Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2
tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap
tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian
dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah
daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik
(lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan
bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan
lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang
dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih
kuat.

Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa
menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung
panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus
terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher
dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut.
Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat. Cara penguncian yang
umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian
gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya.
Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada
beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah
penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima
leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara
bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri
dari sebuah mata mur baut. Setelah tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk
mengunci secara kuat kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.

Page 1
B. Tujuan

Tujuan umum : untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
Patologis.

Tujuan Khusus:
1. Untuk memenuhi serta mengetahui dan memahami pengertian ekstraksi forceps.
2. Untuk memenuhi dan memahami syarat-syarat untuk tindakan ekstraksi forceps.
3. Untuk mengetahui dan memahami indikasi tindakan ekstraksi forceps.
4. Untuk mengetahui dan memahami kontraindikasi ekstraksi forceps.
5. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat untuk ekstraksi forceps.

C. Permasalahan
1. Definisi Ekstraksi Forceps menurut beberapa sumber buku & pengarangnya?
2. Tujuan dari Ekstraksi Forceps?
3. Syarat-syarat dan Prosedur?
4. Indikasi dan kontraindikasi Ekstraksi Forceps?
5. Persiapan Alat, Pasien dan Penolong?

D. Metode Pembuatan Makalah

Metode yang diambil dari pembuatan makalah ini dari beberapa sumber-sumber buku yang
menyangkut dengan Ekstraksi Forceps.

Page 2
BAB II

TINJAUAN TEORI

EKSTRAKSI PORCEPS

A. DEFINISI

Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat
digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat
daun forceps dipasang.
Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan pemasangan forceps
setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada diameter
anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.
Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum kriteria
untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi. Adanya
engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala
sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar dari pada ajarak
dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal dengan bagian
kepala bayi yang paling bawah.
(Menurut sumber dari buku Obstetri Williams)

Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan
ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun

Page 3
sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti
kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.
(Menurut sumber dari buku Pelayangan Kesehatan Maternatal & Neonatal)

Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan porceps yang
dipasang pada kepalanya.
(Menurut sumber dari buku Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 2000)

Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya;
disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin.
Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh
digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat
diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi
cunam mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak.
(Menurut sumber dari buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta 2002)

B. Tujuan Tindakan

Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:

1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan

2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan   depan
atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK
depan ( dibawah symphisis pubis)

3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

C. Jenis Tindakan Forceps

Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan
ekstraksi forceps, antara lain:

1.      Forceps rendah

Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps
dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.

Page 4
2.      Forceps tengah

Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah
forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan
forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat
diganti dengan ekstraksi vaccum.

3.      Forceps tinggi

Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti
dengan seksio cesaria.

D. INDIKASI

Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah

1. Indikasi ibu
a. Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3
jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.

Page 5
b. Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya
partus sudah berlangsung lama.
c. Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
d. Eklamsi yang mengancam
e. Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban
sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
f. Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan decompensasi
kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau
kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
g. Partus tidak maju-maju
h. Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.

2. Indikasi janin
a. Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara lain :
 - DJJ menjadi cepat takhikardi 160 X/menit dan tidak teratur.
- DJJ menjadi lebih lambat bradikardi 160 X/menit dan tidak teratur.
- Adanya mekonium (pada janin letak kepala).
b. Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik

              

Page 6
E. Kontra Indikasi

Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi

1.        Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forceps

2.        Anencephalus

3.        Adanya disproporsi cepalo pelvik

4.        Kepala masih tinggi

5.        Pembukaan belum lengkap

6.        Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel

7.        Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih

F. Komplikasi

Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut

1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi :


a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:

1). Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta
trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks,
kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.

Page 7
2). Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan
infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi
dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam

b. Komplikasi segera pada bayi

1). Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan
pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung
forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan
pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak.

2). Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi

3). Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang
kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata,
telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus
brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma
pada daerah tertekan.

Page 8
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
a. Komplikasi pada ibu
1). Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan
robekan jalan lahir yang terlepas.
2). Infeksi
3). Penyebaran infeksi makin luas
4). Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto
vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.

b. Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:

1). Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps

2). Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta
encefalitis sampai meningitis.

3). Gangguan susunan saraf pusat

4). Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.

5). Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

G. SYARAT TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM

1. Pasien dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui tindakan ini serta bersedia
menandatangani "informed consent"
2. Tidak ada CPD-cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat lahir
pervaginam.
3. Kepala sudah engage:
1. Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan penilaian derajat desensus
kepala janin.
2. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan penafsiran dimana
tindakan yang semula dianggap sebagai Ekstraksi Cunam Rendah sebenarnya adalah
Ekstraksi Cunam Tengah.
1. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu didepan atau "after coming
head" pada persalinan sungsang pervaginam.
2. Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator.
3. Dilatasi servik sudah lengkap.
4. Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.
5. Selaput ketuban sudah pecah.

Page 9
H. Cara Pemasangan Cunam ada dua:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)

Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan diameter
mento-occiput kepala janin. Instalasi sefalik adalah cara yang paling aman baik untuk ibu
maupun janin

2. Instalasi pelvic (Pelvic forceps)

Dimana pemasangannya dalam kondisi sumbu panjang cunam sejajar dengan sumbu
panjang panggul.

Pemasangan forceps yang sempurna, jika memenuhi kriteria berikut:

1. forceps terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang forceps sejajar dengan sumbu
diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap panggul

2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan tegak lurus
dengan cunam

3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut

J. Persiapan dalam ekstraksi forceps:

1. Persiapan ibu:

a. litotomi set,

b. cunam,

c. vulva dicukur,

d. kandung kemih dikosongkan,

e. infuse bila diperlukan,

f. narkose,

g. gunting episiotomy

h. hecting set

i. uterotonika

Page 10
2. Persiapan untuk janin

a. Kain bersih

b. Alat resusitasi

3. Persiapan untuk dokter

a. Alat pelindung diri

b. Ilmu pengetahuan yang cukup

K. Prosedur / Langkah Dalam Melakukan forceps:

1. Membayangkan forceps sebelum dipasang

2. Memasang forceps

3. Mengunci forceps

4. Memeriksa kembali instalasi

5. Traksi percobaan

6. Traksi definitive

7. Melepaskan cunam

Contoh kasus: Seorang pasien, primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap dengan UUK
kanan depan, dengan penurunan Hiii +

Page 11
1. Membayangkan

Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva, memegang kedua cunam
dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang pada kepala

2. Memasang forceps

Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang adalah
forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan dipasang
di sisi kiri ibu.

Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps
sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong masuk ke dalam
vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan
tangan kiri yang mendorong forceps masuk ke dalam vagina.

Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri tersebut agar
tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan, yaitu forceps yang
dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi kanan ibu. Forceps kanan
dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps sejajar dengan paha kiri ibu,
sementara empat jari tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina. Forceps dipasang dengan
tuntunan ibu jari tangan kiri penolong. Setelah forceps terpasang, dilakukan penguncian

Page 12
3. Penguncian forceps

Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit dilakukan, jangan


dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar, dan dicoba pemasangan
ulang. Ketika forceps kir yang dipasang duluan, maka penguncian dilakukan secara langsung,
dan bila forceps kanan yang dipasang duluan, maka forceps dikunci secara tidak langsung.

Page 13
4. Pemeriksaan Ulang

Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah forceps
telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang terjepit

5. Traksi Percobaan

Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan. Asisten
memegang pemegang forceps dengan kedua tangan, sambil jari telunjuk dan tengah tangan
kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan atraksi. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan
kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera
dilakukan traksi definitive. Ketika jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala
janin, berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan instalasi ulang.

6. Traksi defrinitif
Page 14
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan
penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan. Arah atraksi
dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan atraksi cunam ke bawah, sampai
terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala
meregang perineum. Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan
kanan sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah Dahir, mata, hidung, mulut
bayi.

Page 15
7. Melepaskan cunam

Setelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan dengan persalinan
normal.

K. Pemasangan Forceps dikatakan gagal apabila:

1. Forceps tidak dapat dipasang

2. Forceps tidak dapat dikunci

3. Tiga kali traksi janin tidak lahir

L. Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps

Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya memerlukan
perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih
besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah
ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil,
pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk
menghindari infeksi.

Page 16
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari
2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap
tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian
dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah
daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik
(lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan
bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan
lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang
dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih
kuat.

Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa
menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung
panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus
terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher
dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut.

2. Saran

Pada zaman sekarang yang semakin pesat akan teknologi canggih, bahkan sebagian besar
alat-alat medis yang bersifat manualsudah mulai jarang dipakai oleh kalangan tenaga medis.
Disini alat forceps masih bisa digunakan oleh kalangan tenaga medis dalam membantu dan
menolong persalinan secara manual tanpa ada indikasi sedikitpun, maka kita didalam
penggunaannya pun sangat ekstra hati-hati sebab ini merupakan dan memyangkut nyawa Ibu dan
janin. Untuk itu sebelumnya kita harus bisa memberikan penyuluhan akan tindakan segera
apabila nantinya di dalam suatu proses persalinan ada hal yang menyebabkan patologis.

Page 17
DAFTAR PUSTAKA

1. American College Of Obstetrican and Gyncologists : Operative vaginal


delivery. Practice Bulletin no 17, June 2000
2. Arya LA et al: Risk of new-onset urinary incontinence after forcep and vacuum delivery
in primiparous women. Am J Obstet Gynecol 185,1318, 2001
3. Bhide A, Guven M, Prefumo F, Vankalayapati P, Thilaganathan B. Maternal and
neonatal outcome after failed ventouse delivery: comparison of forceps versus caesar
section. J Matern Fetal Neonatal Med . Jul 2007; 20 (7) :541-5. [Medline] .
4. Caughey AB, Sandberg PL, Zlatnik MG, et al. Forceps compared with vacuum: rates of
neonatal dan maternal morbidity. Obstet Gynecol . Nov 2005; 106 (5 Pt 1) :908-
12. [Medline] .
5. Cunningham FG (editorial): forceps Delivery and Vacuum Extraction in "William
Obstetrics" 22 nd ed p 547 - 563, Mc GrawHill Companies 2005
6. de Leeuw JW, de Wit C, Kuijken JP, Bruinse HW. Mediolateral episiotomy reduces the
risk for anal sphincter injury during operative vaginal delivery. BJOG . Jan 2008; 115
(1) :104-8.[Medline] .
7. Fitzpatrick M et al: Randomized clinical trial to asses anal sphincter function following
forceps dan vacuum assisted vaginal delivery. Br J Obstet Gynecol 110; 424, 2003
8. Gillstrap LC III: forcep Delivery. In Gillstrap LC III, Cunningham FG, Van Dorsten JP
(eds): Operative Obstetrics 2 nd ed. New York, Mc Graw-Hill, 2002
9. Handa VL et al: Obstetrics anal sphincter lacerations. Obstet Gynecol 98: 225, 2001
10. Johnson JH et al: Immediate maternal and neonatal effects of forceps dan vacuum
assisted delivery. Obstet Gynecol 103:513, 2004
11. Leslie KK, Dipasquale-Lehnerz P, Smith M. Obstetric forceps training using visual
feedback and the isometric strength testing unit. Obstet Gynecol . Feb 2005; 105 (2) :
377-82. [Medline] .
12. Pretlove SJ, Thompson PJ, Toozs-Hobson PM, Radley S, Khan KS. Does the mode of
delivery predispose women to anal incontinence in the first year postpartum? A
comparative systematic review. BJOG . Mar 2008; 115 (4) :421-34. [Medline].
13. Towner DR, Ciotti MC. Operative vaginal delivery: a cause of birth injury or is it?. Clin
Obstet Gynecol . Sep 2007; 50 (3) :563-81.[Medline] .
14. Youssef R, Ramalingam U, Macleod M, Murphy DJ. Cohort study of maternal and neonatal
morbidity in relation to use of episiotomy at instrumental vaginal delivery. BJOG . Jul 2005; 112
(7) :941-5. [Medline] .

Page 18

Anda mungkin juga menyukai