Anda di halaman 1dari 10

NAMA : YULIDA ANGGIA

NO BP : 1500542074

PARTAI POLITIK
A.    LATAR BELAKANG

Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah system politik. Karena pasti
system politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju
dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri
dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi
melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan
kebijakan yang mengikat masyarakat. Parpol terbentuk karena bangkitnya kesadaran rakyat
akan berpartisipasi sebagai dampak positif dari kemajuan yang dicapai dibidang sosial
ekonomi
            Dalam suatu sistem politik terdapat berbagai unsur, dan salah satu unsur tersebut
adalah partai politik. Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini
memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi
sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan
artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya
dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan
sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa
bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya
hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk
menggapai  jabatan-jabatan publik di Indonesia.

B.     DEFENISI PARTAI POLITIK


            Menurut UU Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang partai politik, partai politik
adalah organisasi politik yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara
serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.[1]
            Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai kelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada
anggota partainya kememfaatan bersifat idiil maupun material.[2]
            Leon D. Eisptern berpendapat partai politik adalah sekelompok orang yang secara
peran terlibat dalam politik dan  mempunyai tujuan utama, terwakilinya secara formal dalam
institusi dan pembuat kebikan pemerintah.

            Menurut Sigmund Neumann seorang ahli ilmu klasik dan kontemporer,


mengemukakan partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan
dengan suatu golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.[3]
            Secara umum dapat di katakan partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya.
            Partai politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia yang berdomisili di suatu daerah secara suka rela atas persamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan, anggota, masyarakat, bangsa dan negara
melalui Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)/Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota
(DPRK), Gubernur dan Wakil Gubernur, serta Bupati dan Wakil Bupati/Wali Kota dan Wakil
Walikota.

C.    FUNGSI PARTAI POLITIK

1)    Sebagai Sarana Komunikasi Politik


            Dalam hal ini partai politik juga berfungsi untuk memperbincangkan dan
menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Partai politik
memainkan peran sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah.
            Partai politik merumuskan usulan-usulan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari
masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat
dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa komunikasi antar
pemerintah dengan masyarakat dapar dijembatani oleh partai politik. Dan bagi partai politik
mengartikulasikan aspirasi rakyat merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan,
terutama bila partai politik tersebut ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional.

2)    Sebagai Sarana Sosialisasi Politik


            Partai politik menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi
yang satu ke generasi yang lain. Pelaksanaan fungsi sosialisasi ini di lakukan melalui
berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran,
dsb. Funsi lain dari sosialisasi politik adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum.

3)    Sebagai Sarana Rekruitment Politik


            Dimana partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam
rangka mengisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekruitmen politik maka
dimungkinkan terjadinya rotasi calon mobilitas politik. Tanpa rotasi dan mobilitas politik
pada sebuah sistem politik, maka akan muncul diktatorisme dan stagnasi[4] politik dalam
sistem tersebut.Rekruitmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus
merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.

4)        Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)


            Partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga
negara dengan pemerintahnya. Selain itu, partai juga melakukan konsolidasi dan artikulasi
tuntutan-tuntutan yang beragam yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat.

D.    KLASIFIKASI SISTEM KEPARTAIAN

Sistem kepartaian pertama kali dibentangkan oleh Maurice Duverger. Ia mengadakan


klasifikasi menurut 3 kategori yaitu :
1)      Sistem Partai Tunggal
            Merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang
mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lain.
            Termasuk dalam  katagori ini adalah  negara-negara yang hanya memiliki satu partai
seperti di negara-negara Komunis dan negara-negara yang memperbolehkan munculnya lebih
dari satu partai tetapi hanya ada satu partai dominan. Biasanya, yang terakhir ini muncul
karena corak sistem politiknya yang otoriter. Pola partai tunggal terdapat di beberapa negara :
Afrika, Cina dan Kuba.
            Dalam hal ini, fungsi partai adalah meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk
menerima persepsi pimpinan partai mengenai kebutuhan utama dari masyarakat seluruhnya.

2)      Sistem Dwi-Partai
            Artinya partai-partai yang dominan hanya dua, yakni partai yang berkuasa dan
oposisi, meskipun bisa jadi di tengah-tengah dua partai itu terdapat partai-partai kecil lainnya.
Amerika Serikat, Inggris dan Australia, bisa dikatagorikan sebagai negara-negara yang
menganut sistem dwi partai.
            Bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua
tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran dan dengan demikian mempunyai
kedudukan dominan.
            Sistem dwi-partai dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga syarat yaitu, komposisi
masyarakat bersifat homogen, adanya konsensus kuat dalam masyarakat mengenai azas dan
tujuan sosial dan politik, dan adanya kontinuitas sejarah.[5]

3)      Sistem Multi-partai
            Artinya, jumlah partai yang berkembang menjadi partai dominan itu lebih dari dua.
Negerai Belanda termasuk negara yang menganut sistem kepartaian seperti itu. Pola multi-
partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan Perwakilan Berimbang (Proportional
Representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan
golongan-golongan baru.

           

Untuk menjadi badan hukum, partai harus memiliki :


1)      Akta notaris pendirian Partai Politik
2)      Memiliki  Nama, lambang, atau  tanda gambar  tidak mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan nama, lambang atau tanda gambar yang telah di pakai secara Sah
oleh partai politik lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
3)      Kantor tetap
4)      Kepengurusan sekurang-kurangnya 60% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah
kabupaten/kota pada daerah yang bersangkutan
5)      Memiliki rekening atas nama partai politik
6)      Memiliki kantor tetap

E. TUJUAN PARTAI POLITIK

 Tujuan parpol adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan
/mewujudkan program-program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu.
PERANAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRASI

Proses demokrasi di Indonesia telah melalui masa 10 tahun sejak tahun 1999, dan dalam
perjalanannya telah melewati berbagai proses yang penuh dengan dinamika kehidupan
demokrasi. Pelaksanaan Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR-RI,DPRD Provinsi,&
DPRD Kab/Kota telah dilalui sebanyak 3 kali dengan 4 Presiden yang berbeda pasca
pemerintahan Presiden Soeharto. Dalam periode 10 tahu ke belakang telah banyak perubahan
yang dialami Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan proses demokratisasi,
diantaranya adalah Amandemen UUD 1945,kebebasan pers,pemisahan yang jelas antara
militer dan sipil,kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Salah satu perubahan
yang sangat penting sejak Reformasi adalah munculnya berbagai partai politik sebagai salah
satu wujud kebebasan mengeluarkan pendapat, berserikat,dan berkumpul yang menjadi satu
ciri utama negara yang menjalankan sistem demokrasi.

Sejak Pemilihan Umum pasca reformasi sejak tahun 1999 sampai dengan Pemilihan Umum
tahun 2009 telah banyak dinamika yang dihadapi dalam melaksanakan amanat demokrasi di
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Salah satu yang paling berbeda dibandingkan
dengan penerapan sistem demokrasi otoriter pada masa rezim orde baru adalah dengan
munculnya berbagai macam partai politik peserta pemilu yang setiap saat jumlahnya selalu
bertambah. Pada pemilu tahun 2009, partai politik peserta pemilu mencapai jumlah yang
paling banyak dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, yaitu sebanyak 38 parpol ditambah
6 partai politik lokal di Nangroe Aceh Darussalam.
Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di
Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem demokrasi
secara konsisten, namun di sisi lain banyaknya jumlah partai politik tidak otomatis membuat
kualitas pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih baik, bahkan cenderung menjadi
semakin buruk.
Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka,semua partai politik akan berusaha untuk
memperoleh dukungan sebesar-besarnya dalam suatu pemilihan umum untuk mempengaruhi
arah kebijakan negara. Tinggal dengan cara apa partai politik akan menarik simpati rakyat
untuk memperoleh dukungan rakyat pada periode pemilihan umum berikutnya di tahun 2014,
apakah akan tetap menggunakan pola-pola pendekatan lama atau akan menggunakan pola-
pola pendekatan yang baru dengan konsekuensi akan menghadapi perjuangan yang sangat
berat. Pandangan masyarakat terhadap partai politik yang dibuktikan dengan semakin
berkurangnya partisipasi pemilih dalam pemilu 2009 bukan tanpa alasan, karena memang
sampai hari ini belum nampak hasil kerja nyata partai poltik yang benar-benar berdampak
positif bagi kehidupan masyarakat, khususnya setelah pelaksanaan Pemilihan Umum.
Oleh karena itu, harus ada langkah-langkah kongkret yang harus dimulai dari hari ini sampai
dengan pemilihan umum periode selanjutnya di tahun 2014.
Berikut ini adalah beberapa bagi partai politik untuk memperoleh simpati masyarakat/rakyat
pada pemilu tahun 2014 :
I. PERBAIKAN FUNGSI STRUKTURAL INTERNAL PARTAI

Pengelolaan organisasi Partai Politik tidak jauh berbeda dengan oranisasi lainnya, namun
yang paling membedakan partai politik dengan organisasi lainnya adalah bahwa parpol
memiliki kekuatan POLITIK yang dapat mempengaruhi berbagai kehidupan bernegara dan
bermasyarakat dalam tataran publik. Dengan karakteristik parpol yang memiliki kekuatan
politik maka sudah tentu jajaran struktural partai harus memiliki pemahaman yg kuat
mengenai tugas dan fungsi parpol dalam tingkatan administratif strukturalnya masing-masing
dalam rangka menjalankan visi dan misi masing-masing parpol.

Dalam konteks pelaksanaan Demokrasi, Partai Politik memiliki fungsi sebagai penyalur
artikulasi dan agregasi kepentingan politik yang paling mapan dalam sebuah sistem politik
modern. Sifat penting dari partai politik menjadi semakin terlihat manakala dihubungkan
dengan kepentingan publik yang perlu didengar oleh pemerintah (pelaksana kekuasaan
eksekutif) dan parlemen (pemegang kekuasaan legislatif). Alasan utama dari pentingnya
keberadaan partai politik dalam proses demokrasi, khususnya demokrasi tidak langsung
adalah karena ruang geografis yang semakin luas dan populasi penduduk yang semakin besar
dalam wilayah suatu negara, sehingga dalam situasi tersebut masyarakat tidak mungkin
menyalurkan aspirasinya secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana
partai politik memiliki tugas untuk menjadi ”jembatan” antara rakyat dan pemerintah,
sehingga dengan demikian maka partai politik merupakan salah satu pilar utama dan institusi
demokrasi yang penting selain dari lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, pemilihan umum,
serta pers yang independen dalam rangka membangun kehidupan politik yang berkualitas dan
beradab.

Keberadaban dan kualitas kehidupan politik yang dimaksud adalah bahwa partai politik
dengan berbagai peran dan fungsinya diupayakan mampu meredam (bahkan menyelesaikan)
berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat modern seperti saat ini. Dengan demikian
maka keberadaban yang akan terbangun melalui partai politik dapat terwujud ketika
perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan konflik destruktif secara eskalatif dapat
diselesaikan melalui cara-cara dialogis yang konstruktif.

Peranan partai politik yang secara sederhana dapat diartikan sebagai representation of idea,
yaitu bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan warga, memberikan jalan
kompromi bagi pendapat/tuntutan yang saling bersaing, serta menyediakan sarana kompromi
bagi suksesi kepemimpinan politik secara damai dan legitimate.

Dalam konteks parpol sebagai “jembatan” komunikasi antara rakyat dan pemerintah (yang
berkuasa), maka partai politik melalui jajaran struktural partai pada berbagai tingkatan
administratif harus secara aktif menjadi bagian dalam kehidupan sosial dan politik dalam
suatu entitas masyarakat tertentu.

Sebagai salah satu institusi demokrasi yang memegang peranan penting dalam proses
demokrasi, maka partai politik harus dapat menempatkan posisinya secara aktif dan kreatif
dalam rangka menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai representation of idea. Partai politik,
bersama-sama dengan institusi demokrasi lainnya seperti lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan pers, harus secara konsisten melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya baik
pada masa persiapan pemilihan umum (pre election) maupun pada masa setelah pemilihan
umum (post election).

Pada masa sebelum pemilihan umum sampai dengan pelaksanaan pemilihan umum partai
politik bertugas untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya untuk memperoleh jumlah
kursi yang banyak di lembaga legislatif pada semua tingkatan, mulai dari DPR RI, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Sedangkan pada masa pasca pemilihan umum sampai
dengan pelaksanaannya di periode selanjutnya, partai politik idealnya tetap harus melakukan
kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada tujuan organisasi dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi pemilihan umum di periode selanjutnya.

Berikut adalah salah satu gambaran mengenai tindakan/hal-hal yang harus dilakukan jajaran
struktural partai terhadap suatu fakta/kejadian/issue di masyarakat:

Di Desa A, Kecamatan B, yang menjadi wilayah Kabupaten C pada Provinsi D ditemukan


salah satu warga masyarakat yang mengalami GIZI BURUK. Terhadap situasi demikian,
maka jajaran struktural di tingkat DESA harus mengadakan komunikasi dengan jajaran
pengurus Desa yang bersangkutan melalui Kepala Desa (karena Desa merupakan walah satu
wilayah yang otonom) untuk membicarakan solusi mengenai permasalahan yang terjadi di
tingkat Desa tersebut. Jika di tingkat Desa tidak menemukan solusi berarti, maka jajaran
struktural parpol di tingkat Desa/Kelurahan langsung memberikan laporan resmi atas situasi
yang terjadi di desa tersebut kepada jajaran struktural di tingkat Kecamatan, atau lazim
disebut Pengurus Anak Cabang. Di tingkat Kecamatan, pengurus PAC partai melakukan
komunikasi dengan jajaran pimpinan Kecamatan melalui Camat untuk mencari solusi atas
situasi GIZI BURUK yang dialami oleh warga Desa A yang menjadi bagian wilayah
Kecamatan B. Jika di tingkat Kecamatan dicapai suatu penyelesaian, maka penyelesaian tidak
dilanjutkan pada tingkat Kota/Kabupaten, namun proses penyelesaian tetap dilaporkan
kepada jajaran pengurus di tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi. Namun jika pada tingkat
Kecamatan tidak ditemukan solusi atas permasalahan tersebut, maka penyelesaian dilanjutkan
ke tingkat Kota/Kabupaten melalui Walikota/Bupati beserta jajaran instansi yang terkait di
tingkat administrasi pemerintahan Kota/Kabupaten, dan seterusnya sampai tingkat Provinsi
atau bahkan sampai tingkat nasional.

Kegiatan-kegiatan parpol di atas harus dilakukan oleh :


1. Seluruh jajaran struktural partai politik pemenang pemilu legislatif dan/atau pemilihan
presiden (beserta koalisi parpol pendukungnya);dan bahkan
2. Seluruh jajaran struktural Partai politik yang kalah dalam pemilu legislatif dan pilpres
sehingga menempatkan diri menjadi OPOSISI.
Bagi parpol yang menang, maka seluruh jajaran struktural partai menjadi pendukung utama
dari Pelaksana Fungsi Eksekutif (pemerintah) yang berasal dari parpolnya, dengan kata lain
menjadi pengawas dan pendorong pelaksanaan program-program pemerintah yang notabene
berasal dari kader-kader partainya.

Sedangkan bagi parpol yang berkedudukan sebagai OPOSISI, maka jajaran struktural partai
di berbagai tingkatan menjadi lembaga penyeimbang dan bahkan menjadi kelompok penekan
yang mengawasi kinerja pemerintah (eksekutif) yang berkuasa dalam suatu periode tertentu.
Menjadi OPOSISI bukan hanya terdapat di dalam Lembaga Legislatif saja, namun juga
dilakukan dalam konteks pelaksanaan kekuasaan eksekutif.

Sebagai suatu unsur utama dalam kehidupan demokrasi,maka OPOSISI merupakan TUGAS
bagi parpol yang berbeda haluan dan pandangan dengan parpol pemenang pemilu. Karena
merupakan suatu tugas,maka OPOSISI harus secara LOYAL dan AKTIF melakukan
PENGAWASAN dan dalam situasi yang memang memungkinkan harus menjadi pendukung
utama dari program pemerintah berkuasa bila suatu program atau kebijakan publik tersebut
memang layak atau harus untuk didukung.

Dalam konteks sebenarnya PARTAI POLITIK memiliki fungsi yang sangat luas dan
seharusnya mempengaruhi kehidupan sosial politik di suatu negara demokrasi. Partai politik
dengan kekuatan warga partai/konstituen dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah
(pemerintah dalam arti sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, salah satu fungsi dalam trias
poilitica yang dikemukakan Rosseau), dan bahkan kebijakan lembaga legislatif melalui
kader-kader partai yang duduk di dalamnya, selama hal tersebut didasarkan pada
KEMASLAHATAN SELURUH RAKYAT atau didasarkan pada KEPENTINGAN
RAKYAT.

Dari uraian singkat di atas, maka nampak bahwa partai politik memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat dan negara. Karena fungsi yang sangat strategis
tersebut maka sudah menjadi suatu keharusan bagi satiap partai politk untuk melakukan
perbaikan-perbaikan dari berbagai sisi, salah satu diantaranya adalah perbaikan dari aspek
struktural partai agar setiap jajaran struktural partai menempatkan dirinya secara aktif sebagai
bagian utuh dari sistem politik dan sistem kemasyarakatan secara holistik, sehingga di masa
yang akan datang partai politik akan menjadi suatu lembaga;saluran;sarana;wadah;tempat
bagi rakyat untuk berkeluh kesah mengenai segala permasalahan yang terjadi di dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan dapat menjadi saluran komunikasi dengan
berbagai pihak dalam kehidupan nyata.

Salah satu hal penting dalam perbaikan fungsi struktural internal partai adalah dengan
mewajibkan seluruh PIMPINAN PARPOL pada berbagai tingkatan struktural untuk selalu
TURUN kepada masyarakat dan selalu berhubungan dengan masyarakat, tanpa terkecuali.
Dari mulai tingkat yang paling atas sampai jajaran struktural parpol yang paling bawah,
tentunya berdasarkan jenjang kepengurusan yang ada, struktur yang berada di tingkat yang
paling bawah akan selalu berhadapan dengan masyarakat secara langsung. Hal itu berkaitan
dengan WILAYAH/TERITORIAL yang luasnya tidak terlalu besar dengan jumlah
masyarakat yang tidak terlalu banyak juga. Namun jajaran struktural parpol yang di level atas
pun harus secara aktif terjun di tengah-tengah masyarakat untuk memperkuat kerja jajaran
struktural di level bawah. Reward and punishment dari parpol menjadi sangat penting dalam
hal ini.

Harus disadari bahwa dalam konteks TERITORIAL/WILAYAH administrasi struktural


partai, jajaran struktural yang lebih tinggi tidak memiliki kemampuan untuk mengelola
konstituen partai secara langsung, kemampuan tersebut dimiliki oleh jajaran struktural yang
paling bawah. Kemampuan jajaran sruktural yang paling bawah dalam melakukan
pengelolaan TERITORIAL dan PERSONEL (konstituen) menjadi sangat penting
dibandingkan jajaran struktural di tingkat Kota / Kabupaten dan level di atasnya, karena
mereka bersinggungan langsung dengan konstituen orang-per orang.

Dalam situasi seperti itu maka jajaran struktural berdasarkan kewenangan yang dimilikinya
melalui AD/ART Partai dan/atau Peraturan Organisasinya wajib melakukan pembinaan-
pembinaan TERITORIAL & PERSONEL (Konstituen) terhadap jajaran struktural di tingkat
bawah. Secara kongkret adalah bahwa jajaran struktural di tingkat PROVINSI harus
melakukan PEMBINAAN-PEMBINAAN secara terus menerus kepada jajaran struktural di
tingkat KOTA/KABUPATEN, dan diteruskan kepada tingkat
KECAMATAN,DESA/KELURAHAN,serta RT/RW. Begitu pula sebaliknya, dari tingkat
RT/RW secara berjenjang melakukan pelaporan-pelaporan kegiatan kepada tingkat
DESA/KELURAHAN,KECAMATAN,KOTA/KAB, dan PROVINSI.

Tentunya hal-hal yang disebutkan di atas akan sulit untuk terwujud jika tidak diikuti dengan
proses rekrutmen kader-kader pimpinan partai yang obyektif. Untuk itu, maka tahap
selanjutnya yang harus dilakukan untuk memperbaiki fungsi-fungsi struktural internal partai
adalah dengan melakukan mekanisme rekrutmen yang obyektif dalam rangka memilih dan
menetapkan kader-kader pimpinan partai yang memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan,
khususnya di tingkat jajaran struktural RT/RW,DESA/KELURAHAN, dan KECAMATAN
karena mereka lah yang bersinggungan langsung dengan masyarakat di wilayahnya masing-
masing.

Intinya, SEMUA PENGURUS HARUS TURUN KE MASYARAKAT MULAI SAAT INI


SAMPAI 5 TAHUN KE DEPAN, menginventarisasi segala potensi dan kendala yang ada di
masyarakat, dan harus ditetapkan sanksi organisasi bagi pengurus yang melanggarnya di
berbagai tingkatan struktural.

Hal tersebut berlaku pula bagi anggota Legislatif terpilih di tingkat DPR RI, DPRD
PROVINSI, & DPRD KAB/KOTA, mereka pun wajib untuk kembali membangun daerah
yang menjadi DAERAH PEMILIHANNYA (wilayah penghitungan suara) ketika melakukan
kampanye pada masa pemilu. Kewajiban tersebut diwujudkan dengan intensitas kehadiran
anggota legsilatif di daerah pemilihannya, dan mereka harus selalu berkoordinasi dengan
jajaran struktural di tiap tingkatan wilayah.
Untuk mengawasi kinerja anggota legislatif yang bersangkutan, maka tugas dan wewenang
lebih luas diberikan kepada jajaran struktural di tingkat Kecamatan untuk mengawasi apakah
anggota legislatif yang berasal dari dapil tersebut melakukan kegiatan/kunjungan rutin di
daerah tersebut atau tidak. Namun kewajiban untuk turun ke daerah harus ditetapkan oleh
organisasi karena jika hal tersebut dilanggar akan dikenai sanksi sesuai dengan tingkat
pelanggarannya. Sebagai contoh: untuk anggota legislatif di tingkat Kab/Kota, maka tugas
organisasi dikeluarkan oleh jajaran struktural partai di tingkat Kab/Kota, begitu pula untuk
tingkat Provinsi, dan di tingkat Pusat.

Dengan melaksanakan hal di atas, diharapkan semua kader partai melakukan kampanye
setiap saat melalui kegiatan langsung kepada masyarakat. Bentuk kegiatan yang dimaksud
dapat berupa apa pun, yang penting adalah wujud kehadiran mereka di tengah masyarakat
dan kehadiran tersebut menjadi TUGAS yang diwajibkan oleh organisasi. Jika hal ini
dilakukan secara simultan dan terus menerus, maka dapat dipastikan pada 5 tahun mendatang
partai yang bersangkutan dapat memperoleh simpati dari rakyat. SETIAP HARI ADALAH
KAMPANYE, TIDAK TERBATAS PADA KEGIATAN 5 TAHUNAN MENJELANG
PEMILU SAJA….

Yang menjadi kunci keberhasilan program/kegiatan ini adalah unsur PERSONIL dalam hal
ini kader partai, khususnya di jajaran pengurus struktural, apakah yang bersangkutan mau
untuk melaksanakan kegiatan ini. Yang dibutuhkan adalah kemauan dari jajaran pimpinan
parpol untuk TURUN kepada masyarakat, untuk itu maka proses rekrutmen jajaran pimpinan
parpol menjadi salah satu UNSUR PENTING dalam upaya pembesaran dan penguatan partai.
PENDAPAT SAYA TENTANG PARTAI POLITIK DI INDONESIA

Partai Politik adalah alat demokrasi untuk mengantarkan rakyat menyampaikan artikulasi
kepentingannya. Tidak ada demokrasi sejati tanpa Partai Politik. Meski keberadaan Partai
Politik saat ini dianggap kurang baik, bukan berarti dalam sistem ketatanegaraan kita
menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. 
Keadaan Partai Politik seperti sekarang ini hanyalah bagian dari proses demokrasi,
lumayanlah namanya juga usaha untuk memakmurkan demokrasi. Namun kalau kita
berbicara tentang partai manakah yg diidamkan oleh masyarakat sepertinya hampir tak ada.
bahkan para pelaku politik intern partai juga meyakini hal itu sekalipun. Tidak ada satupun
orang di Indonesia yang begitu mencintai partainya dengan alasan utk mewujudkan
demokrasi. Aktivis parpolpun menggunakan parpol hanya sebagai kendaraan politik untuk
mewujudkan cita2 (jabatan politik) mereka dan demi mengepulkan asap dapur mereka. 
Akhirnya nilai demokrasipun hanya slogan belaka. Kedaulatan untuk rakyat hanya sebagai
simbol untuk para wakil rakyat yang telah dipilih cenderung mementingkan kepentingan
rakyat untuk sesaat, namun kepentingan kelompok mereka untuk selamanya. akhirnya
sampailah Indonesia pada demokrasi semu yg kita temui saat ini. Kedaulatan dan
kesengsaraan berada di tangan rakyat sekaligus

Anda mungkin juga menyukai