Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN

DASAR ELIMINASI

Disusun oleh:

1. AYU TIRTA A.
2. LAILIA R. R.
3. LAILATUL M.
4. LUSIANA S. R. K.
5. AZZAROTUL L.

SMK KESEHATAN BHAKTI INDONESIA MEDIKA


KOTA MOJOKERTO
NSS/NIS : 324056401008/400100
JL. SURODINAWAN NO. 25 KOTA MOJOKERTO
NO. TELP : 0321-383262
LAPORAN PENDAHULUAN ELEMINASI ALVI

A. PENGERTIAN
Eliminasi fekal adalah eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur
merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola, dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah
terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden
kanker rektal (Robinson dan Weigley, 1989) (Potter dan Perty) 2006
.
B. KONSEP DASAR
 ANATOMI DAN FISIOLOGI :
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk system
pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah)
serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, secara umum
mulu terdiri atas dua bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruangan yang di
antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b.      Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfa yang terbanyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak persimapangan antara jalan
nafas dan makanan letaknya di belakang rongga mulut di depan ruas tulang
belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantara lubang yang di sebut ismus fausium.
c.       Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan berdiameter 2
cm. Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang menghubungkan rongga
mulut dengan lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan faring
jsetinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus
vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka sfingter akan berelaksasi secra
otomatis dan akan membiarkan makanan tau minuman masuk ke dalam
lambung.
d.      Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah
dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan
dari esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus halus dengan
duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah menyimpan makanan yang
sudah bercampur cairan yang di hasilkan lambung.
Lambung terdiri atas 4 bagian besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan
dengan sfingter gastroesofagus), fundus (bernbentuk kubah kontak langsung
dengan diafragma), korpus (area yang paling besar) dan pylorus (bagian
lambung yang berbentuk tabung yang mempunyai otot yang tebal membentuk
sfingter pylorus).
e.       Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
1)      Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
2)      Jejenum atau bagian tengah dan
3)      Ileum
f.       Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari
:
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
3. Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :

1)      Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah


bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien,
elektrolit dan garam empedu.
2)      Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan
melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang
dihasilkan feses.
3)      Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

g.    Anus / anal / orifisium eksternal


Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu
internal (involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi Defekasi :
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang
dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

C. ETIOLOGI ATAU PENYEBAB


a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna.
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi
air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme
menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah
lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalananchyme di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chime.
c. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang
yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare. Ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak
peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum
dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses
mengeras.
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti
dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur
pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat
secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang
merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti
dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan
kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare.
f. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun.
Orang dewasajuga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang
dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering)
feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan
tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan
stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi
kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia
tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa
mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal
inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkterani.

D. TANDA DAN GEJALA


a) Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rektum
b) Impaction
- Tidak BAB
- Anoreksi
- Kembung/kram
- Nyeri rektum
c) Diare
- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
- Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkansekresi mukosa.
- feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
d) Inkontinensia Fekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
- BAB encer dan jumlahnya banyak
- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal
e) Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f) Hemoroid
- Pembengkakan vena pada dinding rectum
- Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
- Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
- Nyeri

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI


1. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut control defekasi menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebebkan fases menjadi lebih keras di
sebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan mempermudah bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
5. Fisiologi
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup
Kebisaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
9. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umumdapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus kondisi ini dapat berlangsung selama
24-48 jam.
10. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.

F. GANGGUAN
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang.
BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena
feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain,
pindah tempat, dan lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging,
telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga /
aktifitas : berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus
otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus,
kecelakaan pada spinal cord dan tumor. 
g. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak
teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum
tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses
sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
2. Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).
3. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat.
4. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
5. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
G. PENCEGAHAN
1. Banyak makan-makanan yang berserat.
2. Banyak minum air putih.
3. Mengurangi stres yang berlebihan.
4. BAB yang teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia. (Terjemahan oleh I Made
Karias, dkk). Jakarta :EGC.
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management
for Positive Outcomes (8 Th Edition), Philadelpia: WB. Saunders Company
Perry, Potter. 2006. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai