
in patients with MDR and XDR-TB in China: Retrospective
multi-center investigation’, PLoS ONE . 2013;1–8. doi:
10.1371/journal.pone.0082943.
21. Bastard M, Sanchez-padilla E, Hewison C, Hayrapetyan A,
Khurkhumal S, Varaine F, et al. Effects of Treatment
Interruption Patterns on Treatment Success Among Patients
W ith Multidrug-Resistant Tuberculosis in Armenia and
Abkhazia. 2015;211:1607–15.

71

Anda mungkin juga menyukai