Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14
tahun.
Data TB anak di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus
TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011 dan 8,2% pada
tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi, menunjukkan variasi proporsi dari 1,8%
sampai 15,9%. Hal ini menunjukan kualitas diagnosis TB anak masih sangat bervariasi pada
level provinsi. Kasus TB Anak dikelompokkan dalam kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14
tahun, dengan jumlah kasus pada kelompok umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari kelompok
umur 0-4 tahun. Kasus BTA positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus
TB anak, sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.

Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih
sedikit daripada orang dewasa.Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di
kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer.BTA positif baru dapat dilihat bila
minimal jumlah kuman 5000/ml dahak.Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas.Hal-
hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis. Gejala TB pada
anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ
tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan
sampai salah diagnosis atau overdiagnosis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Apa tanda dan gejala anak yang menderita TBC?
3. Bagaimana cara perawatan TBC pada anak di rumah?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada anak dengan TBC.
3. Untuk mengetahui cara perawatan TBC pada anak di rumah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Perbedaan TB anak dan dewasa
a. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks
dan infra klavikuler
b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
kenlenjar limfe regional
c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang

B. Tanda dan Gejala


Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering terkena
adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai
organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena
gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang
baik.
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.

3
3. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.

C. Penegakan Diagnosis

Yang sering merupakan petunjuk awal dari tuberculosis adalah foto rontgen dada. Penyakit
ini tampaknsebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam.
Rontgen juga bisa menunjukan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).

Pemeriksaan diagnostic untuk tuberculosis adalah:

a. Pemeriksaan dahak, cairan tubuh, atau jaringan yang terinfeksi. Dengan jarum diambil
contoh cairan dari dada, perut, sendi, atau sekitar jantung, mungkin perlu dilakukan
biopsy untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi. Diagnosis menjadi pasti
dengan ditemukan kuman Basil Tahan Asam (BTA).
b. Uji Tuberkulin.
Tes kulit tuberculin. Disuntikan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri
tuberculosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). Dua hari kemudian dilakukan
pengamatan pada daerah suntikan. Jika terjadi pembengkakan dan kemerahan, maka
hasilnya adalah positif.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberculin, namun sampai sekarang cara mantoux
lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian lengan
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberculin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter pembengkakan
(indurasi) yang terjadi.

4
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer
terjadi diparu-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.

D. Pengobatan Tuberkolosis anak

Tujuan pengobatan TB anak adalah :

1. Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat


2. Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan
 Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat :
INH, Rifampisim dan PZA
 Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk
mencegah terjadinya relap : menggunakan 2 macam obat : INH & RIF
3. Mencegah terjadinya resistensi kuman TB
Prinsip pengobatan pada anak dengan Tuberkolosis

1. Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap obat
2. Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar
kepatuhan pasien.
3. Obat diberikan secara teratur tiap hari

OBAT YANG SERING DIGUNAKAN PADA TB ANAK

OBAT SEDIAAN DOSIS DOSIS MAKS ESO


(mg/kg BB)
INH Tablet 100 mg 5 – 15 mg 300 mg Hepatitis, neuritis
Tablet 300 mg perifer
Sirup 10 mg/ml hipersensitif
Rifampicim Kapsul/ kaplet 10 - 15 600 mg Urine/sekret
150,300,450,600 merah hepatitis,
Sirup 20 mg/ml mual flulike
reaktion
Pirazinamid Tablet 500 mg 25 – 35 2g Hepatitis
hipersensitif
Etambuzol Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika
ggn visus /warna
ggn saluran cerna

5
Streptomisin Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis
nefrotokis
Kartikosteroid :

4. Sebagai anti inflamasi digunakan predison oral dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB/kari


selama 4 minggu kemudian dilakukan tapering of selama 2 minggu
5. Indikasi pemberian :
 TB.milier
 Meningitis TB
 Pleuritis TB dg efusi

Regimen Pengobatan Tuberkolosis Anak

2 bln 6 bln 9 bln 12 bln


INH              

RIF              

PZA          

EMB          

SM          

PRED      

6
D. Pemantauan hasil pengobatan

a. Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan klinik, aktivitas,


nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra torakal diamati
perbaikan yang terjadi.Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai
diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal.
Nafsu makan membaik, berat badan meningkat dengan cepat, keluhan demam dan
batuk menghilang dan tidak merasa sakit.Respon yang nyata biasanya terjadi
dalam 2 bulan awal (fase intensif)
b. Pengawasan terhadap komplikasi
c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak.
Neuritis perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan penglihatan, gejala
hepatotoksik
d. Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah.Pemeriksaan kimia
darah atas indikasi
e. Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir pengobatan
f. Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.
g.
E .Pencegahan Tuberkulosis Anak

1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang ditujukan


terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa TB
anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya menjadi TB dewasa dan akan menjadi
sumber penularan
2. Vaksinasi BCG
3. Khemoprofilaksis primer maupun sekunder
4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan
5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini
6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan

7
F. Intervensi Keperawatan

N
O TUJUAN & KRITERIA
INTERVENSI KEPERAWATAN
D HASIL
X

1 Tujuan: setelah dilakukan a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas,


tindakan keperawatan jalan kecepatan, kedalaman dan penggunaan
nafas kembali efektif dalam otot aksesori.
waktu 3x24 jam. Dengan
kriteria hasil: R: untuk mengetahui tingkat sakit dan
tindakan apa yang harus dilakukan
Sekret berkurang sampai
dengan hilang, pernafasan b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan
dalam batas normal 40- secret atau batuk efektif, catat karakter,
60x/menit jumlah sputum, adanya hemoptisis.

R: untuk mengetahui perkembangan


kesehatan pasien

c. Berikan pasien posisi semi atau fowler,


R: semi fowler memudahkan pasien
untuk bernafas

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,


suction bila perlu.

R: untuk mencegah penyebaran infeksi

e. Lembabkan udara/oksigen. Berikan


obat: agen mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai indikasi

R: pemberian oksigen dapat


memudahkan pasien untuk bernafas

2 Tujuan: setelah a. Review patologi penyakit fase


dilakukan tindakan aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi
keperawatan pasien tidak melalui bronkhus pada jaringan
demam dalam waktu sekitarnya atau melalui aliran darah
3x24 jam. atau sistem limfe dan potensial infeksi
melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman

8
Dengan kriteria hasil : atau menyanyi.
tidak terjadi penyebaran
infeksi R : Membantu klien agar klien mau
mengerti dan menerima terhadap terapi
yang diberikan untuk mencegah
komplikasi.

b. Mengidentifikasi orang-orang yang


beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam
satu perkumpulan. Memberitahukan
kepada mereka untuk mempersiapkan
diri untuk mendapatkan terapi
pencegahan.

R : Pengetahuan dan terapi dapat


meminimalkan kerentanan terjadinya
penyebaran

c. Anjurkan klien menampung dahaknya


jika batuk

R : Kebiasaan ini untuk mencegah


terjadinya penularan infeksi.

d. Gunakan masker setiap melakukan


tindakan

R : Masker dapat mengurangi resiko


penyebaran infeksi

e. Monitor temperature

R : untuk mengetahui adanya indikasi


terjadinya infeksi. Febris merupakan
indikasi terjadinya infeksi.

f. Kolaborasi Pemberian terapi untuk anak

R : Kerja sama akan mempercepat


proses penyembuhan

g. Monitor sputum BTA. Klien dengan 3


kali pemeriksaan BTA negatif, terapi

9
diteruskan sampai batas waktu yang
ditentukan.

R : Pemantauan untuk terapi yang akan


dilaksanakan selanjutnya

3 Tujuan : f. Mengukur dan mencatat BB pasein

Kriteria hasil:Keluarga R : BB menggambarkan status gizi


klien dapat menjelaskan pasien
penyebab gangguan
nutrisi yang dialami g. Menyajikan makanan dalam porsi kecil
klien, pemulihan tapi sering
kebutuhan nutrisi, R : Sebagai masukan makanan sedikit-
susunan menu dan sedikit dan mencegah muntah
pengolahan makanan
sehat seimbang. Dengan h. Menyajikan makanan yang dapat
bantuan perawat, menimbulkan selera makan
keluarga klien dapat
R : Sebagai alternatif meningkatkan
mendemonstrasikan
nafsu makan pasien
pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai i. Memberikan makanan tinggi TKTP
program dietetik. (tinggi kalori tinggi protein)

R : Protein mempengaruhi tekanan


osmotik pembuluh darah

j. Memberi motivasi kepada pasien agar


mau makan.

R : Alternatif lain meningkatkan


motivasi pasein untuk makan

k. Lakukan perawatan oral sebelum dan


sesudah terapi respirasi

R : Mengurangi rasa yang tidak enak


dari sputum atau obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan yang
dapat merangsang vomiting.

l. Jelaskan kepada keluarga tentang

10
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.

R : Meningkatkan pemahaman keluarga


tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi
untuk pemulihan klien sehingga dapat
meneruskan upaya terapi diet yang
telah diberikan selama hospitalisasi.

m. Tunjukkan cara pemberian makanan per


sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.

R : Meningkatkan partisipasi keluarga


dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.

n. Laksanakan pemberian roborans sesuai


program terapi.

R : Roborans, meningkatkan nafsu


makan, proses absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai keadaan
malnutrisi.

o. Timbang berat badan, ukur lingkar


lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap
pagi.

R : Menilai perkembangan masalah


klien.

p. Memberi makan lewat parenteral ( D 5%


)

R : Mengganti zat-zat makanan secara


cepat melalui parenteral

11
4 Tujuan: Menyatakan a. Kaji kemampuan belajar pasien
pemahaman proses misalnya: tingkat kecemasan, perhatian,
penyakit/prognosis dan kelelahan, tingkat partisipasi,
kebutuhan pengobatan. lingkungan belajar, tingkat
pengetahuan, media, orang dipercaya.
Melakukan perubahan
prilaku dan pola hidup R: untuk mengetahui kondisi pasien dan
untuk memperbaiki tindakan apa yang akan diberikan
kesehatan umur dan
menurunkan resiko b. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi
pengaktifan ulang Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan
tuberkulosis paru. intake cairan yang adekuat.

Mengidentifikasi gejala R: agar pemenuhan nutrisi terpenuhi


yang memerlukan sehingga penyembuhan bisa lebih cepat
evaluasi/intervensi. c. Berikan Informasi yang spesifik dalam
Menerima perawatan bentuk tulisan misalnya: jadwal minum
kesehatan adekuat. obat.

R: agar keluarga pasien tidak


memberikan obat dan waktu yang
keliru

d. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis,


frekuensi, tindakan dan perlunya terapi
dalam jangka waktu lama. Ulangi
penyuluhan tentang interaksi obat
Tuberkulosis dengan obat lain.

R: agar keluarga pasien tidak


memberikan obat dan waktu yang
keliru

e. jelaskan tentang efek samping obat:


mulut kering, konstipasi, gangguan
penglihatan, sakit kepala, peningkatan
tekanan darah

R: agar keluarga pasien mengetahui


sehingga bisa melaporkan jika hal
tersebut terjadi

12
5 Tujuan: Setelah dilakukan 1. kaji tingkat pengetahuan keluarga
tindakan keperawatan R: untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu dan pengetahuan keluarga pasien sampai
keluarga pasien bertambah mana
dalam waktu 1x24 jam 2. berikan pendidikan kesehatan berkaitan
dengan kriteria hasil ibu dan dengan penyakit pasien
keluarga pasien paham R: agar keluarga pasien mengetahui dan
tentang penyakit anaknya tidak cemas
dan cemas teratasi 3. jelaskan setiap tindakan keperawatan
yang akan dilakukan
R: untuk mengurangi kecemasan
keluraga pasien

G. Perawatan penderita TBC paru dirumah

1. Menganjurkan kepada anggota keluarga untuk mengawasi penderita makan obat sesuai
dengan anjuran
2. Memberikan waktu istirahat yang cukup kepada penderita minimal 6-8 jam perhari
3. Melakukan pemeriksaan secara rutin ke tempat pelayanan kesehatan
4. Melakukan tindakan claping bila penderita batuk berdahak
5. Menutup mulut waktu bersin atau batuk
6. Jangan meludah disembarang tempat, meludah di tempat yang terkena sinar matahari
atau ditempat yang diisi dengan air sabun atau carbol atau desifektan.
7. Menjemur tempat tidur penderita secara teratur
8. Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah.

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Kuman Mycobakterium tuberculosis tidak
Cuma menyerang paru-paru tetapi juga organ tubuh lainnya seperti tulang sendi, usus,
kelenjar limfa, selaput otak. TBC menular dan sangat berbahaya namun dapat
disembuhkan. TBC ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri
Mycobakterium tuberculosis.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah tentang penanganan tuberculosis pada anak
dirumah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca atau penulis
terutama untuk orang tua yang memiliki anak denga tuberculosis agar lebih mengerti
bagaimana cara penangani tuberculosis pada anaknya jika terjadi kekambuhan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan) Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Smeltzer

and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Eddy Widodo : Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosis dan Tata Laksana Pendidikan Kedokteran

Berkelanjutan IDAI Jaya.2003

Ikatan Dokter Anak Indonesia.Standar Pelayanan Medis Anak. Badan Penerbit IDAI.2004.

Notohamidjojo S.Setiawan S.Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit TB Paru.Simposium

penanganan TBC masa kini.Pekalongan.1987.

Pudiastuti Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta.PT. Indeks.

Rahajoe N. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam Praktek Sehari-hari.

Jakarta.Fak.Kedokteran Universitas Indonesia.1987.

15

Anda mungkin juga menyukai