Anda di halaman 1dari 7

Nama : Elizabeth Tri Utami

NIM : 135020300111054
Matakuliah : Teori Akuntansi
Kelas : CC

Chapter 1
Introduction to Financial Accounting Theory

1. Pengantar
Pengenalan Teori Akuntansi diawali dengan pembahasan isu-isu yang
terkait didalamnya. Isu-isu tersebut antara lain mengapa mahasiswa
akuntansi perlu untuk memahami teori, bukan hanya sebatas pada
pemahaman terhasap standard akuntansi, mengapa teori akuntansi
menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh para praktisi, serta
bagaimana teori akuntansi dapat memenuhi perannya sebagai dasar
terlaksananya praktik akuntansi .

2. Memahami Teori
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Teori Akuntansi, sebaiknya
kita memahami dulu pengertian atau definisi dari teori itu sendiri.
Adapun terdapat beberapa pandangan mengenai definisi dari teori.
Menurut Oxford English Dictionary, Teori merupakan suatu skema atau
sistem dari suatu gagasan atau pernyataan yang berfungsi sebagai
suatu penjelasan atau laporan dari suatu kelompok fakta atau
fenomena. Pandangan lain dari seorang peneliti Akuntansi, Hendriksen
(1970, p. 1) menyatakan bahwa teori merupakan kelompok hipotesis
yang saling berkaitan, konseptual dan prinsip pragmatis yang
membentuk kerangka umum dari sebuah referensi untuk suatu bidang
penelitian. Adapun penelitian dari Hendriksen tersebut menyerupai
definisi teori dari US FASB dalam kerangka konseptualnya, dimana
dijelaskan bahwa teori merupakan suatu sistem yang saling berkaitan
dari objek yang saling berelasi dan fundamental yang mengarah pada
suatu standar yang konsisten (FASB, 1976). Dari ketiga definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya teori haruslah
berdasarkan dari suatu alasan yang berlogika, sistematik, dan saling
berkaitan.
Demikian pula bila dikaitan dengan Teori Akuntansi itu sendiri, yang
mana akuntansi merupakan aktivitas manusia. Dimana akuntansi tidak
dapat dilakukan tanpa adanya akuntan, sehingga Teori Akuntansi
Keuangan selanjutnya juga akan mempertimbangkan hal-hal terkait
tingkah laku dan kebutuhan manusia akan informasi akuntasi
keuangan, atau alasan mengapa orang-orang yang berperan penting
dalam organisai menyediakan informasi penting bagi para pemangku
kepentingan organisasi. Contohnya antara lain, bahwa teori ;
 Menentukan bagaimana, berdasarkan pada perspektif utama dari
peran akuntansi, aset dinilai untuk kepentingan pelaporan pada
pihak eksternal.
 Memprediksi, bahwa manajer yang memberikan bonus
berdasarkan suatu capaian, misalnya profit, akan cenderung
mengadopsi metode akuntansi yang akan menghasilkan laba
dalam laporan keuangan yang lebih tinggi.
 Berusaha menjelaskan bagaimana latar belakang budaya
individu dapat mempengaruhi tipe informasi akuntasi yang
diperlukan untuk membuktikan pada pihak-pihak diluar
organisasi.
 Menentukan informasi akuntansi yang perlu disajikan pada
pemangku kepetingan berdasarkan kebutuhan dari tiap
pemangku kepentingan.
 Memprediksikan bahwa kekuatan relative dari pemangku
kepentingan menentukan informasi keuangan mana yang berhak
didapatkan.
 Memprediksikan bahwa organisasi berusaha untuk mendapatkan
pengakuan dari masyarakat sebagai organisasi yang sah dan
bahwa laporan keuangan dapat digunakan organisasi untuk
membuktikan legitimasinya.

3. Pentingnya Memahami Teori Akuntansi bagi Mahasiswa


Akuntansi
Sebagai mahasiswa akuntansi, akan muncul tuntutan untuk dapat
menyusun dan membaca laporan keuangan yang disusun dengan
berbagai standard dan aturan-aturan lain yang digunakan, dan lebih
mendalam lagi mahasiswa akuntansi juga dituntut untuk bisa
menganalisis laporan keuangan tersebut yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan oleh manajemen. Untuk dapat menganalisis
suatu laporan keuangan, teori akuntasi merupakan hal yang harus
menjadi dasar pemahaman seorang akuntan dalam membaca laporan
keuangan agar analisisnya menjadi lebih logis. Pemahaman akan teori
akuntansi menjadi sangat penting untuk menjaga reputasi dari profesi
akuntan tersebut.

4. Tinjauan Singkat Teori Akuntansi


Teori Akuntansi bukanlah teori yang hanya terdiri atas satu teori yang
dapat diterima secara universal. Tiap peneliti memiliki perspektif yang
berbeda mengenai peran dan kebutuhannya akan Teori Akuntansi.
Beberapa peneliti memandang bahwa Teori Akuntansi harus dapat
menjelaskan dan memprediksikan fenomena-fenomena utama terkait
akuntansi, sedangkan peneliti lain memandang bahwa Teori Akuntansi
harus dapat digunakan untuk menentukan pendekatan-pendekatan
yang seharusnya digunakan dalam akuntansi. Untuk itu, secara garis
besar terdapat 3 jenis teori akuntansi;
4.1 Inductive Accounting Theory
Awal pengembangan teori akuntansi bergantung pada proses
induksi. Dimana proses induksi disini berarti pengembangan
gagasan atau teori dilakukan melalui observasi terhadap praktik
yang sesungguhnya dilakukan oleh akuntan.
4.2 Predictive Accounting Theory
Pada pertengahan 1970 terjadi perubahan sudut pandang oleh para
peneliti akuntansi, dimana mereka mulai berfokus pada suatu teori
yang dapat menjelaskan (describe) dan memprediksikan praktik
akuntansi yang sebelumnya lebih terarah pada teori akuntansi yang
menentukan (prescribe) pendekatan yang harus dilakukan. Dapat
dikatakan perubahan sudut pandang ini terjadi dari yang dulunya
descriptive research menjadi predictive research.
Penelitian akuntansi sendiri secara umum dibagi menjadi positive
research dan normative research. Dimana penelitian yang bertujuan
menjelaskan dan memprediksikan fenomena penting
diklasifikasikan ke dalam positive research dan teori yang terkait
disebut sebagai positive theory. Sehingga predictive accounting
theory umumnya disebut pula positive theory. Menurut Henderson,
Peirson, and Brown (1992, p. 326) positive theory dimulai dengan
beberapa asumsi dan deduksi logis yang memungkinkan munculnya
suatu prediksi. Jika prediksi tersebut cukup akurat terhadap hasil
pengamatan dari fakta yang sesungguhnya terjadi, maka prediksi
tersebut dianggap mampu menjelaskan mengapa hal-hal tersebut
terjadi.
4.3 Prescriptive (Normative) Accounting Theory
Normative Accounting Theory didasari oleh norma (nilai/keyakinan)
dari peneliti teori tersebut, bukan berdasarkan observasi. Oleh
karena itu Normative Accounting Theory tidak dapat dievaluasi
berdasarkan praktik akuntansi yang sesungguhnya. Dan faktanya
bahwa teori ini mungkin menyajikan sudut pandang lain dari praktik
akuntansi pada umumnya.

5. Mengevaluasi Teori Akuntansi


Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa terdapat 2 teori akuntansi
secara umum yaitu positive theory dan normative theory. Dimana
masing-masing peneliti memiliki pandangannya sendiri terhadap kedua
teori tersebut. Terdapat beberapa argument para peneliti yang
menentang positive theory, diantaranya;
 It is a dead philosophical movement (Christenson, 1983, p.7)
 It has provided no accomplishments (Sterling, 1990, p. 97)
 It is marred by oversight, inconsistencies and paradoxes
(Chambers, 1993, p. 1)
 It is imperiously dictatorial (Sterling, 1990, p. 130)
Dan masih banyak kritik lainnya terhadap pandangan dari positive
theory yang bagi sebagian peneliti dianggap sebagai teori yang tidak
lebih baik dari normative theory. Demikian juga sebaliknya, para
peneliti drai golongan positive theory banyak mengkritik pandangan
dari normative theory. Namun hal tersebut kembali lagi kepada sudut
pandang dan tujuan digunakannya teori tersebut dan pilihan akan teori
tersebut bergantung pada value judgement dari tiap penggunanya.

6. Dapatkan Teori Dibuktikan ?


Pandangan mengenai dapat atau tidaknya suatu teori dibuktikan
kembali lagi tergantung pada sudut pandang keilmuan yang digunakan
oleh seseorang. Terlebih jika hal ini dikaitkan dengan teori akuntansi
dimana akuntansi merupakan human activity yang sangat bergantung
dengan peran seorang akuntan, dimana seorang akuntan kemungkinan
besar akan memberikan respon yang berbeda dengan akuntan lain
terhadap suatu metode akuntansi. Oleh karena itu, teori akuntansi
secara logis tidak dapat memprediksi dengan tepat respon yang akan
diberikan oleh seorang akuntan ataupun pengguna teori lainnya.
Menurut Deegan (2006, p. 14), jika teori akuntansi ditujukan untuk
menjelaskan dan memprediksikan aksi dan reaksi individu terhadap
informasi akuntansi, dan jika hasil prediksi tersebut mampu
menjelaskan kondisi dalam beberapa waktu, maka teori tersebut dapat
digunakan meskipun tidak sempurna. Sementara kita dapat
menggunakan hasil observasi untuk dapat memperkuat teori, namun
sangat mungkin suatu observasi justru membuktikan
ketidakonsistensian teori. Untuk itu banyak peneliti lebih memilih
untuk berpendapat bahwa fakta-fakta yang ada mendukung teori,
namun sangat dimungkinkan munculnya teori alternative dikemudian
hari yang dapat memberikan penjelasan yang lebih baik akan
terjadinya suatu fenomena.

7. Mengevaluasi Teori – Petimbangan Logika dan Fakta


Dalam memahami dan menerima suatu teori dan hipotesis yang
menyertainya, kita harus paling tidak menerima logika dari argument
tersebut, menerima asumsi yang mendasarinya, dan fakta-fakta lain
yang dapat dibuktikan.
7.1 Mengevaluasi Deduksi Logis
Deduksi logis dalam hal ini menekankan bahwa argumen dapat
dikatakan logis jika hal yang mendasarinya adalah benar, sehingga
kesimpulan yang diambil menjadi benar pula. Misalnya secara
sederhana dikatakan bahwa seluruh A memiliki B, dan C adalah A.
maka dapat disimpulkan bahwa C memiliki B, dan hal ini adalah
benar.

7.2 Mengevaluasi Asumsi yang Mendasari Teori


Dalam mengevaluasi asumsi yang mendasari suatu gagasan atau
teori, yang perlu diperhatikan adalah peneliti atau pengguna teori
harus waspada dan memastiakn bahwa penerimaan terhadap
asumsi tersebut tidak sebatas dipengaruhi oleh penggunaan bahasa
asumsi tersebut. Peneliti harus memastikan apakah ia akan tetap
menerima asumsi tersebut, bila bahasa yang digunakan dalam
menjelaskan diubah. Sehingga hasil evaluasi asumsi tersebut dapat
menjadi lebih berguna.
7.3 Penggunaan Teori secara Universal
Logika dari argument dan asumsi yang disusun merupakan hal
utama yang perlu diperhatikan, namun disisi lain hal yang perlu
diingat dalam social science secara alami, teori merupakan abstrak
dari suatu realita. Sehingga tidak sepenuhnya teori tersebut dapat
diaplikasikan secara umum, sepanjang waktu. Untuk itu,
penggunaan teori secara universal sebenarnya sulit diterapkan dan
tidak mungkin satu teori dapat diterima oleh semua sudut pandang,
sehingga yang dimungkinkan dalam hal ini adalah adanya batas
penerimaan terhadap suatu teori yang setidaknya mampu
menjelaskan fenomena dan kecenderungan respon individu
terhadap fenomena tersebut.

7.4 Generalisasi Teori dari Pengujian Sampel


Dalam menguji teori akuntansi, peneliti masih cenderung
menggunakan metode dari penelitian science yang berasumsi
bahwa fenomena yang dipelajari akan memberikan hasil yang sama
pada semua situasi. Hal ini berarti bahwa dalam sudut pandang
tersebut, teori akuntansi dengan mudah dapat digeneralisasi pada
semua kondisi. Namun sudut pandang lain berpendapat bahwa hal
tersebut tidak tepat, memandang bahwa akuntansi merupakan
human activity yang tidak dapat disamakan dengan penelitian yang
bersifat science, dan bahwa respon individu akan selalu berbeda
dengan individu yang lain. Untuk itu dalam generalisasi teori
akuntansi, hal utama yang perlu ditekankan adalah pemahaman
logika dari suatu argument atau asumsi, sehingga dalam
pengambilan sampel untuk populasi yang besar pun harus didasari
atas logika tersebut.

Anda mungkin juga menyukai