Anda di halaman 1dari 27

Kegiatan Belajar 2 : Potensi Pertanian Organik

Capaian Kegiatan Belajar


Mahasiswa dapat menjelaskan potensi pertanian organik di Indonesia.

Sub Capaian Kegiatan Belajar

1. Mahasiswa dapat menjelaskan peluang pertanian organik di Indonesia


2. Mahasiswa dapat menjelaskan siklus material dalam pertanian organik
3. Mahasiswa dapat menjelaskan potensi pertanian organik budidaya tanaman pangan dan
hortikultura
4. Mahasiswa dapat menjelaskan potensi pertanian organik budidaya tanaman perkebunan

Pokok-Pokok Materi

1. Peluang Pertanian Organik di Indonesia


2. Siklus material dalam pertanian organik
3. Potensi Pertanian Organik budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
4. Potensi Pertanian Organik budidaya Tanaman Perkebunan

Uraian Materi
Dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis
dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan "Back to Nature" telah
menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami,
seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan
yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan
pertanian organik.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik
adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat
demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk
pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi
(nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen
seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Gambar 1. pertanian organik (Sumber:
http://8villages.com/full/petani/article/id/59fc5e932bad4c570ecad6f8)

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar
matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian
organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh
karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5
juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang
telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar
lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai
aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan.
Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan
demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan
menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan
masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun. Volume produk pertanian organik mencapai
5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar
disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk
pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang,
Taiwan dan Korea.
Gambar 2. Peluang pertanian organic Indonesia (Sumber:
http://bibitindah.blogspot.co.id/2015/12/peluang-pertanian-organik-di-indonesia.html)

Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas
pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum
ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi
mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari
bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi
komoditas tersebut.
Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu
sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta;
3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih
relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar. Sayuran, kopi dan teh mendominasi
pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional
walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1)
masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian
organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti
pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Gambar 3. Kompos Untuk Budidaya Tanaman Organik (Sumber: Sajadah.co)


Untuk pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum
tercemar oleh bahan kimia. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang diusahakan secara intensif dengan
menggunakan bahan pupuk . Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi
cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun (http://budidarma.com/peluang-usaha-pertanian-organik/).
Pengembangan selanjutnya, pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk
memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti
sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu
segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar
kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur
kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti
saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih
sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat
posisi tawar petani.
Video inovasi pertanian organik dapat dilihat pada Video 1 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=ORNv-P_VPRw)
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian
Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang
memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah
lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan
masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan
pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi
kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain,
pertanian organik terus berkembang.

Gambar 4. Pertanian Organik Modern (Sumber: Desa Pleset)

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan
oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik
harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan
kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang
tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik
dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih
mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low
External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi
penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida,
varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional
sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan
pihak-pihak lain yang terkait.
b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri,
seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan
produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi
persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian
organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah
dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun-tahun
mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke
pasar internasional. Untuk jelasnya dapat dilihat pada laman:
http://pagemenu.blogspot.co.id/2012/09/peluang-pertanian-organik-di-indonesia.html.
Video salah satu contoh sukses pertanian organik modern budidaya tanaman pare
dapat dilihat pada Video 2 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yExJDDjSGas)

1. Peluang Pertanian Organik di Indonesia


Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun
1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan akibat
pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis high
input energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat
menurunkan produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik. Pertanian organik
sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, semuanya
dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik
modern didefinisikan sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengelolaan pertanian organik didasarkan
pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Prinsip kesehatandalam
pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan
peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan
karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik
yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai
standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi (IFOAM, 2008).
Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002), "Organik" adalah istilah pelabelan yang
menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik
dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi. Pertanian organik didasarkan
pada penggunaan masukan eksternal yang minimum, serta menghindari penggunaan pupuk
dan pestisida sintetis. Praktek pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya
bebas sepenuhnya dari residu karena adanya polusi lingkungan secara umum. Namun
beberapa cara digunakan untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja,
pengolah dan pedagang pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas
produk pertanian organik. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas komunitas inter dependen dari kehidupan di tanah, tumbuhan,
hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik disambut oleh banyak kalangan
masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang berbeda.
Contoh peluang bisnis pertanian organic di Indonesia dapat dilihat pada Video 3
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=KRDtBc3It5w)

Gambar 5. Peluang usaha pertanian organik (Sumber: http://budidarma.com/peluang-usaha-


pertanian-organik/)

Keberlanjutan pertanian organik, tidak dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi,


selain dimensi lingkungan dan dimensi sosial. Pertanian organik tidak hanya sebatas
meniadakan penggunaan input sintetis, tetapi juga pemanfaatan sumber-sumber daya alam
secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan menghemat energi. Aspek ekonomi
dapat berkelanjutan bila produksi pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan
memberikan pendapatan yang cukup bagi petani. Tetapi, sering motivasi ekonomi menjadi
kemudi yang menyetir arah pengembangan pertanian organik. Kesadaran akan bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian menjadikan pertanian
organik menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen. Kebanyakan
konsumen akan memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan,
sehingga mendorong meningkatnya permin- taan produk organik. Pola hidup sehat yang
akrab lingkungan telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang meng-
gunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh
dalam produksi pertanian.
Pola hidup sehat ini telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes),
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
attributes). Pangan yang sehat dan bergizi tinggi ini dapat diproduksi dengan metode
pertanian organik (Yanti, 2005).
Bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, pangan organik masih
merupakan hal yang baru dan mulai populer sekitar 4-5 tahun lalu. Damardjati (2005)
mengatakan bahwa permintaan pangan organik meningkat di seluruh dunia dan jika
Indonesia bisa memenuhi kebutuhan ini dan bisa meningkatkan eksport produk organik, akan
meningkatkan daya saing usaha pertanian (agribisnis) di Indonesia dan dapat meningkatkan
devisa dan pendapatan rumah tangga tani. Produk pertanian organik utama yang dihasilkan
Indonesia adalah padi, sayuran, buah-buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal, minyak
kelapa, rempah-rempah dan madu. Diantara komoditi-komoditi tersebut, padi dan sayuran
yang banyak diproduksi oleh petani skala kecil untuk pasar lokal. Tidak ada data statistik resmi
mengenai produksi pertanian organik di Indonesia. Namun perkembangan ekonomi dan
tingginya kesadaran akan kesehatan merupakan pemicu berkembang cepatnya pertumbuhan
permintaan produk organik.
Pertanian organik belum sepenuhnya memasyarakat, baik oleh petani sendiri maupun
oleh pemerintah yang telah mencanangkan program kembali ke organik (go organic) tahun
2010. Walaupun program kembali ke organik tidak berjalan seperti apa yang
diharapkan,namun Indonesia masih mempunyai peluang untuk mengembangkan pertanian
organik dengan potensi yang dimilikinya.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik
adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat
demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk
pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
Preferensi konsumen seperti ini dan perkembangan ekonomi menyebabkan permintaan
produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
2. Siklus Material Dalam Pertanian Organik
Untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil produk pangan
organik yang dapat mengisi pasar dunia, maka pada tahun 2010 Departemen Pertanian telah
mencanangkan program “Go Organic 2010”. Standar Nasional Indonesia tentang Sistem
Pangan Organik telah tersusun dalam SNI 01-6729-2002 yang berisi panduan tentang cara-
cara budidaya pangan organik (tanaman pangan dan ternak), pengemasan, pelabelan dan
sertifikasinya. http://petanitangguhindonesia.blogspot.com/2011/03/siklus-hara-dalam-pertanian-
organik.html
a. Lahan
Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas dari bahan kimia
sintetis (pupuk dan pestisida). Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan pertanian yang
baru dibuka atau, (2) lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian
organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan
jenis tanaman.
b. Pengelolaan Kesuburan Tanah
Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, maka upaya peningkatan kesuburan
tanah secara alami melalui daur ulang nutrisi tanaman, harus dioptimalkan dengan
mengandalkan perbaikan aktivitas biologis, serta fisik dan kimia tanah dengan prinsip:
1) Mengembalikan hara atau nutrisi yang terangkut panen dengan menambahkan
pupuk organik dari berbagai sumber (pangkasan tanaman, pupuk kandang), secara
periodik ke dalam tanah baik dalam bentuk segar atau kompos
2) Mengembalikan sisa-sisa panen serta serasah ke lahan untuk mengembalikan hara
terangkut tanaman.
3) Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat
sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan di sisi lain berfungsi sebagai
perangkap inang/predator
4) Mengintegrasikan ternak dalam kebun organik, selain kotoran yang dihasilkan
digunakan sebagai pupuk, daging ternak dapat dikonsumsi sebagai produk daging
organik
5) Menambahkan bahan amelioran alami seperti kapur dan fosfat alam, bila terjadi kahat
hara Ca dan P pada tanah yang tidak dapat diatasi dengan pupuk organik (bahan-bahan
amelioran yang diizinkan terdapat dalam SNI 01-6729-2002)
6) Menyediakan air yang cukup dan bebas kontaminasi bahan agrokimia.
7) Siklus hara dalam pertanian organik
• Tanaman ditanam pada bedengan berukuran 1x(8-10) m, disesuaikan dengan
ketersediaan lahan di lapangan
• Membuat strip rumput di sekitar bedengan untuk mengawetkan tanah dari erosi dan
aliran permukaan
• Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legum yang sesuai untuk sistem
tumpang sari seperti lobak, bawang daun dengan kacang tanah
• Siklus hara dalam pertanian organik
• Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap musim tanam
• Mengembalikan sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah dalam bentuk segar
atau kompos
• Memberikan pupuk organik yang bervariasi (pupuk hijau, pupuk kandang, dan
lainnya) sehingga semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cukup tersedia,
• Menanam tanaman yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit seperti
kenikir, kemangi, tephrosia, lavender, atau mimba diantara bedengan tanaman
sayuran
• Menjaga kebersihan areal pertanaman
• Teknologi budidaya sayuran organik
• Benih tidak boleh berasal dari produk hasil rekayasa genetika atau Genetically
Modified Organism (GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian
organik, Pengendalian hama, penyakit, dan gulma tidak boleh menggunakan pestisida
kimia sintetis, tetapi dilakukan dengan cara mekanik seperti hand picking, membuang
bagian tanaman yang sakit, dan menggunakan pestisida nabati bila diperlukan, serta
menjaga keseimbangan ekosistem
• Penanganan pasca panen sesuai dengan persyaratan pasca panen pertanian organik

3. Potensi Pertanian Organik budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

a. Pertanian Organik Tanaman Pangan

1) Padi
Berdasarkan data lembaga sertifikasi pertanian organik INOFICE, diperkirakan luas
lahan sawah yang ada di Indonesia mencapai kurang lebih delapan juta hektar, ditambah luas
lahan kebun yang ditanami hortikultura berupa sayuran dan lainnya. Walau sebagian telah
melakukan sistem tanam organik, tetapi polusi udara, drift atau butiran pestisida yang terbawa
angin, serta menguap melalui udara dan hujan, menjadi penyebab tanaman tetap terpapar
pestisida. Sistem tanam organik di Indonesia sebenarnya sudah sangat dikenal hingga ke luar
negeri. Sehingga seharusnya petani Indonesia menerapkan sistem organik ketimbang
digunakan oleh petani di luar negeri.

Gambar 6. Padi organic (Sumber: Liputan6.com)

Sistem tanam konvensional yang masih banyak diterapkan oleh petani saat ini banyak
bahayanya. Kebiasaan petani memakai pestisida dengan dosis tinggi, frekuensi pemberian
pestisida yang terus menerus dalam jangka waktu pendek lalu mencampur aduk bahan
pestisida. Bahkan, saat ini pemberian pestisida bukan lagi disemprot melainkan disiramkan
saja dengan kompresor.
Sebagai solusi, pemerintahan Presiden Joko Widodo tengah menggalakkan seribu
desa dengan sistem tanam pertanian organik yang dibagi dalam beberapa sektor tanam,
mulai sektor pangan, hortikultura, dan lainnya. Targetnya adalah seribu sertifikat desa organik
dikeluarkan dimana pada tahun 2016 silam telah dikeluarkan 100 sertifikat bagi desa organik
di Indonesia. Mudah-mudahan saja harapan itu tercapai, yang kemudian bakal semakin
membuat masyarakat Indonesia sehat dan tidak lagi mengkonsumsi bahan makanan yang
terpapar pestisida.
Selama ini telah banyak lahan sawah terpapar bahan-bahan kimia hingga lahannya
menjadi tidak subur dan tanaman yang dihasilkannya tidak sehat. Bahkan, malah berpotensi
menyebabkan berbagai penyakit di kemudian hari. Lahan yang sudah terpapar bahan kimia
itu harus ada upaya pengembalian menjadi lahan subur dan layak, tetapi harus melalui
konversi lahannya dengan cara-cara tertentu. Misalnya, menyetop penggunaan pestisida dan
kemudian diganti dalam jangka waktu lama dengan mencampur bahan-bahan organik di sana
dalam jangka waktu lama. Memang butuh waktu dan juga butuh keseriusan dari petaninya,
tetapi demi menjaga pertanian yang berkelanjutan mau tidak mau harus dilaksanakan. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada laman:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/05/12/optkqh361-lahan-pertanian-
organik-indonesia-baru-014-persen. Video padi organic dapat dilihat pada Video 4 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=PoQPjucMDEc)

2) Sorgun
Tanaman sorgum memang bukan asli Indonesia melainkan dari Ethiopia dan Sudan,
Afrika. Namun, di wilayah tertentu di Indonesia, sorgum sudah cukup dikenal. Buktinya, di
Indonesia, sorgum punya beberapa nama, seperti gandrung, jagung pari, dan jagung canthel.
Sorgum juga disebut tanaman Hermada, singkatan dari tanaman “harapan masa depan”.
Disebut demikian karena hampir semua bagian tanaman bisa dimanfaatkan, baik untuk
pakan, pangan, maupun industri. Bulir atau biji sorgum selain mengandung 60-70%
karbohidrat, tiap 100 g bijinya mangandung 9,4 g protein sehingga sangat potensial dijadikan
pangan alternatif penganti beras. Apalagi rasanya hampir sama dengan beras sehingga tidak
terlalu asing dan mudah diterima oleh lidah orang Indonesia.
Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang mempunyai potensi besar
untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Sorgum
cukup toleran terhadap tanah yang kurang subur atau tanah kritis sehingga lahan-lahan yang
kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan
dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap
gangguan hama an penyakit. Keunggulan lainnya, umur panennya relatif pendek (55 hari)
dan dapat dipanen tiga kali dalam satu kali tanam. Sorgum tidak memerlukan teknologi dan
perawatan khusus sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sorgum
sebaiknya ditanam ketika musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar
matahari penuh.

Gambar 7. Tanaman Sorgun (Sumber: Informasi Dunia Pertanian)

Produk sorgum juga dapat ditingkatkan cita rasanya seperti olahan dalam bentuk
kering (cokies sorgum, mie kering) dan basah (brownies, tape, jenang) dan tempe yang bisa
dijual untuk menambah pendapatan keluarga. Batang dan daunnya dapat diolah menjadi
pakan ternak (sapi dan kerbau) yang bergizi tinggi. Biji sorgum dapat digunakan sebagai
bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan. Seperti industri
gula, monosodium glutamate (MSG), asam amino, dan industri minuman serta bahan bakar
(bioetanol). Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversivikasi
industri secara vertikal. Prospek penggunaan biji sorgum yang terbesar adalah pakan yang
mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia-Australia dan diperkirakan masih terjadi
kekurangan sekitar 6,72 juta ton. Hal ini memberi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor
sorgum.
Karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, di daerah-daerah yang beriklim kering,
umumnya sorgum diusahakan sebagai tanaman pangan. Namun, di Negara-negara maju
yang persediaan bahan pangannya berlimpah, sorgum ditanam sebagai bahan pakan karena
kandungan gizinya cukup tinggi (setara jagung) dan sebagai bahan baku industri. Sebagai
bahan industri, kandungan 71% pati biji sorgum dapat di hidrolisis menjadi gula sederhana.
Biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa sesuai kandungan gula
pada biji. Gula sederhana yang diperoleh dari biji sorgum selanjutnya dapat difermentasikan
untuk menghasilkan alkohol. Satu ton biji sorgum juga dapat menghasilkan 384 liter alkohol.
Untuk sweet sorgum, bahan baku bioetanol, bisa dibuat dari biji dan batang. Selama
ini, alkohol umumnya dibuat dari biji sorgum yang berkualitas rendah atau berjamur. Untuk
menghasilkan bioetanol berkualitas tinggi, harus menggunakan biji sorgum yang terpilih.
Diluar itu, hasil olahan biji sorgum yang potensial adalah tepung sorgum yang dapat
digunakan sebagai bahan baku atau bahan pembantu industri. Misalnya industri peleburan
biji-biji alumunium dan bahan perekat untuk menggumpalkan cairan alumunium (floculant).
Sementara untuk perekat industri perkayuan, tidak kurang dari 2.500 ton terigu di Kalimantan
Timur yang digunakan setipa bulannya. Semua potensi ini membuat prospek pengembangan
sorgum di Indonesia makin menarik. (greenmining.or.id) atau (http://e-
petani.com/2017/02/13/sorgum-tanaman-masa-depan/). Video potensi tanaman sorgum
dapat dilihat pada Video 5 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=rn9A9aAZPEo)

3) Kedele
Tanaman kedelai atau soya bean memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan
secara organik, seiring dengan kesadaran tinggi masyarakat atau konsumen tentang
konsumsi makanan sehat. Permintaan komoditas yang satu ini, termasuk dalam jumlah
banyak di dalam negeri dan luar negeri, kedelai adalah sumber protein nabati yang paling
banyak di olah kebanyakan industri makanan.
Gambar 8. Tanaman Kedele (Sumber: pusat pupuk nasa)

Di indonesia saja olahan yang menggunakan bahan baku kacang kedelai sangat
banyak jenisnya, antara lain tahu , tempe , susu kedelai , minyak nabati , kecap dll. Ini artinya
budidaya kedelai memiliki potensi yang besar untuk mensejahterakan petani dalam negeri ,
bagai mana tidak!, selama ini produk pertanian kedelai belum mampu mencukupi kebutuhan
dalam negeri , sehingga impor kacang kedelai dari Amerika serikat cukup besar.
Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun yang tidak diimbangi dengan keluasan
lahan pertanian, tentu membudidayakan kedelai adalah prospek yang menjanjikan.
Menjamurnya industri dalam negeri yang mengolah produk turunan kedelai seperti tahu,
tempe, susu kedelai, kecap dll patut di pertimbangkan oleh petani. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada laman: http://blog.umy.ac.id/febrianaprimapd/2015/10/23/potensi-pasar-budidaya-
kedelai-organik/. Video bisnis kedelai dapat dilihat pada Video 6 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=gtR4D88K4wk)

4) Jagung
Tanaman jagung memiliki sifat yang bersahabat untuk petani kita. karena jagung
mempunyai tingkat beradaptasi yang cukup tinggi. Tanaman jagung bisa Anda budidayakan
baik di daerah dataran tinggi maupun di daerah dataran rendah. Tanaman ini juga bisa
tumbuh dengan baik dengan jumlah pH tanah atau tingkat keasaman sekitar pH 5-8.
Pada awalnya jagung merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber utama
karbohidrat setelah beras. Namun, pada perkembangannya, jagung semakin banyak
digunakan sebagai bahan pangan pada industri pakan ternak. Hal ini terlihat pada awal 1970-
an, jagung mulai dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas.

Gambar 9. Tanaman Jagung (Sumber: Pertanian Organik)

Di Indonesia sendiri permintaan jagung terutama untuk pakan ternak terus meningkat
dari tahun ke tahun, seiring berkembangnya industri pakan unggas. Sesuai data BPS pada
periode 2002-2011, kenaikan konsumsi jagung nasional meningkat 8% per tahunnya. Pada
2014, kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak meningkat hingga 10% menjadi 14,7 juta
ton dari tahun sebelumnya. Sementara, angka peningkatan produksi jagung hanya 6% per
tahun.
Pada tahun 2014 setidaknya ada lima pabrik pakan baru. Dengan begitu, dibutuhkan
pasokan jagung sebagai bahan baku utamanya. Kebutuhan jagung yang merupakan
komponen terbesar dalam industri pakan, mencapai 50 persen juga akan mengalami
peningkatan cukup besar. Dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak
tersebut, diperkirakan impor jagung pada 2014 akan mencapai 3 juta ton. Demi mewujudkan
peningkatan produksi jagung diperlukan sejumlah langkah yang harus ditempuh, di antaranya
ekstensifikasi, perluasan areal tanam, pemanfaatan lahan nonproduktif, penerapan teknologi
modern dalam berbudidaya serta penggunaan benih unggul.
Industri peternakan masih mutlak membutuhkan jagung, dan berapa pun adanya
jagung pasti diserap, seharusnya menjadi kabar positif bagi petani jagung tanah air. Hal ini
berarti, mengembangkan budidaya jagung akan menjadi peluang besar bagi petani untuk
mendapatkan keuntungan, dan bisa meningkatkan pendapatannya. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada laman: https://www.pertanianku.com/potensi-besar-jagung-hibrida/. Video
keuntungan bisnis jagung dapat dilihat pada Video 7 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=oQE1sfDAYTI)

5) Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki
umbi batang yang dapat dimakan dan disebut “kentang” pula. Umbi kentang sekarang telah
menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan
dari Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan
mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini tersebar di
seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah
menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala
terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut
ergot. Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada
saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Sentra tanaman yang
utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali.(
http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.co.id/2012/08/budidaya-kentang_8775.html)
Gambar 10. Tanaman Kentang (Sumber: Agroteknologi.web.id)

Kentang termasuk tanaman berkeping dua atau dikotil. Tanaman ini merupakan
tanaman semusim dan mempunyai kemampuan berkembang biak secara vegetatif melalui
umbi. Budidaya kentang akan tumbuh subur pada daerah beriklim dingin, suhu udara yang
tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat membentuk umbi. Ketinggian yang baik untuk
budidaya kentang berada pada kisaran 1000-2000 meter dari permukaan laut dengan suhu
14-22 derajat celcius. Curah hujan yang baik selama periode pertumbuhan tanaman kentang
adalah 1000-1500mm. Apabila curah hujan terlalu tinggi bisa menyebabkan kebusukan pada
umbi.

6) Ubi Jalar
Di Indonesia, budidaya ubi jalar mencapai produktivitasnya yang paling optimal bila
ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Namun,
tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1000 meter, hanya saja
jangka waktu tanam hingga panen menjadi lebih panjang. https://alamtani.com/budidaya-ubi-
jalar-organik/
Ubi jalar memiliki peranan yang besar dalam pembangunan pertanian sehingga
prospeknya sangat cerah apabila dikelola dan dikembangkan dengan pola agribisnis. Di
negara-negara yang sudah maju ubi jalar dipergunakan sebagai bahan baku dalam kegiatan
aneka industri seperti industri fermentasi, industri tekstil, industri lem, industri kosmetika,
industri farmasi, industri makanan dan pembuatan sirup. Ubi jalar banyak diminta oleh negara-
negara tetangga, namun hingga saat ini belum dapat dipenuhi dikarenakan produktivitas yang
masih rendah. Sementara itu kebutuhan ubi jalar sebagai bahan baku industri seperti
disebutkan diatas sudah tidak dapat ditawar lagi ketersediaannya untuk kelancaran proses
produksi. Negara pengimport ubi jalar Indonesia adalah Singapura, Belanda, Amerika Serikat,
Jepang dan Malaysia.
Gambar 11. Tanaman Ubi Jalar Organik (Sumber: ALAM TANI)

Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara seperti dibuat tepung,
permen, kripik, chips, snack, dan gula fruktosa. Ubi jalar dapat pula dipergunakan sebagai
bahan baku makanan olahan seperti mie dan roti. Ubi jalar juga dapat dikemas dalam bentuk
pasta yang dipergunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Ubi jalar
diberbagai negara maju dipergunakan sebagai bahan baku dalam kegiatan bermacam industri
seperti industri tekstil, industri farmasi, industri fermentasi, industri lem, kosmetika, dan
pembuatan sirup. Di Amerika Serikat ubi jalar diolah menjadi gula fruktosa yang digunakan
sebagai bahan baku industri minuman coca cola. Didalam negri ubi jalar digunakan sebagai
bahan baku dalam industri pembuatan saus.
Ubi jalar memiliki limbah yang berupa batang dan daun dapat dimanfaatkan sebagai
makanan ternak. Limbah daun ubi jalar juga dapat dipergunakan sebagai makanan kelinci.
Pucuk-pucuk daun ubi muda yang masih segar dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan
sayur. Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g kalium,
107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32 mg vitamin C dalam
tiap 100 g. Seusai dimasak kandungan gizi berkurang yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg
kalium, 3.345 SI vitamin A dan 5 mg vitamin C dalam tiap 100 g. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada laman: http://tipspetani.blogspot.co.id/2011/04/prospek-dan-potensi-ubi-jalar.html
Ubi jalar permitaan dalam negripun tidak kalah besarnya dan semakin meningkat.
Didalam negri ubi jalar sudah sangat dikenal oleh masyarakat bahkan dibeberapa tempat ubi
jalar masih dipergunakan sebagai makanan pokok . Dalam kapasitas sebagai bahan pangan,
ubi jalar nerupakan sumber energi yang cukup besar dibandingkan dengan padi dan jagung.
Ubi jalar yang ditanam dalam luasan 1 hektar bisa menghasilkan sekitar 20 s/d 30 ton ubi.
Dengan potensi yang sedemikian besar maka ubi jalar dapat dikembangkan produktivitasnya
untuk meningkatkan pendapatan.

b. Pertanian Organik Tanaman Hortikultura

1) Mangga
Pohon mangga termasuk pohon yang cukup banyak didapati di pekarangan rumah-
rumah pemukiman, baik di desa maupun di perumahan kota. Sifat pohon mangga yang
mudah ditanam dan tidak riwil dalam perawatannya menjadi alasan utama orang memilih
pohon ini sebagai penghias dan peneduh pekarangan rumahnya. Daya tahan yang kuat
terhadap serangan hama penyakit adalah alasan lain menjadikan pohon mangga ini sebagai
penghias halaman rumah. Ditambah lagi pohon mangga juga dapat menghasilkan buah yang
lebat, berukuran besar, manis, dengan nilai ekonomis tinggi.
Jenis-jenis pohon mangga unggulan yang seringkali ditanam oleh petani antara lain
mangga madu, mangga harum manis, mangga apel, mangga manalagi, mangga golek,
mangga kueni, mangga Indramayu dan jenis mangga lainnya. Secara umum cara menanam
mangga untuk semua variasi jenis mangga di atas sama saja, namun yang paling mudah dan
banyak peminatnya yaitu mangga harum manis. Mangga harum manis mempunyai buah yang
manis, bijinya agak kecil namun daging mangganya tebal, sehingga menjadi pilihan yang
tepat apabila dibudidayakan. Budidaya mangga harum manis pun dapat dilakukan dengan
penanaman biji atau dengan cangkok. Namun untuk menghasilkan tanaman mangga cepat
berbuah maka sebaiknya menggunakan cara cangkokan.
Ada juga jenis varietas mangga unggulan baru dari Thailand, yaitu mangga chokanan.
Mangga Chokanan atau biasa juga disebut Mangga Chooke Anan ini memiliki rasa yang
manis. Bahkan karena manisnya yang keterlaluan, mangga ini sering dijuluki sebagai mangga
madu. Mangga Chokanan dapat dimakan saat matang sempurna maupun saat masih muda.
Rasa mangga chokanan muda memang tidak sama masamnya dengan mangga muda jenis
lainnya. Mangga chokanan ini banyak dibudidayakan dengan sistem tabulampot atau
tanaman buah dalam pot. Seperti mangga pada umumnya, chokanan akan berbuah pada
Oktober-Januari.

Gambar 12. Tanaman Mangga Organik (Sumber: SamudraBibit.com)


Namun, karena bersifat genjah, mangga chokanan bisa berbuah hingga tiga kali dalam
setahun. Tanaman mangga dapat tumbuh baik pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah
remah dan berbutir-butir pada ketinggian 50-300 m dpl. Varietas mangga yang mempunyai
nilai jual tinggi yaitu antara lain jenis Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah
Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31. Untuk jelasnya dapat dilihat pada laman:
https://www.lintangsore.com/2016/06/cara-menanam-mangga-agar-cepat-berbuah.html.
Budidaya buah mangga merupakan salah satu peluang yang cukup bagus karena
produksi mangga saat ini ternyata belum mampu memenuhi banyaknya permintaan pasar,
terutama pangsa pasar luar negeri. Hal ini dikarenakan kualitasnya yang masih kurang
bersaing, serta tingkat produktivitasnya yang tergolong rendah. Kondisi seperti ini disebabkan
karena penerapan teknik budidaya mangga yang belum begitu optimal.
http://stockistnasa.com/teknik-budidaya-mangga/

2) Rambutan
Rambutan berasal dari pulau-pulau yang ada di Asia Tenggara termaksud Indonesia.
Penyebaran rambutan hampir sepenuhnya di Asia Tenggara, Amerika tengah, India, dan
Afrika. Mutu rambutan Indonesia tidak kalah dengan Muangthai, Namun, tidak semua jenis
rambutan bisa diekspor, Ada syarat-syarat tertentu yang diminta pihak importir. Rambutan
merupakan buah khas negeri tropis, sehingga tidak heran bila ia mendapat julukan tropical
fruit.

Gambar 13. Rambutan Organik (Sumber: Natural Nusantara)

Berbicara soal ekspor memang tidak terlepas dari soal mutu. Beberapa syarat yang
harus dipenuhi rambutan mutu ekspor adalah sebagai berikut:
§ Warna merah cerah
Orang Eropa menyebutnya dengan istilah red. Warna seperti itu terdapat pada
rambutan yang matangnya pas, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Begitu pentingnya
warna rambutan ini bisa disimak dari contoh berikut. Rambutan rapiah yang mendapat tempat
khusus di kalangan penggemar rambutan di Indonesia karena rasanya yang enak, malah
ditolak oleh pasar Eropa. Warnanya yang hijau menyebabkan jenis ini dianggap masih
mentah.
§ Rasanya manis dan mengelotok
Manis yang dimaksud di sini adalah manis khas rambutan dan segar. Di samping itu
daging buah juga harus mudah terkelupas dari bijinya. Jenis-jenis rambutan yang manis dan
mengelotok ini antara lain: binjai, aceh lebak, aceh macan, dan aceh gula batu.
§ Ukurannya besar dan seragam
Kriteria besar untuk rambutan memang belum pasti. Namun pihak importir
menginginkan ukuran yang besar (big), seukuran rambutan aceh lebak di saat panen raya.
§ Bulu rambutan panjang dan kasar
Ciri ini menunjukkan bahwa rambutan masih segar, baru dipetik. Rambutan yang
sudah dua hari lewat dari waktu pemetikan bulunya layu.
§ Disertai tangkai buah
Rambutan yang hendak diekspor harus bertangkai buah. Panjang tangkai minimal 0,5
cm. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesegaran buah. Dengan cara seperti itu rambutan
bisa bertahan tetap segar selama tiga hari.
§ Bersih
Rambutan harus bebas dari semut, binatang lain, kotoran semut, dan kotoran- kotoran
lainnya. Semut biasanya menyebabkan warna hitam pada kulit rambutan, sedangkan kutu
semut menyebabkan warna putih. Kedua hal itu tidak boleh ada pada rambutan yang hendak
diekspor. Bila noda-noda hitam atau putih itu tidak begitu banyak, rambutan bisa dibersihkan
dengan menggunakan sikat ijuk yang lembut. Bila nodanya terlalu banyak lebih baik rambutan
itu disingkirkan.
Mengingat rambutan termasuk buah yang gampang ditebak mutunya--tidak seperti
manggis yang sulit ditebak mutunya karena daging buahnya dilindungi kulit buah yang keras-
maka penanganan rambutan kualitas ekspor perlu dilakukan dengan hati-hati.
http://www.agrosukses.com/artikel/64/mutu-rambutan-yang-laku-untuk-ekspor.html

3) Jeruk
Sebagian petani jeruk sudah ada yang beralih dari penggunaan bahan kimia menuju
pertanian jeruk organik. Sebagai contoh di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, petani yang
sebelumnya menggunakan pupuk kimia kini beralih ke pupuk organik. Walaupun aplikasi
perubahan perlakuan itu belum bisa dilakukan secara total, mereka merasakan manfaat yang
besar dari penggunaan pupuk organik. Selain menekan biaya produksi, dengan
menggunakan pupuk organik petani secara bertahap mengembalikan kesuburan tanah juga
menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman. Gerakan perubahan dari pemakaian
pupuk kimia ke pupuk organik giat dilakukan petani setahun belakangan ini. Awalnya
bertujuan menekan biaya produksi karena petani gagal panen. Petani memanfaatkan pupuk
kandang yang mudah didapat. Apalagi di Magetan banyak peternak ayam pedaging dan
broiler sehingga kotorannya bisa dimanfaatkan. Efisiensi biaya produksi dengan pupuk
kandang mencapai 50 persen dibandingkan dengan pupuk kimia. Petani jeruk menggunakan
pupuk organik produksi pabrik seperti petroganik.

Gambar 14. Jeruk Organik (Sumber: pola HCS)

Dengan pupuk organik, satu pohon jeruk yang bisanya hanya menghasilkan 50 buah,
sekarang bisa 80-100 buah per pohon. Berdasarkan pengalaman petani jeruk, sejak pakai
pupuk organik, hama mulai berkurang. Di Jember, Jatim, petani juga dianjurkan
menggunakan pupuk organik dengan cara membuat sendiri ataupun membeli. Kandungan
organik lahan sawah di Jember rata-rata 2-3 persen.
https://nasional.kompas.com/read/2012/05/07/03031961/Petani.Jeruk.Beralih.ke.Pupuk.Org
anik

4. Potensi Pertanian Organik budidaya Tanaman Perkebunan

a. Kelapa
Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan
5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha (1984) yang meliputi 12
negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan
negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar,
Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut, NTT, Sulteng, Sulawesi Selatan dan Maluku, tapi produksi
dibawah Philipina (2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton.
http://pupukorganix.blogspot.co.id/2012/11/budidaya-tanaman-kelapa.html
Gambar 15. Tanaman Kelapa Organik (Sumber: Lapak NASA)

c. Kopi
Tanaman kopi merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang paling banyak di cari
di berbagai Negara belahan Dunia.Tak khayal,jika tanaman kopi untuk sekarang ini banyak di
budidayakan di berbagai tempat baik secara organik maupun secara tradisional baik
menggunakan stek batang,biji,okulasi dan cangkok. Di indonesia sendiri,tanaman kopi paling
banyak peminatnya baik untuk di konsumsi maupun sebagai komoditas ekspor yang semakin
tahun semakin melonjak permintaannya.Dengan demikian,para petanilah yang akan
merasakan keuntungan jika semakin tahun penikmat dan pencinta kopi semakin bertambah
pesat.. Di indonesia sendiri,tanaman kopi paling banyak peminatnya baik untuk di konsumsi
maupun sebagai komoditas ekspor yang semakin tahun semakin melonjak
permintaannya.Dengan demikian,para petanilah yang akan merasakan keuntungan jika
semakin tahun penikmat dan pencinta kopi semakin bertambah pesat.
http://budidayakopi.com/cara-budidaya-kopi-secara-organik/
Masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya dan dampak negative yang ditimbulkan
oleh pemakaian bahan kimia sintetis di bidang pertanian. orang semakin arif memilih bahan
produk yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Gambar 16. Tanaman Kopi Organik (Sumber: pupuk cair organik eco fresh)
Pertanian organik juga merupakan sistem budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. beberapa tanaman perkebunan
di Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik tersebut, diantaranya
adalah tanaman kopi dan the. Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip
kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan. yang dimaksud dengan prinsip kesehatan
dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan
peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi dan manusia sebagai satu kesatuan
karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Sedangkan
penerapan system pertanian organik, adalah penggunaan bahan alami untuk kesuburan
tanah dan tidak menggunakan bahan kimia dalam budidaya tanaman.
http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/artikel/detailartikel/131

d. Kakao
Pemerintah terus berupaya menggenjot produksi biji kakao nasional. Selain untuk
memenuhi tingginya permintaan komoditas tersebut di dalam negeri, peningkatan produksi
diperlukan untuk mendongkrak ekspor. Saat ini, kakao telah menjadi salah satu komoditas
andalan ekspor nasional, di samping kelapa sawit dan karet, dengan sumbangan devisa
mencapai US$ 1,05 miliar tahun lalu. Saat ini terjadi ketimpangan (gap) yang cukup besar
antara sektor hulu dan hilir kakao. Sektor hilir berkembang sangat pesat, sementara sektor
hulu berjalan begitu lamban. Tahun ini, produksi biji kakao nasional bisa mencapai 800 ribu
ton naik dua kali lipat dari tahun lalu. Seluruh produksi tersebut dipastikan terserap seluruhnya
untuk industri pengolahan kakao di dalam negeri.
Petani kakao harus meningkatkan nilai tambah produknya jika ingin memperoleh
pendapatan lebih besar. Salah satu upaya peningkatan nilai tambah itu adalah dengan
mewajibkan fermentasi agar petani memperoleh harga jual lebih baik.

Gambar 17. Tanaman Kakao Organik (Sumber: YouTube)

Petani memang selama ini cenderung enggan melakukan fermentasi karena


memakan waktu dan biaya tambahan. Bahkan ada anggapan apabila bijinya tidak
difermentasi akan ada keunggulan lain. Agar memperoleh biji kakao yang baik, kami juga
mendorong khususnya petani untuk mengikuti standard operation procedures (SOP) dan
memenuhi good agricultural practices (GAP). Ada harga ada kualitas. Dengan kualitas yang
baik, petani akan mendapat harga yang baik pula.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7474/Pemerintah-Genjot-Produksi-Kakao
Pada saat ini budidaya tanaman kakao masih dihadapkan pada rendahnya
produktivitas. Salah satu alasannya, penerapan good agriculture practises pada budi daya
kakao di tingkat petani masih rendah. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas produk,
bahkan berpotensi kehilangan hasil tanaman.
Ketidakpahaman petani dalam manajemen pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), juga masih rendah. Hal itu dapat mengakibatkan penurunan kualitas hingga
kehilangan hasil produk. http://kaltim.prokal.co/read/news/266820-belajar-budi-daya-kakao-
beralih-ke-sistem-organik-kualitas-langsung-melejit.html
Salah satu visi dari kakao Indonesia adalah meningkatkan nilai tambah pekebun kakao
melalui modifikasi maupun diversifikasi usaha. Saat ini sebagian besar pekebun atau petani
kakao masih menjalankan cara-cara konvensional untuk mendapatkan keuntungan, yakni
sekedar membangun kebun, merawatnya lalu menjual hasil ke pedagang perantara. Padahal
perkebunan kakao dapat dimodifikasi sedemikian rupa agar memberikan nilai tambah bagi
pemiliknya. Setidaknya ada beberapa alternatif usaha yang sesungguhnya layan untuk
disimak para pekebun, antara lain:
a) Pembuatan kebun kakao organik. Kebun seperti ini masih jarang dilirik. Padahal dengan
membangun kebun kakao organik maka pekebun bisa menjual produknya tidak dalam
bantuk curah, namun dalam bentuk produk kemasan yang dapat dipasarkan langsung
kepada pengguna akhir dengan harga yang menggiurkan. Sebuah biji kakao organik
dalam kemasan asal Amerika Selatan ditawarkan di www.amazon.com seharga US $ 350
/ 8oz.
b) Membuat agrowisata kakao. Ini juga sebuah peluang usaha yang masih jarang dilirik.
Hanya dengan kebun hamparan seluas 10 ha saja, maka pekebun sudah bisa
menjalankan usaha ini. Tinggal kemudian menambahkan tempat penginapan, unit
pengolahan cokelat, dan wahana wisata lainnya seperti kolam berenang, tempat bermain
dsb.
Hanya saja belum banyak pekebun yang melirik peluang ini karena masih terfokus
mendapatkan uang dengan cara lama yakni menjual biji kakao ke pedagang atau pabrik.
Alasan utamanya adalah ketidaktahuan. Tentu pekebun kakao atau calon petani kakao harus
mulai berpikir secara kreatif dalam mengembangkan perkebunannya. Tidak lagi dengan cara-
cara konvesional namun lebih berorientasi pada peningkatan nilai tambah.
https://www.kakao-indonesia.com/index.php/web-links/202-prospek-usaha-kakao-kebun-
organik-a-agrowisata-
A. Rangkuman
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik
adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes),
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian
organik dunia meningkat pesat.
1. Pertanian Organik
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Pertanian
organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia
dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lahan. Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya
terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1)
belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu
investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar
steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan
memproduksi komoditas tersebut.
2. Pertanian Organik Modern
Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep
pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan.
Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan
makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup,
mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus
berkembang.
3. Peluang Pertanian Organik di Indonesia
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun
1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan
akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis
high input energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat
menurunkan produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam
dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan
alamiah. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
4. Potensi Pertanian Organik Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
Potensi pertanian organik tanaman pangan seperti padi, sorgun, kedele, jagung,
kentang, ubi jalar, dll. Untuk potensi pertanian organik tanaman hortikultura seperti mangga,
rambutan, jeruk, dll. Sebagian petani jeruk sudah ada yang beralih dari penggunaan bahan
kimia menuju pertanian jeruk organik. Gerakan perubahan dari pemakaian pupuk kimia ke
pupuk organik giat dilakukan petani setahun belakangan ini. Awalnya bertujuan menekan
biaya produksi karena petani gagal panen. Petani memanfaatkan pupuk kandang yang mudah
didapat.
5. Potensi Pertanian Budidaya Tanaman Perkebunan
Potensi pertanian organik budidaya pada jenis tanaman perkebunan seperti kelapa,
kopi, kakao, dll. Pemerintah terus berupaya menggenjot produksi biji kakao nasional. Selain
untuk memenuhi tingginya permintaan komoditas tersebut di dalam negeri, peningkatan
produksi diperlukan untuk mendongkrak ekspor. Saat ini, kakao telah menjadi salah satu
komoditas andalan ekspor nasional, di samping kelapa sawit dan karet, dengan sumbangan
devisa mencapai US$ 1,05 miliar tahun lalu. Petani kakao harus meningkatkan nilai tambah
produknya jika ingin memperoleh pendapatan lebih besar. Salah satu upaya peningkatan nilai
tambah itu adalah dengan mewajibkan fermentasi agar petani memperoleh harga jual lebih
baik.

Rangkuman
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan
alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik
adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes),
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian
organik dunia meningkat pesat.
1. Pertanian Organik
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Pertanian
organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia
dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lahan. Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya
terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1)
belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu
investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar
steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan
memproduksi komoditas tersebut.
2. Pertanian Organik Modern
Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep
pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan.
Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan
makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup,
mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus
berkembang.
3. Peluang Pertanian Organik di Indonesia
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun
1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan
akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis
high input energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat
menurunkan produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam
dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan
alamiah. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
4. Potensi Pertanian Organik Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
Potensi pertanian organik tanaman pangan seperti padi, sorgun, kedele, jagung,
kentang, ubi jalar, dll. Untuk potensi pertanian organik tanaman hortikultura seperti mangga,
rambutan, jeruk, dll. Sebagian petani jeruk sudah ada yang beralih dari penggunaan bahan
kimia menuju pertanian jeruk organik. Gerakan perubahan dari pemakaian pupuk kimia ke
pupuk organik giat dilakukan petani setahun belakangan ini. Awalnya bertujuan menekan
biaya produksi karena petani gagal panen. Petani memanfaatkan pupuk kandang yang mudah
didapat.
5. Potensi Pertanian Budidaya Tanaman Perkebunan
Potensi pertanian organik budidaya pada jenis tanaman perkebunan seperti kelapa,
kopi, kakao, dll. Pemerintah terus berupaya menggenjot produksi biji kakao nasional. Selain
untuk memenuhi tingginya permintaan komoditas tersebut di dalam negeri, peningkatan
produksi diperlukan untuk mendongkrak ekspor. Saat ini, kakao telah menjadi salah satu
komoditas andalan ekspor nasional, di samping kelapa sawit dan karet, dengan sumbangan
devisa mencapai US$ 1,05 miliar tahun lalu. Petani kakao harus meningkatkan nilai tambah
produknya jika ingin memperoleh pendapatan lebih besar. Salah satu upaya peningkatan nilai
tambah itu adalah dengan mewajibkan fermentasi agar petani memperoleh harga jual lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai