Anda di halaman 1dari 13

Tugas 10

KELEMBAGAAN
Tugas Matakuliah Perencanaan Transportasi

SAID MUHAMMAD REYNALDO


163410096
VA

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2017

DAFTAR ISI

1
DAFTAR ISI 2
PEMBAHASAN
Kebijakan Pengembangan Transportasi 3
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 3
Kebijakan Pengembangan Sistem Trasnportasi Perkotaan 5
Masalah Pengembangan Sistem Transport di Indonesia 7
Kelembagaan dan Organisasi Sistem Transportasi 9
Pengkelasan Produk Legal Transportasi 9
Sumber Hukum Pengangkutan 9
Peraturan Pemerintah 10
Undang-Undang 10
Keputusan Menteri 10

KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pengembangan Transportasi

2
1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”,
maka pembangunan nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai
sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan
adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun
konektivitas nasional.
Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya
agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah
membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan
pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan.
a. Isu Strategis 1 : Membangun Konektivitas Nasional Untuk
Mencapai Keseimbangan Pembangunan
Infrastruktur penunjang konektivitas nasional baik berupa
jaringan transportasi dan jaringan telekomunikasi, perlu
diintegrasikan dengan pelayanan sarana intermoda transportasi yang
terhubung secara efisien dan efektif, termasuk mendorong
pembangunan konektivitas antarwilayah, sehingga dapat
mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia.
Penyediaan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi yang
mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan
biaya logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan
mempercepat gerak ekonomi.
Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas nasional
adalah:
1) Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda;
2) Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong
penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem
Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam
kerangka mendukung kerjasama regional dan global;

3
3) Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan;
4) Membangun sistem dan jaringan transportasi yang
terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor
Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan
pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor
ekonomi;
5) Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang
ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya dukung
lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi
lingkungan;
6) Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam
penyelengaraan pelayanan transportasi serta pertolongan dan
penyelamatan korban kecelakaan transportasi;
7) Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga pengembangan
sumber daya manusia.

b. Isu Strategis 2 : Membangun Transportasi Umum Massal


Perkotaan
Pembangunan perkotaan Indonesia kedepan diarahkan pada
peningkatan peran perkotaan sebagai basis pembangunan dan
kehidupan yang layak huni, berkeadilan, mandiri, berdaya saing, dan
berkelanjutan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya lokal. Arah
kebijakan pembangunan perkotaan pada berfokus pada
pengembangan kota sebagai suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu
kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota
sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk
kota. Walaupun demikian, pembangunan perkotaan ke depan akan
lebih difokuskan pada pelaksanaan pengendalian pembangunan kota-

4
kota besar dan metropolitan serta percepatan pembangunan kota-kota
menengah dan kecil.
Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan transportasi
umum massal perkotaan, pembangunan sistem angkutan umum
modern yang saling terintegrasi seperti BRT dan MRT diharapkan
dapat meningkatkan peran angkutan umum dalam melayani
kebutuhan perjalanan penduduk perkotaan serta menciptakan
transportasi perkotaan yang praktis, efisien, ramah lingkungan, dan
berkeadaban. Arah kebijakan dan strategi yang disusun lima tahun
kedepan adalah :

1) Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern


dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta
dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu;

2) Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang


berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi
dan tata guna lahan;

3) Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan.

2. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan


Sesuai dengan yang telah digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) tahun 1993, beberapa pokok kebijakan pengembangan
sistem transportasi perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan transportasi perkotaan harus diarahkan pada
terwujudnya sistem transportasi nasional secara terpadu, tertib,
lancar, aman dan nyaman, serta efisien dalam menunjang dan
sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung
mobilitas manusia, barang, dan jasa, serta mendukung
pembangunan wilayah.
b. Sistem transportasi perkotaan harus ditata dan terus
disempurnakan dengan didukung oleh peningkatan kualitas
sumber daya manusia.

5
c. Sistem transportasi perkotaan harus ditata dan terus disesuaikan
dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi,
kebijakan tata ruang, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan
kebijakan energi nasional agar selalu dapat memenuhi kebutuhan
akan pembangunan serta tuntutan masyarakat.
d. Transportasi di wilayah perkotaan akan mengembangkan sistem
angkutan massa yang tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien
agar menarik bagi pemakai jasa angkutan sehingga kemacetan dan
gangguan lalulintas dapat dihindari dan kualitas hidup dapat
dipertahankan.
e. Transportasi penumpang dan barang di perkotaan harus dibina dan
dikembangkan agar mampu berperan dalam meningkatkan
kelancaran arus penumpang dan barang, selaras dengan dinamika
pembangunan.

Melihat arahan GBHN 1993 di atas, kebijakan pengembangan sistem


transportasi perkotaan sebaiknya diarahkan pada hal berikut ini:
a. Menyediakan sistem transportasi perkotaan yang memadukan
angkutan jalan, kereta api, angkutan udara, dan angkutan laut.
b. Mengembangkan sistem angkutan umum perkotaan massa yang
tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien, serta terjangkau oleh
semua lapisan pemakai angkutan.
c. Mengatasi kemacetan dan gangguan lalulintas serta
mempertahankan kualitas lingkungan serta meningkatkan
mobilitas dan kemudahan aksesibilitas di wilayah perkotaan.
d. Meningkatkan sistem jaringan jalan antarkota agar angkutan
dalam kota dapat berfungsi dengan baik dalam melayani aktivitas
lokal dan daerah sekitarnya.
e. Mengembangkan keterpaduan antarmoda dan intramoda sesuai
dengan rencana tata ruang kota serta memanfaatkan ruang jalur
koridor sistem angkutan massa sebagai pusat kegiatan baru.

6
f. Memperluas kebebasan memilih angkutan yang digunakan, sesuai
dengan jasa yang diberikan dan kemampuan masyarakat.
g. Mendorong pemakaian angkutan umum dan mengurangi
pemakaian angkutan pribadi.
h. Memperkecil penambahan jaringan jalan baru yang memberikan
dampak pertumbuhan kota ke arah yang tidak sesuai dengan
kebijakan pengembangan wilayah.
i. Memperkecil arah perjalanan ke tempat kerja dengan
menyebarkan pembangunan industri, perdagangan, dan
perumahan secara seimbang.
j. Mengembangkan fasilitas angkutan laut dan udara untuk
memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
k. Mengembangkan manajemen angkutan perkotaan untuk mencapai
tingkat efisiensi dan kualitas pelayanan yang tinggi;
l. Meningkatkan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan angkutan
perkotaan secara terpadu;
m. Meningkatkan peran serta swasta dalam investasi dan pengelolaan
sistem angkutan perkotaan;
n. Melakukan upaya penghematan dan penganekaragaman energi
dalam angkutan perkotaan;
o. Mengendalikan dampak lingkungan sebagai akibat angkutan
perkotaan, terutama di kawasan pusat kota yang selalu dipadati
kendaraan, serta mengupayakan agar pencemaran udara,
kebisingan, dan getaran di kawasan permukiman sekecil mungkin.
p. Menyediakan sistem angkutan perkotaan yang aman, mengurangi
konflik antara pejalan kaki dan pengendara mobil.

B. Masalah Pengembangan Sistem Transport di Indonesia


Laju pertumbuhan penduduk perkotaan dalam dasawarsa 1990-an adalah
sekitar 4,3% per tahun akibat terpusatnya kegiatan perekonomian di daerah
perkotaan. Seiring dengan itu, pertumbuhan sektor transportasi perkotaan
mencapai sekitar 7,9% per tahun dan diperkirakan meningkat mendekati 10% per

7
tahun untuk dasawarsa berikutnya. Meningkatnya pertumbuhan sektor
transportasi perkotaan ini menyebabkan permasalahan transportasi perkotaan
menjadi bertambah kompleks sehingga keputusan penanganannya harus dapat
dilakukan sesegera mungkin. Permasalahan transportasi perkotaan tersebut antara
lain berupa penentuan jenis dan moda angkutan umum, pola jaringan, izin trayek
angkutan, kebijakan perparkiran, dan perambuan.
Akibat situasi yang demikian dan serta dilandasi oleh jiwa dan Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok pemerintahan di daerah, maka
Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 tahun
1990 mengenai pelimpahan sebagian tugas Departemen Perhubungan mengenai
lalulintas angkutan jalan raya kepada Pemerintah Daerah.
Atas dasar PP Nomor 22 Tahun 1990 tersebut, Dinas Lalulintas Angkutan
Jalan (DLLAJ) yang tadinya berada dalam naungan Departemen Perhubungan
kemudian dilimpahkan kewenangannya kepada Pemerintah Daerah.
Dengan pelimpahan ini diharapkan sistem pengelolaan transportasi perkotaan
akan menjadi lebih baik dan memberikan kontribusi bagi peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri. Di lain pihak, pelimpahan ini juga berarti
bertambahnya beban tugas administrasi dan keuangan Pemerintah Daerah. Dari
beberapa hasil kajian (Tamin, 1995k) teridentifikasi secara umum bahwa
kelemahan sistem pengelolaan transportasi perkotaan di beberapa kota
disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
a. Belum terbentuknya Dinas Lalulintas Angkutan Jalan Tingkat II pada
setiap kota di Indonesia;
b. Lemahnya mekanisme hubungan kerja atau koordinasi antarinstansi yang
terkait dalam masalah transportasi perkotaan;
c. Tidak jelasnya wewenang dan tanggung jawab setiap instansi dalam
penanganan masalah transportasi perkotaan;
d. Kurangnya sumber daya manusia, baik dari sisi kualitas maupun
kuantitas;
e. Kurang lengkapnya peraturan pelaksanaan yang ada dan tidak tersedianya
arahan mengenai bagaimana sebaiknya sistem pengelolaan transportasi

8
perkotaan dilakukan dengan melihat tingkat kompleksitas permasalahan
transportasi perkotaan yang ada, tipologi kota, dan lain-lain.

C. Kelembagaan dan Organisasi Sistem Transportasi


Masalah kelembagaan menyangkut pula masalah kewenangan lembaga yang
mengelola masalah transportasi perkotaan. Masalah kewenangan kelembagaan
ini selanjutnya sangat terkait pada masalah yang ditimbulkannya sebagai akibat
dari:
a. Terjadinya tumpang tindih kegiatan beberapa lembaga tertentu dalam
menangani permasalahan transportasi perkotaan. Hal ini semakin menjadi
rumit apabila tidak terdapat koordinasi yang baik antarlembaga terkait.
Untuk itu sangat dirasakan perlu penjabaran hak, tanggung jawab, dan
wewenang setiap lembaga dalam penanganan masalah transportasi
perkotaan ini.
b. Terjadinya kekosongan dalam kelembagaan akibat tidak adanya badan
yang bertanggung jawab terhadap permasalahan transportasi perkotaan.
Hal ini jelas sangat berdampak negatif terhadap transportasi perkotaan.

D. Pengkelasan Produk Legal Transportasi


a. Sumber Hukum Pengangkutan
1) Umum / General : Buku III tentang Perikatan KUHPerdata
 Pasal 1246 s/d 1248 KUHPerdata mengenai jumlah penggantian
yang harus dibayarkan oleh pihak pengangkut, dapat diperlakukan
dan penggantian ini hanya meliputi kerugian-kerugian yang benar-
benar diderita dengan kemungkinan ditambahkan keuntungan-
keuntungan yang dapat diharapkan semula.
 Pasal 1367, 1391,& 1613 KUHPerdata mengenai perikatan yang
lahir karena UU dan perjanjian pemborong pekerjaan.

2) Khusus KUHD
Bagian III title V Buku I pasal 91 s/d 98 KUHD mengenai petugas
pengangkut serta juragan kapan yang berlayar di sungai-sungai dan

9
perairan kedalam. Bagian II titel 5 buku I pasal 86 sampai dengan 90
mengenai kedudukan para “ekspeditur” sebagai pengusaha perantara.

b. Peraturan Pemerintah
1) PP No 74 Th 2004 Tentang Angkutan Umum
2) PP No 79 Th 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas & Angkutan Jalan
3) PP No 62 Th 2013 Tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi
4) PP No 80 Th 2012 Tentang  Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan
5) PP No 77 Th 2012 Tentang Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia
6) PP No 55 Th 2012 Tentang Kendaraan
7) PP No 51 Th 2012 Tentang Sumber Daya Manusia Di Bidang
Transportasi
8) PP No 40 Th 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup Bandar Udara
9) PP No 37 Th 2011 Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
10) PP No 32 Th 2011 Tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis
Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

c. Undang-Undang
1) UU No 22 Th 2009 Tentang Lalu lintas & Angkutan Jalan.
2) UU No 23 Th 2007 Tentang PERKERETAAPIAN.
3) UU No 1 Th 2009 Tentang Penerbangan.
4) UU No 17 Th 2008 Tentang Pelayaran.

d. Keputusan Menteri
1) Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
2) Keputusan Mentri Perhubungan No KP 705 Th 2014 Tentang
Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (ASDEKI).

10
3) Keputusan Mentri No KP 1264 Th 2013 Tentang Penetapan Trase
Jalur Kereta Api Umum Nasional Dari Bandar Udara Soekarno-Hata
ke Halim Melalui Manggarai.
4) Keputusan Mentri Perhubungan No KM 37 Th2008 Tentang
Pembentukan Tim Konservasi Energi Kantor Pusat Departemen
Perhubungan.
5) Keputusan Mentri Perhubungan No KM 5 Th 2008 Tentang
Pembangunan Bandar Udara Baru Medan Provinsi Sumatera Utara.
6) Keputrusan Mentri Perhubungan No KM 1 Th 2000 Tentang
Penetapan Kelas Jalan di Pulau Sumatera.
7) Keputusan Mentri Perhubungan No KM 64 Th 2007 Penetapan
Lokasi Penyeberangan Marisa Di desa Bumbulan, Kecamatan Paguat,
Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
8) Keputusan Mentri Perhubungan No KM 87 Th 2004
TentangPerencanaan, Pembangunan, Pengadaan, Pengoperasian,
Pemeliharaan Dan Penghapusan Perlintasan Sebidang Antara Jalur
Kereta Api Dengan Jalan.
9) Keputusan Mentri Perhubungan No KM 89 Th 2004 Tentang
Penetapan Perubahan Nama Bandar Udara Penggung Di Kota Cirebon
Propinsi Jawa Barat.
10) Keputusan Mentri perhubungan No KM 88 Th 2004 Tentang
Penetapan Nama Bandar Udara Di Nagari Ketaping, Kabupaten
Padang Pariaman, Propinsi Sumatra Barat.

11
KESIMPULAN:
Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan
nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu
sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang
memuat upaya membangun konektivitas nasional.
Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan
kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan
transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk
mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal
perkotaan.
Meningkatnya pertumbuhan sektor transportasi perkotaan ini menyebabkan
permasalahan transportasi perkotaan menjadi bertambah kompleks sehingga
keputusan penanganannya harus dapat dilakukan sesegera mungkin. Permasalahan
transportasi perkotaan tersebut antara lain berupa penentuan jenis dan moda
angkutan umum, pola jaringan, izin trayek angkutan, kebijakan perparkiran, dan
perambuan.

12
DAFTAR PUSTAKA:
Tamin, Ofyar Z. Perencanaan & Pemodelan Transportasi Edisi Kedua, [pdf],
(https://tekniksipilunwir.files.wordpress.com/2014/03/perencanaan-dan-pemodelan-
transportasi.pdf, diakses tanggal 07 Oktober 2017)

(http://gudangbelajar123.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-transportasi.html,
diakses pada tanggal 27 Desember 2017)

(http://hubdat.dephub.go.id/renstra2015-2019/1835-7-bab-3-arah-
kebijakan/download, [pdf], diakses pada tanggal 18 Desember 2017)

13

Anda mungkin juga menyukai