Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DEKUBITUS

Topik : Pencegahan Dekubitus


Sasaran : Pengurus lansia di panti jompo Bendelonje
Tempat : Panti Jompo Bendelonje
Tanggal : 03 dan 05 Mei 2018
Waktu Pertemuan : 30 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 30 menit, peserta penyuluhan dapat memahami dan
menjelaskan tentang pencegahan dekubitus.

2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah dilakukan selama 30 menit, peserta penyuluhan mampu menjelaskan:
a. Pengertian Dekubitus
b. Tipe Dekubitus
c. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
d. Penampilan Klinis Dekubitus
e. Pencegahan Dekubitus
f. Pengobatan/Intervensi Dekubitus

B. Pokok Bahasan: Pencegahan Dekubitus

C. Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian Dekubitus
2. Tipe Dekubitus
3. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus
4. Penampilan Klinis Dekubitus
5. Pencegahan Dekubitus
6. Pengobatan/Intervensi Dekubitus
D. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

E. Kegiatan dan Media Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Media dan Alat


Penyuluhan (Menit) Penyuluhan
I.Pendahuluan Menjelaskan TIU/TIK 1. Mendengarkan 3 menit Leaflet
2. Mendengarkan
 Menjelaskan cakupan materi
 Menjelaskan manfaat dan 3.
relevansi 4. Mendengarkan

II. Penyajian  Menanyakan pengertian 1. Menjawab Leaflet


dekubitus sesuai pertanyaan
pengetahuan peserta 25
 Menjelaskan pengertian 2. Mendengarkan & menit
dekubitus memperhatikan
 Menjelaskan tipe dekubitus3. Mendengarkan &
 memperhatikan
 Menanyakan kepada peserta 4.
apakah peserta 5. Memberikan
paham/mengerti materi yang pernyataan
telah dijelaskan
 Menjelaskan proses Mendengarkan &
terjadinya dekubitus dan memperhatikan
faktor penyebab dekubitus6. Mendengarkan &
memperhatikan
 Menjelaskan penampilan
7. Mendengarkan &
klinis dekubitus
memperhatikan
 Menjelaskan pencegahan
dekubitus
8. Mendengarkan &
1. Menjelaskan
memperhatikan
pengobatan/intervensi

Leaflet
2. Memberikan pertanyaan
III.Penutup 1. Menjawab
tentang materi dekubitus
pertanyaan
yang telah disampaikan
2.
3. Menyimpulkan materi
3. Mendengarkan
F. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyaji dan lansia berada pada posisi yang sudah direncanakan
2. Tempat, media dan alat senam telah tersedia sesuai perencanaan
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
2. Peserta dapat berperan serta aktif dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan
3. Peserta dapat mengikuti kegiatan sampai akhir dengan tertib dan
kooperatif
c. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
1. Pengertian Dekubitus
2. Tipe Dekubitus
3. Penampilan Klinis Dekubitus
4. Pencegahan Dekubitus
5. Pengobatan/Intervensi Dekubitus
Materi Penyuluhan

PENCEGAHAN DEKUBITUS

A. Pendahuluan
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada
baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi
pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia.
Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak
berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat
berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser,
sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur.
Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama.
Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari
penderita.

B. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah
yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi
dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan
lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica
superior anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase
terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam
perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
· Berkurangnya jaringan lemak subkutan
· Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
· Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.

C. Tipe Ulkus Dekubitus


Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus
dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi
menjadi tiga;
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan
kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini
terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan
pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada
pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus
disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam
16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

D. Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus


Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap
utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas
tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat
tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan
mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis
jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler
masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring
berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi
beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat
memudahkan terjadinya dekubitus:
· Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita
dengan posisi dengan setengah berbaring
· Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.
· Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya
berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
· Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya dekubitus
antara lain:

a. Faktor Intrinsik
· Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)
· Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
· Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
· Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti
pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit
menurun.
· Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
· Anemia
· Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan
kadar albumin darah menurun
· Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah,
juga mempermudah dan meperjelek dekubitus
· Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

b. Faktor Ekstrinsik
· Kebersihan tempat tidur
· Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
· Duduk yang buruk
· Posisi yang tidak tepat
· Perubahan posisi yang kurang

E. Penampilan Klinis Dekubitus


Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut;
Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai
daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis
hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang
dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.
Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai
didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar
ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus adalah penekanan pada daerah-daerah


tonjolan tulang, harusla diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang
mengalami dekubitus adalah lelih luas dari ulkusnya.

F. Pencegahan Dekubitus
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin
harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk menegakkan mereka
setiap 10 menit untuk mengurangi tekaan atau membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena kerusakan
kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap
kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan dengan
segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.

G. Pengobatan / Intervensi
Tahap – tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam 4 tahap, maka
dari itu pengobatan atau intervensi keperawatan pada tiap tahap/dapat membatasi proses
dan menghindari kerusakan lebih lanjut. Tahap satu, yang ditandai dengan :
1. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu – abuan disekitar daerah
yang mengalami tekanan. Pada orang yang berkulit gelap daerah tersebut terlihat
lebih kering.
Tindakan:
a. Britahui perawat
b. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
c. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
d. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
e. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi, biasanya dengan
balutan steril kering atau penutup proteksif lainnya.
f. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter
g. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan terdistritansi ke seluruh
permukaannya dan memberikan sirkulasi udara.
h. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan dan perubahan
ukuran.
i. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan pasien
menggunakan kata – kata dan diagram.
2. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut, kulit bisa
rusak atau tidak.
Tindakan
a. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
b. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk mencegah
pembentukan luka baring dengan .
c. Laporkan ke perawat
d. Dokumentasikan pada catatan perawatan
3. Semua lapisan kulit rusak,
Tindakan.
a. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap – tahap dan dilanjutkan
dengan tepat jika berlanjut ke tahap 3.
b. Untuk mencegah infeksi perawar dapat mencari daerah luka dengan bahan
bakteriostatik misalnya : Phisonex, cara klens, dan Bioleks, pengobatan spesifik
bervariasi sesuai dengan instruksi dokter.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )


RESIKO JATUH PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Hari/ tanggal : Rabu, 03 dan 05 Mei 2018

Waktu pertemuan : 30 menit

Tempat : Panti Jompo Bendelonje Blitar

Sasaran : Pengurus Panti

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan mampu
memahami cara menghindari resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 2 x 30 menit diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian jatuh.
b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.
c. Menyebutkan akibat jatuh.
d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
e.Melakukan pencegahan jatuh.

C. Kisi-Kisi Materi
1. Pengertian jatuh.
2. Faktor resiko penyebab jatuh.
3. Akibat jatuh
4. Cara pencegahan jatuh.
G. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi
H. Media
 Leafleat

I. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Waktu Respon Peserta


1  Menjelaskan TIU/TIK 5 mnt
 Menjelaskan cakupan materi
 Menjawab salam
 Menjelaskan manfaat dan
 Memberi salam
relevansi
 Menyimak
 Menyimak
2  Menanyakan pengertian jatuh 20 mnt
sesuai pengetahuan peserta
 Menyimak
 Menjelaskan pengertian jatuh
 Menanyakan kepada peserta  Bertanya
apakah peserta paham/mengerti
 Memperhatikan
materi yang telah dijelaskan
 Menjelaskan faktor penyebab
jatuh
 Menjelaskan akibat jatuh
 Menjelaskan pencegahan jatuh

3  Memberikan pertanyaan tentang 5 mnt


materi resiko jatuh yang telah
 Memperhatikan
disampaikan
 Menyimpulkan materi  menjawab

A. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur 
a. Persiapan Penerima Manfaat sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak
waktu,topik, dan tempat 
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk Penkes
2. Evaluasi proses
a. Penerima Manfaat mampu mengikuti Penkes dengan baik sampai selesai
b. Penerima Manfaat kooperatif dalam mengikuti Penkes
c. Penerima Manfaat dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
 e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan Penkes
3. Evaluasi hasil
a. Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada Penerima Manfaat
1.Coba jelaskan pengertian jatuh!
2.Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh!
3.Sebutkan akibat dari jatuh!
4.Sebutkan cara mencegah jatuh!
b. Evaluasi afektif Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan melakukan
pencegahan jatuh.
c. Evaluasi psikomotorik Penerima Manfaat mampu melakukan pencegahan jatuh.
Materi Penyuluhan

PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA

A. Pengertian Kekambuhan
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihatkejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yanglebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Rouben, 1996).

B. Faktor Resiko Penyebab Jatuh


Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor Instinsik, misalnya:
 Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke
otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada
jantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga tidak dapat mentoleransi
aktivitas dan hipertensi.
 Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik
untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson,
hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan
gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak  baik terhadap input sensorik.
Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing.
 Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri
persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang
tidak normal, penurunan kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung ,
berkurangnya massa otot, edema pada kaki.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran
 Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa denganketerbatasan.
b) Faktor Ekstrinsik, misalnya:
 Cahaya ruangan yang kurang terang
 Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
 Lantai yang licin
 Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik,
alkohol, dan obat hipoglikemi)
 Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

C. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh


Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :
a. Perlukaan (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural
b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit
c. Disablitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan
fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan
pembatasangerak 
d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
e. Mati

D. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia


Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedangdiderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik 
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan
tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan
reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan
obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai,
tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.
2. Managemen obat-obatan
a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan.
d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutamasedatif dan tranquilisers.
e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat.
f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
3. Modifikasi lingkungan
a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
pusing akibat suhu. 
b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa
untuk melintas.
h) Gunakan lantai yang tidak licin.
i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindaritersandung.
j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya dikamar
mandi.
k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. 
b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d) Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas kaki
a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjagakeseimbangan.
c) Pakai sepatu yang antislip.
6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu
meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus
gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun
pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan
seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1
ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane
type apa yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang
berat badan.Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok
adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat
ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan
alat bantu pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orangtua. 
b) Berhenti merokok 
c) Hindari konsumsi alkohol
d) Latihan fisik 
e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.
f) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

Anda mungkin juga menyukai