Anda di halaman 1dari 28

“Kemiskinan di Daerah Penghasil Sumber Daya Alam Masih

Tinggi”

DISUSUN OLEH

•         ENI SETYOWATI                 


•         FAJAR SIDIQ UTAMA        
•         MELI HARIYANTI              
•         SALZA ALFIATUS SOLIHA     
•         DAVID RAHMADHAN   

   

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA

TAHUN 2019/2020

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar hidup negara kesatuan republik indonesia
yang disahkan pada 18 agustus 1945 mengandung nilai-nilai yang menjadi
pandangan dalam berbangsa dan bernegara, pancasila dengan kandungan
unsur-unsur yang luhur tidak hanya bangsa indonesia yang mengakui, tetapi
dapat juga diterima bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidup bernegara.
Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi kehidupan bangsa secara
kekal dan abadi.

Oleh karena itu kita sebagai warga negara kita diharuskan untuk
mengerti,menghayati,mengamalkan dan mengamankan. Pancasila merupakan
landasan terkuat karena tersusun dari berbagai aspek dasar kehidupan.
Pancasila yang mempunyai sila ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradap,persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat 
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan serta keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia adalah cita-cita dan tujuan bangsa.

Namun beberapa tahun terakhir, kita telah kehilangan sifat dasar


dan makna yang sebenarnya dari pancasila itu sendiri. Banyak sekali ketidak
normalan dibangsa tercinta ini. Beberapa kondisi yang menjadi contoh nyata
yang mengesampingkan dan jauh dari asas pancasila. dalam kasus ini salah
satu sila yang terdapat dalam pancasila tepatnya sila ke-5 pancasila yang
berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Melihat kondisi
bangsa indonesia saat ini sangat kontras dengan bunyi sila tersebut, masalah
ini sangat terlihat dengan adanya kemiskinan yang terjadi disebagaian wilayah
indonesia.
Indonesia mempunyai wilayah yang luas, beraneka suku budaya
dan dengan populasi penduduk yang tidak sedikit jumlahmya sehingga ini
menimbulkan banyak masalah, dan contoh dari masalah kemiskinan indonesia
yaitu menimpa provinsi papua, disana kemiskinan sangat terlihat jelas dan
mengakibatkan berbagai dampak negatif seperti banyak anak yang putus
sekolah, banyak masyarakat yang tidak hidup dengan layak dan masih banyak
lagi dampak yang ditimbulkan.

Jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain diindonesia


provinsi papua memang tertinggal baik dari segi
ekonomi,pendidikan,insfratruktru dan masih banyak lagi. lebih mirisnya lagi,
kita semua tahu jika provinsi papua menyimpan sumber daya alam yang besar
yaitu tambang emas freeport yang merupakan tambang emas terbesar didunia
yang sebagian besar hasil tambangnya lari ke tangan bangsa asing dan
sebagian kecil yang masuk ke negara, padahal jelas pada undang-undang dasar
1945 disebutkan bahwa kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Miris memang, dengan kondisi yang dirasakan saudara-saudara


kita diprovinsi papua seharusnya kita lebih peduli dan berusaha untuk mencari
dan ikut berpartisipasi dengan pemerintah pastinya untuk menyelesaikan
masalah dipapua tersebut, sehingga kita bisa melihat saudara-saudara kita
merasakan kehidupan yang lebih baik dari segi apapun dan mengamalkan sila
ke-5 pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, adapun
rumusan masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana cara menekan kemiskinan di Papua?
2. Bagaimana pengaruh jangka panjang kemiskinan papua secara nasional?
3. Apa saja penyebab kemiskinan di Papua?
4. Apa saja yang harus diprioritaskan dalam pengentasan kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara dan metode penurunan kemiskinan papua.
2. Mengetahui pengaruh kemiskinan provinsi papua secara kehidupan
nasional.
3. Mengetahui penyebab kemiskinan dipapua?
4. Mengetahui kemiskinan di Papua ?

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai  bahan
pengajaran pihak yang berkepentingan, meningkatkan rasa kesadaran dalam
bernegara yang berdasarkan pancasila terutama pengaplikasian sila kelima
pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia” untuk semua wilayah
diindonesia dan juga mengatahui penyebab terjadinya masalah kemiskinan
diprovinsi papua yang sangat bertolak belakang dengan kandungan nilai-nilai
sila kelima pancasila sehingga kita lebih memiliki rasa peduli untuk
membantu saudara-saudara kita sebangsa sehingga diharapkan meciptakan
keadialan yang dapat dirasakan oleh semua masyarakat negara kesatuan
republik indonesia.
Ada beberapa manfaat lainnya, yaitu :
1. Manfaat Teoritis, Secara teoritis manfaat penelitian ini antara lain:
a) Sebagai suatu karya ilmiah, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan.
b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk
kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
c) Sebagai upaya penerapan ilmu yang didapat selama menimba
ilmu di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk berpartisipasi lebih optimal dalam pemerintahan desa
melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Makmur
Bersama.
b) Bagi Peneliti. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
penambah wawasan baru mengenai upaya mengentaskan
kemiskinan melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
Makmur Bersama dan sebagai sumber bahan baru dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas.

BAB II
LANDASAN TEORI

Untuk kekuatan didalamnya, mendukung pembuatan makalah ini,


maka dirasa perlu dikemukakan hal-hal atau teori yang berkiatan dengan
permasalahan yang dijabarkan diatas sebagai landasan dalam pembuatan
laporan ini sehingga menguatkan rasa keyakinan dan kebenaran didalamnya.

 Pancasila

  Pengamalan pancasila memiliki sifat imperatif atau memaksa.


Siapapun yang melanggar pancasila sebagai dasar negara harus dituntut
menurut hukum yang berlaku diindonesia.oleh karena setiap sila-sila
dalam pancasila harus didipejari dan diamalakan oleh seluruh masyarakat
indonesia. berikut adalah uraian singkat dari pancasila:

            Secara etimologi, secara bahasa pancasila berasal dari bahasa


sansekerta dari india (bahasa kasta brahmana) dan bahasa rakyat biasa
adalah bahasa prakerta. menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa
sangsekerta “Pancasila” memiliki dua macam arti yaitu
•         Panca artinya lima dan syila (vokal i pendek) artinya batu sendi,
azas atau dasar sehingga jika dirangkai memiliki arti dasar yang
memiliki lima unsur.

•         Panca artinya lima dan syiila (vokal i panjang) artinya peraturan


tingkah laku yang penting.

                  Secara terminologi atau berdasarkan isi istilahnya, pancasila


dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV berisi dasar negara . secara yuridis
dan dalam bahasa indonesia disebutkan sebagai berikut:

 Ketuhanan yang maha esa


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

    

 Sila kelima Pancasila

Syarif Abdul Hamid Alkadrie adalah perancang lambang pancasila.


dalam lambang pancasila, sila kelima disimbolkan dengan kapas dan padi
dibagian kanan bawah perisai berlatar putih. Padi dan kapas digunakan
karena merupakan kebutuhan dasar manasia yaitu pangan dan sandang
untuk mencapai kemakmuran. Sila kelima pancasila menekankan tentang
keadilan dalam segala hal baik ekonomi,pendidikan,insfratruktur dan
masih banyak lagi.

 Sila kelima pancasila juga berkaitan dengan dalam AL-Quranyakni.

 Surat An Nahl ayat 90 yang jika diterjemahkan dalam bahasa


indonesia berbunyi sebagai berikut: "Sesungguhnya Allah
menyuruh (manusia) berlaku adil dan berbuat kebaikan,
memberi (sedekah) kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu (manusia), agar kamu dapat
mengambil pelajaran."
 Surat An Nisa ayat 135 yang jika diterjemahkan dalam bahasa
indonesia berbunyi sebagai berikut: “Wahai orang-orang yang
beriman, Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua
orangtua dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) orang
yang kaya ataupun miskin, maka Allah lah yang lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutarbalikkan (fakta) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap segala sesuatu
yang kamu kerjakan”

Selain berkaitan dengan al-quran sila kelima pancasila juga


berkaitan dengan hadist

 Sesungguhnya orang-orang yang adil berada diatas mimbar-


mimbar dari cahaya disisi Ar Rahman (Maha Penyayang),
kedua tangannya sebelah kanan, mereka yang adil dalam
keputusan mereka. (HR. Muslim)
 Tiga orang yang tidak ditolak doanya: orang yang sedang
berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang
teraniaya, Allah mengangkat doa mereka ke atas awan dan
dibuka untuk doa itu segala pintu langit. Seraya Allah SWT
berfirman: Demi kebesaran-Ku sesungguhnya Aku akan
menolong engkau walau pertolongan-Ku Aku berikan pada
masa kelak”. (HR. Ahmad)

Dan sila kelima pancasila juga sangat berkaitan dengan UUD 1945
yang berbunyi sebagai berikut

 Pasal 23:
1) anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun
dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab untuk sebesar besarnya
kemakmuran rakyat.
2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang
lalu.
 Pasal 34:
1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini
diatur dalam undang-undang.

Berikut adalah pengertian atau definisi tentang keadilan oleh


beberapa tokoh

o Thomas Hubbes keadilan adalah sesuatu perbuatan yang


dikatakan adil jika telah didasarkan pada suatu perjanjian yang
telah disepakati.
o W.J.S Poerwadarminto keadilan ialah tidak berat sebelah yang
artinya seimbang, dan yang sepatutnya tidak sewenang-wenang.
o Notonegoro keadilan yaitu suatu keadaan yang dikatakan adil
apabila sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
o Magnis Suseno keadilan merupakan keadaan antarmanusia yang
diperlakukan dengan sama ,yang sesuai dengan hak serta
kewajibannya masing-masing.
o Plato keadilan diluar kemampuan manusia biasa yang mana
keadilan tersebut hanya ada di dalam suatu hukum dan juga
perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli .
o Aristoteles menerangkan keadilan tindakan yang terletak di
antara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang dapat
diertikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai
dengan memberi apa yang menjadi haknya.
 Konsep Dan Definisi Kemiskinan
Kemiskinan  merupakan keadaan  dimana ketika seseorang  atau
sekelompok orang tidak  dapat memenuhi kebutuhan ekonominya 
untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.   Kemiskinan
sudah menjadi masalah yang kompleks yang  telah banyak dialami
di berbagai negara. Kemiskinan bukan  hanya karena kekurangan
makanan ataupun materi tetapi kemiskinan dapat dikatakan juga
apabila tidak mendapatkan fasilitas pendidikan,  pelayanan kesehatan
dan kemudahaan lainnya.

Menurut  para ahli,  salah satunya menurut Andre  Bayo Ala


1981 dalam Arsyad (2004)Kemiskinan   itu bersifat multidimensional
yang artinya   adalah karena banyaknya kebutuhan manusia dan
bermacam-macam sehingga kemiskinan memiliki banyak aspek primer
yang meliputi aset, organisasi sosial politik, pengetahuan,  
keterampilan. Sedangkan aspek sekunder yaitu jaringan sosial,
keuangan dan informasi. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS), kemiskinan merupakan   kondisi dimana
seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-
hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Hak-hak   dasar tersebut adalah;  

1)      Terpenuhinya   kebutuhan pangan,  

2)      Kesehatan,   pendidikan, pekerjaan,   perumahan, air bersih,  


pertahanan, sumberdaya alam dan  lingkungan, 

3)      Rasa  aman dari  perlakuan atau ancaman  tindak kekerasan, 

4)      Hak  untuk  berpartisipasi  dalam kehidupan sosial-politik.

Kemiskinan  sendiri memiliki  banyak pengertian yang  luas dan


tidak mudah untuk mengukur kemiskinan. Sehingga dibentuk dua macam
ukuran  kemiskinan yang dapat digunakan untuk mengukur
kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

 Kemiskinan Absolut
Kemiskinan   absolut merupakan   kemiskinan yang diukur
dengan   membandingkan tingkat pendapatan   orang dengan
tingkat pendapatan yang  dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan
dasarnya. Dengan  kata lain kebutuhan dibatasi pada kebutuhan
pokok atau kebutuhan  dasar minimum yang memungkinkan
seseorang untuk dapat hidup secara layak.  Sehingga apabila
pendapatan yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok 
atau kebutuhan dasar minimum tersebut maka orang itu dapat
dikatakan miskin. Tingkat  pendapat tersebut digunakan untuk
menjadi pembatas antara keadaan miskin dengan keadaan tidak 
miskin atau biasa disebut dengan garis batas kemiskinan. Akan
tetapi konsep ini memiliki kesulitan  utama yaitu dalam menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum. Hal itu disebabkan
karena komposisi  dan tingkat kebutuhan minimum tidak hanya
dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja tetapi dipengaruhi juga oleh iklim, 
tingkat kemajuan suatu negara, dan berbagai faktor ekonomi
lainnya. Agar seseorang dapat dikatakan hidup layak  maka
seseorang tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan dasar.  

Menurut   United Nation Research Institute    for Social


Development (UNRISD), Kebutuhan   dasar dikelompokkan
menjadi   3 kelompok yaitu;  

(1)  Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi,


perumahan dan kesehatan, 

(2) Kebutuhan  kultural yang terdiri  dari pendidikan, waktu


luang  (leisure) dan rekreasi serta ketenangan  hidup; dan 
(3) Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang
lebih tinggi.

 Kemiskinan Relatif
Kemiskinan  relatif adalah  kemiskinan yang melihat  dari aspek
ketimpangan sosial.    Semakin besar ketimpangan antara 
tingkat penghidupan  golongan atas dan golongan  bawah, maka akan
semakin besar   pula jumlah penduduk yang dikategorikan   selalu
miskin. Kemiskinan relatif merupakan   perbaikan dari konsep
kemiskinan absolut. Konsep    kemiskinan relatif bersifat    dinamis,
sehingga kemiskinan  pasti selalu ada. Karena  orang yang
mempunyai tingkat pendapatan tinggi dan bisa memenuhi kebutuhan 
dasarnya belum tentu tidak bisa dikatakan tidak miskin. Sehingga
dari hal  itu dapat dilihat jika kemiskinan relatif sangat erat
hubungannya dengan   tingkat pendapat terciptalah keadilan yang tanpa
pandang bulu, semua sama dimata negara.

 Garis Kemiskinan
Garis    kemiskinan merupakan ukuran    yang digunakan untuk
menyatakan   besarnya pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan  
dasar minimum sehingga ukuran  tersebut dapat digunakan untuk 
menyatakan apakah seseorang tersebut  miskin atau tidak miskin.
Garis kemiskinan  ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan rata-rata 
perkapita penduduk dan ruang lingkup sosial budaya masyarakat.
Sehingga dalam menetapkan garis kemiskinan  antara negara satu
dengan negara lain agak sukar.

Menurut Sayogo  dalam Subandi (2016) menetapkan  garis


kemiskinan berdasarkan kebutuhan dasar minimum dengan klasifikasi
sebagai berikut:
1. Untuk pedesaan miskin bila pengeluaran rumah tangga sama
dengan 320 kg  nilai tukar beras perorangan per tahun,
pengeluaran paling miskin dengan pengeluaran di bawah 280
kg nilai tukar perorang pertahun.
2. Untuk  perkotaan,  dianggap miskin  bila pengeluaran di 
bawah 480 kg nilai tukar  beras perorang pertahun, dianggap 
miskin sekali apabila di bawah 380 kg nilai tukar beras
perorang pertahun, dan paling miskin bila di bawah 270 kg nilai
tukar beras perorang pertahun.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Garis Kemiskinan


merupakan penjumlahan    dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan 
Garis Kemiskinan  Non Makanan (GKNM).  Penduduk yang memiliki 
rata-rata pengeluaran perkapita   per bulan dibawah Garis
Kemiskinan   dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin. 

Garis   Kemiskinan   Makanan (GKM)  merupakan nilai 


pengeluaran kebutuhan  minimum makanan yang disetarakan   dengan
2100 kilo kalori perkapita   perhari. Paket komoditi kebutuhan
dasar  makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, buah-
buahan,  umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-
kacangan, minyak, lemak, dll).

Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) 


merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan,  sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi  kebutuhan dasar non
makanan diwakili oleh 51 jenis  komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan.Adapun  beberapa indikator kemiskinan yaitu
meliputi tingkat konsumsi beras  perkapita pertahun, tingkat
pendapatan, tingkat kecukupan gizi, Kebutuhan   Fisik Minimum
(KFM), dan tingkat kesejahteraan (Subandi, 2016).
 Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan    dimana keadaan masyarakat yang
mengalami  lemahnya ekonomi  dan kebijakan pemerintah  yang
digunakan dalam pemecahan masalah kemiskinan jangka pendek. Hasil
pembangunan ekonomi   yang kurang merata serta pembangunan
yang direncanakan pemerintah tidak sesuai   dengan kemampuan
masyarakat. Sehingga masyarakat sulit dalam berpartisipasi dan
kurang  dalam memanfaatkan pembangunan ekonomi yang ada.
Kemiskinan dapat disebabkan karena sifat alamiah  atau masalah
struktural. Kemiskinan bersifat alamiah yaitu masalah yang muncul
di masyarakat berkaitan  dengan pemilihan faktor produksi,
produktivitas dan tingkat perkembangan masyarakat itu sendiri.
Sedangkan Kemiskinan   karena masalah struktural yaitu masalah
yang disebabkan miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan
nasional yang dijalankan (Subandi,    2016). Menurut Shrap,    et.al
dalam Kuncoro (2006:120)  mengidentifikasi tiga  penyebab
kemiskinan yang  dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:
1. Secara  mikro, kemiskinan  muncul karena adanya 
ketidaksamaan pola kepemilikan  sumber daya sehingga
menimbulkan  distribusi pendapatan yang timpang.
2. Kemiskinan timbul akibat perbedaan kualitas sumber daya
manusia.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga  penyebab  kemiskinan  diatas bermuara  pada teori
lingkaran setan   kemiskinan (vicious circle   of poverty). Adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan  pasar dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan  yang akan diterima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan
dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, 
dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar
Nurkse, ekonom pembangunan ternama di tahun 1953 yang
mengatakan bahwa: a poor country is poor because it is poor (negara
miskin itu miskin karena dia miskin). Menurut   World Bank,
penyebab kemiskinan menurut akses individu terhadap sejumlah
aset penting dalam menunjang kehidupan yaitu aset dasar
kehidupan,  aset alam, aset  fisik, aset keuangan  dan aset
sosial. Apabila salah satu aset tidak ada maka dapat dikatakan
seseorang masuk ke dalam kategori kemiskinan.

 Kemiskinan Papua

     Melihat beberapa definisi keadilan dari beberapa tokoh dan


mengacu pada sila kelima pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia, kita bisa melihat bagaimana pengaplikasian sila
tersebut terhadap kehidupan bernegara khususnya masyarakat papua
yang masih banyak mengalami kemiskinan dan hidup yang kurang
layak.

 Hasyim Sujono Djojohadikusumo


menyampaikan “pemerintah belum mewujudkan
sila kelima pancasila yakni keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia. menurut Hasyim
pemerintah seolah menganggap pancasila hanya
satu sila saja” (surabaya,20 oktober 2018).
 Banbang Brodjonegoro mengatakan Pemda
Papua cenderung kurang menjadikan
pemberantasan kemiskinan sebagai agenda
prioritas.”Jadi tidak bisa semata-mata Presiden
(Joko Widodo) ke sana dengan usulan proyek
kementerian. Tapi harus muncul inisiatif
lokal”(jakarta,kamis agustus 2019)
 Departemen Luar Negeri dan Perdagangan
Internasional Australia menyampaikan “Tingkat
kemiskinan di Papua tujuh kali lebih tinggi
dibandingkan di Jawa. Ketimpangan masih jadi
tantangan mendesak bagi Pemerintah RI,”
 Simon menyampaikan “Papua menjadi peringkat
pertama persentase penduduk miskin terbesar di
Indonesia timur, termasuk peringkat kedua adalah
Papua Barat dan peringkat ketiga  NTT,”
 Rahmanda M Tariq “Sebaran kemiskinan
multidimensi di kota daerah Timur menunjukkan
kota-kota di provinsi Papua, Maluku, dan NTT
masih parah. Di kawasan Indonesia Timur, Papua
dan Maluku tak banyak mengalami perubahan,”
 Sandiaga Uno Padahal daerahnya sangat kaya
sumber daya alamnya. Terang saja orang marah,
negeri yang sangat kaya raya ini tapi tingkat
kemiskinannya delapan kali lipat dari kita di sini
(Jakarta)," ujar Sandi
 Hermanu ”Potret kemiskinan ini bukanlah hal
baru karena sudah terjadi sejak lama. Sayangnya
sampai sekarang, hadirnya berbagai program dan
kebijakan dari pemerintah belum menunjukkan
hasil yang memuaskan,''

 
BAB III

PEMBAHASAN 

A. Cara Menekan kemiskinan di Papua


Bantuan pengentasan kemiskinan sebaiknya diartikulasikan
bagaimana memberdayakan masyarakat sesuai dengan asas yang berbasis
profesionalitas sehingga hasil yang diharapkan mampu menciptakan manusia-
manusia mandiri sesuai dengan pembidangan profesinya masing-masing.
Bentuk-bentuk partisipasi aktif masyarakat sangat bervariatif
misalnya kemungkinan dapat dibukanya model transmigrasi mandiri melalui
swasta dengan fasilitasi pemerintah baik pusat maupun daerah. 
Pemanfaatan sumber daya alam ("SDA") mengutamakan
partisipasi aktif penduduk Papua baik dalam kapasitas sebagai pemilik atau
pemegang saham maupun dalam manajemen pengelolaannya.

B. Pengaruh Jangka panjang kemiskinan


Kemiskinan menyebabkan harga diri orang menurun dan berakibat
pada munculnya mental minder atau merasa rendah, merasa hina dan pasrah
yang berlebihan terhadap keadaan, yaitu di tingkat dimana orang miskin
kehilangan inisiatif untuk maju dan merasa bahwa nasib mereka tidak
mungkin lagi dapat berubah sehingga hanya menerima keadaan saja. Kalau
muncul perasaan seperti ini  maka akan sulit untuk membantu orang miskin
keluar dari kemiskinan, mereka hanya menganggap bahwa kemiskinan yang
tumbuh didaerah sekitar mereka adalah " normal ". Inilah yang dinamakan
kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang muncul karena budaya yang
berlaku di sekitarnya seperti malas, boros, tidak kreatif, dan lain - lain
( Chambers dan Nasikun, 2001 dalam Khomsan dkk, 2016 ).

Ketergantungan terhadap pihak lain untuk memenuhi kebutuhan


hidupnya menjadi hasil dari mental yang keliru ini. Mereka sudah tidak
mengembangkan inisiatif untuk memperbaiki hidupnya, tetapi mencari cara
mudah dengan menggantungkan hidup pada belas kasihan pihak yang lebih
mampu dan pertolongan Negara yang pada suatu waktu justru turut " andil "
dalam memberdayakan kemiskinan kultural ini, yaitu lewat Bantuan Langsung
Tunai ( BLT ).
Dampak dari kemiskinan cukuplah panjang dari mulai krisis
pangan, sandang, papan, rendahnya pendidikan dan minimnya akses
perawatan kesehatan sampai kepada gangguan stabilitas keamanan dan
pertahanan sebuah negara. Kondisi marginal yang sarat dengan keterbatasan
membuat kasus kriminalitas meningkat, pencurian, perampokan, penjambretan
bahkan sampai kepada peredaran narkoba. Lemahnya kualitas kehidupan
ditambah lagi dengan beban ekonomi yang semakin pelik membuat seseorang
tidak mempunyai pilihan. Survei penelitian membuktikan bahwasanya
semakin padat jumlah penduduk akan semakin bertambah pula kasus
kriminalitas, karena tidak linearnya jumlah penduduk dengan jumlah lapangan
pekerjaan yang tersedia Kemiskinan merupakan raksasa penghancur
kehidupan berbangsa dan bernegara, kemiskinan masih menjadi masalah
fenomena sepanjang sejarah, jutaan anak miskin mengalami kelaparan, putus
sekolah, bahkan tidak mampu untuk mengakses layanan kesehatan ketika
sakit, sungguh ironi, di tengah bangsa yang merdeka, bangsa yang
berkembang, ternyata masih terdapat anak-anak miskin yang hidup serba
keterbatasan dan ketidakmampuan. Kurangnya jumlah lapangan pekerjaan dan
minimnya tingkat pendidikan memberikan kontribusi yang besar terhadap
terjadinya kemiskinan, kelemahan kualitas generasi penerus bangsa ini juga
dapat berpotensi untuk melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hak-hak rakyat seperti hak memperoleh penghidupan dan
pekerjaan yang layak, hak rakyat untuk memperoleh rasa aman, memperoleh
akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan) dan hak rakyat untuk
memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan, kesehatan perlahan terkikis
karena faktor kemiskinan. Diharapkan dengan berbagai program Pemerintah
untuk mengentaskan kemiskinan dapat mengurangi jumlah warga miskin dan
dapat menciptakan lahan pekerjaan baru yang tentunya agar dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta mengurangi jumlah pengangguran, studi yang dilakukan oleh
ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan
ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat
pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi tersebut membutuhkan segenap perjuangan, komitmen, dedikasi dan
kerjasama di berbagai pihak agar dapat meminimalisir dampak kemiskinan
yang terus menggerogoti kualitas generasi muda dan melemahkan sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. Apa Penyebab Kemiskinan Di Papua?


a) Keterisolasian sebagai dampak dari kondisi topografi dan aksesibilitas
Keterisolasian sebagai dampak dari kondisi topografi yang sulit
merupakan penyebab utama kemiskinan tinggi. Provinsi yang
kemiskinannya tinggi berada di KTI dan memiliki tingkat aksesibilitas
yang masih sangat terbatas. Kondisi antar kabupaten di KTI dipisahkan
oleh pegunungan dan lembah serta lautan yang sulit dijangkau.
Sebagian besar desa di kabupaten wilayah KTI terletak di lembah dan
lereng gunung. Misalnya, di Provinsi Papua, sebesar 63% dari seluruh
desa terletak di lembah dan lereng gunung, Provinsi Sulawesi Barat
sebesar 51,67% , Provinsi NTT sebesar 51,16% , Provinsi Papua Barat
sebesar 38 persen, dan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 31,65 persen.
Sedangkan Provinsi Maluku merupakan wilayah kepulauan yang
terdiri dari pulau-pulau kecil dengan luas wilayah laut mencapai 92,4%
, dengan 7,6% daratan.

Kabupaten dengan tingkat kemiskinan tinggi baik di Provinsi


Papua maupun Papua Barat, terletak di wilayah pegunungan, dengan
kondisi geografis yang cukup sulit. Hampir 54 persen penduduk
miskin di Provinsi Papua terkonsentrasi di beberapa kabupaten seperti
Kabupaten Jaya Wijaya, Yahukimo, Lanny Jaya, Paniai, Tolikara,
Punca Jaya, Puncak, Nabire, Biak Numfor, dan Nduga (BPS, 2017).

Dari sisi telekomunikasi, Provinsi Papua dan Papua Barat juga


mengalami keterbatasan jika dibandingkan dengan wilayah lain.
Sebesar 85% desa didominasi oleh penduduk yang sudah
menggunakan telepon genggam (HP). Namun di Provinsi Papua, baru
sekitar 19% desa yang penduduknya sudah menggunakan telepon
genggam. Kondisi di Provinsi Papua Barat sudah cukup baik, tetapi
pencapaiannya baru sebesar 46% . Sementara, di Provinsi Maluku
sebanyak 68% warganya sudah menggunakan telepon genggam.
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut, kemudahan
akses produksi pertanian dapat tercipta sehingga terjadi peningkatan
pendapatan. Namun, diperlukan juga modal investasi yang cukup besar
karena hanya 10% desa di Provinsi Papua sudah ada sinyal 4G/
LTE/3G/H/H+.
b) Kerentanan dari akses layanan dasar
Keterisolasian yang disebabkan oleh kondisi dan topografi wilayah
yang bergunung dan berlembah, selain menghambat pergerakan
penduduk, barang dan jasa serta upaya pelayanan dasar kepada
masyarakat juga menghambat upaya pemerataan hasil pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang
terjadi hanya dinikmati oleh segelintir orang di pusat kota atau dekat
dengan kota, yang memiliki akses lebih besar dibandingkan dengan
daerah pedalaman.
Berdasarkan hasil FGD dengan Pemerintah Daerah Provinsi
Papua, daerah terisolasi identik dengan rendahnya taraf pendidikan.
Penyebab rendahnya taraf pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1) Kurangnya tenaga pengajar yang kompeten;
2) Perubahan kurikulum sulit diterapkan di daerah pedalaman
karena tidak diikuti bimbingan teknis;
3) Ketidakhadiran guru dan kepala sekolah sangat tinggi sehingga
banyak guru rangkap kelas terutama di daerah pegunungan dan
pulau terpencil;
4) Penerapan sekolah model asrama di beberapa wilayah KTI
untuk mencegah anak putus sekolah dan;
5) Rendahnya pendapatan guru menyebabkan guru sekolah
(honorer) mencari uang tambahan lain.
Contoh kasus kurangnya jumlah guru terlihat dari cukup tingginya
jumlah kebutuhan guru di Kabupaten Biak Numfor yakni sebanyak
1.557 orang. Kurangnya jumlah tenaga pendidik ini menyebabkan di
daerah pegunungan dan pulau terpencil, satu orang guru dapat
merangkap untuk mengajar 3 kelas sekaligus dengan maksimum 2-3
jam per kelas per hari.
c) Ketidakberdayaan dari kondisi perekonomian dan ketenagakerjaan
Struktur perekonomian daerah KTI masih didominasi oleh kegiatan
sektor primer, terutama sektor pertanian. Dalam struktur PDRB di
provinsi KTI tahun 2017, sektor pertanian menyumbang rata-rata
sebesar 20,25 persen terhadap total PDRB, sedangkan rata-rata
nasional dan KBI pada tahun yang sama masing-masing adalah sebesar
17,05 persen dan 15,74 persen. Hal ini mengindikasikan, transformasi
struktural yang terjadi di wilayah KTI berjalan lebih lambat
dibandingkan dengan wilayah KBI. Kegiatan sektor pertanian masih
menjadi kegiatan ekonomi utama penduduk, sebagian besar masih
bersifat tradisional atau subsisten. Artinya, kegiatan pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat hanya untuk mempertahankan hidup. Usaha
tani yang dilakukan belum mampu menghasilkan surplus yang dapat
dijual ke pasar. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani
(NTP) di wilayah KTI cenderung kurang menguntungkan petani.
Tetapi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kenaikan
pendapatan per kapita yang terjadi di wilayah KTI tersebut belum
sepenuhnya dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan
penduduk khususnya kelompok miskin. Pembangunan ekonomi di
wilayah KTI masih belum inklusif karena hanya melihat laju
pertumbuhan tanpa memperhatikan penurunan tingkat kemiskinan.
Belum semua penduduk miskin memperoleh manfaat dari
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang sudah berlangsung selama
ini belum menyentuh sektor-sektor yang berkaitan dengan kelompok
miskin. Menurut Balisacan (2003), strategi pertumbuhan yang
berpihak pada orang miskin (pro poor growth) dapat dilakukan dengan
menerapkan kebijakankebijakan di bidang infrastruktur, pertanian,
pengembangan modal manusia, dan akses teknologi. Artinya, distribusi
pendapatan masih kurang merata, kualitas SDM masih rendah, dan
ketersediaan infrastruktur masih terbatas.
Faktor lain penyebab rendahnya produktivitas ekonomi kelompok
miskin dan rentan di wilayah KTI adalah belum optimalnya skala
usaha dan keterhubungan dengan pasar yang lebih luas. Di satu sisi,
masyarakat miskin dan rentan terlibat dalam sektor ekonomi yang
produktivitasnya rendah serta komoditas yang belum terhubung
dengan pasar yang lebih luas. Hal ini disebabkan oleh belum
optimalnya pengembangan skema kerjasama antara swasta dan
kelompok masyarakat serta adopsi teknologi dan inovasi yang masih
rendah.
d) Kelemahan fisik dari rendahnya kualitas SDM
Produktivitas Tenaga Kerja. Secara nasional, 42,13 persen dari
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja memiliki jenjang
pendidikan SD ke bawah. ada korelasi yang kuat antara rendahnya
kualitas SDM yang ditunjukkan oleh angka IPM dengan rendahnya
produktivitas tenaga kerja di Papua.
e) Kemiskinan materi dikarenakan oleh rendahnya investasi yang masuk
Kapasitas Fiskal Daerah. Kapasitas fiskal daerah dapat berdampak
pada pengurangan kemiskinan melalui pengeluaran pemerintah yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan konsumsi penduduk miskin.
Keberhasilan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh
keberhasilan pembangunan daerah. Oleh karena itu, strategi
pembangunan nasional harus dilaksanakan di tingkat daerah, salah
satunya melalui kebijakan desentralisasi fiskal.
Pelimpahan kewenangan penganggaran belanja daerah dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dilakukan dengan
pertimbangan bahwa pemerintah daerah merupakan institusi yang
lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih mengetahui prioritas
kebutuhan pembangunan daerahnya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No 107 tahun 2018, Kapasitas Fiskal Daerah adalah
kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan
melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. Pendapatan
daerah berasal dari pendapatan asli daerah (PAD), bagi hasil pajak, dan
bagi hasil sumber daya alam (SDA) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan celah fiskal dalam formula dana alokasi umum (DAU).
Sedangkan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan
meliputi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Rokok, Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau, Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi, Dana Alokasi
Khusus Fisik, Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Dana Otonomi Khusus,
dan Dana Desa. Belanja tertentu sebagaimana dimaksud di atas
meliputi Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Hibah untuk
Daerah Otonom Baru, Belanja Bagi Hasil, dan Alokasi Dana Desa.
Kabupaten/kota yang berada di kuadran 2 juga membutuhkan
perhatian khusus. Secara kemampuan, keuangan daerahnya tinggi,
namun paradoks dengan tingkat kemiskinannya yang tinggi juga. Hal
menarik lainnya adalah, kabupaten dengan tingkat kemiskinan paling
tinggi di Papua dan Papua Barat justru memiliki kapasitas fiskal yang
tinggi. Namun, belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah salah
sasaran dan lebih terserap di sektor yang tidak berhubungan dengan
kelompok miskin. Pemerintah daerah merespon peningkatan transfer
fiskal secara berlebihan untuk belanja daerah dalam membiayai
kegiatan-kegiatan yang tidak strategis.
Investasi Masuk di Daerah. Pada tahun 2017, total Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA)
sudah mencapai Rp294,59 triliun yang 80,98 persen diantaranya
berada di Pulau Sumatera dan Jawa. Sedangkan wilayah KTI hanya
mendapatkan kurang dari 20 persen. Maluku dan Papua hanya
memiliki kurang dari 1 persen.
Rendahnya kemandirian kapasitas fiskal dan investasi diduga
menjadi salah satu faktor penyebab lambannya penurunan angka
kemiskinan. Dana otonomi khusus (Otsus) yang masuk ke wilayah
Papua dalam beberapa tahun ini yang nilainya jauh lebih tinggi dari
PAD belum memberikan hasil yang signifikan bagi kemajuan daerah
Provinsi Papua. Pengelolaan dana Otsus dan dana transfer lainnya
perlu lebih ditingkatkan agar dapat memberikan dampak yang nyata
bagi kemajuan daerah Provinsi Papua dan mengurangi jumlah
penduduk miskin.
f) Faktor bencana alam seperti perubahan iklim yang akan memberikan
dampak pada kehidupan manusia
Perubahan iklim dan bencana memberikan berbagai macam
dampak bagi kehidupan manusia. Perubahan iklim membawa dampak
pada hasil sektor pertanian dan perikanan. Penduduk miskin akan
menanggung beban lebih besar akibat bencana karena termasuk dalam
kelompok yang paling rentan terhadap dampak kekeringan, banjir,
gempa, dan tanah longsor. Mata pencaharian utama mereka umumnya
sensitif terhadap perubahan iklim dan bencana seperti sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan.
Di Provinsi Papua, dari tahun 2014-2017 terjadi 41 kejadian
bencana, meliputi banjir (24 kejadian), tanah longsor (10 kejadian),
puting beliung (3 kejadian), dan gempa bumi (4 kejadian).
D. Apa saja yang harus diprioritaskan dalam pengentasan kemiskinan?
Kebijaksanaan Dasar Pengentasan Kemiskinan
Kebijaksaaan penanggulangan kemiskianan dapat di kategorikan menjadi
ndua yaitu kebijaksanaan:
1. Kebijaksanaan tidak langsung
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi
yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan
kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan anatara lain adalah suasana
social politik yang tentera,ekonomi yang stabil dan budaya yang
berkembang. Upaya penggolongan ekonomi makro yang yang berhati-
hati melalui kebijaksanaan keuangan dan perpajakan merupakan
bagian dari upaya menaggulangi kemiskinan. Pengendalain tingkat
inflasi diarahkan pada penciptaan situsasi yang kondusif bagi upaya
penyediaan kebutuhan daasar seperti
sandang,pangan,papan,pendidikan,dan kesehatan dengan harga yang
terjangkau oleh penduduk miskin.
2. Kebijaksanaan langsung
Kebijaksaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta
dan peroduktifitas sumber daya manusi,khususnya golongan
masyarakat berpendapatan rendah,melalui penyediaan kebutuhan dasar
seperti sandang pangan papan kesehatan dan pendidikan,serta
pengembangan kegiatan-kegiatan social ekonomi yang berkelanjutan
untuk mendorong kemandirian golangan masyarakat yang
berpendapatan rendah. Pemenuhan kebutuhan dasar akan memberikan
peluang bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan social –
ekonomi yang dapat memberikan pendapatan yang memadai. Dalam
hubungan ini,, pengembangan kegiatan social ekonomi rakyat
diprioritaskan pada pengembangan kegiatan social ekonomi penduduk
miskin di desa-desa miskin berupa peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya
dengan kegiatan pelatih yang terintegrasi sejak kegiatan penghimpunan
modal,penguasaan teknik produksi,pemasaran hasil dan pengelolaan
surplus usaha.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bappenas.go.id/files/6915/6082/6584/Analisis_Wilayah_denga
n_Kemiskinan_Tinggi_-_BAPPENAS.pdf
Sumber : v Edi Suharto. Phd. Konsep Kemiskinan dan Strategi
Penanggulangannya.

Anda mungkin juga menyukai