Anda di halaman 1dari 4

Intelligence Quotient (IQ)

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti: kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan
bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa
disebut sebagai tes IQ.

Selain itu, Dwijayanti (2009) mendefinisikan IQ sebagai kemampuan seseorang untuk


memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa IQ adalah salah satu bentuk kecerdasan manusia yang
membuat manusia mampu untuk melakukan kegiatan terstruktur dan mampu berfikir logis
dan rasional, serta dapat menyimpulkan suatu hal.

Menurut Binet dan Simon dalam Dwijayanti (2009) kecerdasan intelektual sebagai
suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu:

(a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.

(b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan.

(c) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.

Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling keterkaitan.
Dimana biasanya individu yang memiliki intelegensi yang tinggi dia akan memiliki prestasi
yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah
meraih keberhasilan. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh
IQ (Intelligence Quotient) yang memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam
belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang dapat ditentukan seorang
tersebut dari umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan genetik
yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu disamping faktor gizi makan yang cukup

Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda satu dengan lainnya.
Selama ini, banyak para ahli yang menggunakan tes IQ (Intelligence Quotient) untuk
mengukur besar kecerdasan seseorang. Banyak orang yang IQ (Intelligence Quotient) nya di
atas rata-rata mampu menggapai kesuksesan dengan meningkatkan kemampuan intelegensi
(kecerdasan) social.
Namun, ternyata pendidikan di Indonesia selama inipun terlalu menekankan arti
penting nilai akademik, kecerdasan otak atau intelegensi saja. Seorang siswa dikatakan
berhasil/sukses dalam belajar jika memperoleh nilai yang tinggi atau nilai rapor yang bagus.
Bahkan, hingga kini masih banyak orang tua siswa memuja kecerdasan anaknya yang hanya
mengandalkan kemampuan berlogika semata. Orang tua merasa bangga dan berhasil
mendidik anak, bila melihat rapornya bagus dan menjadi juara kelas.

IQ adalah syarat minimum kompetensi, IQ dapat dikembangkan optimal dengan


memahami bagaimana sistem kerja otak manusia dan seperangkat latihan praktis. Inti
kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Menurut As’adi Muhammad menyatakan bahwa
IQ tinggi ditandai dengan ingatan yang kuat. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid
belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab
kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam,
lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional.

Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada
hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQnya. Apabila seorang anak
dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. Dengan
adanya tes IQ memperlihatkan keterkaitan antara pertumbuhan dan perkembangan mental
anak dengan umur anak. Dari penelitian para sarjana biologi dan psikologi, ia mengemukakan
bahwa warisan biologis atau pembawaan hereditas memberikan pengaruh yang berarti pada
kecerdasan intelektual. Di samping itu, faktor pengalaman atau lingkungan mempunyai arti
penting dalam mengembangkannya.

IQ tidak hanya didapatkan dari genetik tetapi dioptimalkan dengan lingkungan yang
mendukung. Selain itu Berdasarkan pendapat Ahmadi dan Widodo (1991:33) faktor yang
mempengaruhi intelegensi meliputi faktor pembawaan (keturunan), kematangan (kondisi
fisik), pembentukan (lingkungan), dan minat. Pembawaan merupakan kesanggupan yang
tidak sama pada tiap orang dan dibawa sejak lahir. Kematangan berkaitan dengan munculnya
kemampuan jiwa yang berkembang mencapai puncaknya. Pembentukan mencakup faktor
luar yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Minat merupakan daya penggerak dan
dorongan terhadap intelegensi.

Untuk lingkungan Kemungkinan yang terjadi, bahwa faktor pembawaan yang


mempengaruhi kecerdasan intelektual akan memperlihatkan diri lebih tajam selama tahun-
tahun permulaan sekolah sampai usia 12 tahun, selama faktor-faktor pengalaman dari
lingkungan belum sedemikian kuat sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadapnya
DAFTAR PUSTAKA

Majidatul, A. (2012). Korelasi antara Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan


Emosional (EQ) dengan Prestasi Belajar Matematika pada Kelas X-Global MAN 2
Tulungagung Tahun Ajaran 2011-2012.

Farida, S. I., & Khair, O. I. (2019). Leadership sebagai Dasar Kecerdasan Intelektual
Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Pamulang. JIMF (Jurnal Ilmiah
Manajemen Forkamma), 3(1).

Artana, M. B., Herawati, N. T., AK, S., Atmadja, A. T., & SE, A. (2014). Pengaruh
Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), dan
Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1
Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja dan Mahasiswa S1 Akuntansi
Universitas Udayana Denpasar). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Undiksha, 2(1).

Risela, D. A. (2017). Jurnal Nominal / Volume Vi Nomor 1 tentang Pengaruh Iq, Eq


Dan Sq Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Mengenai Akuntansi Kreatif ( Mahasiswa Prodi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta )

Anda mungkin juga menyukai