Anda di halaman 1dari 15

BAHAN KULIAH: SISTEM PRODUKSI (Lokal: 3B Prodi TM)

(Hari: Kamis/ Tgl: 12-6-2020), Jam: 7.30- 9.30,


(Kuliah Pengganti Pertemuan Minggke: 2)
Dosen Pengasuh: Dr. Ir. Murtadhahadi, M.Sc

BAB VI. PENGENDALIAN KUALITAS (Lanjutan)


6.4 Dasar-Dasar Pengendalian Mutu Terpadu
Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) atau lebih dikenal dengan Total Quality
Control adalah konsep pendekatan manajer ala Jepang dikembangkan (berasal mula dari
Amerika) dan disesuaikan dengan kultur budaya masyarakat Jepang. Secara definitif
PMT ini dapat dinyatakan sebagai:
“Berbagai kegiatan didalam penyelidikan dan pengembangan (R&D), produksi,
penjualan dan pelayanan purna jual dengan cara rasional untuk mencapai kepuasan
tingkat yang paling ekonomis”.
Pengertian kualitas menurut manajemen PMT/TQC tidak hanya ditekankan pada
kalitasproduk atau proses pembuatannya saja, akan tetapi mencakup banyak hal, yakni:
 Kualitas produk /jasa itu sendiri (product/service quality);
 Kulitas kegiatan suatu proses kerja (process quality);
 Kualitas penjualan yang menyangkut harga (cost price) dan kualitas purna jual
(after sales) yang akan menyangkut kegiatan maintenance serta pengadaan
peralatan suku cadang;
 Kulitas ketepatan waktu dan cara penyampaian/penyerahan barang ke tangan
konsumen yang membutuhkannya;
 Kualitas keselamatan (safety) serta moral semangat/semangat kerja setiap
individu yang terlihat dalam proses produksi;
 Kualitas pengumpulan dan pengolahan data, pembukuan dan lain-lain.

Pengendalian atau kontrol adalah keseluruhan upaya untuk menjamin


dipenuhinya persyaratan kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena pengertian
kualitas akan dikait-orientasikan kepada pemuasan pelanggan (customer`s satisfaction),
maka didalam kegiatan pengendalian kualitas tentu saja akan juga selalu dikaitkan pada
hasrat untuk memuaskan pelanggan tesebut. Maka konsumen akan mendapatkan

1
kepuasan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang akan membuat kita menjadi lebih
dapat memanfaatkan apa yang telah kita dapatkan sehingga kegiatan TQC /PMT dapat
berjalan sesuai dengan prosedur yang ada.
Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia,
membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia.Perubahan itu juga
mempengaruhi dunia usaha, sebab customer menjadi kritis dan persaingan semakin
ketat. Untuk memenangkan persaingan, salah satu cara adalah dengan meningkatkan
kualitas dari produk. Terdapat berbagai macam pendekatan untuk mendefinisikan
kualitas, menurut Garvin D.A. dalam “Fundamental of Quality Control
andImprovement” mendefinisikan bahwa kualitas ialah:
a. Transcendent (Quality as Excellence)
Pendekatan yang bersifat subjektif yang digunakan sebagai pembeda antara
kualitasbaik dan buruk.Unsur excelleny suatu benda menjadi parameternya.
Contohnya lukisan “Monalisa” merupakan benda yang berkualitas tinggi.
b. Product-based
Kualitas benda diindikasikan oleh kehadiran specific features atau attribute pada
benda tersebut dan dapat diukur.
c. User-based (Fitness for use)
Benda yang dapat memuaskan pemakainya dikatakan berkualitas tinggi.
d. Manufacturing-based (Quality as Comformance to Specification)
Produk yang dibuat sesuai dengan spesifikasi desain merupakan produk yang
berkualitas tinggi.
e. Value-based (Quality as Value for the Price)
Kualitas suatu barang diindikasikan oleh kerelaan pelanggan (willingness to pay)
untuk membeli barang tersebut.
Pendekatan yang telah dijelaskan diatas, hampir semua bersifat subjektif,
sehingga dalam kenyataan produsen harus melakukan kombinasi dan pendekatan-
pendekatan itu. Kualitas sendiri menurut Garvin D.A. mempunyai delapan buah
dimensi, yaitu:
a.Performance
b.Features
c.Realiability

2
d.Conformance
e.Serviceability
f.Aesthetics
g.Perceived Quality
Produsen dalam merancang dan memproduksi produyk harus melakukan trade-
of untuk kedelapan dimensi tersebut yang sesuai dengan konteks produk yang akan
dijual.

6.5 Pengenalan SPC


SPC adalah singkatan dari Statistical Process Control, yaitu suatu metode untuk
pengumpulan dan analisa data untuk di selesaikan dengan metode praktis.Statistical
artinya bahwa keputusan akan berdasar pada analisa numerik. Process mengacu pada
proses produksi tertentu dan mampu memproduksi output dengan kualitas yang
konsisten.
Pengertian statistik dalam pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang
dikembangkan untuk menjaga standar dari kualitas hasil produksi pada tingkat
biaya minimum atau merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan.
Pada dasarnya penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi.
Perusahaan yang menggunakan pengendalian kualitas statistik (statistical
quality control) merupakan perusahaan yang masih mentolerir adanya cacat produk
dalam batas-batas tertentu. Pengendalian kualitas statistik ini dapat dibagi ke dalam
pengendalian kualitas proses, yaitu pengendalian kualitas produk selama masih dalam
proses dan pengendalian produk jadi. Untuk pengendalian kualitas proses dapat
digunakan alat pengendali yang disebut dengan Peta Pengendali Proses (Process
Control Chart) atau sering disingkat dengan control chart.
Pengendalian kualitas proses statistik adalah pengendalian kualitas produk
selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian kualitas tersebut dapat
digambarkan batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit)
beserta garis tengahnya (center line). Statistik adalah seni pengambilan keputusan
tentang suatu proses atau populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung
didalam suatu sampel dari populasi itu.

3
Metode statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode
statistik itu memberikan cara – cara pokok dalam pengambilan sampel produk,
pengujian serta evaluasinya dan informasi didalam data itu digunakan untuk
mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Lagipula statistik adalah bahasa
yang digunakan oleh insinyur pengembangan, pembuatan, pengusahaan, manajemen,
dan komponen – komponen fungsional bisnis yang lain untuk berkomunikasi tentang
kualitas. (Montgomery, 1993)
Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk
yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik
origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas
produk sesuai dengan harapan. Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC).

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengendalian kualitas adalah dengan


cara-cara berikut:
1. Statistical Process Control (SPC);
2. Memonitor proses produksi untuk menjaga kualitas yang buruk dari produk;
3. Acceptance sampling;
4. Memeriksa contoh (sample) produk secara random untuk menentukan
kualitas produk dapat diterima.

6.6 Kualitas Produk (Goods Quality)


Bahasan ini merupakan jawaban terhadap banyak pertanyaan sekaligus koreksi
penting untuk masyarakat yang berpersepsi harga tinggi berarti produk berkualitas
tinggi.Persepsi demikian mesti dibenahi dari karena menjadi tumpuan permainan
harga.Bergeser ke persepsi produsen adalah rasional dan beberapa penelitian
membuktikan biaya berbanding lurus dengan kualitas produk.Hal tersebut dipahami,
mendukung persepsi masyarakat yang telah dikemukakan.Akan tetapi mengabaikan
kemampuan efisiensi dimana rasional dan telah umum diketahui bisnis selalu berupaya
keras mencapai kondisi efisien (Iman Mulyana, 2007). Seperti peribahasa tidak ada
rotan akar pun digunakan yang kita modifikasi menjadi jika dengan akar mampu
menghasilkan kursi berkualitas sama, mengapa mesti menggunakan rotan?

4
Istilah produk mencakup didalamnya barang dan jasa. Hal tersebut berdampak
kepada biaya yang terkandung di dalam produk tidak sekedar biaya produksi melainkan
total biaya produk sampai ditangan konsumen untuk dikonsumsi. Ini berarti, efisiensi
mesti berlangsung pada proses sebagai obyek sekaligus subyek. Keunggulan efisiensi
demikian tidak lain merupakan keberanian dan komitmen bisnis menganut paham
manajemen kualitas total. Secara total, kualitas diperoleh dengan cara memandang:
produktivitas dicapai melalui perbaikan kualitas, kualitas adalah sesuai dengan
ketentuan kepuasan konsumen, pengukuran kualitas bersumber dari proses perbaikan
terus menerus, kualitas ditentukan oleh desain produk dan pengawasan yang efektif,
pengendalian proses dilakukan untuk menghindari produk cacat, kualitas sebagai bagian
setiap fungsi daur hidup produk, manajemen bertanggung jawab terhadap kualitas, dan
hubungan dengan pemasok bersifat jangka panjang berorientasi kualitas.
Memperbaiki seluruh proses sampainya produk ke tangan konsumen akan
meningkatkan homogenitas produk, dan mengurangi pemborosan. Artinya dengan cara
memperbaiki proses akan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan posisi bersaing,
serta menambah kepuasan. Bagi bisnis produk yang berkualitas tidak selamanya mesti
disertai biaya besar. Biaya yang kecil atau dengan kata lain kemampuan efisiensi dalam
keberadaannya menjadi satu senjata perang harga.
Meskipun bisnis mengambil keputusan untuk tidak ikut serta perang harga,
secara jelas kemampuan efisiensi tetap memberikan profitabilitas berdasarkan
kerenggangan jarak antara biaya dengan harga produk termasuk konsistensi dengan
kualitas.Dengan demikian, hubungan antara kualitas dengan biaya dimungkinkan
berbanding terbalik.Sehingga adalah luar biasa, dengan biaya rendah diperoleh produk
berkualitas.

6.7 Sikap dan Prinsip Mentalitas Dasar PMT/TQC


PMT/TQC adalah merupakan suatu sikap mental dalam proses produksi barang
dan jasa. Yang akan menghasilkan kualitas yang bermutu tinggi, hanya mungkin dapat
dicapai jikalau terdapat pengendalian mutu dalam setiap tahap proses produksi yang
berlangsung.
Oleh karena mata rantai (sub-sistem) dalam proses produksi merupakan kegiatan
kelompok karyawan, yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas

5
produk dalam kelompoknya, maka perlu dibentuk suatu kelompok kecil (gugus atau
circle) yang secara kontinyu bertemu untuk memecahkan masalah bersama dengan
tujuan untuk menjamin kualitas produk kelompok yang bersangkutan, yang merupakan
mata rantai dalam proses produksi secara menyeluruh. Partisipasi penuh setiap
karyawan dalam kelompoknya masing-masing untuk bersama-sama berusaha
melakukan pengendalian mutu produk kelompoknya akhirnya bisa diharapkan akan
menjamin pengendalian mutu secara total.
Mata rantai proses produksi atau kelompok karyawan yang bekerja sama
tersebut di dalam manajemen PMT/TQC dikenal sebagai gugus kendali mutu (GKM)
atau Quality Control Circles (QCC). Selanjutnya akan diberikan beberapa orientasi dan
prinsip-prinsip dasar
PMT/TQC yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Orientasi kepada pelanggan
 Mutu adalah kepuasan pelanggan, sehingga arahkan setiap tindakan kepada
upaya pemuasan pelanggan.
 Proses berikut adalah pelanggan saya.
 Berpegang pada strategi pemasaran (marketing concept) bukan hanya
sekedar berproduksi saja.
b. Berorientasi pada cara kerja tim (team work) dan partisipasi total dari
setiap anggota team
 Partisipasi total seluruh karyawan dalam setiap usaha pemecahan masalah dan
selalu bekerja dalam kelompok/tim. Semangat ini menuntut adanya
pembagian wewenang menurut azas keikutsertaan karyawan dalam proses
pengambilan keputusan. Juga dituntut kesediaan bekerja melampaui batas
pengkotakan bidang kerja yang sempit.
 Perlu adanya koordinasi, integritas, kerjasama dan informasi kerja timbal
balik yang disampaikan ke atas, ke samping , maupun ke bawah.
 Kemajuan akan sangat didukung oleh aktivitas, keikutan dan keterlibatan
anggota dalam organisasi (kelompok).
 Pembinaan karyawan oleh organisasi, sedangkan pengembangannya oleh
gugus (circles). Senioritas merupakan prinsip untuk keselarasan kerja.

6
c. Orientasi pada pengembangan sumber daya manusia
 Menghargai karyawan dalam harkatnya sebagai manusia dengan memberikan
kesempatan menyumbangkan ide untuk pemecahan persoalan dan untuk
mengembangkan diri dalam karyanya (misalnya melalui/memberi
kesempatan untukmengikuti pendidikanatau pelatihan lanjut).
 Menumbuhkan sikap saling percaya antar karyawan dan antar karyawan
dengan organisasi (manajemen).
a. Orientasi pada pemecahan persoalan secara obyektif rasional
 Pemecahan persoalan atau problem solving pada hakikatnya merupakan
upaya utuk meningkatkan kualitas. Pemecahan persoalan terwujud dengan
tindakan menanggulangi penyimpangan dan memberikan tindakkan
pencegahan.
 Daur Plan-Do-Check-Action (PDCA) terus menerus digerakkan untuk
menemukan dan memecahkan persoalan. Proses pengendalian dalam hal ini
diawali dengan penetapan sasaran yang terukur dan dilaksanakan secara benar
sejak awal.
 Bila terjadi kesalahan dalam mengambil tindakan, maka perhatian bukan
diarahkan untuk mencari kambing hitam, melainkan untuk melacak dimana
terjadinya penyimpangan dan apa sebab-musababnya. Jangan terlalu capat
menyalahkan orang lain. Disini diperlukan sikap terbuka, tanggap terhadap
umpan balik dan mau belajar dari kesalahan.
 Selalu berbicara berdasarkan fakta dan data yang jelas. Ditabelkan, control
chart, dan lain-lain.

6.8 Syarat Pokok Suksesnya Penerapan Konsep PMT/TQC


Pengendalian Mutu Terpadu sebagai suatu sistem hanya dapat berhasil dengan
suksesbilamana terdapat sub-sistem yang mendukung dengan sebaik-baiknya. Berikut
ada 4persyaratan pokok yang perlu diperhatikan pada saat penerapan konsep PMT/TQC
agar bisadiperoleh hasil yang optimal, sebagai berikut:
Pertama: Seluruh sumber daya manusia yang turut serta dalam proses produksi
baiktingkat manajemen puncak, manajemen menengah maupun para

7
pelaksanamengerti dan menghayai arti PMT/TQC dan mau
melakukannya dalam prosesproduksi atau pekerjaan lain yang
berkaitan.
Kedua: PMT/TQC sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk,
secara bertahap atau berjenjang merupakan rangkain dari suatu
proses produksi yangmenjadi tanggung jawab masing-masing
kelompok kecil dalam suaturangkaian yang terpadu dari Gugus
Kendali Mutu (GKM/QCC) yang bekerjadalam satuan tim.
Ketiga: Seluruh mata rantai dan sistem tersebut dapat bekerja secara efektif
dan efisien baik disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan
pelatihan yangbaik maupun sasaran produksi yang baik menyangkut
segi teknologi,pengalaman kerja karyawan serta adanya sikap mental
yang positif darikaryawan.
Keempat: Sikap mental positif tersebut adalah dengan bekerja produktif dalam
suatusemangat kelompok tim yang kuat akan menjamin mutu
produksi yang tinggi,sumber imbal jasa yang lebih baik bagi tenaga
kerja, oleh karena adanyajaminan pasar yang luas serta
menguntungkan bagi perusahaan.
Dengan kata lain jelas kiranya PMT/TQC akan berhasil dengan baik akan
berhasildengan baik bilamana setiap anggota organisasi (karyawan) yang terlibat dalam
proses produksitersebut menyadari sepenuhnya mengenai:
 Apa yang harus mereka lakukan.
 Mengapa hal tersebut harus dilakukan.
 Hambatan/kendala apa saja yang harus mereka hadapi dan harus bisa dihadapi.
 Alternatif-alternatif apa yang harus dipilih untuk mengatasi kendala yang ada
dan untuk mencapai target sasaran yang ditetapkan.

6.9 Contoh Soal


PT XYZ adalah suatu perusahaan pembuatan suatu produk industri. Ditetapkan
spesifikasi adalah: 2.40 ± 0,05 mm. Untuk mengetahui kemampuan proses dan
mengendalikan proses itu bagian pengendalian PT XYZ telah melakukan pengukuran

8
terhadap 20 sampel. Masing-masing berukuran 5 unit (n=5), seperti ditunjukkan pada
Tabel 6.1
Tabel 6.1 Hasil pengukuran pengendalian PT XYZ

Hasil Pengukuran

Sampel X1 X2 X3 X4 X5
1 2,38 2,45 2,40 2,35 2,42
2 2,39 2,40 2,43 2,34 2,40
3 2,40 2,37 2,36 2,36 2,35
4 2,39 2,35 2,37 2,39 2,38
5 2,38 2,42 2,39 2,35 2,41
6 2,41 2,38 2,37 2,42 2,42
7 2,36 2,38 2,35 2,38 2,37
8 2,39 2,39 2,36 2,41 2,36
9 2,35 2,38 2,37 2,37 2,39
10 2,43 2,39 2,36 2,42 2,37
11 2,39 2,36 2,42 2,39 2,36
12 2,38 2,35 2,35 2,35 2,39
13 2,42 2,37 2,40 2,43 2,41
14 2,36 2,38 2,38 2,36 2,36
15 2,45 2,43 2,41 2,45 2,45
16 2,36 2,42 2,42 2,43 2,37
17 2,38 2,43 2,37 2,39 2,38
18 2,40 2,35 2,39 2,35 2,35
19 2,39 2,45 2,44 2,38 2,37
20 2,35 2,41 2,45 2,47 2,35

Penyelesaian:
Perhitungan nilai rata-rata dan range dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 6.2
berikut.
Tabel 6.2 Hasil perhitungan nilai rata-rata dan range
Perhitungan
Sampel Rata-rata Range
1 2,40 0,10

9
2 2,39 0,09
3 2,37 0,05
4 2,38 0,04
5 2,39 0,07
6 2,40 0,05
7 2,37 0,03
8 2,38 0,05
9 2,37 0,04
10 2,39 0,07
11 2,38 0,06
12 2,36 0,04
13 2,41 0,06
14 2,37 0,02
15 2,44 0,04
16 2,40 0,07
17 2,39 0,06
18 2,37 0,05
19 2,41 0,08
20 2,41 0,12
Jumlah 47,78 1,19
Rata-rata dari jumlah 2,39 0,06

X = (Σ X)/k = 47.78 / 20 = 2.39


R = (Σ R)/k = 1.19 / 20 = 0.06
Peta Kendali X :
CL = X = 2.39
UCL = X + (A2 * R) = 2.39 + (0.577*0.06) = 2.42
LCL = X - (A2 * R) = 2.39 – (0.577*0.06) = 2.36
Peta Kendali R
CL = R = 0.06
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.06 = 0.12
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0

10
Pada Peta X ada data yang out of control, maka data pada sampel tersebut dibuang,
kemudian dihitung kembali seperti pada Tabel 6.3 berikut:

Tabel 6.3 Perhitungan ulang

Perhitungan
Sampel Rata-rata Range
1 2,40 0,10
2 2,39 0,09
3 2,37 0,05
4 2,38 0,04
5 2,39 0,07
6 2,40 0,05
7 2,37 0,03

11
8 2,38 0,05
9 2,37 0,04
10 2,39 0,07
11 2,38 0,06
12 2,36 0,04
13 2,41 0,06
14 2,37 0,02
16 2,40 0,07
17 2,39 0,06
18 2,37 0,05
19 2,41 0,08
20 2,41 0,12
Jumlah 45,34 1,15
Rata-rata dari jumlah 2,386 0,0605

X = (Σ X)/k = 45.34 / 19 = 2.386


R = (Σ R)/k = 1.15 / 19 = 0.0605
Peta Kendali X :
CL = X = 2.386
UCL = X + (A2 * R) = 2.386 + (0.577*0.0605) = 2.4209
LCL = X - (A2 * R) = 2.386 – (0.577*0.0605) = 2.3511
Peta Kendali R
CL = R = 0.0605
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.0605 = 0.1280
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Karena sudah tdk ada data yang out of control,maka langkah selanjutnya adalah
menghitung kapabilitas proses.
Perhitungan Kapabilitas Proses:
2

S=
√ ( N ∑ X )−(∑ X )
i2

N ( N−1 )
i

atau S = R/d2 = 0.0605/2.326 = 0.026

USL−LSL 2 ,54−2 ,35


=0,6410
6S 6(0 ,06 )
12
Cp = =

USL−X 2 , 45−2 ,386


CPU = = =0 , 8205
3S 3(0 , 06 )
X−LSL 2 , 386−2, 35
CPL = = =0 , 4615
3S 3 (0 , 06)

Cpk = Minimum {CPU ; CPL} = 0.4615

Nilai Cpk sebesar 0.4615 yang diambil dari nilai CPL menunjukkan bahwa proses
cenderung mendekati batas spesifikasi bawah.Nilai Cp sebesar 0.6410 ternyata kurang
dari 1, hal ini menunjukkan kapabilitas proses untuk memenuhi spesifikasi yang
ditentukan rendah.

6.10 Rangkuman
Kualitas suatu produk diartikan sebagai derajat atau tingkatan dimana produk
atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen (fitness for use). Tidak
dipungkiri bahwa konsumen akan lebih memilih suatu produk yang memiliki kualitas
tinggi. Untuk meningkatkan kualitas itu sendiri, dilakukan pengendalian kualitas, yaitu
aktifitas pengendalian proses untuk mengukur cirri-ciri kualitas produk,
membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan ketika
terdeteksi ketidaknormalan.
Teknik-teknik dasar yang dapat digunakan dalam perbaikan kualitas disebut juga
dengan 7 basic tool of quality control.Masing-masing teknik tersebut mempunyai
kegunaan yang dapatberdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan
teknik yang lain.

6.11 Tes Formatif


1. Diberikan data seperti pada tabel berikut

13
Sajikan data pada tabel di atas dalam bentuk diagram pareto

2. Cara mencari dan membuktikan akar permasalahan pada diagram Ishikawa:


3. Berikut ini hasil pengukuran terhadap 4 produk baja selama 10 hari.

Buat peta kontrolnya, apakah proses terkendali, kalau tidak terkendali susunlah peta
revisinya

4. Diketahui data kekuatan plastic (kg/mm2) dengan ukuran sub grup sebagai berikut:

Buat peta kontrolnya, apakah proses sudah terkendali, kalau belum, susunlah peta
revisinya

5. Diketahui data hasil pengukuran volume minuman botol 200 ml sebagai berikut:

14
a. Buatlah peta kendali yang sesuai untuk data tersebut diatas!
b. Apakah seluruh subgrup sudah terkendali?
c. Jk tidak terkendali, susun peta kendali revisinya! (asumsi: cacat akibat assignable
causes)

15

Anda mungkin juga menyukai