Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh
Kelompok 6:
Ayu Pratika Wati (2014901055)
Gusmilasari (2014901059)
Ihsanat Refi Suharti (2014901062)
Nadhya Ayuningtyas (2014901074)
Nesia Dwi Agustina (2014901076)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Defisit Perawatan Diri”. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa.

Bandar Lampung, Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................1
B. Tujuan......................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Defisit Perawatan Diri.............................................................2


B. Diagnose Keperawwatan.........................................................6
C. Rencana Tindakan Keperawatan.............................................6
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.......................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………11

B. Saran…………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi
praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien
maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan
terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit
perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti
dan mengetahui tentang gangguan halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan
dapat mengimplementasikannya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2012). Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya
perawatan diri yang terjadi akaibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas
perawatan diri menurun.Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya(Afnuhazi, 2015).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan


diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi

2
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.

3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.


Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), perawatan diri terdiri
dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri: berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
seharian.
d. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang mengalami defisit
perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, meringankan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan
pakaian, menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,

3
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menagani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukannya ke mukut, melengkapi makanan mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK(toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram tiolet kamar kecil.
Keterbatasan diri diatas biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah),
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam
hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupaun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan bisa mengalami
masalah resiko tinggi isolasi sosial.

5. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri


a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang karena tidak
terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik.
b. Dampak Psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri dan gangguan interaksi sosial.

4
6. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis,
karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik.

7. Pohon Masalah
Effect risiko tinggi isolasi sosial

Core problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah

8. Data yang perlu Dikaji


a. Data primer (Subjektif)
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS
tidak tersedia alat mandi.
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
3) Klien mengatakan ingin disuapin makanan.
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK/BAB.
b. Data Sekunder (Objektif)
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panajng dan kotor.
2) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai tidak bercukur
(laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah

5
BAB/BAK.

6
9. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Defisit perawatan diri.
b. Harga diri rendah.
c. Resiko tinggi isolasi sosial.

B. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
a. Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi
mandi/kebersihan diri, berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/BAK secara
mandiri
b. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
c. Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b. Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)


a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b. Memberikan latihan cara makan sendiri.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
5. Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK. Tindakan
keperawatan untuk klien.
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias makan, BAB/BAK secara
mandiri.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang
perawatan diri.
D. Pelaksanaan

Tabel 2.1
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

No. Klien Keluarga

SP1 SP1

1. Menjelaskan pentingnya Mendiskusikan masalah yang

kebersihan diri dirasakan keluarga dalam

merawat klien.

2. Menjelaskan cara menjaga Menjelaskan pengertian, tanda

kebersihan diri. dan gejala defisit perawatan

3. diri, dan jenis defisit

Membantu klien perawatan diri yang dialami

4. mempraktikkan cara menjaga klien beserta proses terjadinya.

kebersihan diri.

Menganjurkan klien Menjelaskan cara-cara

memasukkan dalam jadwal merawat klien defisit

kegiatan harian. perawatan diri.

SP2 SP2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikan cara


harian klien. merawat merawat klien dengan defisit
Menjelaskan cara makan yang baik. perawatan diri.
Melatih keluarga mempraktikan cara
2.

merawat langsung kepada klien defisit


Membantu klien mempraktikan
3. cara makan yang baik. perawatan diri.
Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.

4.
SP3 SP3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal

harian klien. aktivitas di rumah termasuk jadwal

minum obat (discharge planning).

2. Menjelaskan cara eliminasi yang Menjelaskan follow up pasien setelah

baik. pulang.

3. Membantu klien mempraktikan

cara eliminasi yang baik.

4. Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan klien.

SP4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian klien.

2. Menjelaskan cara berdandan.

3. Membantu klien mempraktikan

cara berdandan.

4. Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan harian.


E. Evaluasi
1. Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri.
2. Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri.
3. Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara mandiri.
4. Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secara teratur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
3. Kurang perawatan diri : Makan
4. Kurang perawatan diri : Toileting

B. Saran
Penulis membuat makalah ini , agar pembaca dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Penulis masih menyadari
kekurangan dari makalah ini. Kritik dan saran sangat membangun bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri
edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai