net/publication/327385034
CITATIONS READS
0 568
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Experiences, attitudes and barriers towards research participation at Syiah Kuala University, Banda Aceh View project
All content following this page was uploaded by Nur Wahyuniati on 02 September 2018.
Abstrak. Malaria merupakan suatu penyakit infeksi yang memiliki patogenesis sangat
kompleks. Teori imunologis merupakan salah satu teori utama yang berupaya menjelaskan
secara lebih rinci dan komprehensif terkait patogenesis infeksi malaria. Interleukin-10, yang
merupakan sitokin anti-inflamasi,memainkan peranan yang penting dalam regulasi respon imun
pada host. Interleukin-10 menghambat pelepasan mediator-mediator pro-inflamasi dari
monosit/makrofag, dan hal ini akan menghambat sekresi TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-8, G-CSF, dan
GM-CSF. Interleukin-10 juga menghambat proliferasi dan juga sintesis sitokin sel T CD4 +,
termasuk produksi IL-2 dan IFN-γ oleh Th1 dan IL-4 dan IL-5 oleh Th2. Timbulnya komplikasi
malaria berat ditentukan oleh keseimbangan antara kadar sitokin proinflamasi dan anti-
inflamasi, yaitu berupa rasio IL-10 rendah. Rasio IL-10:TNF-α yang kurang dari 1 beresiko
mengalami malaria serebral dan anemia berat, sebaliknya rasio lebih dari 1 sering ditemukan
pada pasien hiperparasitemia.(JKS 2015; 2: 96-103)
96
NurWahyuniatidan Reza Maulana, Peran Interleukin-10 padaInfeksi Malaria
97
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015
yang dapat mempengaruhi pola transmisi antara parasit satu dengan yang lain dapat
malaria yang terjadi melalui gigitan nyamuk mengekspresikan PfEMP atau protein-
Anopheles betina.6,9 protein lain yang lebih dominan berikatan
dengan jenis molekul adhesi tertentu.4,7
b. Sitoadherens Sebagai contoh, parasit yang menginfeksi
Sitoadherens adalah ikatan anatara eritrosit jaringan plasenta akan mengekspresikan
yang telah terinfeksi parasit malaria PfEMP-1 yang mampu berikatan dengan
(PRBCs, Parasitized Red Blood Cells) CSA namun tidak dengan CD36.4 Di lain
dengan endotel vaskuler terutama kapiler pihak, parasit tertentu yang
postvenula yang menyebabkan terjadinya mengekspresikan PfEMP-1 ada yang lebih
sekuesterasi parasit pada kapiler-kapiler dominan berikatan dengan ICAM-1 yang
organ.4,7 Timbulnya fenomena ini merupakan molekul adhesi utama di endotel
diperantarai oleh protein Plasmodium yang pembuluh darah otak, sehingga parasit
terekspresikan di permukaan eritrosit yang tesebut lebih banyak tesekuesterisasi di otak,
terinfeksi, protein-protein dinding sel hal ini diduga ikut berperan terhadap
eritrosit yang telah termodifikasi serta ligand timbulnya malaria cerebral.4
di sel endotel.7 Adanya perlekatan / adhesi
PRBCs ini akan mengurangi aliran darah di c. Rosetting dan agglutinasi
mikrosirkulasi, yang mana hal ini mungkin Rosetting adalah ikatan antara PRBCs
dapat menjelaskan penyebab terjadinya dengan beberapa eritrosit yang tidak
disfungsi jaringan dan organ, seperti halnya terinfeksi, sehingga membentuk gumpalan
koma pada kasus malaria cerebral.7 Parasit yang disebut ‘roset’.7 Sedangkan agglutinasi
yang mengalami sekuesterasi ini bersifat adalah ikatan antara PRBCs, yang akan
aktif dalam hal metabolismenya, dan ia akan membentuk aggregat yang tidak melibatkan
berkompetisi dengan jaringan tubuh host eritrosit tak terinfeksi 7. Pada fenomena
untuk memperoleh berbagai substrat, seperti rosetting ini, gen var sepertinya bertanggung
glukosa, dan ia juga akan memproduksi jawab atas terjadinya ligand, dan interaksi
toksin yang mengganggu metabolisme intereritrositik ini merupakan interaksi yang
jaringan tubuh host.7 sensitif terhadap pH dan heparin.7 Sejumlah
protein reseptor pada permukaan eritrosit tak
Mekanisme terjadinya sitoadherens adalah terinfeksi yaitu complement receptor 1
sebagai berikut, pada permukaan PRBCs (CR1)/CD35, CD36, dan heparan sulfate-
akan timbul tonjolan-tonjolan yang disebut like glycosaminoglycans (HS-like GAG).4
knob.4,7,10 Pada Knob ini terdapat berbagai Tingginya formasi roset ditemukan pada
protein seperti Histidine rich protein-1 anak-anak di Gambia yang mengalami
(HRP-1), PfEMP-1, PfEMP-2 (MESA).4,7 malaria cerebral, dimana pada pasien-pasien
Protein ini akan berikatan dengan berbagai ini ternyata terdapat hubungan dengan
molekul adhesi pada permukaan endotel kurangnya antirosetting antibodi, sedangkan
vaskuler, seperti CD36 (platelet pada penelitian-penelitian di belahan bumi
glycoprotein IIIb atau IV), CD31, CD51, yang lain tidak menunjukkan adanya
CD54, intracellular adhesion molecule-1 hubungan dengan antibodi tersebut.7
(ICAM-1), endothelial selectin (E-Selectin, Kontribusi agglutinasi terhadap patofisiologi
ELAM-1), vascular cell adhesion molecule- malaria berat masih belum jelas.
1 (VCAM-1), trombospondin, asam
hialuronat, glikosaminoglikan, serta d. Toksin parasit
kondroitin sulfat (CSA).4,7,10-12 Eritrosit yang terinfeksi parasit (PRBCs)
yang pecah pada saat proses skizogoni akan
PfEMP-1 dapat berikatan secara simultan mengeluarkan berbagai toksin seperti
dengan berbagai reseptor sekaligus, namun glycosylphosphatidylinositols (GPI),
98
NurWahyuniatidan Reza Maulana, Peran Interleukin-10 padaInfeksi Malaria
99
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015
Selain itu, sitokin berfungsi mengaktifkan Interferon (IFN)-γ dan interleukin (IL)-12
sel-sel imun lain seperti makrofag, limfosit memainkan peranan yang penting untuk
T, limfosit B dan sel NK untuk clearance patogen-patogen intraseluler.4
berproliferasi dan menghasilkan lebih Sejumlah anak di Afrika yang mengalami
banyak mediator guna bekerja sama anemia berat pada infeksi P.falciparum
mengatasi infeksi.4 Di lain pihak, sitokin ternyata memiliki kadar IFN-γ dan IL-12
mempunyai efek biologis metabolik seperti yang rendah.Produksi IFN-γ dan IL-12
hipoglikemia, pireksia, inflamasi, dan dalam dihambat oleh sitokin anti-inflamasi seperti
kadar tinggi dapat merusak sel terutama IL-10.4 IFN-γ juga telah terungkap memiliki
endotel, bahkan dapat menguntungkan peran yang krusial dalam hal imunitas
pertumbuhan parasit karena meningkatkan terhadap stage preeritrositik P.
26
sitoadherens (melalui peningkatan ekspresi Falciparum. Konsentrasi IFN-γ yang
molekul adhesi pada endotel).4 Di sini sangat rendah sekalipun ternyata terbukti
terlihat bahwa sitokin memiliki peran ganda efisien untuk melawan P. falciparum pada
seperti “pedang bermata dua”, pada kadar stage hepar, sedangkan konsentrasi IFN-γ
yang tepat bersifat protektif namun pada yang sedang dapat menghambat sepenuhnya
kadar yang berlebihan justru berefek perkembangan skizogoni pada tahap hepar
patologis.4 26
. IFN-γ juga telah sering diikutsertakan
sebagai kontrol positif pada penelitian-
Berdasarkan jenis sitokin yang penelitian obat anti malaria in vitro atau
dihasilkannya, limfosit T helper dibagi penelitian inhibisi sporozoit.26
menjadi Th1 yang menghasilkan sitokin
proinflamasi IFN-γ, TNF-α, TNF-β (juga 3. Peran Interleukin-10
disebut sebagai limfotoksin, LT), IL-1, IL-6, IL-10, sitokin anti-inflamasi, memainkan
IL-8, IL-12; berfungsi mengaktifkan peranan yang penting dalam regulasi respon
imunitas seluler dan imunitas non- imun pada host, sebagaimana yang juga
spesifik.4,22,23 Sedangkan Th2 yang diperankan oleh TGF-β 1. Sumber utama IL-
menghasilkan sitokin anti-inflamasi IL-4, 10 adalah subset sel T yang meliputi sel
IL-10; berfungsi mengaktifkan imunitas Th1, sel Th2, sel Tr1 (CD25+Foxp3-), dan T
humoral.4,22,23 regulatory (Treg, CD25+Foxp3+).1,23
Stimulasi Th1 dengan IL-27 meningkatkan
Pada cerebral malaria, konsentrasi sitokin produksi IL-10 dan memacu ekspresi IFN-
pro-inflamasi di dalam darah meningkat, γ.1 Tr1 merupakan subset sel CD4+ yang
sebagaimana ditemukan pula pada banyak memproduksi IL-10 dalam kadar yang
kondisi infeksi yang parah.7 TNF-α tinggi, IL-2 dalam kadar rendah, namun ia
berhubungan dengan berbagai kondisi tidak memproduksi IL-4 1. Tr1 berkembang
patologis pada infeksi malaria, terutama dari sel T naif di bawah pengaruh IL-27.
dengan acute respiratory distress syndrome TGF-β menginduksi ekspresi IL-10. IL-2,
(ARDS) dan malaria cerebral.24 TNF-α, baik suatu aktivator aktifitas supresif oleh sel
berperan sendiri atau bersama-sama dengan Treg, ternyata memacu produksi IL-10.
IL-6 dan IL-1, telah diketahui dapat Dewasa ini, telah diketahui bahwa sumber
menginduksi sintesis acute phase response IL-10 tidak hanya berasal dari subset sel T
proteins oleh hepatosit.25 TNF-α namun juga dari hampir semua leukosit.1
meningkatkan regulasi reseptor sitoadherens
di endotel, serta juga dapat menimbulkan Monosit/makrofag merupakan sel sasaran
diseritropoesis. Pada anak-anak di Afrika, utama dari efek inhibisi yang dimiliki oleh
tingginya konsentrasi TNF-α berhubungan IL-10. IL-10 menghambat pelepasan
dengan timbulnya koma, hipoglikemia, mediator-mediator pro-inflamasi dari
hiperparasitemia, bahkan kematian.7,22 monosit/makrofag, dan hal ini akan
100
NurWahyuniatidan Reza Maulana, Peran Interleukin-10 padaInfeksi Malaria
101
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015
Basel: Karger, vol 80, 229-242; 2002. p. HO-1 Levels Are Associated with Severe
229-42. Malaria in Gambian Children. Plos
9. Hisaeda H, Yasutomo K, Himeno K. pathogens. 2012;8:3:1-17.
Malaria: immune evasion by parasites. The 19. Kuesap J, Hirayama K, Kikuchi M,
International Journal of Biochemistry & Ruangweerayut R, Na-Bangchang K. Study
Cell Biology. 2005;37:700-6. on association between genetic
10. Souza JBd, Riley EM. Cerebral malaria: the polymorphisms of haem oxygenase-1,
contribution of studies in animal models to tumour necrosis factor, cadmium exposure
our understanding of immunopathogenesis. and malaria pathogenicity and severity.
Microbes and Infection. 2002;4:292-300. Malaria Journal. 2010;9:260:1-8.
11. Ringwald P, Peyron F, Lepers JP, 20. Hirayasu K, Ohashi J, Kashiwase K,
Rabarison P, Rakotomalala C, Hananantachai H, Naka I, Ogawa A, et al.
Razanamparany M, et al. Parasite virulence Significant Association of KIR2DL3-HLA-
factors during falciparum malaria: rosetting, C1 Combination with Cerebral Malaria and
cytoadherence, and modulation of Implications for Co-evolution of KIR and
cytoadherence by cytokine. Infect Immun. HLA. Plos pathogens. 2012;8:3:1-12.
1993;61 (12):5198-204. 21. Randall LM, Kenangalem E, Lampah DA,
12. Urban BC, Stevenson MM. Early Tjitra E, Mwaikambo ED, Handojo T, et al.
Interactions Between Blood-Stage A study of the TNF/LTA/LTB locus and
Plasmodium Parasites and the Immune susceptibility to severe malaria in highland
System. 2005. In: Immunology and papuan children and adults. Malaria
Immunopathogenesis of Malaria [Internet]. Journal. 2010;9:302:1-9.
Berlin Heidelberg: Springer-Verlag, 25-70. 22. Clark IA, Budd AC, Alleva LM, Cowden
13. Fujioka H, Aikawa M. Structure and life WB. Human malarial disease:a
cycle. In: Perlmann P, Troye-Blomberg M, consequences of inflammatory cytokine
editors. Malaria Immunology Chem release. Malaria journal. 2006;5:85:1-32.
Immunol. Basel: Karger, vol 80, 1-26; 23. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular
2002. and Molecular Immunology. Philadelphia,
14. Boutlis CS, Riley EM, Anstey NM, Souza USA: Elseviers-Saunders; 2012.
JBd. Glycosylphosphatidylinositols in 24. Wykes MN, Liu XQ, Jiang S,
Malaria Pathogenesis and Immunity: Hirunpetcharat C, Good MF. Systemic
Potential forTherapeutic Inhibition Tumor Necrosis Factor Generated during
andVaccination. 2005. In: Immunology and Lethal Plasmodium Infections Impairs
Immunopathogenesis of Malaria [Internet]. Dendritic Cell Function. J Immunol.
Berlin Heidelberg: Springer-Verlag, 145- 2007;179:3982-7.
186. 25. Depinay N, Franetich JF, ner ACG,
15. Kwiatkowski DP. How malaria has affected Mauduit M, Chavatte J-M, Luty AJF, et al.
the human genome and what human Inhibitory Effect of TNF-a on Malaria Pre-
genetics can teach us about malaria. Am J Erythrocytic Stage Development: Influence
Hum Gemet. 2005;77:171-92. of Host Hepatocyte/Parasite Combinations.
16. Craig A, Hastings I, Pain A, Roberts DJ. Plos one. 2011;6:3:1-8.
Genetics and malaria - more questions than 26. Perlaza B-L, Sauzet J-P, Brahimi K,
answers. TRENDS in parasitology. BenMohamed L, Druilhe P. Interferon-
2001;17:2:55-6. gamma, a valuable surrogate marker of
17. Adu B, Dodoo D, Adukpo S, Gyan BA, Plasmodium falciparum pre-erythrocytic
Hedley PL, Goka B, et al. Polymorphisms stages protective immunity. Malaria
in the RNASE3 Gene Are Associated with Journal. 2011;10:27:1-9.
Susceptibility to Cerebral Malaria in 27. Sanni LA, Jarra W, Li C, Langhorne J.
Ghanaian Children. Plos one. 2011;6:12:1- Cerebral edema and cerebral hemorrhages
9. in interleukin-10-deficient mice infected
18. Walther M, Caul AD, Aka P, Njie M, with Plasmodium chabaudi. Infect Immun.
Amambua-Ngwa A, Walther B, et al. 2004;72(5):3054-8.
HMOX1 Gene Promoter Alleles and High
102
NurWahyuniatidan Reza Maulana, Peran Interleukin-10 padaInfeksi Malaria
103