Anda di halaman 1dari 11

pe

PEMERINTAH PROVINSI BALI


DINAS KESEHATAN
UPT. RSUD BALI MANDARA
Jl. By Pass Ngurah Rai No. 548, Sanur, Denpasar 80227
Email: rsud.balimandara@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA


PROVINSI BALI
NOMOR 188/10304/RSU

TENTANG
PENETAPAN KEBIJAKAN ASUHAN PASCA OPERASI
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA


PROVINSI BALI
DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH BALI MANDARA
PROVINSI BALI

Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


begitu pesat khususnya dalam bidang ilmu kedokteran dan
keperawatan telah mendorong para pengelola rumah sakit
untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan dengan
menetapkan standar pelayanan, meningkatkan kualitas
SDM, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terbaru guna memenuhi harapan masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
b. bahwa kebijakan asuhan pasca operasi menjadi sangat
penting dalam melaksanakan tugas secara profesional dan
dapat dipertanggung jawabkan baik oleh tenaga kesehatan
secara individual maupun oleh manajemen rumah sakit, di
samping menjadi acuan bagi para peserta didik di rumah
sakit seperti Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara
Provinsi Bali, yang telah di tetapkan sebagai Rumah Sakit
Umum daerah kelas B
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi
Bali tentang penetapan kebijakan Asuhan Pasca Operasi
pada Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi
Bali.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah daerah Tingkat I dalam Wilayah Daerah - daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1655);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar
Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007,
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
228/Menkes/SK/1l/2002 tentang Pedoman Penyusunan
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib
dilaksanakan daerah Maret 2002;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tanggal 6
Pebruari 2008
11. Keputusan menteri kesehatan Nomor HK 02.02
/Menkes/251/2015 tentang pedoman nasional pelayanan
kedokteran anestesiologi dan terapi intensir
12. Peraturan Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2008, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan dan Akuntanai RSUD Bali
Mandara Provinsi Bali.
13. Keputusan Gubernur Bali Nomor 56 Tahun 2008, tentang
Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) Pada Rumah Bakit Umum
Daerah Bali Mandara Provinsi Bali
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Penetapkan Kebijakan Asuhan Pasca Operasl pada Rumah Sakit


Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali.
KEDUA : Kebijakan Asuhan Pasca Operasi Rumah Sakit Umum Daerah Bali
Mandara sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. untuk
KETIGA : Ketua Komite Medik bertanggung jawab mensosialisasikan
Kebijakan Asuhan Pasca Operas Sakat Umum Daerah Bali
Mandara, sehingga semua tenaga medis dan peserta didik
(residen, Co ass) Ass) memahami sistem dan kinerja pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi
Bali.
KEEMPAT : Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Di tetapkan di Denpasar
pada tanggal 20 Juni 2019
DIREKTUR RSUD Bali Mandara
Provinsi Bali

dr. Bagus Darmayasa, M Repro

Tebusan ini disampaikan kepada Ytk :


1. Semua Wadir RSUD Bali Mandara Provinsi Bali.
2. Kabid Umum, Hubungan Masyarakat, Hukum dan Kepegawaian RSUD Bali
Mandara.
3. Pertinggal.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR ……….

TENTANG PENETAPAN KEBJAKAN ASUHAN PASCA OPERASI PADA RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI

KEBIJAKAN ASUHAN PASCA OPERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI
MANDARA PROVINSI BALI.

1. Definisi:
Asuhan Pasca Operasi adalah bentuk pelayanan medis yang diberikan kepada pasien yang
telah menjalani operasi, perawatan pasca operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan
pre dan intra operatif yang dimulai saat pasien diterima diruang pemulihan atau pasca
anastesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Pasien post operasi atau post anastesi sebaiknya pada tempat tidur dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan kepada pasien yang kesakitan dan gelissh, sesuai dengan
program dokter Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan pendampingan
agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai
dan diberitahu apa yang sudah dilakukan
2. Ruang Lingkup
a. Ruang lingkup Asuhan Pasca Operasi meliputi :
1) Mempertahankan jalan nafas
2) Mempertahankan ventilasi /oksigenasi
3) Mempertahankan sirkulasi darah
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainage
5) Balance cairan
6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko cidera.
b. Petugas untuk menyusun Asuhan pasca Operasi
1) Dokter penanggungjawab pasien
2) Dookter Anastesi
3) Perawat
4) Ahli gizI
3. Tata Laksana
a. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas tarik napas yang dalam
dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian
napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
b. Oksigen sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anastesi dapat menyebabkan
hipoksia. Selain pemberian oksigen, harus diberikan latihan nafasdalam setelah pasien
sadar
c. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko tromboflebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk untuk memperlancar vena.
d. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis:
1) Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau 150 160 mmHg diastolic s 50 mmHg atau 90
mmiig
2) HR 60 x/menit atau < 10 x/menit
3) Suhu 38,3°C atau <35°c
4) Meningkatnya kegelisahan pasien
5) Tidak BAK + 8 jam post operasi
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai
kebutuhan pasien, monitor input dan output, serta mempertahankan nutrisi yang cukup
f. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik

4. Dokumentasi:
Seluruh perencanaan asuhan pasca operasi harus ditulis di dalam rekam medis pasien
(Form catatan pasca bedah, asuhan keperawatan pasca bedah, CPPT), minimal mencakup
data utama yang wajitb dilengkap yaitu :
a. Data dasar, berupa identitas pasien (nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor
register pasien), dan pihak yang terlibat (dokter operator, dokter anastesi).
b. Evaluasi pasca operasi, meliputi : SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planning),
meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda tanda vital, rencana asuhan medikasi
dan terapi fisik yang diperlukan.
c. Perencanaan pemeriksaan penunjang, laboratorium sesuai kebutuhan pasien Selain
pendokumentasian asuhan pasca operasi juga perlu dilakukan edukasi terhadap pasien
dan keluarga. Dokter operator menjelaskan terkait rencana tindakan, komplikasi yang
mungkin terjadi, hasil yang diharapkan. Perencanaan asuhan pasca operasi ini harus
telah ditulis dalam rekam medis pasien dalam waktu kurang dari 24 jam setelah tindakan
pembedahan dilaksanakan.
DIREKTUR RSUD BALI MANDARA
PROVINSI BALI

dr. Bagus Darmayasa, M Repro


LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA
PROVINSI BALI

NOMOR 188/10301/RSU
TENTANG PENETAPAN KEBIJAKAN PELAYANAN PEMBEDAHAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI

PENETAPAN KEBIJAKAN PELAYANANAN PEMBEDAHAN DI RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI

Kebijakan :
1. Setiap pasien rencana pembedahan, harus melalui proses perencanaan.
2. Proses perencanaan dilakukan dengan melalui tahapan proses penilaian, konsultasi,
komunikasi, edukasi, dan persiapan administrasi serta melibatkan pasien dan keluarga.
3. Mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang di dapat.
4. Setiap proses perencanaan pembedahan harus melibatkan DPJP/peserta didik sesuai
dengan kompetensinya dan keperawatan.
5. Setiap proses perencanaan harus didokumentasikan

Prosedur:
1. Proses perencanaan pembedahan dilakukan oleh DRJP dan peserta didik Bedah di
poliklinik rawat jalan dan untuk kasus kedaruratan dilakukan di IRD.
2. Proses perencanaan pembedahan dibuat bila semua proses penilaian yang mendasari
keputusan pembedahan sudah dianggap lengkap, disertai dengan diagnosa pasien.
3. Berdasarkan urgensinya Pembedahan dibagi menjadi pembedahan elektif dan darurat,
dan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :
a. Bedah minor
b. Bedah mayor
c. Bedah radikal
d. Bedah rekonstruktif

Yang tindakannya dikerjakan oleh spesialisasi dan subspesialisasi yang terdiri dari :
a. Bedah umum;
b. Onkologi
c. Urologi
d. Digestive
e. orthopedi
f. Mata;
g. g THT, dan
h. Obgyn.

1. Pasien diberi informasi oleh DPJP Bedah mengenai informasi penjadwalan.

2. Informasi jedwal operasi bisa didapatkan pasien dan keluarga dari papan pengumuman
di kamar operasi, yang dipasang satu hari sebelum operasi.

3. Untuk pembedahan elektif.


a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik pemeriksaan penunjang, dan konsultasi dengan unit terkait.

b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan tindakan
pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Bedah atau peserta didik Bedah
sesuai tingkat kompetensi
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi rencana teknik bedah,
kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan RTI, serta rencana
perawatan pasca bedah selanjutnya.

d. Pada assessment awal di poli, dokter bedah menentukan urgensi

e. Pada pasien dengan pembedahan kedaruratan akan dirujuk ke IRD

f. Pada perencanaan juga dipertimbangkan beberapa hal seperti pembedahan


(cito/urgent/elektifi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
pembedahan kasus sulit, perubahan atau perluasan tindakan yang mungkin terjadi
karena temuan intra-operatif, apakah pasien harus dirawat inap atau rawat jalan,
dan apakah pasien membutuhkan anestesia.

g. g Bila pasien membutuhkan tindakan anastesia, maka dikonsultasikan ke poliklinik


pra-operatif untuk dilakukan prosedur sesuai dengan SPO Kunjungan Pra-
Anestesia.

h. Setelah pasien dari poliklinik pra-operatif akan kembali ke DPJP Bedah.

i. Semua proses penilaian hingga perencanaan pembedahan dan perencanaan


anestesia harus dicatat di dalam rekam medis pasien.
j. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan perencanaan anastesia termasuk
hasi penilaian awal yang mendasari harus di komunikasikan dan dilakukan
pemberian edukasi pembedahan dan anesthesia kepada pasien dan keluarga oleh
DPJP bedah dan anesthesia / peserta didik bedah dan anestesiolagi dan terapi
intensive.

k. bila semua hal di atas sudah di putuskan, maka dr bedah akan menjadwalkan
operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah minimal 24 jam sebelum
tindakan operasi ( sesuai dengan SPO pendaftaran dan penjadwalan)

l. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukan pendaftaran rawat inap dan/atau RTI
tapabila inpatient) oleh dokcter bedah.

m. Apabila ruang rawat tidak tersedia, maka dilakukan pendaftaran dan penjadwalan
ulang baik kamar operasi maupun ruang rawat inap. Pasien ditinformasikan bahwa
jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia kemudian DPJP dan peserta didik
bedah berkoordinasi dengan koordinator bangsal/ruang untuk mengupayakan
ketersediaan ruang rawat.
i. Bila ruangan tidak tersedia, maka akan silakukan pendaftaran dan penjadwalan
operasi dengan pasien tersebut, dengan prioritas untuk mendapatkan ruang rawat
yang tersedia. 2) Jadwal operasi kemudian menjadi satu hari setelah pasien
mendapatkan ruang rawat inap

n. Pada kasus urgensi, DPJP langsung menghubungi manager on duty di rawat inap
dan penanggung jawab penjadwalan di kamar bedah.

o. Bagi pasien rawat inap, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dan pra anestesia
serta toleransi operasi dapat dilakukan di ruang rawat inap oleh dokter bedah, dokter
anestesiologi, dan dokter lain yang bersangkutan (sesuai dengan form Pra-Bedah
dan Pra-Anestesia).
p. Bagi pasien rawat jalan, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dapat dilakukan di
poli bedah oleh dokter bedah dan persiapan pra-anestesia ukan di poliklinik pra-
operatif oleh dokter anestesiologi dan dapat dilak dokter lainnya yangdibutuhkan.

q. Disini dapat ditentukan jenis operasi pada pasien, teknik-teknik khusus yang akan
dilakukan, kebutuhan alat-alat operasi atau monitoring khusus dan posisi pasien
pada saat operasi

4. Untuk bedah Gawat Darurat:


a. Pasien masuk IRD atau dirujuk dari poli dengan kedaruratan bedah akan diperiksa
kembali secara seksama meliputi anamnesis,
b. fisik, pemeriksaan penunjang. persiapan anestesi dan konsultasi dengan unit/DPJP
terkait.
c. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan tindakan
pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Konsulen jaga bedah atau peserta
didik bedah sesuai tingkat kompetensi.
d. Pada assessment selanjutnya ditentukan apakah pasien harusdi rawat inap atau di
rawat di RTI.
e. Seluruh proses penilaian hingga perencanaan pembedahan kedaruratan di lakukan
sesuai urgensi pasien.
f. Setelah semua hal diatas sudah diputuskan, maka dokter Bedah akan
menjadwallkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah, Pasien iní
mendapatkan prioritas.
g. Setelah operast terjadwal, maka dilakukanlah pendaftaran rawat inap dan/atau RTI
oleh dokter bedah. Pasien ini mendapatkan prioritas.
h. Seluruh proses perencanaan pembedahan harus dikomunikasikar dan dilakukan
pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan keluarga oleh DPJP/peserta
didik sesuai dengan kompetensinya.

DIREKTUR RSUD BALI MANDARA


PROVINSI BALI

Dr Bagus Darmayasa, M Repro

Anda mungkin juga menyukai