Anda di halaman 1dari 30

ASPEK MANIPULASI

LINGKUNGAN

JENIS:

TEMBESU

BAMBANG LANANG

KAYU BAWANG

SUNGKAI

GELAM
Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil
Kayu Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc.
Judul Kegiatan : Teknik Budidaya Tembesu
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Drs. Agus Sofyan, M.Sc.
Ir. Abdul Hakim Lukman, M.Si
Nasrun Sagala, S.Hut

Abstrak

Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis unggulan


Sumatera Selatan yang memiliki potensi pertumbuhan baik serta pemanfaatan
yang beragam. Peningkatan riap dan produktivitas hutan tanaman tembesu dapat
dilakukan melalui teknik silvikultur intensif, yang dipadukan dengan penggunaan
bibit unggul, manipulasi lingkungan, dan pengendalian hama terpadu. Tujuan
penelitian adalah memperoleh teknologi peningkatan riap dan produktivitas
hutan tanaman tembesu dalam rangka mendukung industri perkayuan dan
perekonomian rakyat. Metodologi yang digunakan meliputi percobaan lapangan
(eksperimen), laboratorium, survei dan eksplorasi serta wawancara dan diskusi.
Data dianalisis sesuai dengan rancangan yang digunakan masing-masing aspek.
Aspek penelitian terdiri dari manipulasi lingkungan, pengaturan hasil (model
pertumbuhan, pendugaan volume), aspek lingkungan dan sosial ekonomi. Hasil
yang diperoleh untuk aspek silvikultur pada tahun 2010 adalah 1) data sebaran
tegakan dan pohon-pohon induk (dalam bentuk peta) serta materi genetik/benih
tembesu dari tiga Propinsi, 2) data pertumbuhan sebagai respon perlakuan
pemangkasan, 3) data riap pertumbuhan (MAI) 4 tahun dan 4) terbentuknya plot
penelitian penjarangan.

Kata Kunci : tembesu, peningkatan riap, manipulasi lingkungan, penjarangan


dan pemangkasan.

A. Latar Belakang
Pengelolaan hutan alam maupun hutan tanaman sudah semestinya
diarahkan pada upaya peningkatan produkstifitas. Kebutuhan kayu yang semakin
meningkat tidak lagi dapat dipenuhi dari hutan alam maupun hutan tanaman.
Untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan kayu, Kementrian Kehutanan telah
melaksanakan revitalisasi antara lain program pembangunan dan pengembangan
hutan tanaman.
Dalam rangka peningkatan riap dan produktifitas, faktor-faktor yang
mendukung pencapaian tujuan tersebut harus ditempatkan sebagai komponen
yang diprioritaskan dalam pengelolaan. Sementara fakor-faktor yang dapat
membatasi harus dipelajari agar dapat dirumuskan upaya pengendaliannya.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 2


Upaya peningkatan produktivitas dan dapat dilakukan melalui program
riset terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan beberapa
aspek seperti 1) Aspek silvikultur intensif (manipulasi lingkungan) mulai dari
pemilihan jenis, persyaratan tumbuh dan kesesuaian lahan, penggunaan sumber
benih, 2) Aspek perlindungan tanaman terkait gangguan hama dan penyakit yang
berpotensi dapat menurunkan produktivitas, 3) Aspek sosial dan ekonomi terkait
status pembudidayaan, motivasi masyarakat, nilai ekonomi serta kelayakan usaha.
4) Aspek lingkungan terkait perubahan kondisi lingkungan (keragaman jenis dan
tata air).
Dengan semakin langkanya potensi dan sumberdaya jenis-jenis kayu
unggulan, maka pengembangan jenis-jenis lokal yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi, yang sebelumnya kurang dikenal (lesser known species), mempunyai
peluang yang cukup besar dalam mengurangi kesenjangan kebutuhan kayu.
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis alternative
alaminya saat ini masih cukup banyak khususnya di wilayah Sumatera. Kayu
tembesu termasuk kelompok kayu berkualitas dengan kelas kuat I - II, awet I dan
ketahanan terhadap jamur kelas II, mempunyai nilai komersial tinggi (harga jual 3
– 3.5 juta/m3). Tembesu digunakan untuk berbagai keperluaan seperti pondasi
rumah, lantai, papan, industri kerajinan ukiran kayu khas Palembang yang
terkenal sampai negara-negara Asia Tenggara (Malaysia dan Singapura).
Melihat potensi dan pemanfaatannya yang cukup besar, jenis ini sangat
layak untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Dalam rangka
mendukung pembangunan dan pengembangan tembesu, maka dibutuhkan
penelitian komprehenship yang terdiri atas beberapa aspek. Ringkasan penelitian
ini menyajikan salah satu aspek penting, khususnya dalam upaya peningkatan riap
pertumbuhan (diameter dan tinggi) dalam pembangunan hutan tanaman tembesu.

B. Tujuan dan sasaran

Tujuan kegiatan penelitian Teknik Budidaya Tembesu (Fagraea fragrans


Roxb.) tahun 2010-2014 adalah meningkatkan produktifitas tegakan dan kualitas
lingkungan serta nilai ekonomi hutan tanaman yang dapat mendukung industri
perkayuan dan perekonomian rakyat. Sasaran kegiatan penelitian pada tahun
2010-2014 adalah tersedianya paket IPTEK peningkatan produktifitas hutan
tanaman penghasil kayu pertukangan jenis tembesu secara bertahap. Adapun
target akhir peningkatan produktivitas hutan tanaman khususnya kayu
pertukangan jenis unggulan berdaur panjang (termasuk tembesu diantaranya)
adalah sebesar 20 m/ha/tahun, sementara produktivitas faktual pada umur 19
tahun sebesar 10,14 m/ha/tahun (Sofyan dkk, 2010). Peningkatan riap dan
produktivitas yang ingin dicapai adalah peningkatan riap secara bertahap, melalui
penerapan teknik-teknik silvikultur yang tepat serta penggunaan materi genetik
yang dihasilkan dari kegiatan seleksi (improve). Salah satu upaya peningkatan riap
telah dilakukan penerapan perlakuan pemangkasan dan penjarangan. Adapun

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 3


sasarannya adalah peningkatan riap pertumbuhan secara bertahap serta
peningkatan kualitas kualitas pohon/batang melalui perlakuan pemangkasan dan
penjarangan.

C. Metode Penelitian

1. Pemetaan sebaran tegakan dan pohon induk


Dalam kegiatan pemetaan sebaran dan pohon induk serta pengumpulan
materi genetik (benih) dilakukan dengan survei dan eksplorasi, inventarisasi,
pengukuran, pengamatan kuantitatif dan kualitatif tegakan pada masing-masing
lokasi.

2. Respon pertumbuhan hasil perlakuan pemangkasan


Untuk mengetahui respon atau pengaruh perlakuan pemangkasan dilakukan
pengukuran diameter dan tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan.

3. Respon pertumbuhan hasil perlakuan penjarangan


Dalam pembuatan plot penelitian penjarangan, sebelumnya dilakukan
inventarisasi, pengukuran diameter dan tinggi tanaman, kemudian ditentukan plot-
plot perlakuan metode penjarangan yang sesuai dengan kondisi tegakan.

D. Hasil yang Telah Dicapai

Tahun 2010 :

1. Peta Sebaran alami dan pohon induk (mother trees) tembesu (fagraea fragrans)
di tiga Propinsi (Sumatera Selatan, Lampung dan Jambi)

2. Diperolehnya materi genetik (benih) dari pohon induk pada berbagai lokasi
yaitu :

Tabel 1 . Perolehan puhon induk dan materi gentik ( benih) pada berbagai lokasi

Jumlah Pohon Induk


No Propinsi Jumlah pohon induk berbuah
(pohon)
1. Sumatera Selatan 95 60
2. Lampung 67 24
3. Jambi 48 2

3. Terbentuknya Plot perlakuan penjarangan dan data awal pertumbuhan.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 4


Tabel 3. Data awal pertumbuhan pada plot penjarangan umur 4 tahun (3 x 2 m)

diameter (cm) tinggi (m) lebar tajuk (m)


No Perlakuan Blok
rerata sd rerata sd rerata sd
1 Kontrol rerata 9,19 1,76 6,52 0,57 2,97 0,43
2 Untu walang rerata 9,04 1,93 6,75 0,92 2,89 0,41
3 Tebang baris rerata 9,11 1,91 6,51 0,71 2,88 0,41

Tahun 2011 :

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa intensitas pemangkasan sebesar 40% dan


50% memberikan pertumbuhan diameter terbaik dan berbeda nyata dengan
pertumbuhan tanaman dengan perlakuan lainnya. Sementara untuk
pertumbuhan tinggi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
2. Hasil penerapan perlakuan tipe atau model penjarangan yaitu : Kontrol (tanpa
penjarangan), untu walang dan penjarangan dengan model baris, telah
diperoleh data rerata pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pada masing-
masing perlakuan, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Rerata pertumbuhan tanaman pada berbagai perlakuan penjarangan


selama 1 tahun (umur 3 tahun – 4 tahun).

BLOK Perlakuan Diameter Rerata Tinggi Rerata


1 2 Pertambahan 1 2 Pertambahan
I Untu Walang 8.69 11.06 2.37 6.45 8.10 1.65
Tebang Baris 8.93 10.88 1.95 6.64 8.75 2.11
Kontrol 8.95 10.68 1.73 6.39 8.47 2.08
II Untu Walang 9.45 11.29 1.84 7.07 8.75 1.68
Tebang Baris 9.55 11.25 1.70 6.64 8.60 1.96
Kontrol 9.59 11.09 1.50 6.84 8.72 1.88
III Untu Walang 8.99 10.89 1.90 6.72 8.55 1.83
Tebang Baris 8.84 10.75 1.91 6.25 8.22 1.97
Kontrol 9.03 10.19 1.16 6.32 8.46 2.14

Hasil di atas menunjukkan bahwa pada pertumbuhan tahun pertama (3-4 tahun)
menunjukkan kecenderungan bahwa pola penjarangan dengan model untu
walang memberikan pertambahan diameter tertinggi dan berbeda nyata
dibanding dengan perlakuan lainnya. Sementara untuk pertumbuhan tinggi
perlakuan control/tanpa penjarangan nampak memberikan pengaruh yang
positif.
3. Hasil pengamatan terhadap fenologi (pembungaan dan pembuahan)
menunjukkan bahwa pada umur 4 tahun, beberapa tanaman tembesu (< 5%)
sudah mulai memasuki fase pertumbuhan generative.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 5


4. Hasil pengujian 3 jenis media (pasir, tanah dan zeolit), menunjukkan bahwa
tanah merupakan media terbaik dalam perbanyakan/memperbanyak fungi
mikoriza arbuskular (FMA), begitu pula kombinasi antara media tanah dengan
tanaman inang jenis Pueraria javanica memberikan hasil terbaik dalam
perbanyakan FMA.

E. Kesimpulan

1. Pemangkasan dengan intensitas 50% pada umur 3 tahun memberikan


pertumbuhan diameter terbaik pada tanaman tembesu.
2. Tanaman tembesu sudah mulai memasuki fase pertumbuhan generative pada
umur 4 tahun.
3. Pola penjarangan dengan model penjarangan untu walang pada umur tanaman
3 tahun dengan jarak tanam awal 3x2m, memberikan pertumbuhan terbaik
untuk diameter batang.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 6


Foto Kegiatan

Gambar 1. Kondisi sebelum dan saat pemangkasan

Gambar 2. Kondisi tegakan setelah pemangkasan plot penelitian penjarangan

Gambar 3. Plot penelitian penjarangan

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 7


Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil
Kayu Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc.
Judul Kegiatan : Budidaya Jenis Bambang Lanang
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Ir. Abdul Hakim Lukman, MSi.
Armelia Prima Yuna, S. Hut.
Kusdi Mulyadi, S. Hut.

Abstrak

Kegiatan penelitian bambang dari aspek sebaran dan pembibitannya telah


dilaksanakan di Kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Kota Pagaralam. Metode
yang digunakan dalam kegiatan kajian sebaran adalah metode survei, sedangkan
kegiatan penanaman menggunakan metode eksperimen. Hasil survei
menunjukkan bambang lanang tersebar hampir di tiga kabupaten/kota yang
disurvei, yang tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 100 – 1000 m dpl,
topografi datar-berbukit, jenis tanah podsolik merah kuning, podsolik coklat
kekuningan, asosiasi podsolik coklat dan litosol, dan hidromorf kelabuan;
drainase sedang-baik. Plot ujicoba tanaman bambang baru terbangun awal
Desember 2011, sehingga data dan informasi pertumbuhan bambang sebagai
respon dari perlakuan yang diujicobakan belum dapat disajikan dalam laporan
ini.
Kata kunci : Bambang lanang, persyaratan tempat tumbuh, manipulasi
lingkungan, produktivitas

A. Latar Belakang
Bambang lanang (Michelia campaka L) merupakan salah satu jenis
tanaman unggulan lokal di Sumatera Selatan yang sudah mulai dikembangkan di
lahan milik masyarakat. Jenis ini banyak ditemukan di Kabupaten Lahat,
Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Jenis ini
biasanya ditanam melalui pola campuran dengan tanaman perkebunan seperti
kopi, kakao dan karet, dan kayunya telah lama digunakan sebagai bahan bangunan
oleh masyarakat setempat.
Pohon bambang oleh masyarakat di panen pada umur 10 – 15 tahun
dengan menghasilkan produk kayu sekitar 0,5 – 1 m3/pohon. Produktivitas
bambang lanang yang dihasilkan dari lahan kebun masyarakat dilaporkan rata-rata
sebesar 13 m3/ha/th (Sofyan, et al., 2010), sementara target yang diamanatkan
dalam Road Map Badan Libang Kehutanan 2010-2025 untuk jenis alternatif daur
menengah (> 10 th), seperti jenis bambang lanang adalah 15 m3/ha/th (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2009), sehingga masih perlu adanya
upaya peningkatan produktivitas dari hutan tanaman bambang lanang tersebut.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 8


Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas produk hasil hutan dapat
dilakukan dengan memadukan teknologi penggunaan bibit unggul lewat program
pemuliaan dan praktek silvikultur yang tepat. Praktek silvikultur yang tepat antara
lain meliputi kegiatan persiapan lahan yang baik, waktu penanaman yang tepat,
pemupukan dengan macam dan dosis yang tepat, jarak tanam yang cocok,
pemeliharaan tanaman yang bagus dan kontinyu, pemangkasan cabang dan
penjarangan serta upaya pengendalian kehilangan produk akibat hama, penyakit
dan sebab-sebab lainnya.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas lingkungan serta nilai ekonomi hutan tanaman bambang lanang.
Sasaran yang ingin dicapai dari aspek manipulasi lingkungan untuk tahun
2011 adalah :
1. Tersedianya data dan informasi sebaran dan persyaratan tempat tumbuh
bambang lanang
2. Terbangunnya plot ujicoba penyiapan lahan dan jarak tanam bambang
lanang
3. Tersedianya data dan informasi pertumbuhan awal bambang lanang

C. Metode Penelitian
1. Studi sebaran dan persyaratan tempat tumbuh
Pengumpulan informasi dan data persyaratan tempat tumbuh dilakukan
melalui survei di lokasi yang terdapat tegakan bambang lanang. Data yang
dikumpulkan meliputi letak menurut administrasi pemerintahan, letak
geografis (koordinat), kelerengan, drainase, topografi, kedalaman efektif,
jenis tanah, sifat fisik dan kimia tanah, tipe iklim, jumlah curah hujan
tahunan, jumlah bulan basah dan kering per tahun, suhu minimum dan
maksimum, dan kelembabab rata-rata tahunan. Informasi pohon yang diamati
meliputi tinggi pohon, tinggi batang bebas cabang, diameter, dan kualitas
tajuk.
2. Penanaman bambang lanang
Aspek manipulasi lingkungan yang diterapkan dalam kegiatan penanaman
bambang lanang pada 2011 adalah teknik penyiapan lahan dan pengaturan
jarak tanam. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan penanaman
bambang lanang adalah metode eksperimen dalam bentuk plot ujicoba dengan
mengaplikasikan beberapa perlakuan yang akan diujikan. Perlakuan yang
diuji terdiri dari faktor teknik penyiapan lahan (tebas total, tebas jalur dan
cemplongan), jarak tanam (3x6 m, 4x6 m, dan 5x6 m), dan aplikasi pupuk
dasar (organik dan anorganik). Peubah yang diamati meliputi persentase
hidup, tinggi dan diameter tanaman, intensitas cahaya. Data yang diperoleh
di olah dan dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji BNJ.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 9


D. Hasil yang dicapai
1. Sebaran dan tempat tumbuh bambang lanang
Dari hasil survei yang telah dilakukan di tiga kabupaten di Sumatera
Selatan, yaitu Kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Pagaralam, bambang
lanang dapat dijumpai hampir di seluruh kabupaten yang di survei. Sebaran
bambang terdapat di kebun-kebun masyarakat baik tumbuh secara alami (tidak
ditanam) maupun yang ditanam bercampur dengan tanaman kopi, kakao atau
karet. Kondisi umum lokasi yang disurvei mempunyai karakteristik sebagai
berikut : jenis tanah asosiasi podsolik coklat dan litosol, podsolik merah
kekuningan, podsolik coklat kekuningan dan hidromorf kelabuan; drainase
sedang – baik; topografi datar – berbukit; ketinggian tempat 136 – 1.143 m dpl;
curah hujan 2000 – 3000 mm/tahun, dan kelembaban 60 – 90%.
2. Penanaman bambang lanang
Plot ujicoba tanaman bambang lanang telah dibangun pada awal bulan
Desember 2011, karena curah hujan sudah cukup tinggi. Lokasi plot ujicoba
berada di desa Sumber Karya, Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat.
Kondisi lahan bervegetasi semak belukar yang bercampur dengan beberapa
jenis pohon, seperti karet, pulai, seru, pelangas, simpur, kemiri, sengon,
melinjo, medang dan mangium. Topografi lahan relatif landai dengan
ketinggian dari permukaan laut 450 – 500 m dpl.
Berhubung pembangunan plot baru dilaksanakan bulan Desember 2011,
maka kegiatan pengumpulan data/pengamatan pertumbuhan tanaman untuk
mengetahui respon dari perlakuan yang diujicobakan belum dapat dilakukan,
sehingga data dan informasi pertumbuhan awal bambang lanang belum dapat
disajikan dalam laporan tahun 2011 ini. Variasi tinggi bibit bambang sebelum
ditanam berkisar dari 35-45 cm dengan diameter 4-9 mm.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


Kesimpulan
1. Bambang lanang dijumpai di kebun-kebun masyarakat di kabupaten Lahat,
Empat Lawang dan Kota Pagaralam, baik tumbuh alami maupun sengaja
ditanam campuran dengan kopi, kakao, atau karet.
2. Bambang lanang tumbuh pada jenis tanah podsolik merah kekuningan,
podsolik coklat kekuningan, asosiasi podsolik coklat dan litosol, dan
hidromorf kelabuan, dengan ketinggian tempat 100 – 1000 m dpl, dan
drainase sedang-baik.
3. Telah terbangun plot ujicoba penyiapan lahan dan jarak tanam bambang
lanang pada bulan Desember 2011. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
data dan informasi pertumbuhan awal bambang belum dapat disajikan dalam
laporan tahun 2011.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 10


Rekomendasi
Pengembangan bambang lanang dapat dilaksanakan dengan menggunakan
bibit asal cabutan maupun semai pada lokasi yang mempunyai ketinggian tempat
sekitar 100 – 1000 m dpl dengan drainase baik.
Foto-foto Kegiatan

Gambar 1. Tegakan bambang pada Gambar2. Bibit bambang yang


lahan bertopografi miring di Ulu telah ditanam dan diberi label
Musi

Gambar 3. Kegiatan pembuatan plot Gambar 4.


ujicoba Pembibitan bambang lanang di
persemaian Wanagriya, Palembang
penanaman bambang lanang

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 11


Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil
Kayu Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc.
Judul Kegiatan : Budidaya Jenis Kayu Bawang
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Sri Utami
Armellia Prima Yuna
Teten Rahman Saefullah

Abstrak
Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) merupakan salah satu jenis
andalan di Provinsi Bengkulu. Pembudidayaan kayu bawang di masyarakat pada
umumnya belum menerapkan prinsip silvikultur yang memadai sehingga
penelitian mengenai teknik budidaya beserta informasi lainnya sangat penting
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegakan kayu bawang tersebar
hampir di seluruh Kabupaten di Provinsi Bengkulu. Kayu bawang tumbuh pada
ketinggian dan kelerengan yang bervariasi, serta tingkat bahaya erosi rendah
sampai tinggi. Hasil simulasi transportasi bibit menunjukkan bahwa periode
simpan terbaik yaitu 4 hari dengan bahan pengisi menggunakan tissue basah
yang dibalut popok bayi (pampers). Pada skala persemaian, aplikasi pupuk
memberikan pengaruh signifikan dalam memacu pertumbuhan bibit asal anakan
alam dan benih. Pada skala lapangan, aplikasi pupuk dasar green farm dan SP36
mampu memacu pertumbuhan tanaman, dengan didukung kegiatan pemeliharaan
plot kayu bawang secara reguler.
Kata Kunci : kayu bawang, pembibitan, pemupukan, sebaran

A. Latar Belakang
Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) merupakan salah satu
jenis andalan lokal di Provinsi Bengkulu, karena kualitas kayunya memenuhi
kualitas sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Kayunya termasuk dalam kelas
kuat III dan kelas awet IV dengan berat jenis 0,56 gram/cm3 dan telah
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kayu pertukangan, terutama sebagai bahan
bangunan dan meubellair (Siahaan dan Saefullah, 2007).
Dalam RPI Pengelolaan Hutan Tanaman 2010-2014, kayu bawang
termasuk salah satu jenis alternative dalam kelompok tanamn daur pendek (< 10
th). Bila mengacu pada penetapan target riap yang tercantum dalam Roadmap
penelitian dan pengembangan kehutanan 2010-2014, maka target riap volume
yang hendak dicapai adalah > 25m3/ha/th (Bdan Litbang Kehutanan 2009).
Sementara data hasilpenelitian kuantifikasi terhadap tegakan kayu bawang di
masyarakat menunjukan riap yang lebih rendah dari target riap yang telah
ditetapkan, yakni hanya mencapai 15m3/ha/th.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 12


Melihat potensi kayu dan pemanfaatan yang cukup besar serta
pertumbuhannya yang cukup baik, maka jenis ini cukup potensial untuk
dikembangkan tidak hanya di lokasi asalnya saja, tetapi juga di lokasi
pengembangannya yang baru, baik pada kabupaten lain di Bengkulu maupun di
luar Provinsi Bengkulu. Di sisi lain, data dan informasi terkait dengan persyaratan
tumbuh, status pengembangan dan pengelolaan tegakan kayu bawang di
masyarakat, potensi bahan perbanyakan (sumber benih) yang berkualitas, teknik
pembibitan, dan pemeliharaannya masih terbatas dan dapat menjadi salah satu
penghambat upaya pengembangan jenis ini.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan kegiatan penelitian Budidaya Jenis Kayu Bawang Aspek
Manipulasi Lingkungan adalah meningkatkan produktivitas dan kualitas
lingkungan serta nilai ekonomi hutan tanaman kayu bawang yang mendukung
industri perkayuan dan perekonomian rakyat. Sedangkan sasaran dari kegiatan
penelitian tahun 2011 adalah : 1) Tersedianya data dan informasi sebaran dan
sumber benih kayu bawang, 2) Tersedianya informasi teknik pembibitan kayu
bawang, 3) Tersedianya data dan informasi pertumbuhan kayu bawang pada
perlakuan pemupukan, dan 4) Tersedianya data dan informasi teknik
pemeliharaan kayu bawang.

C. Metodologi Penelitian
1. Eksplorasi Sumber Benih dan Studi Persyaratan Tempat Tumbuh
Kegiatan ini bertujuan untuk menginventarisasi dan identifikasi sumber
benih kayu bawang. Kegiatan lain yang dilakukan dalam inventarisasi ini adalah
pengambilan bahan perbanyakan (baik benih maupun cabutan) dan studi
persyaratan tumbuh. Kegiatan dilakukan dengan mengambil sampel tanah dengan
metode random sampling dan analisis sifat fisik dan kimia tanah dengan metode
tabulasi dan deskriptif.

2. Pembibitan Kayu bawang


a. Simulasi Transportasi Bibit Kayu bawang Asal Cabutan/Anakan Alam
Perlakuan yang diujikan terdiri dari periode simpan (5 taraf : 0, 4, 6, 8 dan
10 hari) dan bahan pengisi (5 taraf : tanpa bahan pengisi, gedebok pisang, tissue
yang dibalut popok bayi, serbuk gergaji dan cocopeat). Parameter yang diamati
adalah persentase hidup cabutan dan data kualitatif lainnya yang didasarkan pada
penampakan fisik cabutan/anakan alam.

b. Aplikasi Pupuk Organik pada Bibit Kayu bawang Asal Cabutan/Anakan


Alam di Persemaian
Jenis pupuk organik yang diaplikasikan adalah pupuk green farm (dosis 3,5;
4,5; 5,5 gram/bibit, dan kontrol), cuka kayu (dosis 20, 40, 60 cc/liter dan kontrol)

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 13


dan limbah kelapa sawit (dosis 100, 200, 300 gram/bibit, dan kontrol). Parameter
yang diamati adalah persentase hidup, pertumbuhan tinggi, dan diameter.

c. Aplikasi Pupuk pada Bibit Kayu bawang Asal Benih di Persemaian


Aplikasi pupuk green farm terdiri dari 7 taraf dosis, yakni 0,75; 1,50; 2,25;
3,00; 3,75; 4,5 gram/bibit dan kontrol. Sementara pupuk guano terdiri dari 7 taraf
dosis, yakni 0,18; 0,36; 0,54; 0,72; 0,90; 1,08 gram/bibit dan kontrol. Parameter
yang diamati adalah persentase hidup, pertumbuhan tinggi, dan diameter.

3. Aplikasi Pupuk Dasar, Lanjutan dan Cover Crop pada Plot Ujicoba Kayu
bawang
Pupuk dasar yang digunakan yaitu green farm (dosis 0, 200,400, dan 600
gram/lubang tanam) dan SP36 (dosis 0, 25, 50, 75 gram/lubang tanam). Pupuk
lanjutan menggunakan SP36 (dosis 0, 200, 400, 600 gram/tanaman). Cover crop
yang digunakan Calopogonium mucunoides (CM) dan Pueraria javanica (PJ).

4. Pemeliharaan Plot Uji


Pemeliharaan yang dilakukan pada plot kayu bawang seluas 3 ha.

D. Hasil yang Telah Dicapai


1. Hasil Kegiatan Tahun 2010
a) Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa tegakan kayu bawang dapat
ditemukan pada 54 lokasi (titik) di Provinsi Bengkulu.
b) Pada kegiatan survei diperoleh 57 pohon induk di Provinsi Bengkulu yang
memiliki fenotipe cukup baik.
c) Aplikasi pupuk (NPK, SP36 dan Dekastar) pada bibit kayu bawang mampu
memacu pertambahan tinggi dan diameter.
d) Terbangunnya plot tanaman kayu bawang seluas 3 ha, dengan jarak tanam
masing-masing 3 x 3 m, 4 x 3 m, dan 4 x 5 m masing-masing seluas 1 ha.
2. Hasil Kegiatan Tahun 2011
a. Sebaran dan Persyaratan Tempat Tumbuh Kayu bawang
Kayu bawang tersebar hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu.
Dari beberapa kabupaten di Prov. Bengkulu, pohon induk kayu bawang sebagai
sumber benih banyak dijumpai di Kab. Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.
Kayu bawang dapat tumbuh pada ketinggian dan kelerengan tempat yang cukup
bervariasi, serta tingkat bahaya erosi rendah sampai tinggi. Rata-rata curah hujan
yang dikehendaki berkisar 500-3500 mm/tahun.

b. Pembibitan Kayu bawang


i) Simulasi Transportasi Bibit Kayu bawang Asal Anakan Alam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode simpan terpendek yaitu 4
hari dengan bahan pengisi menggunakan tissue basah yang dibalut popok bayi
(pampers) merupakan perlakuan terbaik pada kegiatan simulasi transportasi bibit

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 14


kayu bawang. Sedangkan yang terburuk adalah pada perlakuan gedebok pisang
dengan periode simpan terlama yaitu 10 hari.
ii) Aplikasi Pupuk Organik terhadap Bibit Kayu bawang Asal Anakan Alam
Aplikasi pupuk green farm dan limbah sawit memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertambahan tinggi dan diameter bibit kayu bawang. Dosis
green farm sebesar 5,5 gram/bibit memberikan pertumbuhan terbaik dengan
pertambahan tinggi dan diameter masing-masing sebesar 6,61 cm dan 1,06 mm.
Limbah sawit dosis 200 gram/bibit memberikan pertumbuhan terbaik dengan
pertambahan tinggi dan diameter sebesar 7,15 cm dan 1,37 mm. Sedangkan dosis
cuka kayu sebesar 20cc/liter mampu memacu pertumbuhan dengan pertambahan
tinggi dan diameter masing-masing sebesar 4,92 cm dan 0,99 mm.
iii) Aplikasi Pupuk Green Farm dan Guano terhadap Bibit Asal Benih
Perlakuan pupuk green farm tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan, sedangkan pupuk guano memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit dengan rata-rata pertambahan tinggi dan diameter
masing-masing sebesar 26,16 cm dan 2,45 mm.

c. Aplikasi Pupuk Dasar, Lanjutan dan Cover Crop pada Plot Kayu bawang
Perlakuan pupuk dasar memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
kayu bawang. Dosis green farm 200 gram/lubang tanam merupakan dosis yang
efektif dan efisien, mampu meningkatkan riap tinggi dan diameter yang mencapai
132,0 cm dan 13,81 mm. Adapun dosis SP36 25 gram/lubang tanam memberikan
pertumbuhan terbaik dengan pertambahan tinggi dan diameter 118,92 cm dan
11,87 mm. Sedangkan data respon aplikasi pupuk lanjutan baru data awal
pengukuran. Aplikasi cover crop baru mulai perapihan jalur dan penyediaan benih
Calopogonium mucunoides (CM) dan Pueraria javanica (PJ) yang akan ditanam
sebagai cover crop pada lahan seluas 1 hektar.
d. Pemeliharaan Plot Ujicoba Kayu bawang
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tegakan kayu bawang
pada tahun 2011 meliputi penyulaman, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan
pembuatan sekat bakar.
E. Kesimpulan
1. Kayu bawang merupakan salah satu jenis tanaman unggulan di Provinsi
Bengkulu yang dapat dijumpai hampir di seluruh kabupaten. Dari beberapa
kabupaten di Prov. Bengkulu, pohon induk kayu bawang sebagai sumber benih
banyak dijumpai di Kab. Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.
2. Hasil simulasi transportasi bibit menunjukkan bahwa periode simpan terpendek
yaitu 4 hari dengan bahan pengisi menggunakan tissue basah yang dibalut
popok bayi (pampers) merupakan perlakuan terbaik pada kegiatan simulasi
transportasi bibit kayu bawang.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 15


3. Pada skala pembibitan aplikasi pupuk green farm, cuka kayu, limbah sawit
memberikan respon baik terhadap pertumbuhan bibit kayu bawang asal benih,
dan aplikasi pupuk guano dan green farm mampu memacu pertumbuhan bibit
kayu bawang asal benih.
4. Pada skala lapangan, dosis green farm 200 gram/lubang tanam merupakan
dosis yang efektif dan efisien dalam memacu pertumbuhan kayu bawang,
sedangkan dosis SP36 25 gram/lubang tanam memberikan respon terbaik
terhadap pertumbuhan kayu bawang.
5. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selain aplikasi pupuk lanjutan yaitu
penyulaman, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pembuatan sekat bakar.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 16


Foto Kegiatan

Gambar 1. Kegiatan penataan anakan Gambar 2. Anakan kayu bawang


untuk simulasi transportasi bibit asal yang diperoleh dari lapangan
anakan alam

Gambar 3. Aplikasi pupuk pada Gambar 4. Pengukuran bibit di


bibit di persemaian persemaian

Gambar 5. Tegakan kayu bawang Gambar 6. Pengukuran kayu


di KHDTK Kemampo bawang

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 17


Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil
Kayu Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc.
Judul Kegiatan : Budidaya Jenis Sungkai
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Sahwalita, S.Hut., MP
Maliyana Ulfa. S.P, M.Sc
Joni Muara
Maman Suparman

Abstrak
Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk menjaga hutan tetap lestari
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sungkai (Peronema canescens
Jack.) merupakan salah satu jenis tanaman lokal yang potensial dan ekonomis
untuk dikembangkan sebagai pengisi hutan tanaman kayu pertukangan yang
dapat ditanam dengan pola monokultur dan campuran (agroforestri). Namun,
produktivitas sungkai masih rendah dan luasnya relatif terbatas. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh teknik silvikultur intensif dalam rangka
peningkatan produktivitas kayu pertukangan jenis sungkai. Sedangkan sasaran
yang ingin dicapai tersediaanya data dan informasi teknik silvikultur serta
terpeliharanya plot percobaan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011
meliputi aspek silvikultur dan aspek pemanfaatan mikoriza tanah. Kegiatan yang
dilakukan meliputi: survei sebaran populasi (inventarisasi dan identifikasi);
teknik pembibitan (ukuran dan jumlah nodus); teknik perlakuan silvikultur (pupuk
lanjutan, pemulsaan, pemakaian cover crop); perbanyakan mikoriza indigenous
(uji efektivitas mikoriza produksi massal). Metodologi yang digunakan meliputi
pengumpulan data primer dan sekunder, percobaan lapangan (experiment),
percobaan laboratorium. Analisis data dilakukan dengan tabulasi. Hasil yang
diperoleh adalah pohon induk sebanyak 34, pertumbuhan terbaik pada pangkasan
dengan tinggi 50cm, pertumbuhan awal tanaman sungkai pada umur 1 tahun
sesuai perlakuan pupuk dasar yaitu pupuk tunggal (super phosfat) yang terbaik
125gr/tnm (SP6) dan pupuk majemuk lengkap lambat urai yang terbaik adalah
200gr/tnm (GF3, mulsa dengan pertumbuhan terbaik adalah plastik hitam (M2),
Pueraria javanica dan tanah merupakan tanaman inang dan media perbanyakan
yang efektif untuk memproduksi spora fungi mikoriza arbuskular, Centrosema
pubescens dan zeolit merupakan tanaman inang dan media perbanyakan yang
efektif untuk infeksi fungi mikoriza arbuskular, tanaman sungkai bermikoriza di
lapangan memiliki pertumbuhan bervariasi.
Kata kunci : sungkai, peningkatan produktivitas, teknik silvikultur, mikoriza.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 18


A. Latar Belakang
Restra Badan Litbang dibuat mengacu program kementerian kehutanan,
sehingga diharapkan mempunyai peran yang strategis untuk menjawab tantangan
dan permasalahan sektor kehutanan ke depan. Agenda riset yang dirancang lebih
terarah, terintegrasi dan selaras dengan kebutuhan pengguna serta mampu
menjawab tantangan dan permasalahan serta berpegang pada roadmap badan
Litbang Kehutanan 2010-2025 (Kep. Kabadan Litbang, 2010). Pelaksanaan
penelitian yang terarah dan terintegrasi dibangun melalui Rencana Penelitian
Intergratif (RPI) sesuai dengan bidang masing-masing, salah satunya adalah RPI
kayu pertukangan dengan salah satu jenis unggulannya adalah Sungkai (Peronema
canescens Jack.).
Tantangan utama dalam pembangunan hutan tanaman adalah peningkatan
produktivitas dan peningkatan nilai ekonomi kehutanan (Roadmap Badan Litbang
Kehutanan, 2010). Target akhir peningkatan produktivitas hutan tanaman
khususnya penghasil kayu pertukangan untuk jenis sungkai daur menengah adalah
30 m3/ha/tahun, namun target RPI tersebut perlu dikaji kembali mengingat saat ini
produktivitas kayu sungkai baru mencapai 10-12 m3/ha/tahun dan peningkatan
riap melebihi 100% sulit untuk dicapai. Walaupun demikian, upaya peningkatan
produktivitas dan nilai ekonomi hutan tanaman terus dilakukan dengan program
riset terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmumelalui silvikultur intensif
secara bertahap.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan penelitian Budidaya Jenis Sungkai yang dilaksanakan
pada tahun 2011 adalah untuk memperoleh teknik silvikultur intensif tanaman
penghasil kayu pertukangan jenis sungkai dalam rangka untuk meningkatkan
produktivitas.
C. Luaran
Luaran kegiatan penelitian Budidaya Jenis Sungkai tahun 2011 adalah :
1. Data dan informasi inventarisasi dan identifikasi sumber bahan perbanyakan
persyaratan tumbuh jenis sungkai di Provinsi Riau.
2. Teknik pembibitan tanaman sungkai di persemaian
3. Teknik pemupukan tanaman sungkai di lapangan
4. Teknik pemulsaan dan cover crop tanaman sungkai di lapangan
5. Isolat biakan hasil eksplorasi jamur mikorisa arbuskular indigenous dibawah
tegakan.
6. Data/informasi mengenai mengenai efektivitas tanaman inang dan media
perbanyakan.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 19


D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian survei sebaran dan persyaratan tumbuh jenis sungkai
dilaksanakan di Provinsi Riau. Kegiatan penelitian teknik pembibitan dan
persemaian dilaksanakan serta teknik silvikultur di lapangan dilaksanakan di
KHDTK Kemampo. Analisis kimia tanah dilaksanakan di Fakultas Ilmu Tanah
Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Bahan dan Alat


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah bor tanah, kantong
plastik, label kertas, sprayer, mistar, kaliper, higrometer, gunting stek, sungkup
bibit, timbangan, GPS, cangkul dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang
diperlukan adalah bibit sungkai, pupuk, polybag, tanah top soil, herbisida, sampel
tanah tegakan sungkai dan sampel tanaman.

3. Prosedur Kerja
a. Survei Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Sungkai
Studi persyaratan tumbuh jenis sungkai dilakukan secara langsung di
lapangan dan secara tidak langsung dengan mengumpulkan data sekunder.
Parameter kualitas tapak (tempat tumbuh) yang diukur/diamati terdiri dari 21
karakteristik tapak yang dikelompokkan dalam 9 kualitas tapak (CSR dan FAO,
1983)

b. Pembibitan tanaman sungkai di persemaian


Tabel 1. Metodologi kegiatan penelitian pembibitan sungkai tahun 2011

No Kegiatan penelitian Metodologi


1 Ukuran Diameter Stek - Setek dipilih berdasarkan ukuran diameter setek yaitu :
1-1,5 cm; 1.6-2 cm; 2,1-2,5 cm; 2,6-3 cm; > 3 cm.
- Rancangan penelitian adalah RAK, 3 ulangan dan 20
setek setiap taraf perlakuan
1.2 Jumlah Nodus - Setek dipilih berdasarkan jumlah nodus yaitu : 2 nodus,
1 nodus, 2 nodus dibelah, 1 nodus dibelah
- Rancangan penelitian adalah RAK dan 3 ulangan

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 20


c. Penelitian penanaman sungkai di lapangan

Tabel 2. Metodologi penelitian penanaman sungkai tahun 2011


No Kegiatan penelitian Metodologi

1 2 3
1. Aplikasi pupuk pupuk - Pupuk lanjutan yang digunakan adalah 4 jenis (SP36, NPK,
lanjutan Green Farm dan Suburin)
- NP1 = NPK 50 gr - GF1 = Green Farm 200 gr
- NP2 = NPK 100gr - GF2 = Green Farm 400gr
- NP3 = NPK 150 gr - GF3 = Green Farm 600 gr
- SP1 = SP36 50 gr - SB1 = Suburin 50 gr
- SP2 = SP36 100gr - SB2 = Suburin 100 gr
- SP3 = SP36 150 gr - SB3 = Suburin 150 gr
- Rancangan yang digunakan adalah RAK, 3 blok dan 25
tanaman setiap taraf perlakuan
2. Uji pemakaian mulsa - Mulsa yang digunakan terdiri 4 jenis, perlakuan :
- M0 = Tanpa mulsa
- M1 = Plastik putih
- M2 = Plastik hitam
- M3 = Paranet
- M4 = Kayu + serasah
- RAK, 3 blok dan 20 tanaman setiap taraf perlakuan
3. Uji pemakaian cover crop - Cover crop yang digunakan 2 jenis yaitu CM dan PJ,
dengan perbandingan CM : PJ : SP 36 = 3kg : 2 kg : 1 kg.
- Perlakuan :
C0 = Tanpa Cover crop - C1 = Penggunaan Cover crop

d. Pembuatan Bank Isolat dan Pembiakan Massal Hasil Eksplorasi Jamur


Mikorisa Arbuskular Indigenous di Bawah Tegakan Sungkai
Spora jamur mikorisa arbuskular diperoleh dengan cara ekstraksi 100 gram
sampel tanah dan perakaran, menggunakan metode wet-sieving dari Gerdemann
dan Nicolson (1963) dan menggunakan metode teknik sentrifugasi (Brundertt et
al., 1996) yang dimodifikasi. Spora kemudian diidentifikasi berdasarkan bentuk,
struktur tambahan dan reaksinya terhadap larutan Melzer’s (Trappe dan Schenck,
1982), untuk kemudian dilakukan perhitungan spora menurut hasil identifikasi
tersebut. Spora yang sejenis dikumpulkan pada gelas jam, dan selanjutnya
digunakan untuk pembiakan menggunakan metode kultur pot.

e. Uji Efektivitas Tanaman Inang dan Media Perbanyakan Untuk


Meningkatkan Sporulasi Jamur Mikoriza Arbuskular Indigenous di Bawah
Tegakan Sungkai (Laboratorium dan Persemaian)
Dalam rangka untuk mengetahui tanaman inang dan media perbanyakan
yang sesuai untuk pembiakan jamur mikoriza arbuskular indigenous, maka akan
dilakukan penelitian menggunakan metode kultur pot mengenai hal tersebut
dengan menggunakan 3 jenis tanaman inang dan 3 media perbanyakan. Tiga jenis
tanaman inang yang akan digunakan adalah sorgum, Pueraria javanica dan jenis

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 21


rumput-rumputan. Media perbanyakan yang akan diuji adalah tanah ultisol, pasir,
dan zeolit. Spora yang akan diuji berasal dari jamur mikoriza arbuskular
indigenous yang telah ditemukan, yang berasal dari 1 (satu) lokasi. Pemilihan
spora berdasarkan jenis spora yang mendominasi dan dalam jumlah yang banyak.
Pemeliharan biakan akan dilaksanakan dengan penyiraman secara teratur
dan pengaturan pencahayaan yang cukup. Setelah 3 bulan masa pembiakan, maka
akan dilakukan pengukuran dan pengamatan pertumbuhan beberapa variabel,
seperti kolonisasi, persentase akar terinfeksi, panjang akar, dan berat akar segar.
f. Penelitian penanaman sungkai bermikoriza di lapangan
Kegiatan meliputi pemeliharaan, pengamatan dan pengukuran persentase
hidup tanaman, pertumbuhan tinggi dan diameter, serta jika memungkinkan
dilakukan pengambilan sampel akar untuk diamati perkembangan infeksi jamur
mikoriza arbuskular skala lapangan.

E. Hasil Yang Telah Dicapai


Pada tahun 2010 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Jumlah pohon induk yang dapat dijadikan sumber materi stek adalah 117
pohon yang tersebar di 4 (empat) Kabupaten, yaitu : Musi Banyuasin, Muara
Enim, Sarolangun dan Bungo.
2. Pemupukan di persemaian dengan pupuk akar memberikan pertumbuhan
terbaik adalah menggunakan pupuk majemuk lengkap lambat urai sebanyak
2gr/polybag. Pemupukan melalui daun adalah menggunakan pupuk majemuk
dengan konsentrasi 6gram/liter dan frekuensi pemberian setiap 2 minggu.
3. Persen kecambah benih sungkai dari KHDTK Benakat (13,25%) lebih tinggi
dibandingkan penelitian sebelumnya, tetapi masih dapat ditingkatkan dengan
perlakuan awal sebelum proses penaburan.
4. Penyapihan kecambah sungkai sebaiknya pada waktu berdaun 4 (empat)
pasang dengan persen hidup: 97% dan pertambahan tinggi 22,41 cm.
5. Dibangun kebun koleksi klon seluas 0,4 Ha dengan jumlah sebanyak 1.589
tanaman, sebagai materi uji klon pada tahun 2012.
6. Dibangun plot uji silvikultur jenis sungkai seluas 2,6 Ha dengan jumlah
sebanyak 2.761 pohon.
7. Perlakuan jamur mikoriza arbuskular Acaulospora sp. mampu meningkatkan
diameter terbaik pada sungkai umur 3 bulan di persemaian.
8. Perlakuan pemupukan NPK dosis 1 gram, baik dengan perlakuan inokulasi
Mycofer dan Glomus manihotis mampu meningkatkan tinggi terbaik pada
sungkai umur 3 bulan di persemaian.
9. Ditemukan 2 (dua) jenis jamur mikoriza arbuskular di bawah tegakan Sungkai,
yaitu Glomus sp. dan Acaulospora sp.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 22


Hasil tahun 2011
1. Inventarisasi dan identifikasi pohon induk dan pengambilan materi
Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Riau yang meliputi 3 kabupaten yaitu:
Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singigi (Kuansing) dan Kabupaten
Indragiri Hulu (INHU). Pada kegiatan ini diperoleh hasil sebanyak 34 pohon
induk dan materi vegetatif sebagai bahan kebun koleksi klon.

2. Teknik pembibitan tanaman sungkai di persemaian


a). Uji jumlah nodus dan diameter stek
Penelitian belum memperoleh hasil yang optimal karena perubahan musim
yang sulit diprediksi. Pada tahun ini musim kemarau lebih panjang dan suhu yang
sangat tinggi serta tiupan angin kencang, hal ini menimbulkan gangguan pada
pertumbuhan bibit dan menyebabkan kematian. Hasil pengukuran pertumbuhan
bibit belum dapat dipakai sebagai hasil penelitian. Untuk memperoleh hasil yang
akurat, maka penelitian diulang kembali pada bulan Desember 2011.
b). Uji tinggi pangkasan di kebun koleksi klon
Penelitian uji tinggi pangkasan dilakukan pada 2 (dua) periode yaitu pada
musim kemarau dan musim penghujan. Tahap pertama penelitian dilakukan pada
musim kemarau yaitu bulan Juni 2011.
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tunas pada perlakuan pemangkasan
Perlakuan Tinggi (cm) Diameter (mm) Jumlah Tunas
T1 42,20 9,77 7
T2 49,85 11,19 10
T3 44,77 11,20 10
T4 48,38 12,38 12
T5 49,33 12,39 12

3. Teknik pemupukan di persemain dan pemulsaan tanaman sungkai di


lapangan
a). Uji penggunaan mulsa
Uji mulsa dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman sungkai. Rata-rata hasil pengukuran dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan dan persen hidup tanaman sungkai
Perlakuan Diameter (mm) Tinggi (cm) % Hidup
M0 33.74 150.60 88.33
M1 34.53 145.17 90
M2 36.23 144.80 91.67
M3 30.81 123.92 80
M4 34.40 147.03 85

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 23


b). Uji pupuk dasar
Pertumbuhan tanaman hasil uji pupuk dasar yang dilakukan pada saat
penanaman, sampai umur 1 (satu) tahun dapat lilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata pertumbuhan sungkai dengan pupuk dasar tunggal (SP)


Diameter
Perlakuan Tinggi (cm) %Hidup
(mm)
SP1 139.54 32.12 73.33
SP2 137.97 31.64 77.33
SP3 104.00 30.58 72.00
SP4 125.49 27.90 78.67
SP5 124.32 29.34 77.33
SP6 155.95 37.03 82.67
GF1 109.70 31.18 74.00
GF2 145.58 34.11 92.00
GF3 161.54 38.13 90.00
GF4 125.54 27.75 74.00
GF5 119.24 26.90 70.00
GF6 173.14 37.49 82.00
3) Uji pupuk lanjutan
Perlakuan pupuk lanjutan dilakukan pada awal bulan Desember 2011.

4. Aspek mikoriza
a. Jumlah spora hasil isolasi dan identifikasi
Tabel 6. Jumlah spora hasil isolasi dan identifikasi berdasarkan jenisnya
No Jenis Spora Jumlah
1. Glomus 118
2. Acaulospora 54
3. Entrophospora 12
4. Scutelospora 23
5. Gigaspora 2

b. Rata-rata Jumlah Spora dan Persentase Infeksi


Hal ini menunjukkan adanya perbedaan persentase infeksi yang dihasilkan,
Pueraria javanica pada media tanah memiliki persentase infeksi yang paling
rendah dan sangat berbeda dibandingkan dengan tanaman inang pada media
perbanyakan yang lainnya, sedangkan Centrosema pubescens pada media zeolit
memiliki persentase infeksi yang paling tinggi yaitu 100%. Tabel 7. Rata-rata
jumlah spora dan persentase infeksi.

c. Hasil infeksi pada masing-masing tanaman inang dan media perbanyakan.


Centrosema pubescens pada media tanah menghasilkan infeksi berupa
vesikel sedangkan Centrosema pubescens pada media pasir dan pada media zeolit

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 24


menghasilkan infeksi berupa vesikel dan hifa. Pueraria javanica pada media
tanah dan pada media zeolit menghasilkan infeksi berupa vesikel dan hifa
sedangkan Pueraria javanica pada media pasir menghasilkan infeksi berupa
vesikel, hifa dan arbuskular. Zea mays pada media tanah menghasilkan infeksi
berupa hifa saja sedangkan Zea mays pada media pasir menghsilkan infeksi
berupa vesikel dan Zea mays pada media zeolit menghasilkan infeksi berupa
vesikel, hifa dan arbuskular.

d. Analisis Media Perbanyakan


Hasil analisis pada media tanah, pasir dan zeolit memiliki kandungan
unsur sama-sama tergolong sangat rendah sampai rendah, dengan pHsangat
masam-masam dan KTK Rendah sampai sedang.

e.Biomassa Tanaman Inang


Nilai rasio pucuk akar tertinggi terdapat pada Pueraria javanica dengan
media zeolit dan pasir yaitu 3. Nilai rasio pucuk akar terendah terlihat pada Zea
mays dengan media pasir yaitu 0,4 yang ditunjukkan dengan berat kering akar
lebih besar dibandingkan berat kering pucuk.

f. Pertumbuhan tanaman di lapangan


Pertumbuhan sungkai bermikoriza di KHDTK Kemampo menunjukan
rata-rata nilai diameter, tinggi dan persen hidup tertinggi berturut-turut yaitu:
Acaulospora sp (M1): 21,64 mm, Mycofer (M2): 102,33 cm dan Mycofer (M2):
90,38%.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada kegiatan penelitian tahun 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Diperoleh pohon induk di Provinsi Riau yang meliputi 3 kabupaten yaitu:
Kampar, Kuantan Singgigi dan Indragiri Hulu sebanyak 34 pohon dan telah
diambel sumber materi steknya
2. Dilakukan penambahan koleksi pada kebun koleksi klon sebanyak 400 batang.
3. Pelaksanaan pemangkasan pada musim kemarau setelah 5 bulan diperoleh
hasil pertumbuhan terbaik adalah tinggi pangkasan 50cm, dengan tinggi tunas
49,33cm, diameter 12,387mm dan jumlah tunas 11,75.
4. Perumbuhan awal tanaman sungkai pada umur 1 tahun sesuai perlakuan pupuk
dasar yaitu Pupuk tunggal (super phosfat) yang terbaik 125gr/tnm (SP6)
dengan pertumbuhan tinggi 155,95cm dan diameter 37,03mm serta persen
hidup 82,67% dan pupuk majemuk lengkap lambat urai yang terbaik adalah
200gr/tnm (GF3) dengan pertumbuhan tinggi 161,54cm.
5. Mulsa yang memberikan pertumbuhan terbaik adalah adalah plastik hitam
(M2) dengan pertumbuhan diameter 36,23cm, tinggi 144,80cm dan persen
hidup 91,67%

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 25


6. Akibat pengaruh musim kemarau yang panjang ada beberapa kegiatan
penelitian yang perlu diulang (perlakuan diameter dan nodus stek di
persemaian) dan ditunda pelaksanaannya (penanaman cover crop).
7. Pueraria javanica dan tanah merupakan tanaman inang dan media
perbanyakan yang efektif untuk memproduksi spora fungi mikoriza
arbuskular.
8. Centrosema pubescens dan zeolit merupakan tanaman inang dan media
perbanyakan yang efektif untuk infeksi fungi mikoriza arbuskular.
9. Ciri-ciri akar yang terinfeksi yaitu ditemukannya vesikel, hifa dan arbuskul
atau salah satunya.
10. Pada tanaman sungkai di lapangan pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan
bervariasi, sehingga perlu kehati-hatian dalam pengunaan mikoriza tersebut.

2. Saran
Perlunya kelanjutan penelitian ini untuk memperoleh data yang terintegrasi
dalam mendukung peningkatan produktifitas tegakan sungkai sebagai hutan
tanaman.

Foto Kegiatan :

(a) (b) (a) (b)


Gambar 1. Contoh pohon induk (a), Gambar 2. Tanaman dipangkas (a),
sungkai di Hutan Rakyat (b) Pertumbuhan tunas pasca pemangkasan (b).

(a) (b) (a) (b)

(a) (b) (a) (b)


Gambar 3. Mulsa diawal pertumbuhan Gambar 4. Kondisi awal tanaman (a),
(a), Mulsa setelah umur 10 bulan (b) tanaman berumur 1 tahun (b)

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 26


Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil
Kayu Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc.
Judul Kegiatan : Teknik Budidaya Gelam
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Ir. Bastoni
Johan Tampubolon
Sairun
Marsuan

Abstrak
Gelam (Melaleuca leucadendron L.) adalah salah satu jenis pohon andalan yang
sudah lama dan telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di
Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera Selatan. Selain memiliki penyebaran
yang luas pada lahan basah (rawa gambut), kayu gelam juga mempunyai
beragam kegunaan, telah menjadi sumber matapencaharian dan pendapatan
masyarakat. Perubahan pemanfaatan kayu gelam dari kelas kayu batangan
menjadi kayu gergajian menunjukkan bahwa gelam merupakan jenis kayu
pertukangan yang prospektif untuk pengembangan di masa mendatang. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi peningkatan produktivitas
permudaan buatan dan permudaan alam gelam. Metodologi yang digunakan
percobaan lapangan serta uji statistik. Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiri
dari pembuatan plot permudaan buatan dan plot permudaan alam gelam,
pengamatan dan pengumpulan data pertumbuhan permudaan buatan dan
permudaan alam.
Kata kunci: gelam, manipulasi lingkungan, permudaan buatan, permudaan alam,
penjarangan, pemupukan

A. Latar Belakang
Hutan produksi lahan basah dikenal memiliki beragam jenis pohon
penghasil kayu pertukangan, salah satunya adalah gelam. Gelam (Melaleuca
leucadendron L.) adalah jenis pohon andalan lahan basah yang mempunyai
beberapa keunggulan komparatif, yaitu: (1) jenis yang paling adaptif pada lahan
rawa sulfat masam dan genangan dalam, (2) jenis yang dapat dikelola melalui 2
cara, yaitu permudaan alam dan permudaan buatan, (3) jenis yang memiliki
multifungsi sebagai penghasil kayu pertukangan dan kayu energi. Gelam sudah
lama dan telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di Indonesia,
termasuk di wilayah Sumatera Selatan. Selain memiliki penyebaran yang luas
pada lahan basah (rawa gambut), kayu gelam juga mempunyai beragam kegunaan,
sudah lama menjadi sumber matapencaharian dan pendapatan masyarakat.
Perubahan pemanfaatan kayu gelam dari kelas kayu batangan menjadi kayu

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 27


gergajian menunjukkan bahwa gelam merupakan jenis kayu pertukangan yang
prospektif untuk pengembangan di masa mendatang.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang akan dicapai adalah diperolehnya data dan informasi awal
pengaruh sumber asal benih bibit yang digunakan, perlakuan pemupukan,
pembebasan dan penjarangan terhadap pertumbuhan permudaan buatan dan
permudaan alam gelam. Sedangkan sasaran penelitian adalah:
1. Tersedianya plot percobaan, data dan informasi permudaan buatan gelam.
2. Tersedianya plot percobaan, data dan informasi permudaan alam gelam.

C. Metode Penelitian
1. Pembuatan Plot Percobaan Permudaan Buatan
Kegaiatannya terdiri dari (1) pembuatan plot, (2) penyiapan lahan dan
penanaman, (3) pengamatan pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman gelam.
Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok Petak Terbagi. Petak Utama adalah periode pemupukan NPK,
terdiri dari 3 taraf: 1 kali per tahun, 2 kali per tahun, dan 3 kali per tahun. Setiap
kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Dosis pupuk yang diberikan adalah
10 gram NPK/batang per periode pemupukan. Anak petak adalah bibit yang
berasal dari 3 lokasi, yaitu: daerah Sungsang, Banyuasin; daerah Sungai Lilin,
Musi Banyuasin dan daerah Sekayu, Musi Banyuasin. Plot percobaan dibuat pada
lahan seluas 1 hektar dan disusun dalam 3 kelompok, masing-masing pada lahan
yang memiliki genangan dangkal (< 25 cm), genangan sedang (25 – 50 cm) dan
genangan dalam (> 50 cm).

2. Pembuatan Plot Percobaan Permudaan Alam


Plot dibuat pada permudaan alam gelam seumur (satu kelas diameter)
dengan kondisi baik, lokasi plot aman dari kebakaran dan bebas dari perubahan
penggunaan lahan. Ukuran plot perlakuan 20 m x 20 m. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak utama
(main plot) adalah perlakuan penjarangan (thinning), terdiri dari 4 taraf, yaitu:
kontrol, intensitas penjarangan 25%, 50% dan 75% dari tegakan tinggal per
tahun. Anak petak (sub plot) adalah perlakuan pembebasan, terdiri dari 3 taraf,
yaitu: kontrol, pembebasan manual 2 kali per tahun, pembebasan kimia 2 kali per
tahun. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

D. Hasil yang Telah Dicapai (2010 – 2011)


1. Data dan informasi sebaran gelam (Melaleuca leucadendron)
Sebaran alam gelam terdapat pada seluruh tipologi lahan rawa yang terdapat
di Sumatera Selatan, mulai dari lahan rawa non pasang surut (rawa lebak / rawa
banjiran), lahan rawa pasang surut (lahan rawa sulfat masam aktual dan potensial
tipe luapan A, B, C dan D), dan lahan rawa gambut (gambut dangkal, sedang, dan

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 28


dalam). Kondisi tegakan hutan alam gelam saat ini adalah hutan alam gelam yang
telah dieksploitasi oleh masyarakat dengan memilih gelam berukuran besar (> 10
cm) dan menyisakan gelam berukuran kecil (< 10 cm). Sebagian besar habitat
gelam saat ini sudah dikonversi untuk perkebunan kelapa sawit.
2. Pembibitan Gelam dari Cabutan Anakan Alam dan Kecambah Benih
Perlakuan tinggi cabutan anakan alam gelam dan perlakuan pemupukan
NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit gelam.
Pertambahan tinggi dan diameter bibit gelam terbaik diperoleh dari cabutan
anakan alam dengan tinggi < 10 cm, yaitu pertambahan tinggi 18,01 cm/3 bulan
dan pertambahan diameter 0,07 cm/3 bulan. Sedangkan untuk perlakuan
pemupukan NPK, pertambahan tinggi dan diameter bibit gelam terbaik diperoleh
pada taraf dosis NPK 7,5 gram/bibit, yaitu untuk pertambahan tinggi 16,84 cm/3
bulan dan untuk pertambahan diameter 0,08 cm/3 bulan.
Perlakuan sumber asal benih berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan tinggi dan diameter bibit gelam. Sedangkan perlakuan pemupukan
NPK berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit
gelam asal kecambah benih. Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit gelam terbaik
diperoleh pada perlakuan pemupukan NPK dengan dosis 5 gram/bibit, yaitu
tinggi 54,14 cm dan diameter 0,30 cm pada umur 3 bulan setelah sapih. Secara
umum pertumbuhan bibit gelam asal kecambah benih lebih baik dibandingkan
dengan pertumbuhan bibit gelam asal cabutan anakan alam.
3. Permudaan Buatan Gelam
Plot ujicoba seluas 1 hektar untuk permudaan buatan gelam pada genangan
air dangkal (< 25 cm), sedang (25 – 50 cm) dan dalam (> 50 cm), dan perlakuan
frekuensi pemupukan tahun pertama 1, 2 dan 3 kali per tahun dosis 10 gram/
batang/pemupukan. Rata-rata tinggi, diameter, dan persen hidup permudaan
buatan gelam 2 bulan setelah tanam berturut-turut 81,71 cm, 0,42 cm dan
95,47%. Daya hidup permudaan buatan gelam tertinggi diperoleh pada genangan
air sedang sebesar 98,15%.
4. Permudaan Alam Gelam
Plot ujicoba seluas 3 hektar (1 ha pada lahan gambut dalam 6 m dan 2 ha
pada lahan rawa sulfat masam) untuk peningkatan riap permudaan alam gelam
dengan perlakuan penjarangan intensitas 0, 25, 50 dan 75%, perlakuan
pembebasan kimia dan manual, dan frekuensi pemupukan 0, 1, 2, 3 kali per tahun.
Data yang diperoleh tinggi dan diameter awal tanaman gelam. Lokasi di
Kabupaten Ogan Komering Ilir – Sumatera Selatan. Kerapatan tegakan
permudaan alam berkisar antara 10 -116 batang per plot atau 445 – 5.156 batang
per hektar. Hasil inventarisasi pada plot permudaan alam gelam diketahui rata-rata
tinggi 157,80 cm dan rata-rata diameter 1,34 cm. Riap (CAI) tahun pertama tinggi
54,3 cm/tahun dan diameter 0,8 cm/tahun.

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 29


E. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Gelam tersebar pada seluruh tipologi lahan rawa yang terdapat di Sumatera
Selatan.
2. Penampilan pertumbuhan bibit gelam yang berasal dari perkecambahan benih
lebih baik dibandingkan dengan penampilan pertumbuhan bibit gelam yang
berasal dari cabutan anakan alam.
3. Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi
dan diameter bibit gelam yang berasal dari benih dan dari cabutan anakan
alam.
4. Permudaan buatan gelam memiliki daya hidup yang lebih tinggi pada lahan
sulfat masam dengan genangan air sedang.
5. Permudaan alam gelam memiliki riap yang relatif lambat, riap tinggi < 1
m/tahun dan riap diameter < 1 cm/tahun.

Foto Kegiatan :

Gambar 1. Kecambah benih Gelam Gambar 2. Bibit Gelam asal benih

Gambar 3. Plot Percobaan Permudaan Gambar 4. Plot Percobaan Permudaan


Buatan Gelam alam Gelam

Aspek Manipulasi Lingkungan 2011 30

Anda mungkin juga menyukai