Anda di halaman 1dari 5

Seri Siapa Di Dalam Kristus?

Simon Tampubolon

DIPANGGIL UNTUK MERDEKA UNTUK


Yosua 1:1-9

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu


dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. (Rm. 8:2)

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.


Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Gal. 5:1)

Orang merdeka adalah identitas kita yang luar biasa di dalam Kristus. Kemerdekaan kita
adalah kemerdekaan spiritual atau rohani, dimana kita dibebaskan dari hukum dosa dan
hidup dalam Kristus bagi kemuliaan Allah.

Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan “dari” dan “untuk”. Kita merdeka “dari” dosa,
hukuman dan maut, namun kemerdekaan dari tersebut tidaklah berhenti sampai di situ,
kemerdekaan “dari” harus dilanjutkan dengan kemerdekaan “untuk”. Kita bukan sekedar
merdeka “dari” dosa, hukuman dan maut, namun kemerdekaan kita punya Tujuan, atau
kemerdekaan “untuk”, yaitu untuk hidup di dalam Kristus dan memuliakan Allah dalam
kemerdekaan kita.

Sebagaimana orang Israel dibawa keluar dari tanah perbudakan Mesir untuk beribadah
kepada Tuhan, seperti dikatakan:
“Sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia
beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolah, maka Aku akan membunuh
anakmu, anakmu yang sulung.” (Kel. 4:23)”
Bahkan sebelumnya dikatakan juga oleh Tuhan ketiga dia memanggil Musa:
“Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir,
dan Aku telah mendengar seruan mereka disebabkan oleh pengerah-pengerah
mereka, ya, aku telah mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun
untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari
negeri itu ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya...” (Kel.3:7-8).
Demikianlah kita orang berdosa, dipanggil keluar dari kehidupan dosa menuju kepada
kehidupan di dalam Kristus untuk menikmati Allah dan menikmati berkat-berkatNya.

UNTUK
DARI Kudus
Dosa Hidup
Maut MERDEKA
Menikmati Allah
Hidup sia sia Menikmati berkat
ilahi
Seri Siapa Di Dalam Kristus? Simon Tampubolon

Dalam nats Yosua 1:1-9, kita dapat melihat panggilan merdeka untuk dalam segala
dinamikanya. Di awal firman Tuhan mengatakan:
1:1 Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua
bin Nun, abdi Musa itu, demikian: 1:2 "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu
bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini,
menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. 1:3
Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,
seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa. 1:4 Dari padang gurun dan gunung
Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh
tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu
akan menjadi daerahmu. 1:5 Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi
engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan
menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau. (Yos. 1;1-5)
Yosua dipanggil untuk menjadi penerus estafet kepemimpinan “merdeka untuk” dari Musa.
Bangsa Israel tidak sekedar “merdeka dari” perbudakan Mesir, namun mereka dibawa
“merdeka untuk” beribadah kepada Tuhan di tanah yang akan Tuhan berikan kepada
mereka.

Sebagaimana bunyi pembukaan UUD 1945 alenia kedua:


“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur”
demikianlah perjalanan bangsa Israel sudah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan,
namun “kemerdekaan untuk” masih harus terus diperjuangkan. Bangsa Israel sudah
“merdeka dari” Mesir, namun untuk “merdeka untuk” mereka masih memiliki banyak lawan
yang harus dihadapi dan ditaklukan. Tentu perjuangan menggapai “merdeka untuk” harus
dimulai dengan keyakinan akan janji Allah, yang berkata: “seorangpun tidak akan dapat
pertahan menghadapi engkau seumur hidupmu seperti Aku menyertai Musa, demikianlah
Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau.”

Bagi Yosua sendiri ada tantangan pribadi, yaitu bayang-bayang kepemimpinan Musa. Orang
Israel pastinya akan membanding-bandingkan dirinya dengan Musa dan membanding
kepemimpinannya dengan kepemimpinan Musa. Oleh karena itu, Yosua sendiri harus
merdeka dari bayang bayang itu dan menghidupi panggilannya sendiri untuk mewujudkan
“merdeka untuk” . Dan, untuk itu pesan Tuhan tiga kali diawali dengan seruan: “Kuatkan
dan teguhlah hatimu...” (ay.6,7 dan 9) Seruan “kuatkan dan teguhkan hatimu” itu
dilanjutkan pesan-pesan yang menjadi sesuatu yang kita miliki untuk mewujudkan
“kemerdekaan untuk”.

Tujuan Tuhan
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini
memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka
untuk diberikan kepada mereka.” (Yos.1:6)
Seri Siapa Di Dalam Kristus? Simon Tampubolon

Dalam pesan awal untuk menguatkan dan meneguhkan diri Yosua, Tuhan menegaskan
sebuah tujuan Allah atas pribadi Yosua, yaitu untuk menjadi pemimpin bangsa Israel
memiliki negeri yang dijanjikan Tuhan.

Menangkap tujuan Allah dalam kehidupan kita yang dimerdekakan, akan membuat kita
dapat menikmati kehidupan yang sungguh sungguh merdeka dan keyakinan kita akan tujuan
khusus kemerdekaan serta keberadaan kita akan meneguhkan kita dalam mengisi
kemerdekaan dan bertahan dalam segala tantangan yang mencoba menggerogoti
kemerdekaan kita.

Tujuan umum kita sudah jelas yaitu untuk melipat gandakan gambar dan rupa Allah di dunia
ini (Kej. 1:27-28), sehingga melaluinya Tuhan dipermuliakan. Namun dalam tujuan umum itu
ada tujuan khusus yang Allah rancangkan bagi kita, yang menyatakan bagaimana kita
memuliakan Allah lewat keberadaan, pekerjaan dan apapun yang kita lakukan. Dalam
Alkitab kita bisa melihat tokoh-tokoh yang memuliakan Allah dengan latar belakang yang
berbeda beda. Dari Raja, nabi, rasul, nelayan, bahkan orang-orang yang dipandang orang
biasa. Para Nabipun adalah orang-orang dengan latar belakang sosial dan perkejaan yang
berbeda-beda.

Kita perlu berdoa, menggumuli dan mengalami pembaharuan budi untuk mengetahui
panggilan atau tujuan khusus Allah bagi kita untuk memuliakan Dia. Dan, ketika kita
menemukannya sebagai visi dan memperjuangkannya, maka kita akan merasakan arti
“merdeka untuk”.

Menemukan tujuan khusus kita untuk memuliakan Tuhan tentu tidak mudah, kita harus
berdoa dan menggumulinya dengan sungguh sungguh. Hal ini juga dipengaruhi oleh
keluarga, lingkungan, talenta dan karunia kita. Pikirkan hal apa yang menggairahkan kita,
pikirkan hal apa yang melaluinya anda merasa berdampak, pikirkan orang-orang seperti apa
yang Tuhan pertemukan kepada anda, pikirkan hal apa yang anda kerjakan tanpa
memikirkan keuntungan di dalamnya, tetapi karena anda merasakan sesuatu yang
bermakna ketika anda melakukannya. Pikirkan juga talenta, kecerdasan majemuk, dan
karunia anda. Dan, pikirkan apa yang dibutuhkan oleh lingkungan dimana anda berada atau
kemana anda akan pergi. Di atas semua itu pikirkan dan renungkan dengan baik, perintah
Tuhan bagi kita untuk mengabarkan Injil dan menjadi saksiNya.

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini
memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk
diberikan kepada mereka.” (Yos.1:6) Ketika kita menemukan tujuan khusus kita untuk
memuliakan Allah, maka kita akan memperoleh kekuatan dan keteguhan hati. Dan, sekali
lagi kita akan merasakan arti “merdeka untuk”

Tuntunan Tuhan

Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah


hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh
hamba-Ku Musa; Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri; supaya engkau
beruntung ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab
Seri Siapa Di Dalam Kristus? Simon Tampubolon

Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-
hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:7-8)

Tujuan khusus yang sudah kita temukan haruslah kita jalani sesuai dengan tuntunan Tuhan.
Karena, tujuan itu harus kita capai dalam kehendak dan waktu Allah, yang kerap kali
dinyatakan secara bertahap dalam dinamika kehidupan kita. Misalkan anda meyakini
panggilan khusus anda adalah untuk menjadi misionaris, maka selanjutnya anda harus
menggumuli: sekolah teologia mana yang akan anda masuki untuk belajar misi, negara
mana yang akan menjadi tempat misi anda, kapan waktu yang tepat bagi anda untuk
berangkat dan memulai misi anda. Oleh karena itu kita sungguh-sungguh butuh tuntunan
Tuhan.

Dalam kenyataannya banyak orang percaya yang belum menemukan tujuan khusus dalam
hidupnya. Bila hal itu terjadi bisa jadi karena tujuan khusus itu begitu misteri, dinyatakan
secara bertahap dan samar, sehingga hanya kita ketahui secara jelas diakhir pencapaiannya
atau karena ketidak beranian kita untuk memperluas zona nyaman kita. Oleh karena itu
dibutuhkan tuntunan Allah dalam kehidupan kita dan kesetiaan.

Yusuf adalah contoh akan kebergantungan pada tuntunan Tuhan dan kesetiaan. Pada bagian
akhir dari kisah hidupnya, ketika dia bertemu dengan saudara-saudaranya yang takut
terhadapnya, ia berkata:
“ Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-
rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk
kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa yang besar...” (Kej. 50:19-20)
Di awal relasinya dengan Tuhan dan saudara-saudaranya, Yusuf sudah mendapatkan mimpi
yang menggambarkan visi Tuhan bagi dirinya, namun semua itu tidaklah terang benderang
dinyatakan. Tuhan mewujudkan visi itu lewat dinamika kehidupan Yusuf, sebuah dinamika
kehidupan yang dipandang sebagai “reka-rekaan jahat”

Tetapi dalam “reka-rekaan jahat” manusia itu Allah setia menuntun Yusuf. Ketika Yusuf ada
di rumah Potifar sebagai pelayan, pernyertaan dan tuntunan Tuhan ada baginya, sehingga ia
menjadi orang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya (Kej.39:3). Ketika ia adalam penjara,
sekali lagi Alkitab mencatat penyertaan dan tuntunan Tuhan atas Yusuf, dikatakan: “Tetapi
TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf
kesayangan bagi kepala penjara itu” (Kej. 39:21) Dalam waktu dan cara Tuhan Yusuf
dipanggil untuk mengartikan arti mimpi Firaun, dalam hal itu Yusuf berkata: “Bukan sekali-
kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku
Firaun,” dan akhirnya yusuf diangkat menjadi “kuasa atas seluruh tanah Mesir” di usia 30
tahun. Dengan jalan itu dikemudian hari ada jalan memelihara kehidupan umat Israel dan
rancangan Tuhan atas hidupnya tergenapi.

Tuntunan Tuhan dalam kehidupan Yusuf begitu nyata untuk mewujudkan rancangaNya atas
kehidupan Yusuf. Dalam kehidupan, kita juga harus peka terhadap tuntunan Tuhan ini, kita
harus menggumuli setiap langkah-langkah yang kita ambil dalam doa dan dalam firman
Seri Siapa Di Dalam Kristus? Simon Tampubolon

Tuhan. Sehingga kita berhasil mewujudkan rancangan Tuhan yang memerdekakan kita
untuk memuliakanNya dan kita beruntung.

Temanan Tuhan

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?


Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke
manapun engkau pergi. " (Yos. 1:9)

Teman dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti kawan, sahabat, orang yang bersama-sama
bekerja. Yosua diingatkan kembali untuk kuat dan teguh dan jangan kecut serta tawar hati,
karena Allah menemani dia kemanapun dia pergi. Allah selalu hadir dalam setiap langkah
Yosua atau hadirat Allah sellau menyertai Yosua kemanapun dia pergi.

Allah tidak sekedar memberikan tujuan atau visi, juga tidak sekedar memberikan tuntunan
untuk menggapai visi itu, namun Dia juga menemani Yosua untuk mewujudkan visi itu. Allah
berjalan bersama Yosua, kemanapun Yosua pergi.

Tujuan dan tuntunan Allah membuat kita menjadi aktif bekerja, sehingga kita kerap kali
gagal membangun pertemanan atau keintiman bersama dengan Tuhan. Kita kerap kali lupa
untuk menikmati hadirat Tuhan, karena fokus kita telah mengalihkan relasi kita. Tuhan ingin
Yosua tetap ingat untuk menikmati hadirat Tuhan dalam setiap moment kehidupannya yang
begitu sibuk dan padat dengan ketegangan-ketegangan yang luar biasa.

Menikmati hadirat Tuhan, menjaga keseimbangan kita untuk sejenak berhenti dan
merenungkan karya Tuhan dalam kehidupan kita dan memperoleh kekuatan baru. Kita
harus menyediakan waktu khusus untuk berdiam diri, berdoa, membaca firman dan
menyembah Tuhan, membangun keintiman dengan Tuhan. Kita bisa juga membiasakan diri
ada dalam dialog dengan Tuhan, seperti ketika ketika di dalam kendaraan pribadi kita
mendengarkan lagu atau firman Tuhan audio, mengucapkan rasa syukur kita atau
menyampaikan pergumulan dan doa kita.

Ingat Tuhan selalu ada menemani kita, Dia adalah sahabat sejati bagi kita. Di dalam Yesus
kita sungguh dijadikan sahabat yang berharga. FirmanNya berkata:

13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu
berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi
hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala
sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yoh. 15:13-15)
Dalam Yesus kita memperoleh tujuan Allah, tuntunan Allah dan temanan Allah, sehingga
benarlah di dalam Yesus kita sungguh-sungguh “merdeka dari” dan “merdeka untuk”.

Anda mungkin juga menyukai