Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PERUBAHAN KADAR AIR TERHADAP

KUAT GESER TANAH LEMPUNG

SEMINAR TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi kurikulum dalam


mencapai gelar Strata Satu (S-1)

Disusun Oleh :

Nama : Yusi Sulastri


NRP : 1531403
Jurusan : Teknik Sipil
Program : Strata Satu (S1)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA)


BANDUNG
2016
PENGARUH PERUBAHAN KADAR AIR TERHADAP
KUAT GESER TANAH LEMPUNG

SEMINAR TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi kurikulum dalam


mencapai gelar Strata Satu (S-1)

Disusun Oleh :

Nama : Yusi Sulastri


NRP : 1531403
Jurusan : Teknik Sipil
Program : Strata Satu (S1)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA)


BANDUNG
2016

i
PENGARUH PERUBAHAN KADAR AIR TERHADAP
KUAT GESER TANAH LEMPUNG

YUSI SULASTRI
NPM. 1531403

Menyetujui,

Pembimbing

Drs. Djuwadi, MT.


NIP. 131 411 884

ii
PENGARUH PERUBAHAN KADAR AIR TERHADAP
KUAT GESER TANAH LEMPUNG

YUSI SULASTRI
NPM. 1531403

Telah dilaksanakan Seminar Tugas Akhir


Pada tanggal : 20 September 2016

Pembimbing

Drs. Djuwadi, MT.


NIP. 131 411 884

Penguji,

iii
ABSTRAK

Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
timbul dalam tanah. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai bahan konstruksi,
misalnya saja pada longsoran tanah. Longsoran adalah luncuran atau gelinciran
atau jatuhan dari massa batuan atau tanah atau campuran keduanya dari elevasi
yang lebih tinggi menuju elevasi yang lebih rendah. Kelongsoran sendiri terjadi
karena pergerakan tanah untuk mencari keseimbangan atau kestabilan daya
dukung Tanah, karena tanah mengalami penambahan tegangan geser yang lebih
besar dari kuat geser tersebut.
Perubahan kuat geser tanah umumnya sangat tergantung pada kadar
airnya. Semakin tinggi kadar air dapat menyebabkan semakin rendahnya kuat
geser tanah. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis menguji perubahan
kadar air terhadap kuat geser. Pengujian dilakukan di Laboratorium dengan
jenis tanah lempung kelanauan yang terdiri dari 2 sifat pengujian yaitu pengujian
sifat – sifat fisik tanah (Berat Jenis, Atteberg Limit, Analisa Ukuran Butir) dan
sifat mekanis (Kuat Tekan Bebas).
Pengujian kuat tekan bebas dilakukan dengan variasi kadar air yaitu : 
 = 30%,  = 40%, dan  = 50% serta terdiri dari lima macam berat isi yaitu :
γ = 1.3 t/m3, γ = 1.4 t/m3, γ = 1.5 t/m3, γ = 1.6 t/m3 dan γ = 1.7 t/m3.
Dari hasil pengujian dilaboratorium dapat di aplikasikan pada lereng
terasering, sehingga akan didapat pada kadar air berapa persen, lereng tersebut
mulai menyebabkan kelongsoran. Oleh karena itu hasil – hasil di atas dapat
disimpulkan sebagai pendeteksian awal terjadinya kelongsoran sehingga
pengembangannya pada pembuatan suatu alat berupa alarm kelongsoran.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas
Akhir dengan judul “Pengaruh Perubahan Kadar Air Terhadap Kuat Geser
Tanah Lempung ”, tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada
semester VIII, yang diwajibkan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Sekolah
Tinggi Teknologi Mandala (STT Mandala). Serta sebagai dasar evaluasi yang
berdasarkan hasil-hasil kegiatan perkuliahan yang telah dijalani dan sebagai
tambahan pengetahuan bagi penyusun sendiri.
Penulisan laporan ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bimbingan,
arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
kali ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang terkait dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :
1. Suami dan anakku tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang,
motivasi, doa, arahan dan bimbingan, serta dukungan moril, materil,
maupun spiritual.
2. Orang tua dan Saudara-saudara penulis sekeluarga tercinta terima kasih
atas doa dan dukungannya.
3. Bapak. Prof. Dr. H. Dwiyono, MT. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Teknologi Mandala (STT MANDALA)
4. Ibu Hetty Fadriani, ST., MT. selaku Ketua Prodi Jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Mandala (STT MANDALA).
5. Bapak Djuwadi, Drs.,MT. selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis pada saat penulisan Laporan Tugas
Akhir.

v
6. Bapak/ibu selaku penguji yang telah memberikan arahan dan masukannya
kepada penulis.
7. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, atas segala kebaikan dan bantuannya selama ini.
Semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan dengan pahala yang
berlipat.

Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Atas segala perhatiannya, penulis mengucapkan terima
kasih.

Bandung, September 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
ABSTRAK v
vii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI x
xi
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 1
1.3. Ruang Lingkup 2
1.4. Metodologi 2
1.5. Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Deskripsi Tanah Lempung 5
2.1.1. Karakteristik Fisik Tanah Lempung 6
2.2 Landasan Teori 11
2.2.1. Klasifikasi Tanah 11
2.2.2. Sifat – sifat Fisis Tanah 13
2.2.3. Sifat Mekanis Tanah 16
2.3 Kuat Geser Tanah 18
2.4 Lereng Terasering 19

BAB III METODE PENLITIAN 22


3.1 Metodologi 22
3.2 Prosedur Pengujian Tanah 22
3.2.1. Pengambilan Sampel Tanah 22
3.2.2. Pengujian Sifat – sifat Fisis Tanah 23
3.2.3. Pengujian Sifat Mekanis Tanah 29

BAB IV DATA DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 31


4.1 Hasil Pengujian Laboratorium 31

vii
4.1.1. Data Pengujian Sifat – Sifat Fisis Tanah 31
4.1.2. Data Pengujian Sifat Mekanis Tanah (Kuat Tekan Bebas) 31

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : Lampiran Hasil-Hasil Pengujian
Lampiran Aplikasi Lereng Terasering

DAFTAR ISTILAH

UCS adalah Unconfined Compression Test.

Lanau adalah butiran tanah yang memiliki ukuran antara 0.002 mm – 0.05 mm.

Lempung adalah butiran tanah yang memiliki ukuran < 0.002 mm.

Kadar Air Tanah merupakan air dibawah permukaan tanah dimana rongga – rongga di
dalam tanah berada, pada hakikatnya terdiri dari air.

Kuat Geser merupakan kemampuan tanah melawan tegangan geser yang timbul dalam
tanah.

viii
Lereng Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat
untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan
jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Penelitian Kuat Tekan Bebas ........................................... 3


Tabel 1.2 Perbandingan Kadar Air dengan Nilai Cu ........................................... 3
Tabel 2.1 Klasifikasi kompresibilitas tanah ........................................... 6
Tabel 2.2 Sifat-sifat umum lempung lunak ........................................... 7
Tabel 2.3 Batas-batas Atterberg untuk mineral lempung ........................................... 8
Tabel 2.4 Nilai Specific Gravity untuk tiap mineral tanah ........................................... 9
Tabel 2.5 Nilai angka pori, kadar air, dan berat volume ........................................... 10
kering pada tanah lempung
Tabel 2.6 Klasifikasi tanah system AASHTO ........................................... 12
Tabel 2.7 Berat jenis dari beberapa jenis tanah ........................................... 14
Tabel 2.8 Hubungan indeks plastisitas dengan derajat ........................................... 15
plastisitas
Tabel 2.9 Hubungan qu dengan konsistensi ........................................... 16
Tabel 3.1 Metodologi Penelitian ........................................... 22
Tabel 4.1 Data Penelitian Tanah ........................................... 31

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik plastisitas, sistem USCS ............................................... 9


Gambar 2.2 Nilai-nilai batas-batas Atterberg untuk ............................................... 12
subkelompok A-4, A-5, A-6,dan A-7
Gambar 2.3 Skema Alat Hyrometer ............................................... 16
Gambar 2.4 Grafik Hubungan τ, σ, c, dan Ф ............................................... 18

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
Pengujian Sifat – Sifat Fisis Tanah
LAMPIRAN 2
Pengujian Sifat Mekanis Tanah
LAMPIRAN 3
Aplikasi Lereng Terasering

xi
SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah yang menyebabkan
berpindah atau bergesernya massa tanah dari daerah energi potensial tinggi ke
daerah dengan potensial rendah. longsoran merupakan hal umum terjadi sejak bumi
ada.
Selain itu, longsoran juga merupakan perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya
akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih
besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya
sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Kuat geser tanah umumnya sangat tergantung pada kadar airnya. Semakin
tinggi kadar air dapat menyebabkan semakin rendahnya kuat geser tanah. Oleh
karena itu, pada penelitian ini penulis menguji perubahan kadar air terhadap kuat
geser. Pengujian dilakukan di Laboratorium dengan jenis tanah Lempung
Kelanauan dengan cara Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test).
Penelitian ini menggunakan tanah lempung Plered – Purwakarta, Tanah uji
diberikan kondisi kadar air sebelum dilakukan uji laboratorium.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat
kelulusan pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi
Mandala (STT MANDALA).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 1
SEMINAR TUGAS AKHIR

Adapun tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah:


Mengetahui sejauh mana pengaruh variasi kadar air terhadap kuat geser tanah.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang Lingkup pada Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Deseskripsi dan Klasifikasi pada Tanah Lempung
2. Kuat Geser Tanah
3. Lereng Terasering

1.4. Metodologi
Dalam pelaksanaannya penyusun akan melakukan pengambilan material/tanah
di Plered Purwakarta. Metodologi yang dilakukan dalam pengujian dengan cara:
1. Observasi lapangan, pengambilan sampel dan pengujian di laboratorium.
2. Studi/literatur:
o Laporan Penelitian Tentang Kelongsoran Tanah
o Standar Nasional Indonesia (SNI) Departemen Pekerjaan Umum
o Modul Laboratorium Uji Tanah.
3. Diskusi dengan dosen pembimbing.
Pengujian terdiri terdiri dari 2 (dua) sifat, yaitu sifat fisik dan sifat mekanis.
a. Pengujian sifat-sifat fisik :
 Berat Jenis Tanah
 Batas-batas Atterberg
 Analisa Ukuran Butir Tanah – Hidrometer
 Klasifikasi Tanah dengan sistem AASHTO
b. Pengujian sifat mekanis :
 Kuat Tekan Bebas
Langkah-langkah Pelaksanaan Teknis Pengujian :
1. Mulai
2. Persiapan
3. Mengambil contoh/sampel tanah
4. Pengujian sifat-sifat fisik tanah didapatkan jenis tanah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 2
SEMINAR TUGAS AKHIR

5. Pengujian sifat mekanis tanah


Langkah pertama yang kita lakukan dalam melakukan pengujian Kuat Tekan
Bebas (UCS) yang bertujuan untuk mendapatkan Kuat Geser dan Kadar air, adapun
variasi kadar air dan berat isi adalah sebagai berikut:
 3 (tiga) macam kadar air yaitu :  = 30%,  = 40%, dan  = 50%
 5 (lima) macam berat isi yaitu : γ = 1.3 t/m3, γ = 1.4 t/m3, γ = 1.5 t/m3, γ = 1.6 t/m3
dan γ = 1.7 t/m3.

Tabel 1.1 Data Penelitian Kuat Tekan Bebas

Kadar Berat Isi (gr/cm3)


Air (%)
1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
 5  5   5   5   5
30 sampel sampel  sampel sampel sampel
  5  5  5   5  5
40 sampel sampel sampel  sampel sampel 
  5  5   5   5  5
50 sampel sampel  sampel sampel sampel

Tabel 1.2 Perbandingan Kadar Air dengan Nilai Cu

Kadar Nilai Cu rata-rata (kg/cm2)


Air
 (%) γ = 1.4 γ = 1.5 γ = 1.6 γ = 1.7
γ = 1.3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m3
30

40

50

6. Diperoleh nilai qu dan cu rata – rata, dengan anggapan φ = 0


7. Diaplikasikan pada Lereng Terasering
8. Didapat nilai FK
9. Selesai.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 3
SEMINAR TUGAS AKHIR

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, maksud dan
tujuan, ruang lingkup, metodologi, dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas deskripsi tanah lempung, landasan teori, kuat geser
tanah dan lereng terasering.
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas tentang mekanisme pelaksanaan dilabolatorium mulai dari
klasifikasi tanah sampai dengan kuat tekan bebas.
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
Pada bagian ini membahas tentang analisis mengenai penelitian yang
telah dilakukan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 4
SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanah Lempung


Tanah lempung merupakan tanah yang bersifat multi component yang terdiri
dari tiga fase yaitu padat, cair dan udara. Bagian yang padat merupakan
polyamorphous terdiri dari mineral inorganis dan organis. Mineral-mineral
lempung merupakan substansi-substansi kristal yang sangat tipis yang pembentukan
utamanya berasal dari perubahan kimia pada pembentukan mineral-mineral batuan
lempung sangat tipis kelompok-kelompok partikel kristalnya berukuran koloid (<
0,002 mm) dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Mitchell (1976) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan ukuran butir
lempung adalah partikel tanah yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm,
sedangkan mineral lempung adalah kelompok-kelompok partikel kristal berukuran
koloid (< 0,002 mm) yang terjadi akibat proses pelapukan dan batuan ditambah
dengan sifatnya yang dijelaskan lebih lanjut. Sedangkan menurut Craig (1987),
tanah lempung adalah mineral tanah sebagai kelompok-kelompok pertikel kristal
koloid berukuran kurang dari 0,002 mm, yang terjadi akibat proses pelapukan kimia
pada batuan yang salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam
ataupun alkali, dan karbondioksida. Lapisan lunak umumnya terdiri dari tanah yang
sebagian besar terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil seperti lempung atau
lanau. Pada lapisan lunak, semakin muda umur akumulasinya, semakin tinggi letak
muka airnya. Lapisan muda ini juga kurang mengalami pembebanan sehingga sifat
mekanisnya buruk dan tidak mampu memikul beban. Sifat lapisan tanah lunak
adalah gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar, dan koefisien
permeabilitas yang kecil. Jadi, bilamana pembebanan konstruksi melampaui daya
dukung kritisnya maka dalam jangka waktu yang lama besarnya penurunan akan
meningkat yang akhirnya akan mengakibatkan berbagai kesulitan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 5
SEMINAR TUGAS AKHIR

2.1.1. Karakteristik Fisik Tanah Lempung


Tanah lempung lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari tanah
yang sebagian terbesar terdiri dari butir-butir yang sangat kecil seperti
lempung atau lanau Sifat lapisan tanah lempung lunak adalah gaya gesernya
yang kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan
mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung lainnya.
Tanah-tanah lempung lunak secara umum mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Kuat geser rendah

2. Berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah

3. Berkurang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu

4. Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat

5. Menyusut bila kering dan mengembang bila basah

6. Kompresibilitasnya besar (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Klasifikasi kompresibilitas tanah (Coduto, 1994)

Compresibility, C Classification

0 – 0,05 Very slightly compressible


0,05 – 0,1 Slightly compressible
0,1 – 0,2 Moderately compressible
0,2 – 0,35 Highly compressible
> 0,35 Very highly compressible

Sumber : Coduto, 1994

7. Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak pada

beban yang konstan

8. Merupakan material kedap air

Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif diklasifikasikan


JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 6
SEMINAR TUGAS AKHIR

sebagai tanah lempung lunak apabila mempunyai daya dukung ultimit


lebih kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai standard penetrasi tes lebih kecil dari
4 (N-value < 4).

Berdasarkan uji lapangan, lempung lunak secara fisik dapat diremas dengan
mudah oleh jari-jari tangan. Toha (1989) menguraikan sifat umum lempung lunak
seperti dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Sifat-sifat umum lempung lunak (Toha, 1989)

No Parameter Nilai

1 Kadar air 80 – 100%


2 Batas cair 80 – 110%
3 Batas plastik 30 – 45%
4 Lolos saringan no. 200 > 90%
5 Kuat geser 20 – 40 kN/m2
Sumber : Toha, 1989

Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya


memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Hidrasi.
Partikel-partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut
sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini pada umumnya mempunyai tebal dua molekul
karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktivitas
Tepi – tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif netto. Ini mengakibatkan
terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan ini dengan tarikan kation. Tarikan
ini akan sebanding dengan kekurangan muatan netto dan dapat juga dihubungkan
dengan aktivitas lempung tersebut. Aktivitas ini didefinisikan sebagai :
dimana persentasi lempung diambil dari fraksi tanah yang < 2 µm. Aktivitas juga
berhubungan dengan kadar air potensial relatif. Nilai-nilai khas dari aktivitas dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 7
SEMINAR TUGAS AKHIR

3. Flokulasi dan Dispersi


Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel lempung di dalam larutan air akibat
mineral lempung umumnya mempunyai pH > 7 dan bersifat alkali tertarik oleh ion- ion
H+ dari air, gaya Van Der Waal. Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat
ditambahkan zat asam. Tiang pancang yang dipancang ke dalam lempung lunak yang
jenuh akan membentuk kembali struktur tanah di dalam suatu zona di sekitar tiang
tersebut. Kapasitas beban awal biasanya sangat rendah, tetapi sesudah 30 hari atau
lebih, beban desain dapat terbentuk akibat adanya adhesi antara lempung dan tiang.

4. Pengaruh air
Air pada mineral – mineral lempung mempengaruhi flokulasi dan disperse yang terjadi
pada partikel lempung. Untuk meninjau karakteristik tanah lempung maka perlu
diketahui sifat fisik atau Index Properties dari tanah lempung tersebut, yaitu:
a. Batas – batas Atterberg (Atterberg Limits)
Atterberg telah meneliti sifat konsistensi mineral lempung pada kadar air yang
bervariasi yang dinyatakan dalam batas cair, batas plastis, dan batas susut. Ada tiga
jenis mineral lempung yang diteliti, yaitu: montmorillonite, illite, dan kaolinite.
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Batas-batas Atterberg untuk mineral lempung (Mitchell, 1976)


Mineral Batas Cair Batas Plastis Batas Susut
Montmorillonite 100 – 90 50 – 100 8,5 – 15
Illite 60 – 120 35 – 60 15 – 17
Kaolinite 30 – 110 25 – 40 25 – 29

Sumber : Mitchell, 1976

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 8
SEMINAR TUGAS AKHIR

Lempung lunak dapat dikategorikan ke dalam kelompok MH atau OH


berdasarkan sistem klasifikasi tanah unified. Dalam sistem Unified, yang
dikembangkan di Amerika Serikat oleh Casagrande (1948), simbol kelompok
terdiri dari huruf-huruf deskriptif primer dan sekunder. Klasifikasi didasarkan
atas prosedur-prosedur di laboratorium dan di lapangan. Tanah yang
mempertunjukkan karakteristik dari dua kelompok harus diberi klasifikasi
pembatas yang di tandai oleh simbol yang dipisahkan oleh tanda hubung.

Sumber : Das, 1994

Gambar 2.1 Grafik plastisitas, sistem USCS (Das, 1994)

b. Berat Jenis (SG)


Nilai Specific Gravity yang didasarkan pada tiap-tiap mineral pada tanah
lempung lunak dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.4 Nilai Specific Gravity untuk tiap mineral tanah lempung (Mitchell, 1976)

Mineral Lempung Lunak Specific Gravity (SG)

Kaolinite 2,6 – 2,63


Illite 2,8
Montmorillonite 2,4

Sumber : Mitchell, 1976


c. Permeabilitas Tanah (k)
Struktur tanah, konsistensi ion, dan ketebalan lapisan air yang menempel pada
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 9
SEMINAR TUGAS AKHIR

butiran lempung berperan penting dalam menentukan koefisien permeabilitas


tanah lempung. Umumnya nilai k untuk lempung kurang dari 10-6 cm/detik2.

d. Komposisi Tanah
Angka pori, kadar air, dan berat volume kering pada beberapa tipe tanah
lempung dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.5 Nilai angka pori, kadar air, dan berat volume kering pada tanah lempung
(Mitchell, 1976)
Kadar air dalam Berat volume
Tipe Tanah Angka Pori, e keadaan jenuh kering (kN/m3)
Lempung kaku 0,6 21 17
Lempung lunak 0,9 – 1,4 30 – 50 11,5 – 14,5
Lempung organik lembek 2,5 – 3,2 30 – 120 6-8

Sumber : Mitchell, 1976

Kesimpulannya adalah tanah kohesif seperti lempung memiliki perbedaan yang cukup
mencolok terhadap tanah non kohesif seperti pasir. Perbedaan tersebut adalah:
 Tahanan friksi tanah kohesif < tanah non kohesif
 Kohesi Lempung > tanah granular
 Permeability lempung < tanah berpasir
 Pengaliran air pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah berpasir
 Perubahan volume pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah granular.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah digunakan untuk menelompokan tanah-tanah
sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tanah-
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 10
SEMINAR TUGAS AKHIR

tanah yang dikelompokan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi-kondisi


fisis tertentu bisa saja mempunyai urutan yang tidak sama jika berdasarkan
pada kondisi-kondisi fisis yang lainnya (Duun, 1992)
Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks pengujian yang
sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Karakteristik
tersebut digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasinya. Umumnya
klasifikasi didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis
saringan (percobaan sendimentasi) dan plastisitasnya (Hardiyatmo,1992).
Berikut ini sistem klasifikasi yang umum digunakan dalam bidang
teknik sipil terutama :
Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah kedalam 8 kelompok,
A-1 sampai A-8 termaksud sub-subkelompok. Tanah-tanah dalam tiap
kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung
dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya analisis
saringan dan batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi AASHTO, dapat
dilihat dalam Tabel 2.2.
Indeks kelompok (group index) digunakan untuk mengevaluasi lebih
lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan
persamaan :
GI = (F – 3 5)(0,2 + 0,005(LL – 40) + 0,01(F – 15)(PI -10)
Dengan:
GI = indeks kelompok (group index)
F = persen material lolos saringan no. 200
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, makin berkurang
ketepatan penggunaan tanahnya. Tanah granuler diklasifikasikan ke dalam
klasifikasi A-1 sampai A-3. tanah A-1 granuler yang bergradasi baik,
sedang A-3 adalah pasir bersih yang bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk
tanah granuler (kurang dari 35% lewat saringan no. 200), tetapi masih terdiri
atas lanau dan lempung. Tanah berbutir halus diklasifikasikan dari A-4

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 11
SEMINAR TUGAS AKHIR

sampai A-7, yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan keduanya berdasarkan


pada batas-batas Atterberg.

Gambar 2.2 Nilai-nilai batas-batas Atterberg untuk subkelompok A-4, A-5,


A-6,dan A-7
Gambar 2.1 dapat digunakan memperoleh batas-batas antara batas cair
(LL) dan indeks plastis (PI) untuk kelompok A-4 sampai A-7 dan untuk sub
kelompok dalam A-2. Dalam tanah organik tinggi seperti gambut (peat)
diletakan dalam kelompok A-8.

Tabel 2.6 Klasifikasi tanah system AASHTO


Tanah Berbutir
Klasifikasi Umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200)
A-1 A-2
Klasifikasi kelompok A-3
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis Ayakan
(% lolos)
No. 10 Maks 50
No. 40 Maks 30 Maks 50 Maks 51
No. 200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 40 Maks 41
Indeks Plstisitas (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Maks 11 Maks 11
Tipe material yang Batu pecah, kerikil dan Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung
paling dominan pasir halus
Penilaian sebagai bahan
Baik sekali sampai baik
tanah dasar

Tanah Berbutir
Klasifikasi Umum
(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200)
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7, A-7-5*, A-7-6+
Analisis Ayakan
(% lolos)
No. 10
No. 40
No. 200
Min 36 Min 36 Min 36 Min 36

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 12
SEMINAR TUGAS AKHIR

Sifat fraksi yang lolos


ayakan No. 40
Batas cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 41 Min 41
Indeks Plstisitas (PI) Maks 10 Maks 10 Min 10 Min 11
Tipe material yang
Tanah berlanau Tanah berlempung
paling dominan
Penilaian sebagai bahan Sedang sampai buruk
tanah dasar
*Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30
*Untuk A-7- 6, PI > LL – 30
Sumber : Mekanika tanah Jilid I, Braja M Das.

2.2.2. Sifat – sifat Fisis Tanah


a. Berat Jenis
Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan sebagai
perbandingan berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air

(γw) pada temperature 40oC.


Berat Jenis tanah dihitung dengan menggunakan rumus :
s
Gs 
w

Dimana : Gs = Berat Jenis.


γs = Perbandingan Berat Volume Butiran
Padat.
γw = Berat Volume Air.

Berat Jenis (Gs) tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah
berkisar antara 2,65 sampai 2,75 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak
berkohesi. Sedangkan tanah kohesi tak organik berkisar di antara 2,68 sampai 2,72.
nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah diberikan dalam Tabel 2.4.
(Hardiyatmo, 1992)

Tabel 2.7 Berat jenis dari beberapa jenis tanah


Macan tanah Berat jenis (Gs)
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau tak organic 2,62 - 2,68

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 13
SEMINAR TUGAS AKHIR

Lempung organic 2,58 - 2,65


Lempung tak organic 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80

(Sumber : Hardiyatmo,1992)

b. Batas-batas Konsistensi
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah
tersebut dapat diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesi
ini disebabkan karena adanya air yang teresap di sekeliling permukaan dari partikel
lempung. (Braja M,1991)
Cara untuk menggambarkan batas-batas kosistensi sari tanah berbutir halus
dengan mempertimbangklan kandungan kadar airnya. Batas-batas tersebut yaitu :
 Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
 Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,
dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 0,125 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah.
 Batas Susut (Shrinkage Limit)
Batas susust (SL), didefinisikan sebagaai kadar air pada kedudukan antara daerah
semipadat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanahnya.

 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)


Yaitu perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah.

PI = LL – PL

Dimana :
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 14
SEMINAR TUGAS AKHIR

PI = Indeks Plastis/Plasticity Index


LL = Batas Cair
PL = Batas Plastis

Tabel 2.8 Hubungan indeks plastisitas dengan derajat plastisitas

Plasticity Indeks Degree of Plasticity


0%-5% Not Plastic
5 % - 15 % Moderately Plastic
15 % - 40 % Plastic
> 40 % High Plastic

Sumber : Mekanika tanah, Braja M Das.

c. Analisa Ukuran Butir

Menentukan distribusi ukuran butir (gradasi) tanah sesuai dengan jenis ukuran butir
tanah. Cara menganalisa ukuran butir tanah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Analisa ayakan
Analisa ayakan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah melalui satu set
ayakan dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil makin berurutan .
2. Analisa Hydrometer
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sendimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Bila suatu contoh dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengndap dengan kesepakatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran
dan berat tanah sendiri.

3. Analisa Gabungan.
Merupakan analisa dari gabungan antara analisa ayak dengan analisa hidrometer.
Skema alat hydrometer tersebut adalah sebagai berikut :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 15
SEMINAR TUGAS AKHIR

Hidrometer

Alat hidrometer jenis ASTM 152 H

Gambar 2.3 Skema Alat Hyrometer

2.2.3. Sifat Mekanis Tanah


Uji kuat tekan bebas merupakan cara yang dilakukan di laboratorium
untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini mengukur seberapa
kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah tersebut
terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat
tekanan tersebut.
Tabel 2.9 Hubungan qu dengan konsistensi

qu Konsistensi
(kg/cm2)
<6 Sangat Lunak
6-12 Lunak
12-24 Menengah
24-45 Kaku

45-75 Sangat Kaku


>75 Keras
Sumber : Mekanika tanah, Braja M Das
Dalam pengujian kuat tekan babas ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan.
1. Penekanan
Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5 – 2 % permenit
2. Kriteria keruntuhan suatu tanah :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 16
SEMINAR TUGAS AKHIR

- Bacaan proving ring turun.


- Bacaan proving ring tiga kali berturut-turut hasilnya sama.
- Ambil pada  = 15 % dari contoh tanah, Sr = 1 % permenit, berarti waktu
maksimum runtuh = 15 menit.

Untuk menghitung regangan axial dihitung dengan rumus :


L
 
Lo

Dimana :  = Regangan axial (%)


L = Perubahan panjang (cm)
Lo = Panjang mula-mula (cm)

Besarnya luas penampang rata-rata pada setiap saat :


Ao
A
1 

Dimana : A = Luas rata-rata pada setiap saat (cm2)


Ao = Luas mula-mula (cm2)

Besarnya tegangan normal :


P
  P k  N
A

Dimana :  = Tegangan (kg/cm2)


P = Beban (kg)
k = Faktor kalibrasi proving ring
N = Pembacaan proving ring (div)

2.3. Kuat Geser Tanah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 17
SEMINAR TUGAS AKHIR

Kuat Geser Tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
timbul dalam tanah. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai bahan konstruksi,
contohnya : Analisis Stabilitas Lereng, Menentukan Daya Dukung Tanah, dan
Menghitung Tekanan Tanah Aktif dan Pasif.. Jika terjadi pergeseran didalam tanah
misalnya longsoran lereng maka terjadi pergeseran antara tanah dengan tanah.
Yang melawan adalah kuat geser tanah, yang terdiri atas :
1. Gesekan Intern : Gesekan antara tanah dengan tanah, sudut geseknya adalah
sudut gesek intern = Ф. Terjadi pada tanah butir kasa.
2. Kohesi c Lekatan antara tanah dengan tanah terjadi pada tanah butir halus.
Untuk tanah campuran antara tanah butir kasar dan butir halus, kuat geser
tanah berupa kombinasi kohesi dan gesekan dan berlaku hokum coulomb.

Sumber : Buku Mekanika Tanah Braja M. Das

Gambar 2.4 Grafik Hubungan τ, σ, c, dan Ф

Tanah butir kasar sering disebut tanah non kohesif. Tanah butir halus sering
disebut tanah kohesif (khusunya lempung) Ф dan c disebut parameter kuat geser
tanah. Menentukan Ф dan c dilaboratorium ada beberapa cara antara lain
1. Cara geser langsung (Direct Shear Test)
2. Cara Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)
3. Cara Triaksial (Triaxial Test)

2.4. Lereng Terasering


JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 18
SEMINAR TUGAS AKHIR

Pengertian terasering - Terasering atau sengkedan adalah bangunan


konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang
lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan
pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air,
sehingga kehilangan tanah berkurang (Sukartaatmadja 2004).
Terdapat berbagai cara mekanik dalam menahan erosi air dan angin. Cara
utama adalah dengan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun campuran
dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah; dan membentuk
penahan aliran air, misalnya dengan membentuk teras-teras di perbukitan
(terasering) dan pertanian berkontur.
Penanaman pada terasering dilakukan dengan membuat teras-teras yang
dilakukan untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran
permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Jenis terasering antara lain teras
datar, teras kredit, Teras Guludan, dan teras bangku.
Jadi secara garis besar terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga
tangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi
untuk:
1. Menambah stabilitas lereng
2. Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)
3. Memperpanjang daerah resapan air
4. Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
5. Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)
6. Dapat digunakan untuk landscaping
Adapun Jenis Jenis Terasering dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Teras Datar (level terrace)
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan
tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat
dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya
ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang
yang terjadi ditanami dengan rumput.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 19
SEMINAR TUGAS AKHIR

b. Teras Kridit (ridge terrace)


Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 – 10 %,
bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di
mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami
dengan tanaman seperti caliandra.
c. Teras Guludan (cotour terrace)
Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 – 50 % dan
bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah
d. Teras Bangku (bench terrace)
Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 – 30 % dan bertujuan
untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija
e. Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 %
yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang
curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga
memungkinkan pembuatan teras individu.
f. Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50
% yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan.
Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal
tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi
penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan
dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di
antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.
g. Teras Saluran
Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik
konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat
untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari
bidang olah.
h. Teras Batu
Adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di
sepanjang garis kontur pada lahan miring.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 20
SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 21
SEMINAR TUGAS AKHIR

Metodologi yang digunakan dalam pengujian ini adalah adalah seperti yang
tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Metodologi Penelitian
Jenis
No. Penjelasan
Pengujian
1. Bertujuan sebagai data awal atau data pendukung untuk
Pengujian
menentukan dan mengklasifikasikan jenis tanah yang kita
Sifat – Sifat
uji. Adapun pengujiannya : Berat Jenis, Batas-batas
Fisis Tanah
Atterberg, dan Analisa Ukuran Butir.
2. Pengujian Bertujuan untuk menentukan besarnya nilai-nilai kuat geser
Sifat dan kadar air. Adapun pengujiannya : Kuat Tekan Bebas
Mekanis
Tanah

3.2 Prosedur Pengujian Tanah


3.2.1 Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan contoh tanah yang baik sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pengujian tanah. Diusahakan sampel tanah yang diambil dalam
keadaan benar-benar asli (langsung diambil dari penggalian). Pada penelitian ini,
sampel tanah yang kami ambil terletak di Plered - Purwakarta. Adapun pada
pengambilan sampel tanah yang kami lakukan dengan cara mengambil tanah yang
telah dikeruk pada kedalaman 0,5 – 1 m dari permukaan tanah. Tanah tersebut diambil
dan dibawa ke laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung untuk diteliti.

3.2.2 Pengujian Sifat Fisik Tanah


1. Pengujian Berat Jenis Tanah
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan harga berat
jenis/berat spesifikdari contoh tanah yang diuji di laboratorium. Adapun peralatan
yang dibutuhkan dan langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 22
SEMINAR TUGAS AKHIR

a. Peralatan
 Piknometer 100 cc
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Oven
 Disikator vakum
 Alat penumbuk tanah
 Saringan No.40
 Bak pengatur temperature
 Thermometer
 Aquadest
b. Langkah Kerja
 Tanah kering oven 100 gram, kemudian (ditumbuk) dan disaring dengan
ayakan No.40
 Piknometer ditimbang (W1)
 Contoh tanah dimasukkan kedalam piknometer kemudian ditimbang (W 2
= berat piknometer + contoh tanah)
 Masukkan aquadest(1/3 tinggi piknometer) kemudian masukkan kedalam
dissikator vakum dan perhatikan sampai semua udara yang ada dalam
piknometer keluar (digoyang-goyangkan)
 Tambahkan aquadest sampai penuh, dengan catatan contoh tanah tidak
terganggu (terbongkar). Tutup piknometer kemudian masukkan kedalam
bak pengatur dan ukur temperaturnya (T1).
 Bagian luar dari piknometer dikeringkan, kemudian ditimbang (W3)
 Piknometer dikosongkan dan dicuci sampai bersih, kemudian diisi
aquadest sampai penuh.
 Masukkan kedalam bak pengatur temperatur. Temperatur harus sama
dengan temperatur pada langkah ke-5 (T2), kemudian ditimbang (W4).
2) Pengujian Batas-Batas Atterberg
Tanah asli dijemur di bawah panas matahari selama ± 1 minggu atau
setelah tanah itu terlihat benar-benar kering dan siap untuk ditumbuk lalu disaring
untuk persiapan pengujian batas-batas atterberg. Tujuan dari pengujian ini adalah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 23
SEMINAR TUGAS AKHIR

menentukan harga batas cair (liquid limits) dari suatu contoh tanah, menentukan
harga batas plastis (plastis limits) dari suatu contoh tanah, menentukan harga
susut (shringkage limits) dari suatu contoh tanah. Adapun peralatan yang
dibutuhkan dan langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
a. Peralatan
 Alat batas cair Casagrande yang terdiri dari :
 Cawan batas cair
 Alat pencoak (Groving Tool)
 Pelat kaca
 Spatula
 Krus kadar air
 Timbangan (ketelitian 0,01 gr)
 Dissikator
 Oven
b. Langkah Kerja
A. Batas Cair
 Siapkan 4 buah krus kadar air.
 Contoh tanah yang lolos saringan No.40 sebanyak  500 gr diaduk
diatas pelat kaca, sambil ditambah aquadest, hingga benar-benar
homogen.
 Atur tinggi jatuh dari cawan batas cair 1 cm.
 Masukkan contoh tanah ke dalam cawan, aduk lagi dengan spatula,
kemudian ratakan permukaannya sehingga diperoleh ketebalan bagian
tengahnya  1 cm.
 Tekan alat pencoak tegak lurus terhadap permukaan cawan, dati
belakang ke muka, sehingga contoh tanah terbelah menjadi dua bagian.
 Lakukan pengetukan dengan memutar engkol dari alat casagrande,
hingga bagian tengah dari coakan menyatu sepanjang 0.5 inci (1,25
cm), hal ini dapat dikontrol dengan tangkai alat pencoak, dan catat
jumlah ketukannya. Pada percobaan pertama ini, diusahakan untuk
mendapatkan jumlah ketukan antara 40 – 50. Bila lebih dari 50 ketukan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 24
SEMINAR TUGAS AKHIR

(yang diinginkan), coakannya belum menyatu sepanjang 1,25 cm,


maks. contoh tanah diaduk lagi sambil ditambahkan aquadest.
Sebaliknya bila kurang dari jumlah ketukan yang diinginkan coakannya
sudah menyatu 1,25 cm atau lebih, maks. contoh tanah didiamkan
sebentar sehingga kadar airnya berkurang, kemudian diaduk kembali
dan percobaan diulangi.
 Ambil contoh pada bagian coakan yang menyatu tsb, dan ukur kadar
airnya.
 Keluarkan contoh tanah dari cawan dan aduk kembali bersama-sama
sisa contoh di atas pelat kaca sambil ditambahkan kadar airnya.
 Lakukan lagi percobaan seperti di atas (langkah 4 s/d 7) sampai 4 kali,
sehingga diperoleh jumlah ketukan pada masing- masing percobaan
sbb:
Percobaan I : antara 30 – 40 ketukan
Percobaan II : antara 20 – 30 ketukan
Percobaan III : antara 10 – 20 ketukan
Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tersebut diketahui,
maka data tersebut diplot pada grafik semi logaritma dengan jumlah
ketukan (N) sebagai absis (x) dan kadar air () sebagai ordinat (y).
Catatan : - Bila contoh tanah berbutir kasar, maka keringkan contoh
tersebut dan hancurkan gumpalan-gumpalannya dengan palu karet
kemudian saring dengan saringan No.40. Bagian yang lolos diberi air
(aquadest) sambil diaduk dan diamkan selama  24 jam supaya kadar
airnya merata.
Bila contoh tanah mengandung sedikit butir kasar dapat langsung
dilakukan percobaan, tapi pada waktu pengadukan, butiran-butiran yang
kasar dikeluarkan.

B. Batas Plastis
 Contoh tanah yang lolos saringan No.40, diaduk di atas pelat kaca
hingga benar-benar homogen. Bila perlu ditambahkan kadar airnya.
 Siapkan 2 buah krus kadar air.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 25
SEMINAR TUGAS AKHIR

 Ambil sedikit contoh tanah, giling di telapak tangan hingga menjadi


bulatan- bulatan kira-kira sebesar kelereng, kemudian giling di atas
pelat kaca sehingga membentuk batangan-batangan kecil dengan
diameter 3 mm.
 Percobaan penggilingan dilakukan dengan seksama hingga diperoleh
batangan- batangan contoh tanah yang retak atau patah pada
diameter tepat 3 mm.
 Bila belum mencapai diameter 3 mm contoh sudah retak, maka contoh
diremas kembali sambil menambahkan sedikit air dan bila sudah lebih
kecil dari 3 mm contoh belum retak, contoh diremas kembali sambil
dibiarkan kadar airnya berkurang. Setelah diperoleh contoh tanah
yang retak/patah pada diameter tepat 3 mm, ukur kadar airnya. Harga
kadar tersebut adalah harga batas plastisnya.

2. Pengujian Analisa Ukuran Butir Tanah


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kurva distribusi
ukuran butir tanah dengan cara Analisa Hydrometer, menentukan kurva distribusi
ukuran butir tanah dengan cara Analisa Saringan, menentukan kurva distribusi
ukuran butir tanah dengan cara Analisa Gabungan (Hydrometer dan Saringan).
Adapun peralatan yang dibutuhkan dan langkah kerja yang kami lakukan adalah
sebagai berikut:

a. Peralatan dan Bahan


Analisa Hidrometer
 Hidrometer
 Jar (gelas ukur) 1000 cc
 Oven
 Dessikator
 Container/cawan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 26
SEMINAR TUGAS AKHIR

 Mixer
 Stop watch
 Thermometer
Analisa Saringan
 Seperangkat Saringan
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Oven, Container/cawan
 Sikat/kuas, Mixer
 Mortar dan Pengaduk Karet
b. Langkah Kerja :
Analisa Hidrometer
 Contoh tanah kurang lebih 100 gram dioven sampai kering.
 Contoh tanah kering ditimbang sebanyak 50 gram, masukkan ke dalam
cawan / mangkok, diberi air suling dan dispension agent secukupnya,
sambil diaduk, kemudian didiamkan selama 24 jam.
 Siapkan 2 buah gelas ukur (jar) yang sudah dikalibrasi. Gelas ukur I diisi
dengan air suling sampai 1000 cc dan masukkan hydrometer ke dalamnya
(kecuali waktu pembacaan, hydrometer harus tetap berada di gelas ukur I
dan gelas ukur II disiapkan untuk tempat suspensi).
 Contoh tanah dimasukkan ke dalam cawan kemudian diaduk selama 10
menit.
 Setelah diaduk, suspensi langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur II,
kemudian tambahkan air suling hingga suspensi menjadi 1000 cc.
 Siapkan Stop Watch dan catat pembacaan.
 Tutuplah gelas ukur, dengan telapak tangan dan kocok suspensi tersebut
dengan cara membolak-balikan gelas ukurnya, hingga contoh tanah tidak
ada yang mengendap di dasar gelas ukur.
 Letakkan gelas ukur, segera masukkan hydrometer kedalam suspensi dan
langsung dibaca pada waktu : 0, ¼ , ½ , 1 dan 2 menit tanpa
memindahkan hidrometer, serta diukur temperaturnya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 27
SEMINAR TUGAS AKHIR

 Pindahkan hydrometer ke gelas ukur I, kemudian ulangi langkah 8


sampai diperoleh dua pembacaan yang sama atau hampir sama. Setelah itu
pindahkan hidrometer ke dalam gelas ukur II.
 Lakukan pembacaan berikutnya yaitu pada interval waktu : 5, 10, 20, 40,
60, 180, dan 1440 menit. Untuk pembacaan-pembacaan ini, hydrometer
dimasukkan ke dalam suspensi (gelas ukur II), hanya pada waktu
pembacaan. Untuk memberi kesempatan hydrometer diam, masukkan
setengah menit sebelum pembacan dilakukan dan setiap kali pembacaan
ukur temperaturnya.
 Setelah pembacaan terakhir, pindahkan suspensi ke dalam pan yang sesuai
dan telah diketahui beratnya. Jaga jangan sampai ada contoh tanah yang
terbuang. Gelas ukur harus bersih dan semua air pencuci harus
dimasukkan ke dalam pan.
 Suspensi dioven sampai betul-betul kering (kurang lebih 1 hari),
kemudian didinginkan dan ditimbang hingga diketahui berat tanah kering
(Ws).
Analisa Saringan
 Siapkan sampel tanah dari percobaan analisa hydrometer yang sudah
dioven terlebih dahulu.
 Timbang saringan yang akan digunakan.
 Susun saringan mulai dari saringan berdiameter kecil di bawah sampai
diameter paling besar di atas.
 Masukkan sampel tanah kedalam saringan lalu tutup saringan.
 Letakkan saringan pada mesin getar lalu getarkan selama 15 menit.
 Timbang saringan dengan sampel tanah yang tertahan pada saringan
tersebut.

3.2.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah (Kuat Tekan Bebas)


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan nilai kekuatan tekan
bebas suatu contoh tanah dan menentukan nilai sensitifitas tanah. Adapun

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 28
SEMINAR TUGAS AKHIR

peralatan yang dibutuhkan dan langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai
berikut :
a. Peralatan
 Satu Set Mesin Kuat Tekan Bebas
 Ring Pencetak Benda Uji beserta Alat pemadat benda uji berupa silinder.
 Timbangan dengan Ketelitian 0,1 gram
 Jangka Sorong / Mistar
 Stop Watch
 Kunci dan skrup
b. Langkah Kerja
1. Contoh tanah dengan kadar air optimum ditimbang dengan berat yang telah
ditentukan.
2. Contoh tanah dibagi menjadi Lima bagian yang sama, Masing – masing
bagian dipadatkan dalam ring pencetak hingga diperoleh kepadatan yang
merata dengan volume dan ukuran yang sama.
3. Contoh tanah dikeluarkan, kemudian ditimbang
Pengujian :
1. Contoh tanah dipasang pada rangka beban dan diatur hingga sentris
terhadap dongkraknya
2. Pasang proving ring dan dial pengukur regangan dan distel pada nol
standard
3. Tentukan kecepatan regangan, 1% / menit
4. Mulai diadakan penekanan hingga terjadi keruntuhan sambil dikontrol /
dicatat pembebanannya pada setiap interval regangan tertentu
5. Setelah runtuh, contoh tanah dikeluarkan dan digambar bentuk
keruntuhannya
Catatan : Keruntuhan diketahui bila :
a. Pembacaan pada proving ring menurun
b. Bacaan tiga kali berturut – turut sama
c. Diambil regangan maksimum 20 %
.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 29
SEMINAR TUGAS AKHIR

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 30
SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB IV
DATA DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

4.1 Hasil Pengujian Laboratorium


4.1.1 Data Pengujian Sifat – Sifat Fisis Tanah
Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan, maka didapat nilai sifat – sifat
fisis tanah seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Data Penelitian Tanah


Hasil Tanah
No Data Penelitian
Asli
2. Berat Jenis (Gs)
Batas-batas Atterberg : Batas Cair (LL)
3. Batas Plastis (PL)
Indeks Plastis (PI)
Analisa Saringan dan Hidrrometer : Pasir (sand)
4. Lanau (silt)
Lempung (clay)
5. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

4.1.2 Data Pengujian Sifat Mekanis Tanah (Kuat Tekan Bebas)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 31
SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA) 32
SEMINAR TUGAS AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985, Erlangga, Jakarta.

Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
Rekayasa Geoteknis) Jilid 2, 1985, Erlangga, Jakarta.

th
Das, Braja M., Principles of Foundation Engineering 4 Edition,1998, PWS Publishing,
Pacific Grove.

th
Das, Braja M., Principles of Geotechnical Engineering 5 Edition,2002, PWS Publishing,
Pacific Grove.

Holtz, R.D., Kovacs, W.D., An Introduction to Geotechnical Engineering, 1981, Prentice-


Hall, Inc., New Jersey.

Irsyam, Mahsyur, SI-3221 Rekayasa Pondasi, Penerbit ITB, Bandung.

Lambe, William T., Whitman, Robert V., Soil Mechanics, 1969, John Willey & Sons,
Inc., New York.

Clayton, C.R.I., Milititsky, J., Earth Pressure and Earth Retaining Structures, 1986,
Surrey University Press, Glasgow and London.

Bowles, Joseph E., Analisis dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid 1, 1988, Erlangga,
Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Christady., Mekanika Tanah 2, 1994, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Craig, R.F., Susilo, Budi., Mekanika Tanah Edisi Keempat, 1994, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA (STT MANDALA)

Anda mungkin juga menyukai