IPO - Pengaruh Iklim, Fenomena Iklim Dan Langkah Antisipasinya Di Perkebunan Kelapa Sawit
IPO - Pengaruh Iklim, Fenomena Iklim Dan Langkah Antisipasinya Di Perkebunan Kelapa Sawit
1
MACAM &
DAMPAK
ANOMALI IKLIM
DI INDONESIA
PPKS
• 5 faktor yang mempengaruhi variabilitas iklim (khususnya
curah hujan) di Indonesia, yaitu siklus meridional (Siklus
Hadley), siklus zonal (Siklus Walker), aktivitas angin
monsun, pengaruh lokal (topografi), dan siklon tropis.
• Fenomena anomali iklim yang terjadi merupakan implikasi
dari dominasi salah satu atau beberapa faktor diantara
PENYEBAB kelima faktor tersebut di atas.
ANOMALI IKLIM DI • Beberapa fenomena anomali iklim di daerah tropis antara
lain disebabkan oleh El Niño Southern Oscillation
INDONESIA (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), serta anomali
lainnya sebagai akibat adanya pengaruh Madden Julian
Oscillation (MJO), Rossby Wave, Kelvin Wave, Cross
Equatorial Northern Surge (CENS) dan lain sebagainya.
• Anomali iklim tersebut dapat menyebabkan curah hujan di
bawah / di atas normal.
PPKS
IOD
2010 1960, 1996 1998
negatif
DAMPAK ANOMALI IKLIM
TERHADAP KELAPA SAWIT
MENYEBABKAN
KEKERINGAN
Pola curah hujan
wilayah yang secara
signifikan dipengaruhi
oleh kejadian El Niño
2015 (r ≥ 0,6) adalah
Jambi, Sumatera
Selatan, Lampung,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan
Timur
DAMPAK
KEKERINGAN
≥75
Ferwerda, 1977
Lubis, A. U., 1991 /
80
Indonesia
RH (%)
<10 Abraham, 1991 / India
50 6,24 b 18,36 b
• Kelembaban, suhu udara dan lengas tanah 368 7,12 a 20,25 a
mempengaruhi pembukaan stomata 693 5,31 c 16,03 c
mempengaruhi pertukaran gas antara jaringan daun 865 4,52 d 13,41 d
dan atmosfer pada lingkungan tanaman proses
fotosintesis sumber pembentukan biomassa dan KK (%) 2,29 9,8
energi pertumbuhan tanaman. Doc PPKS
• Udara kering pada kelembaban udara rendah
konduktansi stomata menurun pertukaran gas
antara jaringan tanaman dan atmosfer terganggu.
• Udara basah pada kelembaban udara tinggi
perbedaan tekanan uap antara ruang interselular di
jaringan daun dan atmosfer relatif kecil laju
transpirasi menurun dan pertukaran gas terganggu.
• Kelembaban udara juga mempengaruhi lingkungan
biotik kelapa sawit aktivitas SPKS.
• Kelembaban udara tidak bisa dipisahkan dengan suhu
udara Vapour Pressure Deficit (VPD).
PENGARUH IKLIM
TERHADAP
PRODUKTIVITAS
KELAPA SAWIT
3
KONSEP UMUM
• Curah hujan yang masih ditoleransi oleh tanaman untuk menghasilkan produktivitas yang normal, minimal
adalah 40 mm/bulan.
• Produktivitas tidak lagi signifikan meningkat dan bahkan cenderung turun setelah curah hujan bulanan mencapai
490 mm/bulan.
KORELASI HARI HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS
• Hari hujan yang masih ditoleransi oleh tanaman untuk menghasilkan produktivitas yang normal, minimal adalah
3 hari/bulan.
• Produktivitas tidak lagi signifikan meningkat dan bahkan cenderung turun setelah curah hujan bulanan mencapai
25 hari/bulan.
Berdasarkan studi kasus 15 kebun di Sumut.
KORELASI CH & HH Curah hujan dan hari hujan yang paling berpengaruh terhadap
terhadap produktivitas produktivitas bulanan adalah jeluk hujan 24 bulan sebelumnya
(lag-24 bulan) Fase Kritis I
bulanan
DAMPAK CEKAMAN KEKERINGAN
Kejadian Daun Tombak dan Pelepah Sengkleh selama El Niño 2015 Penyebab cekaman kekeringan:
- Curah hujan (CH) < 1250 mm/tahun
Defisit air Pelepah - Defisit air > 200 mm
Wilayah observasi Daun tombak - Bulan kering (CH < 60 mm/bln) > 3 bulan
lahan sengkleh - Hari tidak hujan terpanjang (dry spell) > 20 hari.
Aceh 192 0-1 0-4
Dry spell
Umur hari th-1
tanaman
th
21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 101 – 120
Asumsi tidak terjadi kekeringan pada 2-3 tahun sebelumnya ; angka 100% artinya
bahwa panen dapat tertunda
CONTOH DAMPAK
KEKERINGAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS:
KEBUN X DI KALSEL
Lag-18 bulan
PENGARUH RADIASI MATAHARI TERHADAP RJT
lag-19 0.223191
lag-20 0.425785
lag-21 0.456055
lag-22 0.415178
lag-23 0.258134
lag-24 0.014898
lag-36 0.014898
PENGARUH RADIASI MATAHARI TERHADAP RBT
lag-0 0.238973
lag-2 0.231142 • Terdapat korelasi yang cukup kuat antara radiasi dengan RBT, khususnya pada lag-0 s.d.
lag-7.
lag-3 0.203697
lag-4 0.185284 • Terdapat penurunan produktivitas 15-20% akibat pengurangan radiasi matahari dari 15
lag-5 0.190563 MJ/m2 menjadi 12 MJ/m2 akibat adanya gangguan asap (Caliman et al., 1998).
lag-6 0.235466
lag-7 0.256186
21,2 9
21 Oil extraction 8
20,8 Visibility of Jambi 7
Visibility (km)
20,4 5
20,2 4
PENGARUH LAMA 20 3
PENYINARAN TERHADAP
19,8 2
19,6 1
Teras
No Variabel Kontrol Rorak
Gulud
Dec 2007 to Dec 2008, a case study in Lampung. Source: Murtilaksono et al., 2011
Teras gulud dibuat sejajar kontur dengan interval
vertikal 80 cm. Tinggi, lebar dan kedalaman guludan
adalah sekitar 30 cm. Dalam alur guludan dibuat
juga lubang biopori dengan interval 2 m.
Kedalaman biopori adalah 50 cm dan diisi dengan
seresah, daun tunansan, tankos, dll.
Rorak dibuat sejajar kontur dengan pola zig-zag antar
kontur. Dimensi p x l x d adalah 300 cm x 50 cm x 50 cm.
Jarak antar rorak adalah 2 m. Dua lubang biopori dapat
dibuat di dalam rorak, dengan jarak 2 m.
Minimizing Impacts
a. Perbaikan sarana dan prasarana kebun.
b. Penunasan pelepah kering.
c. Penyesuaian jadwal pemupukan stop dulu.
d. Aplikasi bahan organik.
e. Penyiraman jika memungkinkan.
f. Tetap mempertahankan tanaman penutup tanah
(LCC, Nb.).
g. Jangan melakukan pengendalian gulma secara
blanket.
h. Monitoring hama dan penyakit.
i. Monitoring hotspot (pada saat kekeringan).
Recovery
a. Pemupukan segera dilakukan.
b. Penunasan pelepah kering.
c. Aplikasi bahan organik.
d. Tetap mempertahankan
tanaman penutup tanah (LCC,
Nb.).
e. Monitoring hama dan penyakit.
Catatan penting pemupukan untuk recovery
a. Pemupukan perlu dilanjutkan setelah CH >150
mm/bulan atau telah turun hujan (CH) 50 mm/10
hari.
b. Dosis pemupukan adalah 1,1 – 1,3 x dosis
pemupukan Semester berjalan.
c. Metode dan cara pemupukan agar disesuaikan
dengan kondisi lapangan Benam??? Sebar???
d. Jika memungkinkan dapat digunakan pupuk slow
release.
UPAYA MITIGASI
EFISIENSI DAN
EFEKTIVITAS PRODUKSI PENGEMBANGAN
SUSTAINABLE WASTE INTEGRATED FARMING
& PENERAPAN BEST VARIETAS ADAPTIF
MANAGEMENT SYSTEM
MANAGEMENT SPESIFIK LOKASI
PRACTICES
EFISIENSI & EFEKTIVITAS INPUT PRODUKSI
EFISIENSI & EFISIENSI INPUT PRODUKSI
Peningkatan efisiensi & efisiensi input produksi
terutama pupuk sangat diperlukan agar kondisi
tanam siap dan kuat menghadapi dinamika iklim.
Pengkomposan
Arang aktif
Listrik Biogas Kompos
INTEGRATED FARMING SYSTEM
”Tanaman sela mampu berperan dalam
menekan erosi, menjaga kelembaban
tanah, meningkatkan karbon tanah, dan
menyerap kembali sebagian emisi karbon
dari lahan pertanian”
PENELITIAN & PENGGUNAAN VARIETAS KELAPA
SAWIT ADAPTIF
• Perakitan bahan tanaman yang adaptif terhadap kekeringan menjadi
kebutuhan, demikian juga bahan tanaman yang adaptif terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim dan penyakit.
Google Scholar
Dr. Hasril H. Siregar
http://scholar.google.com/citations?user=bj_r4AcAAAAJ&hl=en
Iput Pradiko:
https://scholar.google.com/citations?user=gtGbTGUAAAAJ&hl=en
Terima kasih