TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
kelemahan atau kehilangan tonus otot dengan onset cepat. Kelumpuhan atau
paralisis ini biasanya fokal, menyerang anak berusia < 15 tahun, dan bukan
berlangsung cepat antara 1 - 14 hari sejak munculnya gejala awal (rasa nyeri,
jenis kelumpuhan motorik AFP bersifat lunglai, lemas, layuh, atau terjadi
neuron (LMN), yaitu sel cornu anterior medulla spinalis, sistem saraf tepi,
neuromuscular junction, final common path, dan motor end plate pada otot.
B. Epidemiologi
Acute Flaccid Paralyis biasa mengenai kelompok anak berusia < 15 tahun.
Berbagai analisis data kasus AFP selama dua dekade terakhir secara konsisten
melaporkan GBS sebagai penyebab paling umum dari AFP non polio di seluruh
3
dunia dengan frekuensi berkisar antara 20 – 72,2%. WHO memperkirakan
terdapat lebih dari 200 diagnosis yang dapat digolongkan sebagai kasus AFP,
sebagian besar (30 - 60%) kasus AFP yang dilaporkan adalah Guillain-Barre
Syndrome (GBS).4
mulai langka. WHO pada tahun 2017 menyebutkan lebih dari 150 negara
melaporkan kasus AFP non polio, lebih dari 100.000 kasus dilaporkan di seluruh
dunia pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan angka tahunan sekitar lima
AFP. Jumlah kasus AFP non polio setiap tahun konstan karena tidak ada program
empiris, perkiraan minimal kasus AFP non polio sebesar 2/100.000 anak usia <15
tahun. Flaccid paralysis terjadi kurang dari 1% dari infeksi poliovirus dan lebih
dari 90% infeksi tanpa gejala atau dengan demam tidak spesifik.6
meliputi lesi sel cornu anterior termasuk poliomyelitis, sumsum tulang belakang
4
gravis, mielitis transversa, polioensefalitis, dan lain-lain. Patogen penyebab AFP
adenovirus, west nile virus, HIV-1, HTLV-1.3,4 Selain virus, AFP juga dapat
D. Manifestasi Klinis
tangan dan telapak kaki, kram, kehilangan sensorik, dan hilangnya kontrol
kandung kemih. Gejala klinis minor berupa demam, sakit kepala, mual dan
muntah. Apabila penyakit berlanjut ke gejala mayor, timbul nyeri otot berat,
ekstremitas dengan onset cepat, ditandai adanya flaksiditas tanpa sebab lain
yang jelas (misalnya trauma), terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 15
tahun.7, 8
hanya melibatkan satu tungkai. Dapat juga terjadi pada satu lengan atau kedua
3 hari, dapat disertai nyeri leher, punggung, dan demam saat onset. AFP yang
5
disebabkan oleh Sindrom Guillain-Barré dapat muncul sebagai kelumpuhan
Lesi AFP merupakan tipe susunan lower motor neuron, berarti lesi tersebut
merusak motor neuron, akson, motor end plate dan otot skeletal sehingga tidak
1. Hilangnya gerakan voluntar dan reflektorik, sehingga reflek tendon hilang dan
3. Musnahnya motor neuron beserta akson sehingga satuan motorik hilang dan
Karakteristik khas AFP pada anak yang sudah besar yaitu pincang atau tidak
dapat berjalan, tidak dapat meloncat satu kaki, tidak dapat berjongkok lalu berdiri
lagi, tidak dapat berjalan dgn jari-jari kaki atau tumit, tidak dapat mengangkat
Manifestasi klinis khas pada bayi lumpuh layu yaitu floppy infant, dimana
ketika bayi ditidurkan maka lututnya jatuh ke samping menyentuh tempat tidur.
Bayi tidak aktif bergerak, artinya otot bayi tidak dapat berkontraksi dan tidak
6
fungsi sensorik minimal seperti pada neuropoti atau poliradikulopati akut
melibatkan tungkai bawah dan disfungsi kandung kemih) seperti pada sindrom
kauda ekuina, lesi medulla spinalis setinggi vertebra torakal (misalnya mielitis
lesi di pons
dari sindrom Guillain Barre (arefleksia), botulisme, dan paralisis tik, miastenia
gravis
E. Diagnosis
Kasus AFP didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
7
Anamnesis
Seluruh kasus AFP memerlukan informasi detail mengenai gejala (demam,
retensi urin, palpitasi), gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam,
pestisida, statin).10
Informasi tersebut termasuk penyakit yang baru atau pernah diderita, konsumsi
makanan dan air, paparan bahan kimia (pelarut organik), gigitan serangga (kutu)
Pemeriksaan Fisik
8
Seluruh kasus AFP harus diinvestigasi secara penuh dan dievaluasi klinis
fasial, leher, lengan, tungkai, tendon. Selain itu juga menilai refleks (apakah
yang terjadi (paraparesis, multifokal), fungsi saraf cranial, dan fungsi sensoris
sistem saraf otonom (fungsi usus dan kandung kemih, tonus sfingter, refleks
- Gambaran umum
Tes fungsi otonom (refleks pupil, keringat abnormal, respons pupil, ileus)
Kulit: ruam pada penyakit Lyme (eritema kronis migrans), garis-garis kuku
Nyeri tekan spinal (pada abses epidural atau hematom, tumor spinalis)
9
Pemeriksaan Penunjang
- Pada negara endemik polio, setiap kasus AFP harus dilaporkan. Dua spesimen
feses (dengan jarak 24-48 jam) diperiksa dalam 14 hari setelah onset paralisis
dan isolasi virus harus dilakukan oleh laboratorium terkualifikasi. Jika tidak
awal paralisis (pada kasus ini harus ditindaklanjuti untuk memeriksa gejala sisa
termasuk paralisis.14
10
untuk menyingkirkan adanya kompresi tulang belakang, trauma, mielopati,
keadaan hipovolemi.13
infeksi bakteri pada sistem saraf yang ditunjukkan dengan adanya netrofil,
tiroksin, B12, TSH, ANA, RF, ACA pada darah dan urin (sesuai indikasi).11-13
spesifik.13
tinja, sekresi oropharyng dan LCS pada sistem kultur sel dari manusia atau
monyet (primate cells). Diferensiasi dari virus liar dengan strain virus vaksin
11
empat kali lipat atau lebih, namun neutralizing antibodies spesifik mungkin
imunisasi sama dengan respons antibodi sebagai akibat infeksi virus polio liar.
Oleh karena pemakaian vaksin polio yang berisi virus hidup sangat luas, maka
antibodi.10-13
F. Tatalaksana
yaitu dengan memastikan saluran napas terjaga dan ventilasi cukup, memeriksa
atau defek yang ada. Sebanyak 20% pasien memerlukan ventilasi mekanik. Selain
poliomielitis dapat dicegah melalui vaksinasi. Anak-anak kecil yang terkena polio
seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio.13
penderita dapat sembuh sendiri. Namun perlu dipikirkan waktu perawatan yang
cukup lama dan angka morbiditasnya cukup tinggi sehingga pengobatan tetap
harus diberikan. Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan
12
atau plasma exchange pada SGB bertujuan mengeluarkan faktor autoantibodi
yang beredar, memperlihatkan hasil yang baik berupa perbaikan klinis lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas lebih sedikit, dan lama perawatan lebih pendek.
hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala
hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai
terapinya yaitu cuci darah atau hemodialisis dengan menyaring antibodi dan
membuatnya tidak aktif lagi. Lalu jika pada kasus penderita thymoma, maka
tumor pada kelenjar thymus harus dioperasi. Selain itu dapat diberikan obat yang
maka untuk sementara waktu akan memperbaiki kekuatan otot pada penderita
miastenia gravis.15
13
berminggu-minggu (biasanya 4 minggu) atau sampai efek toksin habis, ditambah
bertahap muncul dan semakin jelas. Jika diagnosis ditegakkan dari awal,
foodborne dan wound botulisme dapat diobati dengan anti toksin untuk memblok
aksi toksin dalam peredaran darah. Mungkin diperlukan enema agar penderita
muntah untuk mengeluarkan makanan beracun yang masih ada di dalam usus.
Luka harus segera diobati, biasanya dengan operasi untuk menyingkirkan sumber
produksi dari toksin botulisme. Penggunaan anti toksin tidak untuk mengobati
G. Komplikasi
Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi
kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak
atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-
yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan
kelumpuhan.13
tahun terakhir, banyak pasien dengan botulisme yang meninggal menurun dari
50% menjadi 8%. Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat bantu
14
pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan perawatan yang intensif selama
beberapa bulan. Pasien yang selamat dari racun botulisme dapat menjadi lemah
dan nafas yang pendek selama beberapa tahun dan terapi jangka panjang
H. Prognosis
Prognosis AFP tergantung dari keadaan masing-masing penderita dan
prognosis baik tetapi sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai
gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila
penyakit lambat dan pendek, penderita berusia 30-60 tahun. Sementara itu
dan kecepatan diagnosis dan pemberian obat. Makin awal diagnosis dapat
15