Anda di halaman 1dari 32

BAB 2 

TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Preeklamsia 
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin 
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. 
Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah 
meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini 
juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension 
(PIH).Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga 
muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki 
kemungkinan untuk mengalami preeklampsia,sering tidak diketahui atau diperhatikan 
oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singgat 
preeklamsia berat bahkan dapat menjadi eklamsia yaitu dengan tambahan gejala 
kejang – kejang atau koma (Sarwono, 2010). 
Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi 
kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini 
adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, 
terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian 
sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan 
derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini 
preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi 
10 
Universitas Sumatera Utara 
 
11 
penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia 
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010). 
Perkataan “ eklamsia “ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ 
Karena gejala eklamsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat 
dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian 
preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan prevenif. 
a. Etiologi Preeklamsia 
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah 
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan 
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima 
harus dapat menerangkan hal-halberikut : 
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilanganda, 
hidramnion dan mola hidatidosa. 
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan 
3. Sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam 
uterus 
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya dan 
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma 
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia 
rahim dan plascenta (ischemaemia uteroplacentae).Selamakehamilan uterus 
memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa,hydramnion, kehamilan ganda, 
multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah 
Universitas Sumatera Utara 
 
12 
ibu, diabetes , peredaran darahdalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat 
dari placenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi , tetapi 
dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit 
tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan 
eklampsia (Wiknyosastro,1994 ). 
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkata nangiotensin, 
renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme 
dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia daneklampsia, terjadi penurunan angiotensin, 
renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan 
teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, 
yangdapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan 
aldosteron,spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air. Teori 
iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut: 
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida,hamil ganda, 
dan mola hidatidosa. 
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan 
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin (Manuaba, 1998). 
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadivasospasmus yang 
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralisdeciduae dengan akibat 
menurunya aliran darah ke placenta.Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi 
fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada 
gangguan yang kronis akan menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam 
Universitas Sumatera Utara 
 
13 
kandungan disebabkan olehmengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan 
faktor-faktor pertumbuhanlainnya yang seharusnya diterima oleh janin ( Sibai, 
1981). 
b. Manifestasi Klinis 
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami preeklamsia meliputi 
: Kenaikan tekanan darah, proteinuria dan edema. Pre-eklampsia dibagi dalam 
golongan ringan dan berat. Tanda /gejala preeklampsia ringan adalah:Tekanan darah 
sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam dan 
Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval 
pemeriksaan 6 jam.Berat badan meningkat 1 kilo atau lebih dalam seminggu. 
Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin 
kateter atau urin aliran pertengahan. 
Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu ataulebih 
tanda / gejala dibawah ini ditemukan: tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, 
atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 
jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif.Terjadi gangguan penglihatan atau 
nyeri epigastrium dan edema paru-paru atau sianosis. 
Disamping terdapat preeklampsia ringan dan berat/eklampsia, dapat pula 
ditemukan hipertensi cronis yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 
yang menetap. Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronik (hipertensi esensial) 
telah didiognose sebelum kehamilan; kebanyakan wanita didapat menderita hipertensi 
Universitas Sumatera Utara 
 
14 
pada kunjungan antenatal pertama yang dideteksi sebelum kehamilan minggu ke 20, 
diagnosis hipertensi esensial dapat ditegakkan (Prawirohardjo, 2006). 
c. Faktor Predisposisi Preeklamsia 
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi: 
1) Paritas 
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko 
meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 
tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003) 
Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi 
bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Rozikhan, 
2007). Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap 
kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang 
paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada 
kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% dan 
kehamilan ketiga 1,8%. 
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yang 
dikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko 
terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Rozikhan 
(2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian 
preeklampsia. 
Universitas Sumatera Utara 
 
15 
2) Usia 
Usia 20 – 35 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan, 
akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja 
yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan 
bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin 
mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1 %. Dampak dari 
usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai 
angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20-24 tahun (Harrison, 
1985). 
Dari hasil penelitian Rozikhan (2007), ibu yang hamil pada usia < 20 tahun 
dan mempunyai resiko terjadinya preeklamsia berat 3,58 kali dibandingkan ibu hamil 
yang berusia 20-35 tahun. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia > 35 tahun juga 
memiliki resiko 3,97 kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun.Selain itu ibu 
hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat 
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi 
preeklamsi (Rochjati, 2003). 
Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nullipara. Wanita 
yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan 
insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita 
hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eclampsia. Jadi wanita yang 
berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan. Misalnya, 
Duenhoelter dkk. (1975) mengamati bahwa setiap remaja nulligravida yang masih 
Universitas Sumatera Utara 
 
16 
sangat muda, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia. 
Spellacy dkk. (1986) melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden 
hipertensi kerena kehamilan meningkat tiga kali lipat ( 2,7% ) dibandingkan dengan 
wanita kontrol yang berusia 20-30 tahun. Hansen (1986) meninjau beberapa 
penelitian danmelaporkan peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali lipat 
pada nullipara yang berusia di atas 40 tahun bila dibandingkan dengan yang berusia 
25– 29 tahun (Cuningham, 1995). 
3) Riwayat hipertensi 
Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah 
adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau 
hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung 
normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara parawanita penderita 
tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira- 
kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala 
preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, 
muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul 
eklampsia dan perdarahanotak ( Benzion, 1994) 
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum 
hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat 
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas 
dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsia ditegakkan 
Universitas Sumatera Utara 
 
17 
berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema 
anasarka (Cunningham, 2006). 
4) Sosial ekonomi 
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya 
lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi 
dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi 
yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang 
seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 
2006). 
Penelitian Zamli (2007) menyatakan bahwa dari 94 responden ditemukan ada 
hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan 
tingkat pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak mampu membeli makanan 
dengan gizi yang baik 
Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2015 
oleh Badan Pusat Statistik, berdasarkan UMR ( Upah Minimum Regional ) provinsi 
Sumatera Utara, maka UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk wilayah Labuhan 
Batu pada tahun 2016 sebesar Rp 1.870.000,-. 
5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast 
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi 
terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi 
uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat 
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi 
Universitas Sumatera Utara 
 
18 
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes 
melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008 ) 
6) Genetik 
Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, 
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre- 
eklampsia atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga 
(Manuaba,1998) 
Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung 
insiden hipertensi kronis yang mendasari. Kami menganalisa kehamilan pada 5.622 
nullipara yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986 dan 18% 
wanita kulit putih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit hitam menderita 
hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham ,1995). Insiden hipertensi 
dalam kehamilan untuk multipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, 
dan8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering 
terkena penyakit hipertensi yang mendasari. Separuh lebih dari multipara dengan 
hipertensi juga menderita proteinuria dan karena menderita superimposed 
preeclampsia. 
Kecenderungan untuk preekalmpsia-eklampsia akan diwariskan. Chesley dan 
Cooper (1986) mempelajari saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita 
penderita eklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital selam 
jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka menyimpulkan 
bahwa preeklampsi-eklampsia bersifat sangat diturunkan, dan bahwa model gen- 
Universitas Sumatera Utara 
 
19 
tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik untuk menerangkan hasil pengamatan ini; 
namun demikian, pewarisan multifaktorial juga dipandang mungkin 
(Cuningham,1995). 
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara 
familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang 
mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, 
sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan 
genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya 
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang 
merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; 
Cunningham, 2008). 
7) Obesitas 
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh. 
Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan 
lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan 
faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, 
hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) 
dan gangguan kesehatan lain. Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko 
preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks 
massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk 
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006). 
Universitas Sumatera Utara 
 
20 
8) Kehamilan ganda 
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda 
dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena 
eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal dan sebagai faktor penyebabnya ialah 
distensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan 
menyebutkan bahwa 8 (4,0%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin 
lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah 
janin lebih dari satu (Rozikhan, 2007). 
9) Riwayat preeklampsia 
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan 
bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklamsia mempunyai riwayat preeklapmsia, 
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayat 
preeklampsia berat. 
10)Riwayat penderita diabetus militus 
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan 
bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 
(14,1%) kasus preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol (bukan 
preeklampsia) terdapat 9 (5,3%). 
11). Status gizi 
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat 
pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh 
Universitas Sumatera Utara 
 
21 
tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ 
tubuh.Cara penilaian status gizi wanita hamil meliputi, evaluasi terhadap faktor 
resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Antropometri sebagai 
indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter dari tubuh 
antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, 
lingkar kepala, lingkar pinggul dan tebal lemak (Arisman, 2002). 
Dalam penelitian Rozikhan (2007) ukuran status gizi responden pada saat 
dilakukan pendataan dengan melihat indek masa tubuh dengan penilaian : IMT <25 
adalah normal, IMT >25 adalah overweight, atau dengan mengukur Lingkar lengan 
atas ( LILA ), ukuran normal lingkar lengan atas (LILA) 23,5 cm-25 cm dan Obesitas 
dengan ukuran LILA > 25 cm. 
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga 
menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam 
badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula 
jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi 
pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia 
(Rozikhan, 2007 ). 
12). Pemeriksaan Antenatal 
Preeklapmsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan, 
oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan 
preeklampsia, atau setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat 
mengurangi kejadian kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak 
Universitas Sumatera Utara 
 
22 
memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa 
dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan 
setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada 
kesempatan untuk melekukan tes proteinuri, mengukur tekanan darah, dan memeriksa 
tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa dini perlu segera dilakukan 
penanganan untuk mencegah masuk kedalam eklampsia. Disamping faktor-faktor 
yang sudah diakui, jelek tidaknya kondisi ditentukan juga oleh baik tidaknya 
antenatal care. Dari 70% pasien primigrafida yang menderita preeklampsia, 90% nya 
mereka tidak melaksanakan atenatal care. 
13) Pekerjaan 
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran 
darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana peredaran darah dalam 
tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat 
adanya tekanan dari pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan 
akanberdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam 
rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh karenanya pekerjaan 
tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor, 
administrasi perusahaan atau mengajar. Semuanya untuk kelancaran peredaran darah 
dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsia 
(Rozikhan, 2007) 
Universitas Sumatera Utara 
 
23 
d. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia 
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang 
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan 
ataudiagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan 
kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil 
yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan,kenaikan tekanan darah, 
dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria (Wiknjosastro, 1994). 
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda 
dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganansemestinya. Karena 
para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tanda- 
tanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan 
pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat. Kita perlu lebih 
waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi 
seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat 
dicegahsepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian 
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil, 
antara lain: 
a. Diet makanan. 
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. 
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.Makanan berorientasi pada 
empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir 
telus setiap hari. 
Universitas Sumatera Utara 
 
24 
b. Cukup istirahat 
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya 
dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah 
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 
c. Pengawasan antenatal (hamil) 
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke 
tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 
1). Uji kemungkinan pre-eklampsia: 
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri 
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 
d) Pemeriksaan protein urin 
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,gambaran 
darah umum dan pemeriksaan retina mata. 
2). Penilainan kondisi janin dalam rahim 
a) Pemantauan tingi fundus uteri 
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantungjanin, 
pemantauan air ketuban 
c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba, 1998). 
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi 
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan 
pengawasan yang baik pada wanita hamil. Berikan penerangan tentang : 
Universitas Sumatera Utara 
 
25 
1. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring 
di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan 
lebih banyak duduk dan berbaring. 
2. Minum 6-8 gelas air sehari 
3. Olahraga yang cukup 
4. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan 
tinggi protein 
5. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, 
juga 
6. Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. 
7. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen 
nutrisi. 
8. Mengkonsumsi makanan berserat. 
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. 
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda- 
tanda dini pre-eklamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak 
menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya dan dalam waktu itu 
harus dilakukan penanganan semestinya. Tujuan utama penanganan ialah mencegah 
terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah terjadinya eklampsia maupun komplikasi 
yang dapat terjadi, melahirkan janin hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya. 
Universitas Sumatera Utara 
 
26 
e. Penanganan pre-eklampsia 
Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20-30% 
kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa 
kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang 
adekuat (dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di 
rumah sakit) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang 
dapat berakhit dengan kematian ibu danjanin.Penanganan pre-eklampsia bertujuan 
untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan 
melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma 
minimal. Pengobatan hanya dilakukan secara simtomatis karena etiologi 
preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang menyebabkannya,belum 
diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia 
berat dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma 
sekecil-kecilnya. 
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan 
penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan (tekanan darah140/90 mmHg samoai 
160/100 mmHg) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani 
di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter,dengan tindakan yang diberikan: 
1. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti), danmenjelaskan 
kemungkinan adanya bahaya. 
2. Sedativa ringan. 
- Phenobarbital 3 x 30 mg 
Universitas Sumatera Utara 
 
27 
- Valium 3 x 10 mg 
3. Obat penunjang 
- Vitamin B kompleks 
- Vitamin C atau vitamin E 
- Zat besi 
4. Nasehat 
- Garam dalam makan dukurangi 
- Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin 
- Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala,mata kabur, 
edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri 
epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, 
pengeluaran urin berkurang 
5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. 
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk 
penderita perlu memperhatikan hal berikut: 
a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih 
b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih 
c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu 
d) Edema bertambah dengan mendadak 
e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif. 
Seorang bidan diperkenankan merawat penderita preeklampsia beratbersifat 
sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan.Penanganan abstetri 
Universitas Sumatera Utara 
 
28 
ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati 
dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah 
persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin yang sudah cukup matur lebih 
baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus (Manuaba, 1998). 
f. Komplikasi 
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya 
adalah : 
1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta 
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah 
menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan 
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat 
atau lahir dengan berat kurang. 
2. Lepasnya plasenta 
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim 
sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun 
ibunya. 
3. Sindrom HELLP 
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), 
Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati 
dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan 
muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas. 
Universitas Sumatera Utara 
 
29 
4. Eklamsia 
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat 
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. 
Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung 
pada kematian janin maupun ibunya. 
5. Komplikasi lainnya 
- Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut. 
- Hipofibrinogenemia. 
- Hemolisis. 
- Perdarahan otak, merupakan penyebab utama kematian maternal penderita 
eklampsia. 
- Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung 
sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, 
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri. 
- Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung. 
- Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol 
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, 
terutama penentuan enzim-enzimnya. 
- Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu 
pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur 
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. 
Universitas Sumatera Utara 
 
30 
- Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang- 
kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation). 
- Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin (Cuningham, 1995). 
2.2 Aktifitas Fisik 
Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian 
banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas 
fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. 
Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan 
melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab 
mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada 
masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai 
fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik 
mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. 
Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih 
kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin 
ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga 
tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007) 
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap 
penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi 
berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita 
hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang 
Universitas Sumatera Utara 
 
31 
terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik. 
Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika 
dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 
2007). 
Dalam penelitian Kosnayani ( 2007 ) aktivitas fisik juga dapat dilihat dari 
kebutuhan energi untuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari dengan cara mencatat 
semua waktu kegiatan dalam satuan jam dan selanjutnya dikalikan dengan kebutuhan 
energi untuk tiap jenis aktivitas dalam satuan kalori/kg berat badan/jam.Kebutuhan 
energi untuk berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut. 
Tabel 2.1 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas 
Aktivitas kal/kg/jam Aktivitas kal/kg/jam Bersepeda (cepat) Bersepeda (sedang) Bertukang/kayu 
(berat) Menyulam Berdansa (cepat) Berdansa (lambat) Mencuci piring Mengganti baju Menyetir mobil 
Makan Mencuci pakaian Tiduran Mengupas kentang Main pingpong Menulis Mengecat kursi 
7,6 2,5 2,3 0,4 3,8 3,0 1,0 0,7 0,9 0,4 1,3 0,1 0,6 4,4 0,4 1,5 
Main piano (sedang) Membaca keras Berlari Menjahit, tangan Menjahit mesin jahit tangan Menjahit 
mesin jahit motor Menyanyi, keras Duduk diam Berdiri tegap Berdiri relaks Menyapu lantai Berenang 3 
1⁄2 km/jam Mengetik, cepat Berjalan 3 km/jam Berjalan 6,8 km/jam (cepat) Berjalan 10 km/jam (sangat 
cepat) 
1,4 0,4 7,0 0,4 0,6 0,4 0,8 0,4 0,6 0,5 1,4 7,9 1,0 2,0 3,4 9,3 
Sumber : Guthrie (1986) 
Universitas Sumatera Utara 
 
32 
Menurut FAO/WHO/UNU (2005) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan 
seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat 
aktifitas fisik ditentukan dengan rumus sebagai berikut : 
PAL = ∑ (PAR x alokasi waktu tiap aktifitas) 
24 jam 
Keterangan : 
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik) 
PAR = Physical Activity ratio ( Jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas 
per satuan waktu tertentu. 
Tabel 2.2 Hitungan PAL untuk Setiap Aktivitas 
Orang Dewasa PAL Bergantung pada kursi atau temat tidur 1,2 Pekerjaan 
duduk dengan sedikit atau tanpa pilihan untuk bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas 
reaksi 
1,4 – 1,5 
Pekerjaan duduk dengan keharusan bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas reaksi. 
1,6 -1,7 
Pekerjaan berdiri 1,8 Aktivitas reaksi yang intensif dengan jumlah yang signifikan (>3 kali 
seminggu) 
+ 0,3 
Pekerjaan manual yang berat atau aktivitas reaksi yang sangat aktif. 
2,0-2,4 
Aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 
1. Ringan (jenis kegiatan 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,75 % 
untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,40 – 1,69 
2. Sedang (jenis kegiatan 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,60 % 
untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,70 – 1,99 
Universitas Sumatera Utara 
 
33 
3. Berat (jenis kegiatan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,25 % untuk 
berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 2,00 – 2,40 
Agar ibu hamil tetap bugar dan dapat mempertahankan berat badan ideal sesuai 
kondisi kehamilannya, pola makan ibu hamil harus bergizi seimbang yang 
disesuaikan dengan aktivitas fisiknya. Jenis aktivitas yang dilakukan ibu hamil 
adalah : 
1. Senam hamil 
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil 
secara fisik ataupun mental untuk menghadapi persalinan yang cepat aman dan 
spontan. Senam hamil biasanya dilakukan saat memasuki trimester ketiga yaitu 
sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain unruk menjaga kebugaran, senam hamil 
juga diperlukan untuk mempersiapkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama 
proses persalinan. 
Dengan gerakan yang ringan dan disesuaikan dengan kondisi tubuh ibu, 
senam hamil memiliki banyak manfaat yaitu : 
- Memperkuat kelenturan otot 
Senam hamil akan memperkuat elastisitas beberapa otot pada dinding perut. 
Sehingga akan mengurangi nyeri pada perut dan bokong. 
- Melatih tekhnik pernapasan 
Dengan melakukan senam hamil secara rutin maka ibu akan mendapatkan 
oksigen secara optimal yang dapat membantu selama proses persalinan. 
- Melatih relaksasi 
Universitas Sumatera Utara 
 
34 
Relaksasi sangant dibutuhkan saat proses persalinan, senam hamil sangat 
membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit maupun ketegangan selam proses 
persalinan. 
- Mengurangi keluhan 
Senam hamil juga dapat mengurangi keluhan terhadap perubahan bentuk tubuh. 
- Melancarkan persalinan 
Lakukan senam hamil secara teratu setidaknya 3x dalam seminggu, selama 
trimester kedua dan ketiga. Hindari berbaring telentang karena akan mengurangi 
aliran darah ke janin. 
Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu terengah-engah, ini adalah 
tanda bahwa ibu dan janin kekurangan oksigen hindari juga gerakan atau latihan yang 
dapat menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu.Minumlah banyak cairan 
sebelum dan saat latihan untuk mengurangi resiko terjadinya dehidrasi. 
2. Jalan santai 
Jalan kaki santai adalah olahraga yang paling aman yang bisa dilakukn menjelang 
persalinan, namun ibu tetap harus memperhatikan hal – hal berikut : 
Trimester pertama 
Jalan kaki dilakukan lebih santai, tidak terlalu cepat seperti sebelum hamil, 
kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman. 
Trimester kedua 
Universitas Sumatera Utara 
 
35 
Bagi ibu hamil yang meras tubuhnya lebih berat dan kaku, perlu melakukan 
penyesuaian gerakan saat jalan kaki. Posisi dagu harus tegak, gerakan panggul 
lebih perlahan, ayunan kaki harus memperhatikan betul keseimbangan tubuh. 
Trimester ketiga 
Pada masa ini ini, saat berjalan kaki hindari medan berat seperti menanjak atau 
tidak rata karena dapat mengganggu keseimbangan tubuh ibu hamil, pada saat 
mendekati persalinan ibu boleh berjalan kaki sebagai bentuk olah raga ringan 
namun sebaiknya perlu hati-hati. 
Bila sebelum hamil ibu jarang berolahraga, maka cara terbaik untuk memulainya 
adalah berjalan sejauh yang ibu mampu, dengan kecepatan yang dirasa paling 
aman, frekuensinya tergantung kemampuan ibu, missal 5 – 10 menit setiap pagi 
dan 5 – 10 menit di sore hari. Secara bertahap , tambahkan 1-2 menit setiap 
minggu hingga mencapai 30 menit, termasuk pemanasan dan pendinginan dengan 
frekuensi 3 kali seminggu. 
3. Berenang 
Berenang bisa dilakukan sejak trimester pertama hingga trimester ketiga 
kehamilan, namun sebaiknya tetap berhati-hati saat usia kandungan sudah lebih 
besar, dikarenakan keseimbangan (Manuaba, 2008 ) 
4. Olahraga statis 
Apabila bersepeda diluar rumah sudah merasa tidak nyaman, atau khawatir akan 
terjadi kecelakaan, ibu hamil dianjurkan dengan menggunakan sepeda statis 
didalam rumah dengan perlahan. 
Universitas Sumatera Utara 
 
36 
5. Relaksasi menggunakan aroma terapi 
Aktifitas relaksasi menggunakan aroma terapi boleh dilakukan ibu hamil, aroma 
terapi ini dapat meringankan keluhan-keluhan seperti emosi tidak stabil, stree, 
pegal, mual, nyeri punggung dan memperlancar persalinan. 
6. Berbelanja 
Melalui aktivitas ini ibu dapat merasa tenang dan nyaman untuk menghilangkan 
penat, meredakan stress dan juga menjaga kebugaran. 
7. Melakukan pekerjaan rumah 
Ibu hamil terkadang khawatir ketika melakukan aktivitas rumah, seperti 
menyapu, membersihkan lantai, mencuci, memasak, akan mempengaruhi 
kehamilannya, padahal beberapa kegiatan tersebut dapat dilakukan asalkan ibu 
tidak mengalami kelelahan dan membuat ibu merasa tertekan. 
8. Membaca 
Dengan membaca ibu hamil akan mengetahui fisiologi kehamilannya, sehingga 
dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan.Selain itu, dengan membaca 
ibu hamil dapat mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus 
dihindarkan. 
Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik 
yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar 
pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan 
selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara 
teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan 
Universitas Sumatera Utara 
 
37 
penyakit jantung, hipertensi yang dialami ibu saat hamil merupakan pemicu 
terjadinya preeklamsia – eklamsia (Sunita, 2003). 
Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak 
boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi 
sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal 
itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008). 
2.3 Penambahan Berat Badan 
Ibu hamil biasanya mengalami penambahan berat badan, hal tersebut 
merupakan peristiwa alami yang disebabkan adanya fetus atau janin dalam 
kandungan ibu. Oleh karena itu, ibu membutuhkan nutrisi yang banyak, baik 
kuantitas dan kualitasnya. Makanan yang bernutrisi tinggi sangatlah diperlukan untuk 
kebutuhan ibu hamil dan janinnya, makanan yang di makan ibu hamil harus cukup 
mengandung sumber energi, karbohidrat, lemak dan protein. Ibu hamil membutuhkan 
energi kalori yang lebih dari pada ibu yang tidak hamil. Penambahan ekstra kalori 
untuk ibu hamil Trimester I 150-200 kal/hari, Trimester II 250-350 kal/hari, 
Trimester III 400 kal/hari dan jumlah cairan yang dibutuhkan minimal 1500 ml/hari. 
Ibu hamil memerlukan makan yang mempunyai kelengkapan gizi hal ini penting 
terutama pada kehamilan berusia 20 minggu, pada masa ini sebaiknya ibu hamil tidak 
mengkonsumsi nutrisi yang tinggi natrium dan rendah protein karena dapat 
menyebabkan gangguan kehamilan seperti preeklamsi (Almatsier, 2004). 
Universitas Sumatera Utara 
 
38 
Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada 
kondisi ideal dan tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang. 
Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau 
bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat 
terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra 
terhadap berat badan. Kenaikan total berat badan selama kehamilan, normalnya 
berkisar antara 12-15 kg, sedangkan memasuki trimester 2 janin tumbuh pesat dengan 
pertumbuhan kurang lebih 10 gr per hari/minggu ke 16 sekitar 90 gr, minggu ke 20 
sekitar 256 gr, minggu ke 24 sekitar 680 gr, minggu ke 27 sekitar 900 gr) (Herawati, 
2011). 
Pada penelitian yang dilaukan Roberts et al (2011) menunjukkan apabila pada 
ada ibu hamil dengan penambahan berat badan berlebih akan menghasilkan lemak 
berlebih pula. Lemak tersebut akan menghasilkan CRP (Protein C-Reactif) dan 
sitokin inflamasi (IL 6) yang lebih pula. CRP merupakan reaktan fase akut yang 
dibuat di jaringan adiposa dan akan meningkat pada awal kehamilan. Sedangkan IL 6 
(Interleukin 6), merupakan stimulator utama dari reaktan fase akut yang berefek pada 
dinding pembuluh darah dan sistem koagulasi, mediator inflamasi ini diproduksi di 
jaringan adiposa. Kenaikan CRP dan IL 6 akan memberikan kontribusi lebih tehadap 
kejadian oksidatif stress. 
Oksidatif stress bersama dengan zat toksik yang berasal dari lemak berlebih 
akan merangsang terjadinya kerusakan endotel pada pembuluh darah yang disebut 
dengan disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan zat-zat 
Universitas Sumatera Utara 
 
39 
gizi yang bertindak sebagai vasodilatator dengan vasokonstriktor (Endotelin I, 
tromboksan, Angiotensi II) sehingga akan terjadi vasokontriksi yang luas dan 
terjadilah hipertensi (Hillary et al, 2007). Dampak vasospasme yang berkelanjutan 
akan menyebabkan kegagalan pada organ seperti ginjal (proteinuria, gagal ginjal), 
iskemi hepar, dan akan menyebabkan preeklampsia (Lindheimer et al, 2008). 
2.4 Landasan Teori 
Preeklamsi merupakan penyebab langsung kematian ibu setelah perdarahan, 
teori yang mngungkap terjadinya preeklamsia, ischemia uterolasenta, Selama 
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, 
kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada 
penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang, 
maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang/menyebabkan vasospasmus 
dan hipertensi.Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang 
berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang 
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Faktor predisposisi berperan dalam 
mendukung terjadinya preeklampsia aadalah: nullipara, kehamilan ganda, Usia < 20 
atau > 35 tahun, riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya, 
riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsiapenyakit ginjal, hipertensi 
dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan obesitas. Penyebab 
preeklamsia pada kehamilan mempunyai pra kondisi sejak kehamilan trimester I yang 
diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti aktifitas fisik yang tidak baik. 
Universitas Sumatera Utara 
 
40 
Bila digambarkan maka alur pikir faktor risiko preeklamsia adalah sebagai 
berikut : 
Riwayat Paritas hipertensi 
Sosial ekonomi rendah 
Gambar 2.1. Kerangka Teori 
Sumber: Faktor Predisposisi yang Menyebabkan Preeklamsi Modifikasi Teori 
(Cunningham, 1995 dan Wiknjosastro, 1994) Genetik 
Hiperplasentosi 
Penurunan perfusi 
Aktivasi Vasospasme uterruteroplasenta 
Endotel 
ANC baik 
tidak 
Preeklamsia 
umur 
Aktifitas Fisik 
Obesitas 
Penambahan Berat Badan 
Universitas Sumatera Utara 
 
41 
2.5 Kerangka Konsep 
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka konsep yang digunakan dalam 
penelitian ini mengadopsi dari Teori Cunningham (1995) dan Wiknjosastro (1994). 
Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan variabel umur, paritas, pendapatan, 
aktifitas fisik dan penambahan berat badan yang diduga berpengaruh terhadap 
kejadian preeklamsia (Gambar 2.2). 
Variabel Independen Variabel Dependen 
Karakteristik : - Umur - Paritas - Pendapatan 
Aktifitas Fisik Kejadian Preeklamsia Penambahan Berat Badan 
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 
Universitas Sumatera Utara 

Anda mungkin juga menyukai