Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang
mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang denan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat, dan kerja sama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama (Timpe, 2002:181). Hughesc dalam Ria  (2009:11) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal utama yakni pemimpin,
pengikut, dan situasi. Fenomena mengenai kepemimpinan ini diyakini memiliki pengaruh
terhadap produktifitas dan kohefisitas kelompok (Bass dalam Ria, 2009:11).
Keberhasilan atau efektifitas kepemimpinan tidak sajalah diukur bagaimana
memberdayakan bawahannya tapi uga kemampuannya menjalankan atau melaksanakan
kebijakan perusahaan melalui cara atau gaya kepemimpinannya. Pola atau gaya kepemimpinan
sangat tergantung pada karakteristik individu pemimpin menghadapi bawahan berdasarkan
fungsinya sebagai atasan.
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila
dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria
perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha adalah: (1) gaya
kepemimpinan diktator, (2) gaya kepemimpinan partisipasi, (3) gaya kepemimpinan delegasi, (4)
gaya kepemimpinan konsiderasi.

B. Teori kepemimpinan
1. Teori kepemimpinan klasik
a. Gaya kepemimpinan model taylor
Taylor(1911) seorang ahli teknik mesin sekaligus bapak manajemen ilmiah
menemukan gaya kepemimpinannya dalam memimpin perusahaan sebagai berikut:
1. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik
atau metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin.
2. Manusia untuk manajemen,bukan manajemen untuk manusia
3. Fungsi pemimpin menurut teori manajemen keilmuan (teori klasik) adalah
menetapkan dan menerapkan criteria prestasi untuk mencapai tujuan.
4. Focus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi.
b. Gaya kepemimpinan model Mayo
Gaya kepemimpinan mayo(1920) yang terkenal dengan gerakan hubungan manusiawi
merupakan reaksi dan refisi darigaya kepemimpinan Taylor yang memperlakukan
manusia seperti mesin. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin:
1. Selain mencari teknik atau metode kerja terbaik,juga harus memerhatikan
perasaan dan hubungan manusiawi yang baik.
2. Pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam unit-unit kerja
3. Fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota secara
kooperatif dan mengembangkan kepribadiannya.
c. Studi lowa
Penelitian kepemimpinan mula dilakukan oleh lippit dan White pada tahun 1930di
bawah pimpinan Lewin dari Universitas Lowa.
Dalam penelitiannya, Lewin ( 1981) meneliti tiga klub anak-anak berumus 10 thn.
Setiap klub diminta memainkan peran tiga gaya kepemimpinan yaitu
otoriter,demokratis, dan laize faire( semaunya sendiri). Pemimpin
oteriterbertindakdirektif, selalu mengarahkan, dan tidak memberikan
kesempatanbertanya apalagi membantah. Pemimpin demokratis mendorong untyk
berdiskusi, berpastisipasi, menghargai pendapat orang lain, bersifat objektif dalam
memuji dan mengkritik. Pemimpin laize faire memberikan kebebasan mutlak pada
anggota.
Penelitian menemukan bahwa 19 anak dari 20 anak suka dengan kepemimpinan
demokratis.
d. Studi ohio
Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan di bidang kepemimpinan. Suatu tim penelitian interdisiplin
seperti psikologi, sosiologi, dan ekonomi mengembangkan angket yang disebut
Angket Deskripsi Perilaku Pemimpin ( the leader behavior description questionnaire)
atau terkenal dengan singkatan LBDQ. Penelitian Ohio menemukan empat gaya
kepemimpinan yang digambarkan seperti berikut:
1. Struktur rendah perhatian tinggi
Pemimpin mendorong hubungan kerja sama harmonis dan kepuasan dengan
kebutuhan sosial anggota kelompok
2. Struktur tinggi perhatian tinggi
Pemimpin mendorong mencapai keseimbangan pelaksanaan tugas dan
pemeliharaan hubungan kelompok yang bersahabat
3. Struktur rendah perhatian rendah
Pemimpin menarik diri dan menempati peranan pasif. Pemimpin membiarkan
keadaan sejadinya.
4. Struktur tinggi perhatian rendah
Pemimpin memusatkan perhatian hanya kepada tugas. Perhatian pada pekerja
tidak penting
e. Studi michigan
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan pada seksi produksi lebih menyukai:
1. Menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka
dibandingkan yang terlalu ketat
2. Sejumlah otoritas dan tanggung jawab yang ada dalam pekerjaan mereka.
3. Memberikan pengawasan terbuka pada bawahannya dibandingkan pengawasan
yang ketat
4. Berorientasi pada pekerjaan daripada produksi ( likert, 1962)

2. Teori kepemimpinan modern


Teori kepemimpinan terdiri atas:
1. Teori pendekatan sifat-sifat ( traits approach theory )
Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin
b. Membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif

Teori awal tentang sifat- sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali sejak zaman yunani
kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan ( leaders
are born), bukan diciptakan. Teori itu disebut dengan teori the great man. Menurut
teori ini, jika seseorang dilahirkan sebagai pemimpin maka ia akan menjadi
pemimpin.

Wexley dan yukl ( moh As’ad, 1996) menyatakan bahwa terdapat beberapa
persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif yaitu kemampuan yang lebih tinggi
dari rata- rata bawahannya, antara lain:

a. Memiliki kecerdasan yang cukup


b. Memiliki kemampuan berbicara
c. Memiliki kepercayaan diri
d. Memiliki inisiatif
e. Memiliki motifasi berprestasi
f. Memili ambisi.
2. Pendekatan perilaku( gaya- gaya kepemimpinan)
Pendekatan sifat ternyata tidak mampu menjelaskan apa yang menyebabkan
seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Oleh karena itu, pendekatan perilaku
merefisinya. Dikarenakan perilaku dapat dipelajari, maka pemimpin dapat dilatih
dengan perilaku kepemimpinan yang tepat agar menjadi pemimpin yang efektif.
Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan gaya atau style yang
dapat mewujudkan sasarannya misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan
komunikasi yang efektif, memotifasi bawahannya, melaksanakan kontrol, dst. Plato
(427-347) dala bukunya yang berjudul republic membagi 3 gaya pemimpin yaitu
a. Filosofer( pemikir)
b. Militer( otoriter)
c. Enterpreneur (Bass, 1981)
Beberapa perwujudan perilaku pemimpin dan orientasi bawahan ialah 1. Penekanan
pada hubungan atasan-bawahan, 2. Perhatian pribadi pimpinan pada pemusan
kebutuhan para bawahannya, 3. Menerima perbedaan kepribadian, kemampuan, dan
perilaku yang terdapat dalam diri para bawahan.

3. Kepemimpinan situasional- kontingensi


Pendekatan ini merevisi pendekatan perilaku yang ternyata tidak mampu menjelaskan
kepemimpinan yang ideal. Pendekatan ini menggambarkan bahwa gaya yang
digunakan tergantung dari pemimpin itu sendiri, dukungan pengikutnya, dan situasi
kondusif.
Dengan menganalisa motifasi pokok bawahannya, pemimpin dapat menempatkan
pada situasi yang sesuai. Kualitas hubungan pemimpin dengan anggota kelompok
adalah yang paling berpengaruh pada keefektifan kepemimpinan sehingga
kepemimpinannya tidak begitu perlu mendasarkan pada kekuasaan formalnya.
Pendekatan ini terkenal dengan:
1. Model kontingensi fiedler
2. Model rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannenbaum & Schmidt
3. Model kontinum kepemimpinan Vroom & Yetton
4. Model kontingensi lima faktor Farris
5. Model kepemimpinan dinamika kelompok Cartwight & Zander
6. Model kepemimpinan path goal Evans dan House
7. Model kepemimpinan Vertical Dyad Linkage Graen
8. Model kepemimpinan Bass
9. Model kepemimpinan situasional Hersey & Blanchard
10. Kepemimpinan Kouzes & Posner

4. Kepemimpinan Pancasila
Inventarisasi dari pusaka moral dan kepemimpinan yang berasal dari masa lalu
menampilkan antara lain petunjuk sebagai berikut:
Dari almarhum Dr. Sosrokartono, kakak kandung R.A Kartini.
1. Sugih Tanpa Bandha : kaya tanpa mempunyai harta benda
2. Nglurung Tanpa Bala : mendatangi lawan tanpa membawa bala tentara
3. Menang tanpa Ngasorake : menang tanpa mengalahkan
4. Weweh Tanpa Kelangan : memberi tanpa kehilangan

5. Kepemimpinan Pendidikan
Salah satu kunci yang sangat menentukan keberhasilan sekeloh dalam mencapai
tujuannya adalah kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mencapai
tujuan secara dominan ditentukan oleh keandalan manajemen sekolah sangat
dipengaruhi oleh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini tidak berarti
peranan kepala sekolah hanya sekedar sebagai pemimpin atau lider. Karena masih
banyak peranan yang lainnya. Untuk lingkungan pendidikan, peranan kepala sekolah
dikenal dengan singkatan PEMASSLEC.

6. Kepemimpinan pendidikan kejuruan


Dimensi pendidikan kejuruan menurut Finch &McGough ( 1982) meliputi dimensi
manusia (human), tugas (task), dan lingkungan (environment). Dimensi manusia
meliputi hubungan manusiawi, kreatifitas, komitmen atau tanggung jawab,
fleksibilitas, dan orientasi jauh kedepan. Dimensi tugas meliputi perencanaan,
pengembangan, manajement dan penilaian. Dimensi lingkungan meliputi sekolah,
masyarakat, dan penyediaan tenaga kerja.

C. Kepemimpinan dalam Kewirausahaan


Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu
tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara
tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin
memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya
pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang
berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausaha memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka mengembangkan
gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter pribadi mereka dalam memajukan
perusahaannya.
D.   Pengertian Manajer.

Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk seluruh bagian
pada suatu perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya dan harus mempunyai wawasan yang
luas. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa
sektor yang dipegangnya. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu
orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya
memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-
beda.

1. Peran seorang manajer dalam sebuah organisasi

Di dalam suatu perusahaan tidak memiliki manajer maka bisa dipastikan bahwa
perusahaan tersebut akan bangkrut karena proses manajemen dalam perusahaan tersebut tidak
berjalan,walaupun simber daya alat dan infrastrukturnya legkap namun apabila tidak ada yang
mengatur maka hal itu tidak akan ada artinya oleh karena itu peran amnajer sangatlah vital.

Manajer yang hanya mau untuk menyuruh-nyuruh saja tanpa mau dikoreksi apalagi
disalahkan bukan seorang manajer yang baik,dan hal itu dapat menurunkan kualitas dan kinerja
dari para bawahan yang dia bawahi,dan akhirnya berdampak kepada keuntungan atau
kelangsungan dari organisasi itu sendiri,agar perusahaan tidak menjadi korban dari hal tersebut
maka perlu dipilih seorang manajer yang baik yang mampu mengatasi masalah dan memiliki
ciri-ciri kepemimpinan yang komunikatif.

1. Seorang manajer harus memahami identitas dan khususnya karakter dari


bawahanya,misalnya kemampuan komunikasinya,keagresifan dalam bertanya,kadar
emosi bawahanya,dan pengetahuan tentang suatu masalah,hal ini menjadi penting
karena untuk memperkecil distorsi informasi ketika majnajer akan mendengarkan dan
merespon usulan atau apresiasi yang disampaikan oleh bawahanya
2. Seorang manajer harus memahami apa yang disampaikan bawahan termasuk dalam
hal isi dan tujuan penyampaian aspirasi,dengan semakin paham maka komunikasi
akan semakin lancar sehingga tidak akan ada multitafsir yang akan menggaburkan
komunikasi tersebut.
3. Selalu fokus dan penuh perhatian kedapa karyawan yang menyampaikan pesan atau
aspirasi,dan usahakan jangan memberikan kesan manajer melecehkan bawahanya,hal
ini penting untuk memberikan empati tinggi sehingga karyawan atau bawahan akan
merasa diperhatikan dan dihargai eksistenti dan usulanya.

2. Peranan Manajer dalam Pengelolaan Manajemen Informasi

Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu
perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang
mengepalai beberapa. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu
orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya
memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-
beda.

E. Teori Manajer dalam Manajemen

Ada 3 teori dasar dalam manajemen, pertama adalah model tradisonal, kedua adalah human
relations, dan ketiga adalah human resources (Milles).

1.          Model Tradisional

Dalam pendekatan ini manajer menggunakan pola motivasi tradisional. Manajer


berasumsi bahwa pekerjaan itu tidak menyenangkan bagi manusia, upah lebih penting dari kerja
itu sendiri, dan hanya sedikit sekali orang yang memiliki pengendalian dan pengarahan diri. Oleh
karena itu, maka jalan keluar yang dilakukan manajer adalah melakukan supervise yang ketat
merumuskan berbagai cara dan prosedur kerja sesederhana mungkin, dan memaksa apa yang
diinstruksikan kepada bawahan. Dengan demikian diharapkan bawahan akan patuh dan
menghasilkan apa yang telah ditetapkan.

2.          Model Human Relations

Dalam pendekatan ini manajer menggunakan pola human relations, manajer berasumsi
bahwa bawahannya ingin merasa berguna dan penting, ingin dikenal sebagai seorang individu
yang berarti dan keinginan tersebut mungkin lebih peting daripada uang. Oleh karena itu, maka
tindakan yang dilakukan para manajer dalam melakukan tugasnya adalah memuji individu dan
bawahannya agar mereka merasa penting/ berguna, selalu mendengar keluhan dan saran
bawahannya, melakukan pengendalian dan pengarahan diri dalam hal-hal rutin. Dengan
demikian diharapkan agar bawahan menjadi lebih dimanusiakan (dihargai dan senang) dan
termotivasi serta bersedia bekerjasama atas dasar kesadaran diri (secara sukarela). (Keban)

3.          Model Human Resources

Dalam pendekatan ini, seorang manajer menggunakan pola human resource. Manajer
berasumsi bahwa orang bisa saja tertarik terhadap pekerjaan yang menantang (tidak selalu uang),
memiliki kreativitas dan inisiatif serta tanggungjawab yang tinggi untuk mengendalikan dan
mengarahkan dirinya. Oleh karenanya, maka yang dilakukan oleh manajer adalah memanfaatkan
kemampuan sumberdaya manusia yang ada pada bawahannya, memberikan peluang agar mereka
dapat berkreasi dan berinisiatif, serta memberikan dorongan agar mereka dapat berpartisipasi
secara aktif. Oleh karena itu, diharapkan terjadinya tanggungjawab yang lebih tinggi dikalangan
bawahannya, sekaligus terjadi perbaikan efisiensi dan peningkatan kepuasan kerja.

Dari ketiga pendekatan tersebut, dapat dilihat variasi pola kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi, termasuk manajer public. Pola yang dipilih tentu saja tergantung
dari asumsi dasar yang dianut oleh seorang manager tentang hakekat manusia dalam organisasi,
teknologi yang dimiliki, serta lingkungan dan situasi yang sedang dihadapi. Disamping itu,
model sangat mempengaruhi bentuk struktur organisasi.

Menurut Richard M. Steers dan Lyman W. Porter dalam buku Manajemen edisi 2
(Handoko) bahwa ada beberapa pola-pola umum pendekatan manajerial terhadap organisasi
bahwa model tradisional mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilakukan dan digunakannya sistem pengupahan intensif untuk memotivasi
para pekerja.

Sedangkan untuk model hubungan manusiawi, menurut Elton Mayo dan para peneliti
(Handoko) menemukan bahwa kontak-kontak social karyawan pada pekerjaannya adalah juga
penting dan bahwa kebosanan dan tugas-tugas yang bersifat pengulangan adalah faktor-faktor
pengulang motivasi.
Selanjutnya mengenai model Sumber daya Manusia, menurut Argyris dan Likert, bahwa
para karyawan dimotivasi oleh banyak faktor—tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai
kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti.

Menurut Malayu S. Hasibuan, Manajer adalah sumberdaya pokok serta titik sentral setiap
aktivitas yang terjadi dalam suatu perusahaan. Manajer harus mengutamakan tugas,
tanggungjawab, dan membina hubungan yang harmonis baik dengan atasan maupun dengan
bawahan.

F. Faktor-faktor pendorong kewirausahaan

Menurut Saifudin (2002), faktor pemicu kewirausahaan ditentukan oleh “property light”,
competency incentives, dan environment. Sedangkan menurut Kuncara (2008:1) faktor
pendorong kewirausahaan terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:

1. faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimana kita mengelola
diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur terpenting, yaitu: (1)
Kesadaran diri. Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya,
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri atau percaya diri. (2) Pengaturan diri. Ini menyangkut kemampuan
mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma
kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam
menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan
dan informasi-informasi baru. (3) Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk
menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme
dalam menghadapi halangan dan kegagalan.
2. Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita
menangani suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur terpenting,
yaitu: (1) Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif
orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan
mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi
keragaman dalam membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan
membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan, juga
tercakup didalamnya. (2) Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-
taktik untuk meyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan,
membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan,
bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan
menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

Ada beberapa faktor lainnya sebagai pendukung wirausaha yaitu :

 FAKTOR PERSONAL

Seorang wirausahawan memiliki locus of control internal yang lebih tinggi ketimbang
seorang nonwirausahawaan, yang berarti bahwa mereka memiliki keinginan yang lebih kuat
untuk menentukan nasib sendiri. Wirausahawan adalah orang-orang yang berani mengambil
resiko, pandai beradaptasi dengan perubahaan, dan membangun kekuatan pribadi. Berbagai
tantangan yang dihadapi menjadi pikiran mereka terlatih. Tantangan-tantangan yang mereka
hadapi tidak jarang memaksa mereka memilih jalan hidup sebagai seorang wirausahawan.
Berikut ini ada dua belas sikap yang dianggap paling pentingyang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan, seperti yang dikemukakan oleh Marrioti, DeSalvo, Towler:

1. Adaptabilitas
Kemampuan untuk berhadaoan dengan situasi yang baru serta menemukan solusi yang
kreatif terhadap permasalahan terjadi.
2. Kompetitif
Kesediaan untuk bersaing dengan orang lain.
3. Percaya diri
Keyakinan untuk dapat melalukukan apa yang telah ditetapkan.
4. Disiplin
Kemampuan untuk tetap fokus dan berpegang teguh pada jadwal dan tanggal waktu yang
telah ditetapkan.
5. Termotivasi
Keinginan untuk bekerja keras dalam rangka mencapai tujuan.
6. Kejujuran
Komitmen untuk mengatakan hal-hal yang sebenarnya serta berlaku adil terhadap orang
lain.
7. Organisasi
Kemampuan untuk menstruktur kehidupan serta menjaga agar tugas-tugas dan informasi
tetap dalam kendali.
8. Kegigihan
Tidak mau menyerah, keinginan untuk tetap menjaga tujuan yang telah ditetapkan serta
berusaha keras untuk mencapainya walaupun terdapat berbagai rintangan.
9. Persuasif
Kemampuan meyakinkan orang lain untuk melihat sudut pandang kita sendiri dan
menjadi mereka tertarik pada ide-ide yang kita miliki.
10. Pengambilan risiko
Keberanian untuk menghadapi potensi kerugian.
11. Pemahaman
Kemampuan untuk mendengar dan berempati terhadap orang lain.
12. Visi
Kemampuan

Sikap-sikap diatas harus didukung oleh sikap mental positif(positive mental attitude).
Wirausahawan adalah orang-orang yang optimis. Pasa saat orang lain melihat sesuatu sebagai
permasalahan, mereka justru melihatnya sebagai peluang.

 FAKTOR LINGKUNGAN

Faktor lingkungan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa


kewriusahaan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk jiwa
kewirausahaan adalah faktor budaya. Kita bisa melihat secara kasat mata, suku-suku tertentu di
Indonesia, seperti Sumatra Barat dan Sulawei Selatan mempunyai bakat wirausaha. Tatkala
kewirausahaan dianggap mulai dalam sistem nilai sebuah budaya, seorang wirausahawan
mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut. budaya tersebut akan menjadi ‘produsen’
wiraswasta. Sementara dalam budaya lain yang menempatkan pekerjaan wirausaha kurang
bergensi, kurang produktif dalan menghasilkan wirausaha.
 FAKTOR SOSIOLOGIS

Wirausahawan seringkali memustuskan untuk memulai usahanya sendiri karena mereka


adalah para high achiever yang maerasa bahwa karier mereka sulit berkembang dalam
perusahaan tempat mereka bekerja ataupun profesi yang mereka tekuni. Kondisi sosial juga turut
meberikan andil dalam meningkatkannya aktivitas kewirausahaan dalam kelompok-kelompok
tertentu seperti kaum wanita, minoritas, serta akademisi. Sebagai contoh, banyak akademisi yang
terjun dalam dunia kewirasuhaan manakala dunia akademis hanya menawarkan peluang
pengembangan karier yang terbatas serta kurang menjanjikan dari segi finansial. Tentu saja
keputusan untuk memilih jalan hidup sebagai seorang wirausahawan bukan hanya dilakukan oleh
mereka yang prospek pengembangan karirnya telah terbatas. Tidak sedkit orang-orang yang
sejak duduk dibangku sekolah telah bercita-cita menjadi seorang wirausahawan.

Tanggung jawab keluarga juga dapat memainkan peranan penting dalam menghasilkan
keputusan untuk memulai usaha sendiri. Adalah relatif lebih mudah untuk mulai menjalankan
usaha sendiri pada saat seseorang kurang lebih berusia 25 tahun, lajang, serta tidak memiliki
banyak aset pribadi. Namun keputusan untuk mulai menjalankan usaha sendiri menjadi lebih
sulit manakala seseorang telah berusia 45 tahun, telah menikah, memiliki anak yang beranjak
remaja, serta memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada saat seseorang berusia
minimal 45 tahun atau lebih, dan gagal meraih kesuksesan sebagai seorang wirausahawan, mulai
maka tidak akan mudah baginya untuk membangun karier dan pekerjaannya diperusahaan lain.

Faktor lain yang menentukan umur berapa seseorang memutuskan untuk menjadi
wirausahawan adalah adanya trade off antara pengalaman yang bertambah seiring dengan
pertambahan usia dengan rasa optimisme dan energi yang dimiliki. Seseorang yang telah
memiliki cukup banyak pengalaman serta merasa percaya diri sebagai seorang manajer
kemungkinan akan lebih merasa optimis terhadap karier sebagai seorang wirausahawan.

Pada saat seorang wirausahawan telah benar-benar mulai menjalankan bisnisnya, maka ia
harus melakukan kontak dengan berbagai kalangan seperti pelanggan, pemasok, investor,bankir,
akuntan, pengacara, dan lain sebagainya. Oleh karenanya menjadi sangat untuk meminta bantuan
sebelum melangkah untuk mendirikan perusahaan baru. Jejaring pertemanan dan rekan-rekan
bisnis dapat menjadi sumber pertolongan yang sangat besar manfaatnya.
 FAKTOR KETERSEDIAAN SUMBER DAYA

Ketersediaan modal adahal hal yang sangat penting. Demikian pula ketersedian sumber
daya lainnya, termasuk sumber daya manusia (SDM) dengan pengalaman serta keterampilan
yang sesuai, sumber daya informasi seperti bank data, serta sumber daya infrastruktur seperti
lokasi yang tepat. Perhatikan media juga penting, khususnya sebagai sarana untuk menerbitkan
cerita seputar model peran yang sesuai serta cerita seputar kesuksesan yang diraih.

Dalam menentukan jumlah modal yang diperlukan guna memulai sebuah usaha, seorang
wirausahawan pertama-tama harus menentukan jumlah minimum dari masinng-masing sumber
daya yang diperlukan. Sebagian sumber saya dibutuhkan dalam tingkat kuantitas dan kualitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian lainnya. Pertama-tama seorang seorang
wirausahawan harus menentukan sumber daya apa sajakah yang menjadi faktor penentu paling
utama guna meraih kesuksesan dipasar. Hal-hal apa sajakah yang diharapkan mampu dilakukan
oleh perusahaan menghasilkan sebauah produk baru berteknologi tinggi. Oleh karena itu,
perusahaan harus memfokuskan usahanya guna merekrut pasa insiyur yang memiliki kompetensi
yang tinggi serta melindungi kekayaan intelektual yang dimiliki, seperti desien dan hak paten.

Sumber daya yang lengkap mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
memperlancar aktivitas bisnis. Hal penting yang harus diingat saat memutuskan mencari sumber
daya yang diperlukan adalah perusahaan tidak perlu selalu menghasilkannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai