DASAR ELIMINASI
Disusun oleh:
1. AYU TIRTA A.
2. LAILIA R. R.
3. LAILATUL M.
4. LUSIANA S. R. K.
5. AZZAROTUL L.
A. PENGERTIAN
Eliminasi fekal adalah eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur
merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola, dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah
terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden
kanker rektal (Robinson dan Weigley, 1989) (Potter dan Perty) 2006
.
B. KONSEP DASAR
ANATOMI DAN FISIOLOGI :
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk system
pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah)
serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, secara umum
mulu terdiri atas dua bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruangan yang di
antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfa yang terbanyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak persimapangan antara jalan
nafas dan makanan letaknya di belakang rongga mulut di depan ruas tulang
belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantara lubang yang di sebut ismus fausium.
c. Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan berdiameter 2
cm. Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang menghubungkan rongga
mulut dengan lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan faring
jsetinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus
vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka sfingter akan berelaksasi secra
otomatis dan akan membiarkan makanan tau minuman masuk ke dalam
lambung.
d. Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah
dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan
dari esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus halus dengan
duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah menyimpan makanan yang
sudah bercampur cairan yang di hasilkan lambung.
Lambung terdiri atas 4 bagian besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan
dengan sfingter gastroesofagus), fundus (bernbentuk kubah kontak langsung
dengan diafragma), korpus (area yang paling besar) dan pylorus (bagian
lambung yang berbentuk tabung yang mempunyai otot yang tebal membentuk
sfingter pylorus).
e. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
2) Jejenum atau bagian tengah dan
3) Ileum
f. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari
:
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
3. Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
F. GANGGUAN
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang.
BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena
feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain,
pindah tempat, dan lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging,
telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga /
aktifitas : berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus
otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus,
kecelakaan pada spinal cord dan tumor.
g. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak
teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum
tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses
sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
2. Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).
3. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat.
4. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
5. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
G. PENCEGAHAN
1. Banyak makan-makanan yang berserat.
2. Banyak minum air putih.
3. Mengurangi stres yang berlebihan.
4. BAB yang teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia. (Terjemahan oleh I Made
Karias, dkk). Jakarta :EGC.
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management
for Positive Outcomes (8 Th Edition), Philadelpia: WB. Saunders Company
Perry, Potter. 2006. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC