Definisi
Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (bersifat
intraseluler obligat)
Lokasi saraf perifer, kulit, mukosa traktus respiratorius atas
Etiologi
Mycobacterium leprae basil tahan asam, gram +
Afinitas besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sel dsri sistem retikulo endothelial
Penularan inhalasi (droplet) dan kontak langsung
Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun (2-5 tahun)
Epidemiologi
Frekuensi tertinggi usia 25-35 tahun
Indonesia merupakan negara ke 3 di dunia
Diagnosis
Anamnesis
o Kapan timbul bercak/keluhan
o Anggota keluarga memiliki keluhan yang sama
o Tinggal dan lahir dimana
o Terdapat tanda cardinal
o Riwayat kontak
o Latar belakang keluarga (tempat tinggal, daerah endemis, keadaan sosial
ekonomi)
o Riwayat pengobatan kusta
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kulit
o Pemeriksaan pandang
Pasien menghadap ke sumber cahaya dari kepala hingga kaki
kelainan kulit dan kecacatan hingga jari
o Pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit
Kapas suruh tunjuk dengan mata tertutup
Jarum pentul tajam atau tumpul
Air panas (40) dan dingin (20)
Pemeriksaan saraf tepi
o Peroneus communis
Pasien posisi duduk
Pemeriksa duduk di depan pasien dengan tangan kanan
memeriksa kaki kiri dan sebaliknya
Meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan
betis bagian luar pasien hingga menemukan benjolan tulang
meraba saraf 1 cm kea rah belakang
o Tibialis posterior
Pasien duduk
Jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba pada bagian
belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam dengan tangan
menyilang
Pemeriksaan fungsi saraf (sistematis dari mata hingga tangan dan kaki)
o Fungsi raba dan kekuatan otot
Mata
Memejamkan mata dilihat dari depan atau samping apakah
terututp bila tidak tertutup ukur lebar celah
Tangan
Sensorik (ulnaris dan medianus) tangan diatas paha
menggunakan ujung ballpoint bila merasakan tunjuk 2
titik (gangguan)
Motorik
o Ulnaris (jari kelingking)
Kaki
o Tibialis posterior
Sensorik kaki kanan pasien diletakan pada paha kiri
dan telapak kaki menghadap keatas, tangan kiri
pemeriksa menyangga ujung jari kaki menggunakan
ballpoint suruh tunjuk
o Peroneus communis
Motorik
Pemeriksaan Penunjang
o Bakterioskopik
IB (Indeks bakteri) kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan
non solid
MI (morfologi indeks) persentase bentuk solid dibandingkan
dengan jumlah solid dan nonsolid
o Histopatologis
o Serologis
Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination), ELISA, ML
dipstick, ML flow test
Diagnosis Banding
Bercak merah
Bercak putih
Nodul
Klasifikasi
Pengobatan
Pausibasiler 6-9 bulan
o Dewasa
Pengobatan bulanan hari pertama (obat diminum depan petugas)
2 kapsul rifampisin (@300 mg 600 mg)
1 tablet dapson (DDS) 100 mg
Pengobatan harian (2-28 hari)
1 tablet dapson (DDS) 100 mg
o Anak (10-15 tahun)
Pengobatan bulanan hari pertama (obat diminum depan petugas)
2 kapsul rifampisin (@150 mg 300 mg)
1 tablet dapson (DDS) 50 mg
Pengobatan harian (2-28 hari)
1 tablet dapson (DDS) 50 mg
Multibasiler 12-18 bulan
o Dewasa
Pengobatan bulanan hari pertama (obat diminum depan petugas)
2 kapsul rifampisin (@300 mg 600 mg)
3 tablet lampren (clofazimine) @100mg (300mg)
1 tablet dapson (DDS) 100 mg
Pengobatan harian (2-28 hari)
1 tablet lampren (clofazimine) 50mg
1 tablet dapson (DDS) 100 mg
o Anak (10-15 tahun)
Pengobatan bulanan hari pertama (obat diminum depan petugas)
2 kapsul rifampisin (@150 mg 300 mg)
3 tablet lampren (clofazimine) @50mg (150mg)
1 tablet dapson (DDS) 50 mg
Pengobatan harian (2-28 hari)
1 tablet lampren (clofazimine) 50mg selang sehari
1 tablet dapson (DDS) 50 mg
Efek samping
o Rifampisin air seni berwarna merah
o Clofazimin perubahan warna kulit menjadi coklat
o Dapson anemia
Evaluasi Terapi
Release from treatment (RFT) telah selesai pengobatan MDT 6 blister dalam
waktu 6-9 bulan untuk PB atau telah selesai pengobatan MDT 12 blister dalam waktu
12-18 bulan untuk MB
Default penderita PB selama > 3 bulan tidak mengambil obat atau penderita MB
selama > 6 bulan tidak mengambil obat
Relaps telah selesai pengobatan dan muncul lesi baru pada kulit
Komplikasi
Ulserasi,
Mutilasi
Deformitas
Prognosis
Ad vitam bonam
Ad functionam dubia ad bonam
Ad sanactionam dubia ad bonam
REAKSI KUSTA
Definisi
Episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi
kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antibodi (respon humoral)
Bisa muncul sebelum, saat, atau sesudah pengobatan biasanya 6 bulan – 1 tahun
setelah mulai pengobatan
Faktor predisposisi
Pasien dalam kondisi lemah
Kehamilan
Sesudah mendapat imunisasi
Stress fisik dan mental
Infeksi
Gizi kurang
Reaksi kusta
Reaksi tipe 1 (reaksi reversal)
Reaksi tipe 2 (eritema nodusum leprosum)
Reaksi berat
Lagoftalmos 6 bulan terakhir
Nyeri raba saraf tepi
Kekuatan otot berkurang dalam 6 bulan terakhir
Rasa raba berkurang dalam 6 bulan terakhir
Bercak pecah atau nodul pecah
Bercak aktif (meradang) di atas lokasi saraf tepi
Lampren
o Diberikan pada ENL berat, berulang 2 episode
o Dosis tunggal, pagi sesudah makan
Diagnosis Banding
Reaksi tipe 1
Reaksi tipe 2
o Eritema nodusum
o Infeksi kulit akibat Streptococcus hemolyticus
o Alergi obat sistemik
o Demam reumatik
Klasifikasi cacat
Pencegahan cacat
Diagnosis dini kusta
Berikan MDT yang cepat dan tepat
Mengenali tanda dan gejala reaksi kusta yang disertai gangguan saraf
Memulai pengobatan dengan kortikosteroid sesegra mungkin
Jika ada gangguan sensibilitas beri pelindung dii dan lakukan perawatan kulit