Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ADHD


(ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pembimbing : Ns. Endah Sari Purbaningsih S.kep., M.Kep

Di susun oleh :

Darini A. (217.C.0053)

Dhiya Ulhaq (217.C.0031)

Dwi Pebrianti (217.C.0006)

Dwiyanto Rivaldi Kadam (217.C.0012)

Dyah Shella N. (217.C.0016)

Indriyani Fauziah (217.C.0046)

Meli Siti Holimah (217.C.0058)

Rusmini (217.C.0019)

Sisy Andriani (217.C.0036)

Susmiati (217.C.0059)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MAHARDIKA
CIREBON
2019

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)” Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual maupun
materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin…

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cirebon, 17 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PENDAHULUAN 3
2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Bawah 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 3
2.1.3 4
2.2 Oksigenasi 4
2.2.1 Definisi 4
2.2.2 Etiologi 4
2.2.3 Manifestasi Klinis 5
2.2.4 Patofisiologi 7
2.2.5 Diagosis 8
2.2.6 Penatalaksanaan 8
2.3 Konsep 10
2.3.1 Definisi 10
2.3.2 Prosedur Teknik Relaksasi Benson 11
BAB III ANALISA JURNAL 13
3.1 Identitas Jurnal 13
3.2 Persamaan Antara Teori Dengan Jurnal Penelitian 14
3.3 Kesenjangan Jurnal Penelitian 15

ii
BAB IV PENUTUP 16
4.1 Kesimpulan 16
4.2 Saran 16
Daftar Pustaka 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diperkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika Serikat
mengalami ADHD dan rasio anak laki-laki: perempuan berkisar antara 3-5
berbanding 1. Sedangkan menurut penelitian Breton tahun 1999, (dalam MIF
Baihaqi & M. Sugiarmin) ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki
daripada anak perempuan dengan estimasi 2-4 % untuk anak perempuan dan
6-9 % untuk anak laki-laki. (Sugiarmin, 2007)
Di kalangan usia remaja, angka kejadian ADHD menjadi menurun,
baik pada perempuan maupun laki-laki, tetapi jumlah anak laki-laki tetap lebih
banyak daripada perempuan dengan rasio perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan
lebih tinggi lagi dalam sampel klinis dimana perbandingannya mencapai 6:1
atau bahkan lebih. Kebanyakan dari mereka yang mengalami gangguan ini
mulai membutuhkan bantuan pada usia 6-9 tahun, walaupun banyak orangtua
yang mengatakan bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah muncul
sejak masa anak-anak ini duduk di Taman Kanak-kanak. Namun demikian
anak ADHD selalu memiliki tiga komponen ciri utama yang sama yaitu
inattention, impulsivitas, dan hyperaktif. (Sugiarmin, 2007)
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi
anakADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20
anakmenderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor
sepertigenetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh
alkohol padakehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan,
dll. (Verajanti, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana asuhan keperawatan anak dengan gangguan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Umum: Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan gangguan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
2. Khusus:
a. Untuk memahami

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)


ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity
disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity =
hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD
berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. (Sugiarmin, 2007)
Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari attention
deficit disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat
ditambahkan 'hiperactivity/hiper-aktif’ penulisan istilahnya menjadi beragam.
Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi,
sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya sama. (Sugiarmin,
2007)
Istilah ini merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis
yang belakangan ini gencar pula diperbincangkan dalam dunia pendidikan dan
psikologi. lstilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang
disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan
tidak mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.
Jika hal ini terjadi pada seorang anak dapat menyebabkan berbagai kesulitan
belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan sosial, dan kesulitan-kesulitan lain
yang kait mengait. (Sugiarmin, 2007)
Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi
anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang
konsentrasi, hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka. Kenyataannya,
ADHD ini tidak selalu disertai dengan gangguan hiperaktif. Oleh karena itu,
makna istilah ADHD di Indonesia, lazimnya diterjemahkan menjadi
Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/tanpa Hiperaktif (GPP/H). Anak yang
mengalami ADHD atau GPP/H kerap kali tumpang tindih dengan kondisi-

3
kondisi lainnya, seperti disleksia (dyslexia), dispraksia (dyspraxsia), gangguan
menentang dan melawan (oppositional defiant disorderlODD). Selanjutnya
pada tulisan ini akan digunakan istilah ADHD. (Sugiarmin, 2007)
2.2 Etiologi ADHD
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi belum ada
satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada.
Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan
sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa
saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak, berperan
penting sebagai faktor penyebab ADHD ini. (Sugiarmin, 2007)
Terdapat beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ADHD, secara umum karena ketidakseimbangan kimiawi atau kekurangan zat
kimia tertentu di otak yang berfungsi untuk mengatur perhatian dan aktivitas.
Beberapa penelitian menunjukan adanya kecenderungan faktor keturunan
(herediter) tetapi banyak pula penelitian yang menyebutkan bahwa faktor-
faktor sosial dan lingkunganlah yang lebih berperan. Ada dugaan kuat bahwa
televisi, komputer, dan videogame mempunyai andil dalam memunculkan
atau memperberat gejala ini. Anak dengan ciri ADHD tetapi tidak ditemukan
adanya kelainan neurologis, penyebabnya diduga ada kaitan dengan faktor
emosi dan pola pengasuhan. (Sugiarmin, 2007)
Namun untuk bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil
penelitian Faron dkk, 2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF
Baihaqi & Sugiarmin, 2006), yang mengatakan bahwa terdapat faktor yang
berpengaruh terhadap munculnya ADHD , yaitu: faktor genetika. (Sugiarmin,
2007)
Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor
penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota
keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua mengalami ADHD,
maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah
satu mengalami. ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami
ADHD. Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa

4
molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.
(Sugiarmin, 2007)
Dengan demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar,
dan gen-gen tertentu menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan
keturunan. (Sugiarmin, 2007)
Faktor neurobiologist. Beberapa dugaan dari penemuan tentang
neurobiologis diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang
muncul pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus
prefrontal. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes
neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan
melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi) menunjukan ada
ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks
prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks
serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini
berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan
organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciriciri
yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD
mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD.
(Sugiarmin, 2007)
2.3 Identifikasi ADHD
Identifikasi ADHD Seperti telah di kemukakan sebelumnya bahwa
tidak mudah untuk membedakan penyandang ADHD terutama yang tergolong
ringan dengan anak normal yang sedikit lebih aktif dibanding anak yang
lainnya. Tidak ada tes untuk mendiagnosa secara pasti jenis gangguan ini,
mengingat gejalanya bervariasi tergantung pada usia, situasi, dan lingkungan.
Hal ini menunjukan ADHD merupakan suatu gangguan yang kompleks
berkaitan dengan pengendalian diri dalam berbagai variasi gangguan tingkah
laku. (Sugiarmin, 2007)
Variasi gangguan ini seperti dikatakan oleh Lauer (1992) bahwa secara
umum gangguan pemusatan perhatian berkaitan dengan gangguan tingkah
laku dan aktivitas kognitif, seperti misalnya berpikir, mengingat,

5
menggambar, merangkum, mengorganisasikan dan lain-lain. (Sugiarmin,
2007)
Berikut ciri ADHD, dimana ciri-ciri ini muncul pada masa kanak-
kanak awal, bersifat menahun, dan tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang
lain, mental, maupun emosional. Ciri utama individu dengan gangguan
pemusatan perhatian meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention),
gangguan pengendalian diri (impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas
yang berlebihan (hiperaktivitas). Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Inatensi
Sebagai individu penyandang gangguan ini tampak mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah
teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau
oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya
mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu
yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi
dari lingkungannya.
b. Impulsifitas
Suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak disertai
dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga
sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit
untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang
akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang
bersangkutan maupun lingkungannya.
c. Hiperaktivitas
Suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang dilakukan
secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak
bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu
yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan.
Mereka tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam
aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang

6
penting dan tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa
lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan perhatian.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosisgangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami
hiperaktivitasdilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang
lambat
yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai
dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsy
yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalammelakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar
pada anak itu.
2.5 Asuhan Keperawatan ADHD
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan
umur atau usia anak antara lain:
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis,
bereaksi terhadap suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang?

7
b. Masa Bayi atau infant (28-1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak
(misalnya mengangkat kepala saat
tengkurap,mencoba duduk sebentar dengan
ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi
berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dantungkai
kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus
anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti
objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut,memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengankedua tangan, menagan benda di tangan
$alaupun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak
(kemampuan bersuara dan tersenyum,
dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai ma
mpu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berte
riak, mengoceh spontan atau berekasi dengan
mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi
sosial anak (misalnya
4 mengamati tangannya, tersenyum spontan dan
membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal
ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah

8
manusia, walaupun tidur dalamsehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur
bangun, menangis menjadi  sesuatu yang berbeda,
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing)?
2) Bayi umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak
(misalnya dapat telungkup pada alas dan sudah
mulau mengangkat kepala dengan melakukan
gerakan menekan kedua tangannya
dan pada bulan keempat sudah mulai mampu mem
alingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu
duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan
menumpu pada lengan, berayun kedepan dan
kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap
dan dapat dudu dengan bantuanselama $aktu
singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak
(misalnya 4 sudah mulai mengamati benda,mulai
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangsedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, mampu menahan kedua
bendadi kedua tangan secara simultan, menggunak
an bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,meminda
hkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak
(misalnya 4 menirukan bunyi atau kata-kata,

9
menoleh ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata
yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak
(misalnya merasa terpaksa jika ada orangasing,
mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika
sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak
(misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus
anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil,
biladiberi kubus mampu memindahkannya, mampu 
mengambilnya dan mampu memegangdengan jari 
dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menar
uh benda atau kubus ke tempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa
anak (misalnya 4 mulai mengatakan papa mama
yang belum spesifik, mengoceh hingga mengataka
n dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi so
sial
anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, meny
atakan keinginan, sudah mulai minum dengan

10
cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main
bola atau lainnya dengan orang)?
c. Masa toddler
1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya4
mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki
tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-
lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
2) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
3) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya:
memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan
dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat
tinggi, mampumenunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan)?
4) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial
(misalnya: membantu kegiatan dirumah, menyuapi
boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai
baju)?
d. Masa Prasekolah (Preschool)
1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengansatu kaki selama 1-5
detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit
ke jari kaki,menjelajah, membuat posisi merangkan dan
berjalan dengan bantuan)?
2) Bagaimana perkembangan motorik halus
anak (misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki
, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang le
bih panjang dan menggambar orang, melepas objek
dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempa

11
tkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas
kertas)?
3) Bagaimana perkembangan berbahasa
anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar,
menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan keguna
an benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, menger
tio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi 
objek, orang dan aktivitas,menirukan bebagai bunyi kata,
memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan
dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
4) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
bermain dengan permainan
sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan s
derhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga)?
e. Masa School Age
1) Bagaimana kemampuan kemandirian anak di
lingkungan luar rumah?
2) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dial
ami disekolah?
3) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial
anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
4) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
5) Bagaimana rasa
tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah
?

12
6) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi
sosial dengan teman sekolah?
7) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
8) Bagaimana kemampuan anak dalam belajar di sekolah?
f. Masa Adolens ence
1) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah
yang dialami secara mandiri?
2) Bagaimana kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang
dialami?
3) Bagaimana kematangan identitas seksual?
4) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas
perkembangannya sebagai remaja?
5) Bagaimana kemampuan remaja dalam membantu
pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan
rumah, memasak)?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain:

g. Pengkajian Riwayat Penyakit


1) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel
dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku
hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atauday care
2) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang
kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif 
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah
3) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin
mampu menghadapi perilaku anak

13
4) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka
untuk mendisplinkan anak ataumengubah perilaku anak
dans emua itu sebagian besar tidak berhasil
h. Penampilan Umum dan Perilaku Motorik
1) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat
serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya
2) Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu
benda ke benda lain dengan sedikit tujuanatau tanpa tujuan
yang jelas
3) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi
ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebel
um pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian
pada apa yang telah dikatakan
4) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba
dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak
imatur atau terlambat tahap perkembangannya.
i. Mood dan Afek
1) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah at
au temper tantrum
2) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa
3) Anak tampak terdorong untuk terus bergerak atau
berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap
perilaku tersebut
4) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat
menimbulkan perlawanan dan kemarahan
j. Proses dan Isi Pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit unt
uk mengkaji anak  berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia
atau tahap perkembangan

14
k. Sensorium dan Proses Intelektual
1) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan
sensori atau persepsi seperti halusinasi
2) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau
berkonsentrasi tergangguan secara nyata
3) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD
yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang
lebih ringan
4) Mungkin sulit untuk mengkaji memori anak, ia sering kali
menjawab, saya tidak tahu, karenaia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti
memikirkan sesuatu
5) Anak yang mengalami
ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
l. Penilaian dan Daya Tilik Diri
1) Anak yang mengalami ADHD biasanya
menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kalitidak
berpikir sebelum bertindak
2) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya
dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlarike jalan
atau melompat dari tempat yang tinggi
3) Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik
pada anak kecil
4) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang
mampu menilai jika dibandingkandengan anak seusianya
5) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak
menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda
dari perilaku orang lain
6) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, “tidak ada
yang menyukaiku di sekolah”, tetapi mereka tidak dapat

15
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka
sendiri
m. Konsep Diri
1) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih
kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami
ADHD adalah rendah
2) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat
mempunyai banyak teman, danmengalami masalah dalam
mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucilsana merasa diri mereka buruk
3) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku
mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
n. Peran dan Hubungan
1) Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara
akademik maupun sosial
2) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah,
yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung
dan orang tua
3) Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan
keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud
tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi
4) Secara
umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontro
l secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga
5) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental
maupun secara fisik
6) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang
tua dan pengasuh atau

16
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang 
mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak
o. Pertimbangan Fisiologi dan Perawatan Diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak
dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan
kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak
melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang
mengalami ADHD antara lain :
1) Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsif
2) Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak
3) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4) Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
5) Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
7) Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang
umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang
mengakibatkan penurunan makna diri
8) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah
yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota

17
keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena
menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama
9) Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al


(2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan diatas antara lain :

1) Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder


terhadap prestasi yang buruk
Tujuan :
Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak
lain dengan kriteria hasil :
a) Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan
b) Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika
berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga
c) Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
d) Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara
mandiri
e) Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan
diingatkan
f) Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya
g) Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga

Intervensi:
a) Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku
klien.

18
Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien
dapat diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus
yang mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan
efektif
b) Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi.
Lakukan intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap
tingkatkan jumlah stimulus lingkungan
Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus
eksternal terganggu
c) Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu
panggil nama klien dan lakukan kontak mata)
Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah
awal untuk patuh]
d) Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan
bahasa yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret
Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi
terganggu (terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks)
e) Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas
Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima
informasi yang akurat
f) Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil
Rasional : Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan
kurangnya komponen tugas yang rumit
g) Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap
Rasional : Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan
dapat meningkat dengan memperlakukan setiap tahap sebagai
kesempatan untuk berhasil
h) Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan
Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara
yang tepat/dapat diterima sehingga ia dapat menyelesaikan tugas
yang akan datang dengan lebih efektif

19
i) Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas
Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia
dapat mengusahakan penyelesaian tugas
j) Bantu klienmenyelesaikan tugas pada awalnya
Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan
tugas secara mandiri, memberi bantuan akan memungkinkan klien
untuk berhasil dan menunjukkan cara menyelesaikan tugas
2) Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
Tujuan :
Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang, ditandai dengan
a) Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri,
pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan
b) Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
c) Anap berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa
memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi :
a) Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
Rasional : Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu,
maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan
untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat
meningkatkan harga diri anak
b) Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak
sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga
diri
c) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis
dan pada aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda
merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda

20
d) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
diri anak
Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik
yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
e) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensif
Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi
amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang
lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga
diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat
diterima oleh pasien
f) Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam
menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti
aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan
berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan
penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
Rasional : Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga
diri
g) Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku
yang mendekati pencapaian tugas
Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur
perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang
diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan
untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia
menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.

3) Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku


impulsive
Tujuan :

21
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria
hasil:
a) Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa
tidak perlu melakukan agresi
b) Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang
sebenarnya
c) Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
Intervensi :
a) Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui
aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya
rasa waspada dan kecurigaan
Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan
pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk
mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau
orang lain
b) Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri
Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh
diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri
karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-
bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.
Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.
c) Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh
diri. Tanyakan " Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh
diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk melakukannya
Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan
mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang
mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko lebih
tinggi dari pada yang tidak

22
d) Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri
dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana
pemikiran kearah tersebut timbul
Rasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri
dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat
perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan
menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi
keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
e) Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan"
dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan,
respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus
dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga
respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai
maladaptif.
f) Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari
percobaan memastikan
Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-
perasaan marah, karena bunuh diri dan perilaku merusak diri
sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari
kemarahan diarahkan pada diri sendiri
g) Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak
Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari
keperawatan.

23
h) Cobat untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas
anak (misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola
voli)
Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman
dan dengan adanya manfaat bagi anak dengan cara ini.
i) Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan
dan tegangan mulai meningkat
Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan
rasa aman
j) Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang
tenang terhadap anak
Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat
ditransmisikan dari staf ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang
menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan aman bagi anak.
k) Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan
pada anak jika diperlukan
Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian
terhadap situasi dan memberikan beberapa keamanan fisik bagi
staf.
l) Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau
dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan
dan efek –sfek samping yang merugikan
Rasional : Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam,
klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari
efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama
anak dengan terapi.
m) Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan
diperlukan jika intervensi penurunan pembatasan tidak berhasil
Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan
teknik-teknik yang menjamin keamanan anak dan orang lain
dengan cara-cara yang paling kurang pembatasannya.

24
4) Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari
system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak
Tujuan :
Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang
sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :
a) Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa
terpaksa untuk menipulasi orang lain
b) Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial
c) Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping
alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya
hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai
respons terhadap rasa frustasi
Intervensi:
d) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka
rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk
sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri
e) Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya
sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga
diri
f) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis
dan pada aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda
merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
g) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang lihatnya sebagai negative

25
Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif
h) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
koping yang lebih adaptif
Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri
dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat
diterima oleh anak
i) Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi
rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang
kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan
Rasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga
diri
5) Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
Tujuan :
Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang,
sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres
.Intervensi :
a) Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur,
konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat
yang positif dan tulus
Rasional : Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan
kepercayaan pada hubungan anak dengan staf atau perawat

26
b) Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan
tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging,
bola voli, latihan dengan musik, pekerjaan rumah tangga,
permainan-permainan kelompok
Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan
dengan manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik
c) Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut
padanya
Rasional : Anak-anak vemas sering menolak hubungan antara
masalah-masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan
mekanisme-mekanisme pertahanan projeksi dan pemibdahan yang
dilebih-lebihkan
d) Perawat harus mempertahankan suasana tentang
Rasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain
e) Tawarkan bantuan pada wajtu-waktu terjadi peningkatan ansietas.
Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis
Rasional : Keamanan anak adalah prioritas keperawatan
f) Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap
penggunaannya
Rasional : sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan
kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan
sentuhan sebagai suatu agresi
g) Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil
pada respons-respons alternatif pada kejadian selanjutnyta
Rasional : Rencana tindakan memberikan anak perasaan aman
untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang sulit
jika terjadi lagi

27
h) Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang
diperintahkan. Kaji untuk keefektifitasannya, dan beri
petunjukkepada anak mengenai kemungkinan efek-efek samping
yang memberi penharuh berlawanan
Rasional : Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam,
klordiasepoksida, alprazolam) memberikan perasaan lega terhadap
efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas dan mempermudah
kerjasama anak dengan terapi
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan :
Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jamn setiap malam dengan kriteria hasil:
a) Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada
waktu tidur
b) Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
c) Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6
sampai 7 jam tanpa terbangun
Intervensi :
a) Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu
tidur
Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat
diberikan
b) Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan
dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu
Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu
pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
c) Duduk dengan anak sampai dia tertidur
Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa
aman
d) Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein
dihilangkan dari diet anak

28
Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu
tidur
e) Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok
punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu
hangat dan mandi air hangat)
Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat
bisa tidur
f) Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal
ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu
siklus rutin dari istirahat dan aktivitas
g) Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada
malam hari dan dalam keadaan ketakutan
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa
aman
7) Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan
penurunan makna diri
Tujuan :
Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau
mengekspresikan pikiran waham kebesaran dengan kriteria hasil :
a) Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri
b) Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan
ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego
melalui rasionalisasi dan kemuliaan
c) Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain
d) Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi
kelompok tanpa bersikap defensive
Intervensi :

29
a) Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar
Rasional : memfokuskan pada spek-aspek positif dari kepribadian
dapat membantu untuk memperbaiki konsep diri
b) Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan
dan bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti
menyalahkan oprang lain karena prilakunya sendiri
Rasional : Pengenalan masalah adalah langkah pertama pada proses
perubahan ke arah resolusi
c) Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam
untuk perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima
Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna
dia diterima oleh orang lain. Berikan informasi ini dengan cara yang
tidak mengancam dapat membantu untuk mengeliminasi perilaku
yang tidak diinginkan
d) Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang
menimbulkan sifat defensif dan praktik bermain peran dengan
respons-respons yang lebih sesuai
Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk
menghadapi situasi-situasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-
benar terjadi
e) Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku
yang dapat diterima
Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan
memberi semangat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang
diinginkan
f) Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis,
konkret dan memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk
mencapai sasaran-sasaran ini
Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri
g) Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan
diskusikan adanya perubahan untuk perbaikan

30
h) Rasional : Karena keterbatasan kemampuan untuk memecahkan
masalah, bantuan mungkin diperlukan untuk menetapkan kembali
dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di mana metode-
metode koping baru tertentu terbukti tidak efektif
8) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah
yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota
keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan orang tua karena
menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama
Tujuan :
Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten
dan efektif dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil :
a) Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak
b) Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang
diperlukan
Intervensi :
a) Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan
anak dan teknik menjadi orang tua yang efektif
b) Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat
meningkatkan keefektifan peran orang tua
c) Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan
menggali alternatif cara berhubungan dengan anak
d) Rasional : Konseling suportif dapat membantu keluarga dalam
mengembangkan strategi koping
e) Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang
efektif
f) Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan
mendorong kontinuitas upaya
g) Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan
interaksi keluarga yang lebih efektif

31
h) Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota
keluarga dan tindakan lebih efektif bila setiap orang terlibat dalam
terapi tersebut
i) Libatkan dalam konseling keluarga
j) Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah
global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan
pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga
k) Rujuk pada sumber komunitas esuai indikasi, termasuk kelompok
pendukung orang tua, kelas menjadi orang tua
l) Rasional : mengembangkan sistem pendukung dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan keefektifan orang tua. Pemberian model peran
atau harapan untuk masa depan
9) Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi
Tujuan :
Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah
perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan
kriteria hasil :
a) Berpartisipasi dalam pembelajaran dan m,ulai bertanya dan mencari
informasi secara mandiri
b) Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen
Intervensi :
a) Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri,
aktivitas kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak
stimulasi, seperti bus sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai
Rasional : Peredaan dalam stimulasi lingkungan dapat menurunkan
distraktibilitas. Kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan
untuk tepat pada tugas dan membantu klien mempelajari interaksi
yang tepat dengan orang lain, menghindari rasa terisolasi

32
b) Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan
langkah demi langkah
Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat.
Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan
contoh situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat
prestasi
c) Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan
antisipasi respons perilaku
Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak mengakibatkan
perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan studi
anak
d) Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat,
anak, dan keluarga
Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika
terapi tidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi
signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin.

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan ADHD antara lain :
1) Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu
melakukan agresi
2) Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang
sebenarnya
3) Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
4) Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri
5) Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan
ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego
melalui rasionalisasi dan kemuliaan

33
6) Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain
7) Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok
tanpa bersikap defensive
8) Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi
terapeutik
9) Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan,
satu hubungan antar probadi dengan pasien lainnya
10) Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas
kelompok
11) Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk
membentuk hubungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain
pada masa lalu
12) Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa
terpaksa untuk memanipulasi orang lain
13) Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial
14) Anak mampu mengungkapkan kemampuan –kemampuan koping
alternatif , dapat diterima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup
dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respon
terhadap rasa frustasi
15) Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
16) Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa
memperlihatkan rasa takut yang ektrem terhadap kegiatan
17) Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang
menjadi tanda ketika ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai
untuk menghentikan perkembangan dari kondisi tersebut
18) Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat
dikendalikan
19) Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada
waktu tidur
20) Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat

34
21) Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama
6 sampai 7 jam tanpa terbangun

35
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau
yang lebih dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD)
dapat kita temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat
ini ADHD masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak
dipersoalkan di dunia pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin
pernah kita lihat seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam
kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat
memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan
lama untuk menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan
dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang
menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-
impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi
disini, ADHD lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit
otak yang bekerja dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan
semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya
regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara
perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera dengan
keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley, 1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang
dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan
memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Penyebab ADHD
yang tepat belum diketahui dengan jelas, sering dianggap 'disfungsi otak
minimal', karena percaya ada kerusakan ringan pada otak. Mereka
menemukan bahwa struktur yang menghubungkan kedua belahan otak dan
daerah yang mengendalikan ingatan (memori) serta emosi berukuran lebih
kecil pada penderita ADHD.

36
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD,
namun telah tersedia beberapa pilihan tritmen yang telah terbukti efektif
untuk menangani anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi penanganan
tersebut melibatkan aspek farmasi, perilaku, dan metode multimodal. Metode
perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial
anak untuk mendukung perubahan perilaku (AAP, 2001). Pihak yang
dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru, psikolog, terapis kesehatan
mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi training perilaku
untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak (penguatan
positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan
masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT
(monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dan
lain-lain) (AAP, 2001). Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan,
antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati
(NIMH, 2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus
dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus
melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya
terhadap subjek tertentu.

4.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan  penulis
atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya hendak memberikan kritik dan
saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah
ini. Serta saran yang dapat penulis sampaikan, dalam pemberian intervensi
keperawatan pada pasien anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan
bawah, perawat dapat memberikan terapi balon atau pun terapi gelembung.
Sebab berdasarkan hasil analisa jurnal bahwa terapi balon dan terapi
gelembung efektif dalam menilai fisiologi dari sistem respirasi (laju respirasi,
saturasi oksigen, suara napas abnormal dan penggunaan otot-otot tambahan
selama batuk) pada pasien anak.

37
DAFTAR PUSTAKA

Setianingrum, F. (2009). Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif pada Penderita

Infeksi Saluran Pernapasan Bawah terhadap Siprofloksasin di

Laboratorium Mikrobiologi Klinik Departemen Mikrobiologi FKUI Tahun

2001-2005.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123732-S09113fk-Pola%20kepekaan-
Literatur.pdf diakses pada tanggal 14 September 2019

Subekti, R. (2009). Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif pada Infeksi Saluran

Napas Bawah terhadap Seftriakson di Laboratorium Mikrobiologi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2001-2005.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125523-S09132fk-Pola%20kepekaan-
Literatur.pdf diakses pada tanggal 14 September 2019

Pengaru Aktivitas Bermain

38
39

Anda mungkin juga menyukai