Anda di halaman 1dari 19

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN ISUE GENDER DALAM

KESEHATAN REPRODUKSI

PELAYANAN KB & KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen : Erina Eka Hatini, SST.,MPH

Oleh :

Nama : Febriani susanti

Nim : (PO.62.24.2.19.208)

Kelas : XXI-B

Prodi : DIII Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN DIII KEBIDANAN ANGKATAN XXI-B 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan, saya mengucapkan terima kasih
kepada Erina Eka Hatini, SST.,MPH selaku dosen mata kuliah PELAYANAN KB &
KESEHATAN REPRODUKSI saya dalam membuat makalah judul “Masalah Kesehatan
Reproduksi Dan Isue Gender Dalam Kesehatan Reproduksi”. Dan berbagai sumber yang
telah saya pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Saya menyadari bahwa saya hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan laporan ini. Tidak semua hal dapat saya deskripsikan
dengan sempurna dalam makalah ini. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin dengan
keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan
saran sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis saya dimasa datang.
Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat memberi wawasan luas bagi semuanya.

Kasongan, 03 Agustus 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Manfaat Penulisan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

A. Definisi kesehatan reproduksi.........................................................................................5

B. Masalah kesehatan reproduksi........................................................................................5

C. Definisi Gender...............................................................................................................8

D. Isue Gender Dalam Kesehatan Reproduksi....................................................................9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15

B. Saran.............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

LAMPIRAN………………………………………………………………………………….18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23
Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan
fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma
Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan
mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan
kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya.

2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa saja masalah kesehatan reproduksi
3. Apa itu definisi gender?
4. Bagaimana isu gender dalam kesehatan reproduksi?

3. Manfaat penulisan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan :

1. Menjelaskan pengertian kesehatan reproduksi

2 . Menjelaskan pengertian gender

3. Menjelaskan perbedaan gender dan seks

4. Menjelaskan isu-isu gender dalam kesehatan reproduksi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat fisik, mental dan sosial budaya
yang utuh ( bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat saja ) dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem fungsi dan Proses reproduksi . Membicarakan
kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi, kesehatan seksual
dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara
untuk melakukannya.

B. Kesehatan reproduksi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan kesejahteraan


fisik mental dan sosial yang utuh bukan bebas dari penyakit atau kecacatan. Dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta prosesnya
menurut WHO . Sedangkan menurut badan koordinasi Keluarga Berencana nasional
BKKBN yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta Proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit dan kesehatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa spiritual memiliki hubungan yang serasi Selaras seimbang
antara anggota keluarga masyarakat dan lingkungan.

C. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

Masalah kesehatan reproduksi pada pria, wanita, dan remaja adalah hal yang
sangat penting khususnya mereka yang masih mudah. Kalau masalah reproduksi ini
tidak diperhatikan dengan baik, masalah dengan kehamilan akan muncul saat
pasangan menikah dan berusaha memiliki momongan. Mengingat masalah
5
reproduksi ini tidak bisa disepelekan begitu saja, ada beberapa masalah kesehatan
reproduksi di bawah ini.

a. Masalah kesehatan reproduksi pada pria


Masalah kesehatan reproduksi pada pria ada banyak dan hampir semua
memengaruhi fisik dan psikologis penderitanya. Berikut ini saya menjelaskan tentang
masalah kesehatan reproduksi pada pria ada

1. Gangguan testis

Gangguan testis ini bisa berupa peradangan pada saluran testis yang menyalurkan sperma saat
ejakulasi terjadi. Selanjutnya, gangguan ini juga bisa dalam bentuk varikokel, torsi, dan
kanker.

2. Sperma tidak berkualitas

Sperma yang tidak berkualitas menyebabkan pembuahan tidak terjadi atau sudah dilakukan.
Kualitas dari sperma dikatakan menurun kalau jumlah sperma per mililiter air mani di bawah
15 juta sel. Selanjutnya bentuk tidak beraturan, pergerakan atau motilitas menurun.

3. Ejakulasi terbalik

Ejakulasi terbalik atau retrograde adalah ejakulasi yang terjadi ke dalam tubuh. Air mani
yang harusnya menyembur keluar justru masuk ke dalam dan ikut tercampur dengan urine di
kandung kemih.

4. Masalah ereksi

Gangguan ereksi juga bisa dimasukkan ke masalah kesehatan reproduksi pada pria. Kalau
pria mengalami masalah dengan ereksi, ada kemungkinan mereka tidak bisa melakukan seks
dengan baik dan kemungkinan mengalami pembuahan akan kecil.

5. Penyakit kronis tertentu

Penyakit kronis tertentu seperti diabetes bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada pria.
Gangguan ini muncul karena kadar gula darah di dalam tubuh baik cukup signifikan.

6
Kenaikan ini bisa memicu gangguan pada sperma dan kerusakan pembuluh darah dan saraf
yang memicu gangguan ereksi.

b. Masalah kesehatan reproduksi pada wanita


Masalah kesehatan reproduksi pada wanita agak lebih kompleks karena memiliki banyak
organ internal. Oleh karena itu wanita harus mewaspadai beberapa masalah di bawah ini.

1. Masalah akibat penyakit menular seksual

Penyakit menular seks juga menyebabkan masalah pada saluran reproduksi. Kondisi ini
muncul kalau penyakit yang berbahaya ini tidak juga disembuhkan atau telat diketahui.

2. Gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi seperti sering telat, berhenti selama beberapa bulan, hingga perdarahan
yang berlebihan juga menyebabkan masalah reproduksi pada wanita.

3. Gangguan pada rahim dan sekitarnya

Gangguan pada rahim bisa berupa gangguan di lapisan otot seperti mengalami mioma dan
juga endometriosis. Selanjutnya pada ovarium bisa dalam bentuk kista ovarium.

4. Gangguan pada vagina luar dan rongga

Gangguan pada vagina ini bisa terjadi dalam bentuk perdarahan saat melakukan seks padahal
sedang tidak menstruasi. Selain itu, luka atau infeksi di area vulva dan rongga juga
menyebabkan gangguan reproduksi.

c. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja


Secara seksual mungkin remaja sudah bisa melakukan seks dan memiliki keturunan.
Namun, mereka belum bisa melakukannya, sehingga masalah reproduksinya pun sedikit
berbeda. Berikut beberapa masalah reproduksi remaja yang seringkali dialami:

 Kebersihan alat kelamin khususnya pada remaja wanita yang sudah mengalami
menstruasi. Mereka harus diajari bagaimana membersihkan vagina dengan baik.
 Masalah masturbasi dan merangsang kemaluan. Remaja harus diberitahu efek
samping dari masturbasi berlebihan dan merangsang kemaluan dengan kasar.

7
 Masalah penularan penyakit menular seksual. Penyakit ini terkadang diabaikan kalau
remaja sudah mencoba melakukan seks tanpa pengaman.
 Tidak mengecek kemaluan secara berkala dan perubahan yang terjadi dianggap biasa
padahal bisa menjadi berbahaya.

d. Masalah kesehatan reproduksi dan peluang kehamilan


Pria dan wanita menyumbang peluang kehamilan yang akan terjadi setelah melakukan
aktivitas seks. Kehamilan bisa saja mengalami kegagalan kalau pria dan wanita mengalami
infertilitas. Pada pria masalah penurunan jumlah sperma dan motilitasnya yang menurun
menyebabkan peluang kehamilan semakin kecil.

Masalah pada wanita bisa berupa gangguan pada rahimnya dalam bentuk mioma atau
endometriosis. Kondisi ini bisa diatasi dengan operasi atau menggunakan obat tertentu. Kalau
masalah di rahim sudah parah, kemungkinan terjadi kehamilan akan semakin kecil. Oleh
karena itu, menjaga kesehatan sejak dini harus dilakukan.

Masalah reproduksi tidak berhenti di sana saja, pada wanita ada masalah pada sel telurnya.
Kalau ovarium tidak bisa menghasilkan ovum saat masa subur, kemungkinan terjadi
gangguan kehamilan akan besar. Jadi, pemeriksaan dengan mendetail harus dilakukan untuk
memudahkan dokter mengatasi masalah.

Umumnya kalau masalah kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan kehamilan


berhubungan dengan sperma atau sel telur, dokter akan berusaha memberikan obat untuk
mengatasi masalah kualitas sperma dan ovarium. Kalau masalahnya lebih kompleks, peluang
kehamilan baru  bisa didapatkan dari pembedahan atau pembuahan di luar rahim.

e. Cara menjaga kesehatan reproduksi sejak dini


Organ reproduksi yang berada di luar tidak banyak seperti penis dan ares vulva di vagina.
Ada lebih banyak organ di dalam sehingga pengecekan masalah agak susah dilakukan. Oleh
karena itu, simak beberapa cara menjaga kesehatan reproduksi sejak dini:

 Mengecek kemaluan secara berkala. Pengecekan ini dilakukan dengan merasa bagian
luar atau dalam pada wanita. Kalau ada benjolan di skrotum atau ada rasa nyeri di
dalam vagina, segera lakukan pemeriksaan.
 Amati tanda-tanda perubahan pada kemaluan.

8
 Lakukan pengecekan rutin terkait ada atau tidaknya penyakit menular seks.

D. DEFINISI GENDER
Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Menurut
Cixous dalam Tong (2004:41), gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”.
Sedangkan menurut Kristeva dalam Tong (2004:42) dijelaskan bahwa gender
adalah “suatu konsep cultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan
antara laki-laki dan perempuan baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan
social budaya”. Gender merupakan aturan atau norma prilaku yang berhubungan
dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat, karena gender sering kali
diidentikkan dengan jenis kelamin atau seks.(http://kamusq-definisigender.com)
Menurut Muhtar dalam Froom (2002:56) gender dapat diartikan sebagai “jenis
kelamin social aau konotasi masyarakat untuk menentukan peran social
berdasarkan jenis kelamin”. Sedangkan menurut Fakih dalam Analisis Gender dan
Transformasi Sosial (2008:8) mendefinisikan gender 18 sebagai “suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural” Dari beberapa definisi tentang gender dapat ditarik kesimpulan
bahwa gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik secara
kultural dan emosional namun memiliki hak yang sama.

E. ISU GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya Kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan atau
(normatif) dengan kondisi sebagaimana adanya (objektif)

A. Keluarga berencana

Keluarga berencana dalam hal ini adalah penggunaan alat kontrasepsi. Seperti
diketahui selama ini ada anggapan bahwa KB adalah identik dengan urusan
perempuan. Hal ini juga menunjukkan adanya budaya kuasa dalam pengambilan
keputusan untuk ber-kb. Dari peserta KB aktif , sebanyak 425.960 peserta, peserta
KB wanita sebanyak 402.017 (94,38%), sedangkan peserta KB pria sebanyak 23.
943 (5.62%).
9
Faktor penyebab kesenjangan:

a. Lingkungan sosial budaya yang menganggap bahwa kb urusan perempuan, bukan urusan
pria atau suami .

b. Pelaksanaan program kb yang sasarannya cenderung diarahkan kepada kaum perempuan .

c. Terbatasnya tempat pelayanan kb pria.

d. Rendahnya pengetahuan pria tentang kb.

e. Terbatasnya informasi kb bagi pria serta informasi tentang hak reproduksi bagi pria atau
suami dan perempuan atau istri. Sangat terbatasnya jenis kontrasepsi pria.

g kurang berminat nya penyedia pelayanan pada kb pria.

B. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir (safe motherhood)

Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi atau kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan
anak dipengaruhi oleh kesadaran Dalam perawatan dan pengasuhan anak. Sebagian besar
kematian ibu disebabkan oleh faktor kesehatan antara lain 1 pendarahan saat melahirkan dua
eklampsia 3 infeksi 4 persalinan macet terima keguguran.

Sedangkan faktor non kesehatan antara lain kurangnya pengetahuan ibu yang berkaitan
dengan kesehatan termasuk pola makan dan kebersihan diri.

C. Penyakit menular seksual

Dari berbagai jenis PMS yang dikenal, dampak yang sangat berat dirasakan oleh perempuan,
yaitu berupa rasa sakit yang hebat pada kemaluan, panggul dan vagina sampai pada
komplikasi dengan akibat kemandulan, kehamilan diluar kandungan serta kanker mulut
rahim.

Faktor penyebab kesenjangan gender.

a. Pengetahuan suami/istri tentang PMS ,HiV/AIDS masih rendah.

b. Rendahnya kesadaran suami/pria akan perilaku seksual sehat

c. Adanya kecenderungan kelompok masyarakat/budaya yang membolehkan suami


melakukan apa saja.

10
d. Suami/pria sering tidak mau disalahkan, termasuk dalam penularan PMS, HIV/AIDS
karena sikap egois dan dominan pria.

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan yang telah menikah dan ingin punya anak
tetapi tidak dapat mewujudkan nya karena ada masalah kesehatan reproduksi baik pada suami
maupun istri atau keduanya. Informasi menunjukkan penyebab infertilitas adalah 40% pria,
40% wanita dan 20% kedua belah pihak..

Dalam kasus infertilitas, istri menjadi pihak pertama yang disalahkan ada kecenderungan
orang yang diminta oleh keluarga untuk memeriksakan diri adalah istri.

Faktor kesenjangan gender dalam infertilitas:

a. Norma dalam masyarakat bahwa ketidak suburan disebabkan oleh pihak istri.

b. superioritas Suami merasa jantan sehingga dianggap selalu mampu memberi


keturunan.

c. infertilitas di identik dengan mandul.

d. dominasi suami atau pria budaya kuasa dalam pengambilan keputusan keluarga,
termasuk perintah memeriksakan diri.

e. pengetahuan suami tentang infertilitas terbatas. Seringkali pihak suami atau pria yang
mengalami infertilitas yang disebabkan oleh perilaku sendiri antara lain:

a . merokok.

b. penggunaan nafza

c. minum minuman keras atau alkohol.

d. adanya penyakit yang disebabkan karena sering melakukan hubungan seks


sebelum menikah.

Hal-hal tersebut tanpa disadari sehingga sering menyebabkan menurunnya kualitas


dan kuantitas sperma. Padahal seorang laki-laki secara normal dan akan
mengeluarkan sebanyak antara 2 sampai 6 cc sperma dan setiap sesi mengandung 20
juta ekor spermatozoa.

11
D. Kesehatan reproduksi remaja

Banyak orang dewasa dan tokoh pemuda tidak siap membantu remaja
menghadapi masa pubertas akibatnya remaja tidak memiliki cukup pengetahuan dan
keterampilan untuk menghadapi perubahan dan masalah yang sering timbul pada
masa remaja. Hal ini dapat menyebabkan remaja sering terjebak dalam masalah fisik
psikologis dan emosional yang kadang kadang sering merugikan seperti stres depresi
ktd penyakit infeksi menular seksual.

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun berdasarkan UN atau
PBB batasan usia remaja 15 sampai 24 tahun. Sedangkan BKKBN menggunakan
batasan usia remaja 10 sampai 24 tahun.

Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut

a. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab. Pada pergaulan yang terlalu bebas
remaja putri selalu menjadi korban dan menanggung segala akibatnya misalnya
kehamilan yang tidak dikehendaki dan putus sekolah. Ada kecenderungan pula untuk
menyalahkan pihak perempuan sedangkan remaja putranya seolah-olah terbebaskan
dari segala permasalahan kamu walaupun Ikut andil dalam menciptakan permasalahan
tersebut.

b. ketidakadilan dalam aspek hukum. Dalam tindakan aborsi ilegal yang diancam oleh
sanksi dan hukuman adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi tersebut,
Sedangkan laki-laki yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum.

Kesehatan Reproduksi Remaja dianggap penting karena beberapa hal berikut:

a. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja tentang Kesehatan


Reproduksi .

b. mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang sering cukup
berat.

c. melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi seperti HIV
AIDS serta kehamilan tidak diinginkan (KTD).

Sedangkan sumber masalah kesehatan reproduksi pada remaja adalah:

a. seks dengan sembarang orang.

12
b. seks tanpa alat pengaman atau kondom.

c. melakukan hubungan seksual saat perempuan sedang haid.

d. seks tidak normal, misalnya seks anal melalui dubur .

e. oral seks dengan penderita penderita gonore menyebabkan faringitis gonore atau gonore
pada kerongkongan.

f. seks pada usia terlalu muda bisa mengakibatkan kanker serviks.

g. perilaku hidup tidak sehat dapat mendatangkan penyakit atau tekanan darah tinggi
jantung koroner diabetes melitus titik yang dapat memicu disfungsi ereksi (DE) .

h. Kehidupan seks Menimbulkan trauma psikologis juga faktor pemicu DE.

Lembar fakta yang diterbitkan oleh PKBI United Nations population fund atau (UNFPA)
dan badan koordinasi Keluarga Berencana nasional atau BKKBN menyebutkan bahwa setiap
tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15 sampai 19 tahun melahirkan. Setiap tahun
masih menurut lembar fakta tersebut sekitar 2,3 juta kasus aborsi juga terjadi di Indonesia
dan 30% nya dilakukan oleh remaja.

E. Kesehatan reproduksi lansia

Organisasi kesehatan dunia Who menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu usia
pertengahan 45 sampai 59 tahun, lanjut usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua 75 sampai 90
tahun dan usia sangat tua di atas 90 tahun.

Dalam memasuki masa tua seorang wanita memasuki masa klimakterium yaitu merupakan
masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium dan bagian dari masa climacterium
terjadi masa menopause. Menopause adalah salah satu fase dalam kehidupan normal seorang
wanita tutup masa menopause ditandai oleh berhentinya kapasitas reproduksi seorang wanita.
Ovarium tidak berfungsi dan produksi hormon steroid serta peptida berangsur-angsur hilang.
Sementara itu sejumlah perubahan fisiologi pun terjadi hal itu terjadi sebagian disebabkan
oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan titik
Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya
menghilang perlahan dan tidak menyebabkan kematian. Namun tak jarang menimbulkan rasa
tidak nyaman dan terkadang perlahan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Sedang masa senium adalah masa sesudah Paskah menopause, ketika telah tercapai

13
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif
maupun psikis pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita Bukan
saja berada pada istri namun masa sesudah Pasca menopause, ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif
maupun psikis pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita Bukan
saja berada pada istri namun melibatkan peran suami titik oleh karena masalah kesehatan
reproduksi perempuan sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri
Maka sangat diperlukan pemahaman dan pengaruh yang seimbang antara suami dan istri
untuk membantu perilaku kesehatan reproduksi secara optimal melalui komunikasi dan
layanan suami istri Salah satu bentuk gambaran suami dalam perilaku kesehatan reproduksi
perempuan lansia terutama saat proses memasuki masa menopause dengan berbagai
permasalahan yang timbul baik fisik maupun psikisnya.

Dengan melihat kondisi masyarakat yang berada pada dua perspektif yaitu pola tradisional
yang timpang gender dan masyarakat yang mengalami perubahan sosial maka perlu dilihat
tingkat partisipasi suami dalam ikut merawat atau memelihara kesehatan reproduksi wanita
lansia.

14
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Gender adalah perbedaan peran fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman titik peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan
oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kuadrat. Oleh karena itu, pembagian
peran antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungannya. Sex adalah pembagian jenis
kelamin yang ditentukan secara biologis maka pada jenis kelamin tertentu. Sex berarti
perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki
fungsi-fungsi organisme yang berbeda titik dalam arti perbedaan jenis kelamin sex
mengandung pengertian laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Sedangkan
gender sering diartikan sebagai kelompok laki-laki kau perempuan atau perbedaan
jenis kelamin. Namun sebenarnya konsep gender adalah sifat yang melekat pada
kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya
sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan
perempuan titik diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan
akibat dari adanya sistem atau struktur sosial dimana salah satu jenis kelamin laki-laki
atau perempuan menjadi korban.
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan dengan
kondisi sebagaimana adanya. Isu-isu gender dalam ruang lingkup kesehatan
reproduksi terdapat dalam kasus-kasus di keluarga berencana kesehatan ibu dan anak
baru lahir (safe motherhood) penyakit menular seksual Kesehatan Reproduksi Remaja
dan kesehatan reproduksi lansia. Kesenjangan gender dalam kesehatan reproduksi
seringkali menjadikan perempuan sebagai korban karena sebagian besar masalah
kesehatan reproduksi selalu berkaitan dengan perempuan. Sedangkan partisipasi dan
motivasi dan dari laki-laki saat ini sangatlah kurang.

15
2. Saran

Untuk mencapai kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi, masyarakat harus


diberikan pemahaman yang benar agar lebih bisa menerima dan terbuka akan adanya
ide, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan terlebih lagi kepada kaum
perempuan yang paling terkena dampaknya dalam masalah Perbedaan gender ini
apalagi bagi pasangan suami istri kerjasama antara kedua belah pihak harus terjalin
dengan baik. Karena masalah kesehatan reproduksi perempuan sudah merupakan
tanggung jawab bersama antara suami dan istri Maka sangat diperlukan pemahaman
dan pengaruh yang seimbang antara suami dan istri untuk dapat melakukan perilaku
kesehatan reproduksi secara optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan YPIB
Majalengka.

http://infokesehatandangizi.com/2020//pengertian-dari-infertilitas.html- Di akses 03- Agustus-


2020

http://irdayantinasir. com/2020//makalah-kesehatan-reproduksi remaja.html- Diakses 03-Agustus-


2020

https://doktersehat.com/masalah-kesehatan-reproduksi/- Diakses 03-Agustus-2020

ttps://www.kemkes.go.id/article/view/153/kesetaraan-gender-menjadi-dasar-pembangunan-
kesehatan.html- Diakses 03-Agustus-2020

http://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-menjaga-kebersihan-alat-reproduksi-Diakses 03-Agustus-
2020

17
LAMPIRAN :

Dikutip dari-http://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-menjaga-kebersihan-alat-reproduksi-
Diakses 03-Agustus-2020

Contoh Artikel Yang Berkaitan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi Seperti Yang Dibahas
Dibagian Atas :

18
19

Anda mungkin juga menyukai