Metode Penelitian
Penelitian La Porta et al. (1998) ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan
yang ada di 27 negara. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing negara
adalah 20 sampai 30 perusahaan.
Perusahaan sampel dikelompokkan ke dalam: (a) perusahaan besar (large firm) –
yaitu perusahaan yang menempati urutan 20 terbesar di setiap negara; dan (b)
perusahaan menengah (medium firm) – yaitu perusahaan yang menempati urutan
10 terkecil di setiap negara.
Negara-negara yang diobservasi dikelompokkan ke dalam: (a) negara yang
memberikan proteksi baik terhadap pemegang saham minoritas (good protection
countries); dan (b) negara yang memberikan proteksi buruk terhadap pemegang
saham minoritas (bad protection countries). Kriteria pemberian proteksi “baik”
dan “buruk” ini didasarkan pada skor yang ditentukan oleh La Porta.
Data-data penelitian diambil dari berbagai sumber, di antaranya adalah: laporan
tahunan perusahaan, Internet, Lexis/Nexis, dan sumber lainnya. Observasi
dilakukan dalam tahun 1995-1997 dan beberapa tahun sebelum 1995.
Hasil Penelitian
Penelitian La Porta et al. (1998) ini menunjukkan bukti-bukti empirik sebagai
berikut:
(a) Siapa pemilik (pemegang saham) perusahaan?
Berdasarkan cut-off kepemilikan signifikan 20%, ditemukan bukti bahwa
secara rata-rata, kepemilikan saham perusahaan tersebar sebagai berikut: 36%
tidak ada pemegang saham pengendali (no controlling shareholders), 30%
keluarga adalah controlling shareholders , 18% pemerintah adalah controlling
shareholders, sedangkan 15% selebihnya adalah kelompok lain sebagai
controlling shareholders.
Fakta ini menunjukkan bahwa citra (image) yang diberikan oleh penelitian
Berle dan Means (1932) – bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan besar
tersebar pada pemegang saham-pemegang saham kecil – tidak berlaku lagi
(misleading).
Berdasarkan cut-off kepemilikan signifikan 10%, ditemukan bukti bahwa
secara rata-rata, kepemilikan saham perusahaan tersebar sebagai berikut: 24%
tidak ada pemegang saham pengendali (no controlling shareholders), 35%
keluarga adalah controlling shareholders, 20% pemerintah adalah controlling
shareholders, sedangkan 21% selebihnya adalah kelompok lain sebagai
controlling shareholders.
Fakta ini juga menunjukkan bahwa citra (image) yang diberikan oleh
penelitian Berle dan Means (1932) – bahwa kepemilikan perusahaan-
perusahaan besar tersebar pada pemegang saham-pemegang saham kecil –
tidak terbukti untuk saat ini (misleading).
Baik pada cut-off kepemilikan saham 20% maupun 10%,. ditemukan bukti
bahwa pada negara yang memberikan proteksi “baik” kepada pemegang saham
minoritas (good-protection countries), kepemilikan saham perusahaan
kategori “besar” maupun “medium” oleh pemegang saham minoritas adalah
sama-sama relatif tinggi. Hal ini berkebalikan dengan yang terjadi pada negara
yang memberikan proteksi “buruk” kepada pemegang saham minoritas (bad-
protection countries). Pada bad-protection countries, pemilikan saham oleh
pemegang saham minoritas relatif kecil.
Pada perusahaan-perusahaan kategori “besar”, secara rata-rata, 25%
kepemilikan saham perusahaan terkonsentrasi pada keluarga (family).
Sebanyak 69% pemegang saham keluarga ini mampu mengendalikan
perusahaan, bahkan terlibat langsung dalam manajemen perusahaan, misalnya
sebagai CEO, Chairman, Vice-Chairman, dan lain-lain.
Kepemilikan saham-saham perusahaan sampel oleh lembaga-lembaga
keuangan (seperti bank dan perusahaan asuransi) juga relatif kecil. Pada negara
yang memberikan proteksi “baik” kepada pemegang saham (good-protection
countries), kepemilikan saham perusahaan oleh lembaga keuangan mencapai
7%; sedangkan pada negara yang memberikan proteksi “buruk” kepada
pemegang saham minoritas (bad-protection countries) kepemilikan saham
perusahaan oleh lembaga keuangan ini hanya mencapai 2%.