TENTANG
PENETAPAN KEBIJAKAN ASUHAN PASCA OPERASI
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI
Menetapkan :
Di tetapkan di Denpasar
pada tanggal 20 Juni 2019
DIREKTUR RSUD Bali Mandara
Provinsi Bali
KEBIJAKAN ASUHAN PASCA OPERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI
MANDARA PROVINSI BALI.
1. Definisi:
Asuhan Pasca Operasi adalah bentuk pelayanan medis yang diberikan kepada pasien yang
telah menjalani operasi, perawatan pasca operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan
pre dan intra operatif yang dimulai saat pasien diterima diruang pemulihan atau pasca
anastesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Pasien post operasi atau post anastesi sebaiknya pada tempat tidur dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan kepada pasien yang kesakitan dan gelissh, sesuai dengan
program dokter Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan pendampingan
agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai
dan diberitahu apa yang sudah dilakukan
2. Ruang Lingkup
a. Ruang lingkup Asuhan Pasca Operasi meliputi :
1) Mempertahankan jalan nafas
2) Mempertahankan ventilasi /oksigenasi
3) Mempertahankan sirkulasi darah
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainage
5) Balance cairan
6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko cidera.
b. Petugas untuk menyusun Asuhan pasca Operasi
1) Dokter penanggungjawab pasien
2) Dookter Anastesi
3) Perawat
4) Ahli gizI
3. Tata Laksana
a. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas tarik napas yang dalam
dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian
napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
b. Oksigen sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anastesi dapat menyebabkan
hipoksia. Selain pemberian oksigen, harus diberikan latihan nafasdalam setelah pasien
sadar
c. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko tromboflebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk untuk memperlancar vena.
d. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis:
1) Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau 150 160 mmHg diastolic s 50 mmHg atau 90
mmiig
2) HR 60 x/menit atau < 10 x/menit
3) Suhu 38,3°C atau <35°c
4) Meningkatnya kegelisahan pasien
5) Tidak BAK + 8 jam post operasi
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai
kebutuhan pasien, monitor input dan output, serta mempertahankan nutrisi yang cukup
f. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik
4. Dokumentasi:
Seluruh perencanaan asuhan pasca operasi harus ditulis di dalam rekam medis pasien
(Form catatan pasca bedah, asuhan keperawatan pasca bedah, CPPT), minimal mencakup
data utama yang wajitb dilengkap yaitu :
a. Data dasar, berupa identitas pasien (nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor
register pasien), dan pihak yang terlibat (dokter operator, dokter anastesi).
b. Evaluasi pasca operasi, meliputi : SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planning),
meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda tanda vital, rencana asuhan medikasi
dan terapi fisik yang diperlukan.
c. Perencanaan pemeriksaan penunjang, laboratorium sesuai kebutuhan pasien Selain
pendokumentasian asuhan pasca operasi juga perlu dilakukan edukasi terhadap pasien
dan keluarga. Dokter operator menjelaskan terkait rencana tindakan, komplikasi yang
mungkin terjadi, hasil yang diharapkan. Perencanaan asuhan pasca operasi ini harus
telah ditulis dalam rekam medis pasien dalam waktu kurang dari 24 jam setelah tindakan
pembedahan dilaksanakan.
DIREKTUR RSUD BALI MANDARA
PROVINSI BALI
NOMOR 188/10301/RSU
TENTANG PENETAPAN KEBIJAKAN PELAYANAN PEMBEDAHAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI
Kebijakan :
1. Setiap pasien rencana pembedahan, harus melalui proses perencanaan.
2. Proses perencanaan dilakukan dengan melalui tahapan proses penilaian, konsultasi,
komunikasi, edukasi, dan persiapan administrasi serta melibatkan pasien dan keluarga.
3. Mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang di dapat.
4. Setiap proses perencanaan pembedahan harus melibatkan DPJP/peserta didik sesuai
dengan kompetensinya dan keperawatan.
5. Setiap proses perencanaan harus didokumentasikan
Prosedur:
1. Proses perencanaan pembedahan dilakukan oleh DRJP dan peserta didik Bedah di
poliklinik rawat jalan dan untuk kasus kedaruratan dilakukan di IRD.
2. Proses perencanaan pembedahan dibuat bila semua proses penilaian yang mendasari
keputusan pembedahan sudah dianggap lengkap, disertai dengan diagnosa pasien.
3. Berdasarkan urgensinya Pembedahan dibagi menjadi pembedahan elektif dan darurat,
dan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :
a. Bedah minor
b. Bedah mayor
c. Bedah radikal
d. Bedah rekonstruktif
Yang tindakannya dikerjakan oleh spesialisasi dan subspesialisasi yang terdiri dari :
a. Bedah umum;
b. Onkologi
c. Urologi
d. Digestive
e. orthopedi
f. Mata;
g. g THT, dan
h. Obgyn.
2. Informasi jedwal operasi bisa didapatkan pasien dan keluarga dari papan pengumuman
di kamar operasi, yang dipasang satu hari sebelum operasi.
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan tindakan
pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Bedah atau peserta didik Bedah
sesuai tingkat kompetensi
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi rencana teknik bedah,
kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan RTI, serta rencana
perawatan pasca bedah selanjutnya.
k. bila semua hal di atas sudah di putuskan, maka dr bedah akan menjadwalkan
operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah minimal 24 jam sebelum
tindakan operasi ( sesuai dengan SPO pendaftaran dan penjadwalan)
l. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukan pendaftaran rawat inap dan/atau RTI
tapabila inpatient) oleh dokcter bedah.
m. Apabila ruang rawat tidak tersedia, maka dilakukan pendaftaran dan penjadwalan
ulang baik kamar operasi maupun ruang rawat inap. Pasien ditinformasikan bahwa
jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia kemudian DPJP dan peserta didik
bedah berkoordinasi dengan koordinator bangsal/ruang untuk mengupayakan
ketersediaan ruang rawat.
i. Bila ruangan tidak tersedia, maka akan silakukan pendaftaran dan penjadwalan
operasi dengan pasien tersebut, dengan prioritas untuk mendapatkan ruang rawat
yang tersedia. 2) Jadwal operasi kemudian menjadi satu hari setelah pasien
mendapatkan ruang rawat inap
n. Pada kasus urgensi, DPJP langsung menghubungi manager on duty di rawat inap
dan penanggung jawab penjadwalan di kamar bedah.
o. Bagi pasien rawat inap, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dan pra anestesia
serta toleransi operasi dapat dilakukan di ruang rawat inap oleh dokter bedah, dokter
anestesiologi, dan dokter lain yang bersangkutan (sesuai dengan form Pra-Bedah
dan Pra-Anestesia).
p. Bagi pasien rawat jalan, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dapat dilakukan di
poli bedah oleh dokter bedah dan persiapan pra-anestesia ukan di poliklinik pra-
operatif oleh dokter anestesiologi dan dapat dilak dokter lainnya yangdibutuhkan.
q. Disini dapat ditentukan jenis operasi pada pasien, teknik-teknik khusus yang akan
dilakukan, kebutuhan alat-alat operasi atau monitoring khusus dan posisi pasien
pada saat operasi