Anda di halaman 1dari 11

A.

ANALISIS JURNAL

JUDUL ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN
KESELAMATAN PASIEN
AUTHOR/PENULIS Ida Sukesi, Setyawati Soeharto, Ahsan.
TAHUN 2015.
NEGARA Indonesia.
ABSTRAK Perawat berperan penting dalam memastikan keselamatan
pasien dengan memantau kondisi pasien untuk mencegah
terjadinya insiden, memberikan pendidikan kesehatan,
mendeteksi kesalahan dan nyaris cedera, serta melakukan
tugas-tugas lain untuk memastikan pasien menerima
perawatan yang berkualitas tinggi. Permasalahan yang ada
selama ini di IGD RSUD “ Ngudi Waluyo” Wlingi tentang
implementasi patient safety belum terlaksana sesuai dengan
SOP dan Panduan Keselamatan Pasien. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan kinerja perawat dalam implementasi patient safety.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik
dengan pendekatan crosss sectional. Jumlah sampel 23
responden dengan teknik total sampling.. Hasil
penghitungan analisis regresi berganda faktor pengetahuan
patient safety memiliki pengaruh paling dominan dengan
koefisien standarized ß 0,678 dan komitmen organisasi
sebesar 0,329 artinya mempunyai pengaruh yang signifikan
sedangkan supervisi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan. Optimalisasi perkembangan individu perawat
memerlukan upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan dalam lingkup keselamatan pasien sehingga
mampu menampilkan kinerja yang bermutu tinggi.

TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang


berhubungan dengan kinerja perawat dalam implementasi
patient safety.
METODE Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan
pendekatan crosss sectional.
SAMPEL Sampel 23 responden dengan teknik total sampling
PROSEDUR Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan
PENELITIAN lembar observasi. Analisis dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis korelasi Pearson dan analisis
multivariat menggunakan regresi linear berganda.
Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan
dapat dilihat dari koefisien standardized beta yang
paling besar.
HASIL Jumlah responden yang pernah mengikuti pelatihan
keselamatan pasien masih kurang sebanyak 6 orang
(26,08%) dan responden yang belum mengikuti
pelatihan keselamatan pasien cukup tinggi yaitu sebanayk
17 orang (73,91%). Berdasarkan kelompok usia
menunjukkan bahwa responden menyebar hampir merata
pada kelompok usia 21-25 tahun dan 36-40 tahun dengan
26-30 tahun dan 31-35 tahun yaitu pada rentang 17,39 –
21,73%. Terdapat 13,04% responden termasuk dalam
kelompok usia 41-45 tahun dan 8,6% untuk kelompok 46-
50 tahun. Pada kelompok tingkat pendidikan sebagian
besar responden berpendidikan DIII Keperawatan
sebanyak 17 responden (73,91%) dan SI sejumlah 6
responden dengan prosentase 26,08%. Berdasarkan masa
kerja frekuensi distribusi responden dengan masa kerja ≤ 5
tahun sebanyak 13 orang (56,52%) dan untuk kelompok
masa kerja 11-15 tahun sebanyak 4 responden dengan
prosentase 17,39%. Untuk kelompok responden dengan
masa kerja 16-20 tahun sebanyak 3 responden dengan
prosentase 13,04%.
KESIMPULAN Kemampuan organisasi untuk meningkatkan mutu melalui
aspek keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor individu.
Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien
merupakan kunci utama dalam memastikan perawatan yang
aman. Faktor pengetahuan perawat dan komitmen
organisasi memberikan pengaruh yang
signifikan positif terhadap kinerja perawat dalam
implementasi patient safety di IGD. Faktor supervisi dalam
penelitian ini tidak memberikan hasil yang baik karena
pengaruh lokal di IGD RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi.
Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien dapat
ditingkatkan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
secara berkelanjutan. Supervisi efektif sebagai fungsi
controlling dalam manajemen keperawatan perlu
ditingkatkan untuk mengembangkan perawat sehingga
berdampak perbaikan kualitas pelayanan.

DAFTAR Abraham, C., Watson, R. T., & Bcudreau, M.-C. (2008).


PUSTAKA Ubiquitous Access: On The Front Lines Of Patient Care. And
Safety. [Article]. Communications of the ACM, 51(6), 95-99.
DATABASE Google Schoolar
JUDUL
ANALISIS DESKRIPTIF PENERAPAN
KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEKNIK SBAR
(SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT
RECOMMENDATION) UNTUK PATIENT SAFETY
PADA PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT DI
KABUPATEN PATI

AUTHOR/PENULIS Santosa dan Santi Puspa Ariyani


TAHUN 2020.
NEGARA Indonesia.
ABSTRAK
Keselamatan pasien bisa di tingkatkan dengan model teknik
SBAR karena dapat mengurangi risiko dari KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera), KPC
(Kejadian Potensial Nyaris Cedera), KTC (Kejadian Tidak
Cedera) dan Sentinel (Kejadian Tidak Diharapkan yang
menimbulkan kematian maupun cidera yang serius atau
fatal). Penggunaan komunikasi SBAR juga mencegah
informasi salah yang disampaikan oleh perawat kepada
dokter, hal ini dikarenakan komunikasi SBAR merupakan
komunikasi yang telah terstruktur dengan baik, benar dan
jelas, maka dari itu pengetahuan tentang teknik komunikasi
SBAR penting untuk terus ditingkatkan. Implementasi
penggunaan komunikasi SBAR di rumah sakit ternyata
banyak menemui kendala seperti dokumentasi oleh
penerima pesan yang tidak tepat dan pelaksanaannya,
karena tidak sesuai dengan standar operasional prosedur
yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dari
pelaksanaan komunikasi SBAR. Perawat ataupun Nurse asal
kata dari bahasa latin yakni ‘Nutrix; yang artinya merawat/
memelihara. Perawat ialah seseorang yang memiliki peran
dalam merawat/memelihara, membantu serta melindungi
seseorang yang sakit. Metode penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain
penelitian cross sectional study melalui kuesioner yang
dibagikan menggunakan google form dengan link
http://bit.ly/KuesSantSBAR yang di sebarkan melalui
Watshapp Group Perawat Pati. Populasi dalam penelitian ini
ialah seluruh perawat pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten
Pati baik yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah maupun
Rumah Sakit Swasta. Sampel dalam penelitian ini ialah
perawat pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten Pati sesuai
yang dibutuhkan peneliti sejumlah 85 responden. Penerapan
komunikasi efektif dengan teknik SBAR bahwa pertanyaan
Situation (kondisi terkini yang berlangsung pada pasien)
perawat ada yang tidak menyebutkan sejumlah 7 (8,2%)
pada pertanyaan perawat menyebutkan nama serta umur
pasien, juga item pertanyaan perawat menyebutkan nama
dokter yang menangani pasien, sedangkan pada pertanyaan
Situation (keadaan sekarang yang berlangsung terhadap
pasien) perawat yang tidak menyebutkan masalah
keperawatan pasien yang telah serta belum teratasi sejumlah
27 (31,8%) responden. Penerapan komunikasi efektif
dengan teknik SBAR pada pertanyaan. Latar belakang (Info
prinsipil yang berkaitan dengan keadaan pasien terkini)
didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan dan
mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose
medis/ penyakit yang dialami pasien, sejumlah 32 (37,6%)
responden. Saran perawat pelaksana rumah sakit di
Kabupaten Pati untuk selalu mengupdate ilmu tentang
komunikasi efektik dengan teknik SBAR untuk mendukung
keselamatan pasien, untuk Manegement rumah sakit
khususnya bidang pengembangan diklat SDM Perawat
Pelaksana untuk memfasilitasi adanya pelatihan pelatihan
atau workshop tentang komunikasi efektif terutama dengan
teknik SBAR, untuk Peneliti selanjutnya bisa dikembangkan
faktor faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi perawat
pelaksana di rumah sakit dalam penerapan komunikasi
efektif dengan teknik SBAR guna mendukung keselamatan
pasien.

TUJUAN Bertujuan untuk menganalisis deskriptif penerapan


komunikasi efektif dengan teknik SBAR (SITUATION
BACKGROUND ASSESMENT RECOMMENDATION)
untuk patient safety pada perawat pelaksana rumah sakit di
KABUPATEN PATI.
METODE Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional.
SAMPEL Sampel 85 responden.
PROSEDUR Study melalui kuesioner yang dibagikan menggunakan google
PENELITIAN form dengan link http://bit.ly/KuesSantSBAR yang di
sebarkan melalui Watshapp Group Perawat Pati.
HASIL Perawat dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak
jumlahnya dari jenis kelamin laki laki yaitu sejumlah 45
(52,9%). Perawat dengan umur 20 tahun – 25 tahun
sejumlah 2 (2,4%) responden dan Perawat dengan umur >
35 tahun sejumlah 50 (58,8%). Perawat dengan masa kerja 1
tahun – 3 tahun sejumlah 4 (4,7%) dan Perawat dengan
masa kerja > 5 tahun sejumlah 68 (80%). Perawat dengan
status pekerjaan Non ASN lebih Banyak sejumlah 62
(72,9%). Perawat dengan Pendidikan Keperawatan S2
sejumlah 1 (1,2%) dan Pendidikan Keperawatan D3
sejumlah 36 (42,4%). berdasar penerapan komunikasi
efektif dengan teknik SBAR bahwa pertanyaan situation
(kondisi terkini yang terjadi pada pasien) pada pertanyaan
perawat menyebutkan nama dan umur pasien, juga item
pertanyaan perawat menyebutkan nama dokter yang
menangani pasien masih ada yang tidak menyebutkan,
sejumlah 7 (8,2%) responden, sedangkan pada pertanyaan
situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) perawat
yang tidak menyebutkan masalah keperawatan pasien yang
sudah dan belum teratasi sejumlah 27 (31,8%) responden.
Berdasar penerapan komunikasi efektif dengan teknik
SBAR pada pertanyaan background didapatkan bahwa
perawat yang tidak menjelaskan dan mengidentifikasi
pengetahuan pasien terhadap diagnose medis/ penyakit yang
dialami pasien, sejumlah 32 (37,6%) responden. Berdasar
penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada
pertanyaan assessment didapatkan bahwa perawat yang
tidak menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini sejumlah
19 (22,4%) responden dan perawat yang tidak menjelaskan
kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil lab,
rontgen dan lain-lain, sejumlah 24 (28,2%) responden, dan
Berdasar penerapan komunikasi efektif dengan teknik
SBAR pada pertanyaan recommendation/ rekomendasi
didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan
intervensi/ tindakan yang sudah teratasi dan belum teratasi
serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan atau
dimodifikasi, sejumlah 15 (17,6%) responden.
KESIMPULAN Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR bahwa
pertanyaan situation (kondisi terkini yang terjadi pada
pasien) perawat ada yang tidak menyebutkan sejumlah 7
(8,2%) pada pertanyaan perawat menyebutkan nama dan
umur pasien, juga item pertanyaan perawat menyebutkan
nama dokter yang menangani pasien, sedangkan pada
pertanyaan Situation (kondisi terkini yang terjadi pada
pasien) perawat yang tidak menyebutkan masalah
keperawatan pasien yang sudah dan belum teratasi sejumlah
27 (31,8%) responden.
Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada
pertanyaan background (Info penting yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini) didapatkan bahwa perawat
yang tidak menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan
pasien terhadap diagnose medis/ penyakit yang dialami
pasien, sejumlah 32 (37,6%) responden.
Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada
pertanyaan assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien
terkini) didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan
hasil pengkajian pasien terkini sejumlah 19 (22,4%)
responden dan perawat yang tidak menjelaskan kondisi
klinik lain yang mendukung seperti hasil lab, rontgen dan
lain-lain, sejumlah 24 (28,2%) responden.Penerapan
komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada pertanyaan
recommendation/ rekomendasi didapatkan bahwa perawat
yang tidak menjelaskan intervensi/ tindakan yang sudah
teratasi dan belum teratasi serta tindakan yang harus
dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi, sejumlah 15
(17,6%) responden.
DAFTAR Hilda, Noorhidayah &. Arsyawin. (2017). Faktor – Faktor
PUSTAKA Yang Mempengaruhi Penerapan Komunikasi Efektif Oleh
Perawat Di Ruang Rawat Inap. Mahakam Nursing Journal,
2(1), 0917.
DATABASE Google Schoolar
JUDUL ANALISIS PENGARUH PELATIHAN DAN
KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PERAWAT
DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL
MEDIASI(Survei pada Perawat RSUD Dr. Harjono S.
Kabupaten Ponorogo)
AUTHOR/PENULIS Deny Puspitasari, Alwi Suddin, Sutarno
TAHUN 2019.
NEGARA Indonesia.
ABSTRAK Penelitian ini berjudul "Analisis Pengaruh Pelatihan dan
Kompensasi terhadap Kinerja Perawat dengan
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi (Survei pada
perawat di Rumah Sakit Dr. Harjono S, Kabupaten
Ponorogo)". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis signifikansi pengaruh pelatihan dan
kompensasi pada kinerja perawat dengan kepuasan
kerja sebagai variabel mediasi dalam perawat di RSUD
Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo. Manfaat dari
penelitian praktis dapat dipertimbangkan dalam
membuat keputusan manajemen untuk meningkatkan
kualitas layanan di masa depan dan secara akademis
dapat meningkatkan pengetahuan, terutama mengenai
pengembangan manajemen sumber daya manusia.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden
dari populasi 375 perawat dengan perhitungan jumlah
responden menggunakan teknik Simple Random
Sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
Pelatihan dan Kompensasi berpengaruh (P <0,05) pada
Kinerja dan Kepuasan Kerja. Kepuasan Kerja
berpengaruh (P<0,05) pada kinerja karyawan.
TUJUAN Bertujuan untuk menganalisis pelatihan dan kompensasi
terhadap kinerja perawat dengan kepuasan kerja sebagai
variabel mediasi (Survei pada Perawat RSUD Dr. Harjono S.
Kabupaten ponorogo.
METODE Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling.
SAMPEL Sampel 100 responden
PROSEDUR Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
PENELITIAN diukur dengan skala Likert 5 poin yaitu Sangat Setuju (5),
Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2). Sangat Tidak Setuju
(1).
HASIL Hasil penelitian ini menemukan bahwa pelatihan dan
kompensasi berpengaruh(P<0,05 pada kinerja dan kepuasan
kerja. Kepuasan kerja berpengaruh (P<0,05) pada kinerja
karyawan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian setiap hipotesis, diperoleh
kesimpulan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja. Dengan demikian hipotesis pertama yang
berbunyi “Pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja perawat RSUD Dr. Harjono S Kabupaten
Ponorogo” terbukti kebenarannya.
Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
Dengan demikian hipotesis kedua yang berbunyi
“Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja perawat RSUD Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo”
terbukti kebenarannya.
Pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja.Dengan
demikian hipotesis ketiga yang berbunyi “Pelatihan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat RSUD Dr.
Harjono S Kabupaten Ponorogo” terbukti kebenarannya.
Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Dengan demikian hipotesis keempat yang berbunyi
“Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perawat RSUD Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo“ terbukti
kebenarannya.
Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Dengan demikian hipotesis kelima yang berbunyi “Kepuasan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat RSUD
Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo” terbukti kebenarannya.
Kepuasan kerja memediasi pengaruh pelatihan terhadap
kinerja. Dengan demikian hipotesis keenam yang berbunyi
“Kepuasan kerja memediasi pengaruh pelatihan terhadap
kinerja perawat RSUD Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo“
terbukti kebenarannya.
Kepuasan kerja memediasi pengaruh kompensasi terhadap
kinerja. Dengan demikian hipotesis ketujuh yang berbunyi
“kepuasan kerja memediasi pengaruh kompensasi terhadap
kinerja perawat RSUD Dr. Harjono S Kabupaten Ponorogo
terbukti kebenarannya.
DAFTAR Abdillah, A. C., & Wajdi, F. 2011. Pengaruh Kepemimpinan,
PUSTAKA Stres Kerja, Disiplin Kerja, dan Kompensasi dengan Kinerja
Pegawai. DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya 12, (1), 1-11

DATABASE Google Schoolar

Anda mungkin juga menyukai