2
3
4
5
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang ditandai oleh adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau
gas yang berbahaya (Grace & Borlay, 2011). Adapun pendapat lain
2. Etiologi
a. Faktor Lingkungan
1) Merokok
2) Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan
3) Polusi udara
dapur yang jelek misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan
35% .
4) Infeksi
b. Faktor Host
1) Usia
2) Jenis kelamin
yang sama presentase paru yang terpapar pada wanita lebih besar
daripada pria.
4) Predisposisi genetik
berikut:
a. Gejala Umum
4) Hiperinflasi
terengah-engah.
c. Gejala berat
4. Klasifikasi PPOK
a. Bronkhitis Kronis
lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3 tahun.
polusi udara, dan usia tua, terutama pada laki-laki. Hipersekresi dan
b. Emfisema
pelebaran dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding alveoli.
antara lain pada perokok. Akan tetapi pada herediter, dimana terjadi
maka emfisema muncul pada lobus bawah pada usia muda tanpa harus
emfisema terjadi pada daerah distal dari bronkus, terutama pada asma
udara (air tapering), dimana udara dapat masuk tetapi tidak dapat
menjadi gembung atau barrel chest. Gabungan dari alveoli yang pecah
c. Bronkiektasis
bawah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena letak anatomis dari
lobus ini yang lebih mudah terkena infeksi. Bagian yang lebih banyak
Bronkus yang terkena dapat fokal, dapat pula difus atau bilateral.
karena benda asing. Sedangkan yang difus pada umumnya terjadi bila
5. Komplikasi PPOK
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik,
gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas kronis
ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO250 mmHg, serta Ph
dapat normal. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh
sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan
memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini
limfosit darah. Adanya kor pulmonal ditandai oleh P pulmonal pada EKG,
hematokrit > 50 %, dan dapat disertai gagal jantung kanan (Grace &
Borlay, 2011).
6. Patofisiologi
(Fajriah, 2014).
penurunan efisiensi ventilasi dan ekspansi toraks. Hal ini kemudian akan
Mobilisasi chest adalah salah satu dari banyak teknik dan sangat
(Leelarungrayub, 2012).
2014).
dan bahu yang mempengaruhi ventilasi atau postur. Latihan khusus dari
mobilisasi chest, yaitu : (1) mobilisasi satu sisi pada chest (2) mobilisasi
pada upper chest dan stretch pectoralis muscles, (3) mobilisasi pada
Latihan mobilisasi chest yang dilakukan secara verbal dan stimulasi taktil,
efek latihan mobilisasi chest dengan kombinasi stretching otot dan deep
fleksi spine saat pasien ekspirasi. Posisi ini mendorong viscera superior ke
Colby, 2007).
d. Fraktur tulang rusuk yang parah dan tidak stabil (Kisner & Colby,
2007).
20
inspirasi
sambil ekspirasi.
Gambar 2.1
Mobilisasi satu sisi pada chest
Sumber : Kisner & Colby (2007)
2)
ekspirasi.
Gambar 2.2
Mobilisasi pada upper chest dan stretch pectoralis muscles
Sumber : Kisner & Colby (2007)
Gambar 2.3
Mobilisasi pada upper chest dan shoulder
Sumber : Kisner & Colby (2007)
lingkar tubuh (body girth) yang merupakan pengukuran keliling lingkar tubuh
dengan standar anatomikal, diukur dengan peralatan pita ukur. Pengukuran ini
digunakan untuk
menentukan komposisi
memonitoring
perubahannya dalam
dkk, 2016).
bagian, yaitu axilla, toraks 4-5 dan proc. xyphoideus. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui nilai dari penurunan sangkar toraks dan dapat
akan diukur.
c. Pastikan saat mengukur, pita ukur tidak terlalu ketat atau juga
longgar.
dan ekspirasi maksimal. Nilai normal dari ekspansi toraks adalah 2,5 cm
(Fajriah, 2014).