PENDAHULUAN
1
Kegiatan Kerja Praktek merupakan salah satu bagian dari Kurikulum
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hal ini dilaksanakan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Teknik Mesin
Politeknik Negeri Lhokseumawe. Melalui Kerja Praktek ini diharapkan mampu
menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari, mencoba menganalisa, dan
memecahkan masalah yang ditimbulkan dilapangan yang berguna untuk masa
yang akan atang. Kerja Praktek ini juga dapat memberikan pendidikan dan
pengalaman bagi mahasiswa untuk meningkatkan mutu pendidikan akademis dan
mengembangkan suatu sistem yang relevan antara dunia pendidikan dan dunia
industri.
a. Menyelesaikan salah satu tugas pada kurikulum yang ada pada Politeknik
Negeri Lhokseumawe.
2
d. Untuk mendapatkan bekal sebagai pengalaman di masa yang akan datang.
Pada tahun 1999 saham PT. Semen Andalas Indonesia dibeli secara
keseluruhan oleh PT. Lafarge dari Perancis. Setelah saham dipegang oleh PT.
Lafarge Cement Indonesia, banyak kemajuan yang diperoleh baik dari segi
produksi maupun dalam hal kesejahteraan dan keselamatan karyawan. Pada saat
gempa dan tsunami 26 Desember 2004, banyak peralatan pabrik yang hancur dan
sebagian besar karyawan yang menjadi korban. Tahun 2005, kembali melakukan
3
rekontruksi peralatan pabrik yang rusak. Pada awal tahun 2009, Pabrik kembali
beroperasi untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan semen lokal yang tinggi.
Beberapa peralatan pabrik masih dalam start up sehingga produksi masih dibawah
target. Untuk memenuhi kebutuhan semen tersebut, pihak perusahaan
mendatangkan clinker dari Malaysia. Pada tahun 2010, pabrik PT. Lafarge
Cement Indonesia kembali beroperasi dengan normal, sehingga target produksi
pabrik untuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor sudah tercapai.
Pada tanggal 11 Februari 2016, saham PT. Lafarge Cemen Indonesia resmi
bergabung dengan Holcim yang berada di bawah naungan Lafarge Holcim Group
(LHG). Holcim Ltd merupakan induk usaha PT. Holcim Indonesia TBK yang
berbasis di Swiss. Pada tanggal 13 November 2018, PT. Lafarge Holcim
Indonesia kembali diakuisisi oleh PT. Semen Indonesia TBK dan resmi berganti
nama menjadi PT. Solusi Bangun Andalas dan merupakan bagian dari Semen
Indonesia Group.
4
1.3.2 Sarana dan Fasilitas Perusahaan
Sebagai pabrik semen terpadu PT. Solusi Bangun Andalas memiliki sarana
dan fasilitas sebagai berikut :
5
1.3.3 Struktur Organisasi
Secara umum organisasi pada PT. Solusi Bangun Andalas Lhoknga plant
sebagai berikut :
6
a. Merencanakan anggaran-anggaran pelatihan fungsional per
departemen.
b. Mengukur kebutuhan training yang relevan untuk karyawan baik
untuk level individu atau level tim, berkonsultasi dengan kepala-
kepala tiap departemen, termasuk metode-metode penilaian dan
sistem pengukuran diperlukan.
c. Mengidentifikasi, memilih dan mengatur lembaga pelatihan untuk
melaksanakan training yang diperlukan sesuai standard yang sudah
ditentukan.
5. Operation manager
7
c. Deputy Production Manager
- Data Controller Engineer
- Mill & Pyro Engineer
- Production Planner
- Cemen Mill Asst. Manager
- Superintendent Gen. Services
- Kiln Coach
- Quarry Manager
d. Terminal & Port Lhoknga Manager
- Port Assistant Manager
- Terminal Assistant Manager
7. Environmental Manager
8 . Safety Manager
8
9. CSR Manager
9
5. HR Assistant Manager
6. Security Manager
10
Kerugian proses basah pada pembuatan semen, yaitu :
1. Pada saat pembakaran diperlukan banyak bahan bakar, karena menggunakan
panas 1500-1900 kcal/kg track, dengan suhu exit gas 150-250°C.
2. Kiln yang digunakan lebih panjang karena proses pengeringan terjadi di
dalam Kiln.
3. Rata-rata kapasitas kiln pada proses basah lebih rendah.
11
Kerugian proses kering yaitu:
1.4.2 Pemasaran
Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut:
12
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat.
1.5.2 OPC (Ordinary Portland Cement)
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai
persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok
dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10% dan dapat
digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat,
perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain. Tipe semen ini paling banyak
diproduksi dan banyak dipasaran.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
55% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 2,8% MgO; 2,9% (SO3);
1,0% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO.
1.5.3 PCC (Portland Composite Cement)
Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton
seperti struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton,
bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan
acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin.
Keuntungan semen jenis ini adalah lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih
rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air
dan permukaan acian lebih halus.
13
1.6 Bahan Baku Pembuatan Semen
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur
(limestone), batu silika (siltstone), batu serpih(shalestone) dan pasir besi
(ironsand). Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi
semen yaitu:
14
6. Pozzolan
Pozzolan merupakan bahan yang terdiri dari senyawa silika dan alumina.
dimana bahan tersebut tidak mempunyai bahan pengikat seperti semen, namun
bahan pozzolan mengandung senyawa silika – alumina aktif yang dapat bereaksi
dengan kalsium hidroksida pada temperatur kamar dan dengan adanya air akan
membentuk senyawa kalsium silika hidrat dan kalsium aluminat hidrat yang
mempunyai sifat mengeras dan mengikat seperti semen.
15
Langkah-langkah penyediaan bahan baku :
Pembersihan (Cleaning)
Pembersihan yaitu pembabatan yang dilakukan untuk membuka daerah
penambangan baru. Langkah ini perlu dilakukan untuk membersihkan permukaan
tanah dari kotoran yang mengganggu proses penambangan.
Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dilakukan untuk membuat lubang pada batu kapur sebagai
tempat meletakkan bahan peledak. Jarak dan kedalaman lubang pengeboran
disesuaikan dengan kondisi batuan dan lokasi penambangan.
Peledakan (Blasting)
Tahap ini dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya.
Langkah pertama adalah mengisi lubang yang telah dibuat dengan bahan peledak,
tetapi tidak semua lubang diisi dengan bahan peledak. Lubang-lubang kosong ini
untuk meredam getaran yang ditimbulkan akibat ledakan.
Pengangkutan (Loading)
Loading merupakan proses pengangkatan batu kapur hasil peledakan
kedalam Dump Truck dengan menggunakan Back hoe dan Wheel Loader. Setelah
batu kapur digali, dengan alat muat lalu dimasukkan kedalam Truck Loader.
Hauling
Merupakan proses pemindahan batu kapur hasil ledakan dari lokasi
tambang ke tempat penggilingan dengan menggunakan Dump Truck.
B. Proses Penghancuran Bahan Baku ( Unit Crusher )
A ). Limestone
Limestone dimasukkan kedalam hopper, dan kemudian oleh appron feeder
dimasukkan kedalam alat pemecah limestone hammer crusher. Prinsip alat
pemecah ini berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer.
Produk yang lolos dari saringan (grate basket) masuk ke discharge belt conveyor,
sedangkan material jatuhan dari appron feeder ditampung oleh drag chain dan
masuk juga kedalam belt produk (conveyor) dengan ukuran < 25 mm. Selanjutnya
16
batu kapur yang sudah sedikit halus diangkut dengan belt conveyor untuk proses
homogenisasi membentuk layer-layer di limestone stock pile.
Pada proses crushing, tanah liat dituang ke dalam clay hopper, kemudian
appron feeder akan mentransfer tanah liat dengan speed tertentu ke double roller
17
crusher. Selanjutnya double roller crusher yang dilengkapi dengan kuku baja
(teeth) yang berputar berlawanan arah akan memecahkan tanah liat yang keras
hingga ukuran 20 – 30 mm, hasilnya appron feeder akan mengalirkan kembali
tanah liat yang telah hancur ke drag chain. Belt conveyor selanjutnya mengangkut
ke stock pile tertutup agar terhindar dari air. Stockpile ini mempunyai kapasitas
20.000 ton.
18
dengan menggunakan kapal Tongkang. Gypsum dari pelabuhan ditransport ke
tempat penyimpanan gypsum storage dengan menggunakan belt conveyor.
19
Foto di ambil di PT. Solusi Bangun Andalas
Gambar 3.6. Raw Mill
Raw mill merupakan silinder baja tertutup yang diputar oleh double drive
motor induksi dengan kecepatan 14,5 rpm dan power 2.900 kW per motor dengan
kapasitas 260 ton/ jam. Raw mill mempunyai diameter dalam shell 4,88 m dan
panjang shell 15,39 m, terdiri dari tiga bagian yaitu ruang pengering (drying
chamber), ruang penggiling I (grinding chamber I) dan ruang penggiling II
(clasifying chamber II). Material yang masuk ke raw mill mula-mula dikeringkan
didalam drying chamber, dengan menggunakan panas dari cyclone preheater pada
temperatur 350 – 8400C, yang dialirkan dengan menggunakan fan. Bila kiln dan
preheater tidak beroperasi, maka digunakan pembangkit gas panas (hot gas
generator) untuk menghasilkan udara panas. Penurunan kadar air mineral dalam
drying chamber sekitar 2 – 6 %.
Kemudian material masuk ke grinding chamber I yang berisi bola-bola
mill (ball mill) yangberdiameter90 mm, 80 mm, 70 mm dan 60 mm dengan total
beratnya 110 ton. Karena adanya putaran pada raw mill, menyebabkan grinding
media (ball mill) menumbuk material hingga halus.
Material yang telah digiling menuju separator. Disini material akan
terpisah antara yang kasar dan yang halus, sebagian material yang telah menjadi
debu akan terkumpul di cyclone separator dengan bantuan fan. Material yang
kasar keluar melalui central discharge masuk ke air slide dan bucket elevator.
Dengan menggunakan bucket elevator material dimasukkan ke dalam cyclone
separator. Cyclone separator terdiri dari satu buah cyclone yang besar. Pada
cyclone separator ini material dipisahkan dengan memakai sistem sentrifugal.
20
Akibat putaran tersebut material-material yang halus dan yang kasar terpisah
menjadi dua bagian. Material yang kasar jatuh ke bawah ditengah-tengah cyclone
dan dimasukkan kembali ke dalam grinding chamber I sebanyak 35% dan 65%
lagi ke grinding chamber II untuk dihaluskan kembali dengan menggunakan bola-
bola mill yang berdiameter 60 mm, 50 mm, 40 mm, 30 mm dan 25 mm.
Material yang dihaluskan pada grinding chamber II dihisap ke separator.
Disini dipisahkan lagi antara material yang kasar dengan debu (halus), material
yang telah menjadi debu akan terkumpul di cyclone separator dengan bantuan
fan. Sedangkan material yang kasar dengan bantuan air slide menuju bucket
elevator dan dimasukkan ke cyclone separator. Sistem ini disebut dengan sistem
tertutup (closet cyrcuit system) atau recycle system. Selanjutnya material halus
yang berasal dari cyclone separator akan menjadi produk Raw Mill (raw meal)
dan akan turun langsung ke air slide dan masuk ke bucket elevator untuk
selanjutnya akan dikirimkan ke blending silo.
Pada unit kiln proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi tiga tahap proses,
yaitu:
a. Proses pemanasan awal (preheater)
b. Proses pembakaran (kiln)
c. Proses proses pendinginan (cooler)
Ketiga tahap tersebut merupakan unit terpenting dalam proses pembuatan
semen, karena pada unit ini terjadi reaksi-reaksi senyawa pembentuk clinker.
21
1) Proses Pemanasan Awal (Preheater)
Pada proses pemanasan awal, material yang berasal dari storage silo
dimasukkan ke kiln feed hopper, setelah melalui weight feeder dengan bantuan air
lift dan air slade, material masuk ke cyclone preheater.
Preheater terdiri dari empat stage cyclone yang diatur secara vertikal dan
diberikan penomoran dari atas ke bawah. Pada stage I terdapat dua pasang cyclone
I, sedangkan pada stage II, III dan IV terdapat masing-masing sepasang cyclone II,
III dan IV, serta dilengkapi dengan sebuah calciner. Pada setiap stage dipasang
cyclone ganda agar pengaturan jumlah material yang masuk ke preheater lebih
mudah dan pemisahan material pada tiap-tiap stage lebih baik.
Preheater berguna untuk pemanasan awal raw mill sehingga pemanasan
selanjutnya dalam kiln lebih mudah. Preheater terdiri dari susunan cyclone yaitu
tempat terjadinya pertukaran panas antara material dengan gas panas dari kiln.
Dalam perjalanan dari atas ke bawah yaitu dari kiln (process counter current).
Karena menyerap panas maka sebagian material akan teruai dan menguap,
diantaranya akan melepaskan H2O dan CO2.
22
Material yang berupa raw meal bersama gas panas masuk ke cyclone I.
Akibat gaya dorong dari udara panas dan gaya berat dari material yang masuk
melalui bagian samping cyclone maka akan membentuk spiral (pusingan), dan
terjadi pemisahan antara gas dan material. Gas panas yang keluar dari cyclone I
bertemperatur 300 – 4000C, sebagian dikirim ke raw mill dan sebagian lagi
dikirim ke cooling tower.
Selanjutnya material yang keluar dari cyclone I langsung masuk ke gas
duct cyclone III pada temperatur sekitar 720 – 8050C, dan akan terus ke cyclone
II. Dari cyclone II material masuk ke gas duct cycloneIII terus menuju cyclone
IIkemudian ke cyclone I. sedangkan material yang melalui bagian bawah cyclone
III masuk ke Dual Decarbonation Furnace pada temperatur sekitar 950 – 10000C.
Pada cyclone I yang bertemperatur sekitar 300 – 4000C terjadi pelepasan
air kristal sampai mencapai kadar air 0,3%. Pada cyclone II yang bertemperatur
600 – 6500C terjadi kalsinasi sekitar 15%. Pada cyclone III yang bertemperatur
720 – 8050C terjadi kalsinasi sekitar 24 – 25%, dan pada cyclone IV yang
bertemperatur 800 – 9050C terjadi kalsinasi sekitar 85%, sedangkan kalsinasi
sempurna 100% akan terjadi di dalam rotary kiln. Kalsinasi merupakan reaksi
pelepasan CO2 dari bahan baku.
23
Foto di ambil di PT. Solusi Bangun Andalas
Gambar 3.8. Rotary Kiln
Secara garis besar, proses pembakaran di dalam kiln terdiri dari tiga
daerah, yaitu:
a. Daerah kalsinasi (calcinacing zone), 820 – 9000 C
Kalsinasi akan sempurna di dalam kiln dengan naiknya suhu sehingga
dapat menguraikan CO2.
b. Daerah pemijaran (sintering zone) 900 – 14000 C
Pada daerah ini terjadi pembentukan senyawa-senyawa : C2S2, C3A, C4AF
dan C3S.
c. Daerah pendinginan (cooling zone) 1400 – 13000 C
Daerah pendinginan terletak diujung keluar material dari kiln. Di daerah
ini material mengalami pendinginan karena bercampur dengan udara
sekunder dari cooler yang masuk ke kiln.
24
3) Proses Pendinginan (Cooler)
Setelah mengalami pembakaran di dalam kiln, material yang berbentuk
lahar panas masuk ke grate cooler dan didinginkan secara tiba-tiba dengan
menggunakan udara pendingin yang dihembuskan dari enam buah fan. Akhirnya
material akan berbentuk bulatan-bulatan keras yang disebut terak (clinker).Udara
hasil pendinginan clinker dipisahkan ke dalam tiga bagian yaitu:
a. Ke kiln untuk pembakaran bahan yang disebut dengan secondary air duct.
b. Dialirkan melalui tertier air duct menuju preheater. Dari preheater udara
panas dilewatkan ke raw coal mill untuk pengeringan bahan baku serta ke
cooling tower.
c. Dibuang ke atmosfer melalui cerobong asap (chimmey), setelah disaring
dengan gravel bed filter sebanyak delapan set (enem belas buah).
Tujuan dilakukan pendinginan adalah untuk quenching (penurunan
temperatur secara tiba-tiba untuk terbentuknya clinkerisasi), dan juga untuk
menjadikan clinker lebih rapuh sehingga mudah pada penggilingan selanjutnya.
Setelah mengalami pendinginan, bongkahan terak (clinker) yang ukurannya besar
dihancurkan dengan menggunakan breaker (hammer crusher). Clinker yang telah
hancur diangkut menggunakan cooling pan conveyor dan bucket elevator menuju
tempat penyimpanan clinker.
Pada kondisi operasi kiln yang tidak normal, akan menghasilkan clinker
yang berkualitas rendah, ini harus dipisahkan dengan clinker yang berkualitas
baik. Clinker yang berkualitas baik di tempatkan dalam clinker silo, sedangkan
clinker yang berkualitas rendah ditempatkan dalam low burn clinker silo. Clinker
tersebut dipakai sebagai campuran dengan clinker yang berkualitas baik.
Selanjutnya clinker ini diangkut dengan menggunakan pan conveyor dan
beltconveyor ke unit penggilingan semen (cement mill).
Sisa udara panas hasil pendinginan clinker masih mengandung debu yang
sangat halus dalam jumlah banyak. Untuk menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan maka udara panas dimasukkan ke alat pemisah pasir debu yaitu bag
filter (Dust Colector) sebelum dilepas ke atmosfer. Udara yang lebih bersih
dilepaskan ke atmosfer melalui cerobong asap. Debu-debu yang terperangkap
25
didalam gravel bed filter dengan bantuan chain conveyor dan bucket elevator
dimasukkan ke dalam clinker silo.
Cement mill merupakan silinder baja tertutup dengan panjang shell 12,53
m, yang masing-masing diputar satu motor induksi dengan kecepatan 12 rpm.
Power motor induksi yang dihasilkan cement mill adalah 2.900 kW per motor.
Cement mill mempunyai ruangan, tetapi tidak mempunyai ruangan pengering (dry
chamber). Setiap ruangan diisi dengan grinding media dengan diameter yang
berbeda. Ruang I diisi dengan ball mill yang berdiameter 70 - 90 mm sebanyak 54
ton, ruang II diisi dengan ball mill yang berdiameter 40 – 60 mm sebanyak 52 ton,
dan ruang III diisi dengan ball mill yang berdiameter 20 – 30 mm sebanyak 92
ton.
Clinker pada gypsum yang diangkut ke unit cement mill ditempatkan
dalam masing-masing hopper untuk diumpankan melalui weight feeder ke cement
mill. Material yang digiling pada unit ini mempunyai komposisi 95 – 97 % clinker
dan 3 – 5 % gypsum.
26
Selama penggilingan, ruang II disemprot dengan air untuk menjaga agar
temperatur dalam ruangan tersebut sekitar 1200 C. banyaknya air yang
disemprotkan pada ruang III ini tergantungpada kondisi panas material didalam
cement mill. Penjagaan temperatur dimaksudkan agar gypsum tidak terurai karena
fungsinya sebagai retarder (memperlambat) proses pengerasan semen. Jika air
yang disemprotkan terlalu banyak akan menyebabkan buntu pada diafragma.
Maka untuk menghindari pengumpulan dialirkan udara pendingin melalui exhaust
fan.
Material halus yang menjadi semen dengan bantuan Air Slide dialirkan ke
cement silo. Kehalusan semen (Blame) yang diperoleh sekitar 3.600 cm2/gr
(pengukuran dilakukan dengan alat blaine).
Semen dari cement silo dengan bantuan chain conveyor, bucket elevator
dan air slide dibawa ke unit pengepakan (packing plant).pengeluaran semen dari
cement silo dilakukan dengan cara pengontrolan valve pada unit aerasi, yaitu
sistem pengeluaran dengan menggunakan hembusan udara yang berasal dari roots
blower. Hembusan udara dilakukan dari bawah cement silo, hal ini untuk
mempermudah pengeluaran semen.
27
mengatur aliran semen masuk ke cement packer. Pengantongan semen diisi
melalui spout yang berjumlah delapan buah yang terdapat pada cement packer.
Jumlah semen yang memasuki kantong dapat diatur secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan. Semen yang telah siap dikantongkan dalam kemasan 40 kg per
kantong dapat dikirim ke truck dengan memakai belt conveyor.
1.8 Utilitas
Utilitas adalah suatu unit penunjang proses operasi dalam suatu pabrik.
Pada unit utilitas ini akan dijelaskan unit-unit penunjang yang diperlukan untuk
proses pembuatan semen pada PT. Solusi Bangun Andalas.
Penyediaan air pada PT. Solusi Bangun Andalas Indonesia adalah untuk
keperluan sebagai berikut:
a) Air untuk keperluan proses
b) Air untuk pendinginan mesin
c) Air untuk keperluan sehari-hari
d) Air untuk pemadaman kebakaran
28
Air untuk keperluan diatas diperoleh dari sungai Sarah, Leupung yang
jaraknya + 16 km dari lokasi pabrik. Pengambilan air tersebut dilakukan dengan
menggunakan pompa sebanyak 4 buah dan dialirkan melalui pipa 10 inchi. Air
ini ditampung dalam suatu tangki yang terbuat dari fiber 4x4x6 meter. Total
kapasitas kebutuhan air rata-rata per hari adalah 1.400 m3. Air tersebut digunakan
terlebih dahulu dilakukan pengolahan (water treatment), sehingga kondisi fisik
dan kimia dari air tersebut sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengolah air tersebut
tersedia unit pengolahan berupa tangki sedimentasi sederhana dan unit sand filter.
Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran didalam kiln dan
calciner adalah minyak solar (Dieseloil), batu bara (coal) dan sekam padi (rice
husks). Minyak solar digunakan pada saat pembakaran awal dan selanjutnya
digunakan bahan bakar batu bara. Bahan bakar batu bara sebelum dialirkan ke kiln
dan calciner terlebih dahulu digiling didalam coal mill 30 ton/ jam yang bertujuan
untuk:
1. Memperbesar luas permukaan total batu bara, sehingga dapat
mempercepat reaksi antara batu bara dan oksigen, dan
2. Mengurangi kandungan air (moisture) pada batu bara sehingga
pembakaran lebih mudah terjadi.
Kebutuhan oksigen untuk proses pembakaran minyak dan batu bara ini,
berasal dari primary air fan dan cooling fan. Batu bara digiling dalam coal mill
sampai pada kehalusan tertentu. Batu bara ini dikeringkan dengan udara panas
sisa pembakaran dari kiln yang dialirkan dari preheater yang bertemperatur
400oC. Pada aliran udara panas terdapat aliran udara masuk, aliran udara keluar
dan aliran udara recycle. Hal ini bertujuan untuk menjaga temperatur udara panas
yang masuk ke coal mill tetap pada 290oC. Batu bara yang telah digiling dialirkan
ke Separator di dalam Coal Mill untuk dipisahkan antara batu bara yang halus dan
kasar. Batu bara tersebut sebanyak 40% dialirkan ke kiln dan 60% lagi ke calciner
melalui Screw Pump.
29
1.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Health and Safety)
30
PPE dipilih untuk dapat digunakan pada lokasi yang sesuai dengan
spesifikasi desain, peraturan daerah dan standar industri yang sesuai (seperti CE,
BS, ANSI, dll).
31
Foto di ambil di PT. Solusi Bangun Andalas
Gambar 2.3LOTOTO
32
1.13 Ruang Terbatas (Confine Space)
Confine space adalah daerah tertutup yang dapat dimasuki oleh seseorang
dan fungsi utamanya adalah bukan sebagai tempat hunian. Selain itu juga
memiliki akses masuk/ keluar yang terbatas dan mengandung bahaya aktual atau
potensial termasuk karakteristik sebagai berikut:
33