Anda di halaman 1dari 4

Kerajaan Majapahit [Kelas X SMA Kurikulum 2013] Setelah Singhasari jatuh,

berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, abad ke-14 - ke-15 M.
Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana
(Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang
saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang
penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam kitab
Pararaton sebagai hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya
diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol
tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang.
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan
Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya. Pada masa
pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh
sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit.

Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh puteranya Jayanegara. Jayanegara


dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi
itulah yang menyebabkan pembantu-pembantunya melakukan pemberontakan. Di antara
pemberontakan tersebut, yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti.
Pada saat itu, pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota negara. Jayanegara terpaksa
menyingkir ke Desa Badander di bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan
Gajah Mada. Gajah Mada kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkan
pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai patih Kahuripan (1319-
1321) dan patih Kediri (1322-1330).
Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi
yang sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa pemerintahan
Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan.
Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia
diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit
berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah
kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia
sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan
Negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah
Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-
citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan
Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan
laut yang sangat kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di
Nusantara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di
berbagai bidang.
Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.
Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian
selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
SUMPAH PALAPA
Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan
beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah
itu kemudian dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut : “Lamun huwus kalah
Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring
Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman isun amukti
palapa”. Artinya: “Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah kalah
Gurun seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
barulah saya akan beristirahat” Politik dan Pemerintahan Majapahit telah
mengembangkan sistem pemerintahan yang teratur. Raja memegang kekuasaan
tertinggi.
Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai badan atau pejabat
berikut.

1. Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja, terdiri atas Rakryan i
Hino, Rakryan i Sirikan, dan Rakryan I Halu.
2. Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi,
Rakryan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga dan Rakryan
Kanuruhan.

Kelima pejabat ini dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika. Di antara kelima pejabat
itu Rakryan Mapatih atau Patih Mangkubumi merupakan pejabat yang paling penting. Ia
menduduki  tempat sebagai perdana menteri. Bersama sama raja, ia menjalankan
kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu terdapat pula dewan pertimbangan yang disebut
dengan Batara Sapta Prabu.
Struktur tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiap daerah yang berada di bawah raja-
raja, dibuatkan pula struktur yang mirip. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa, dibentuklah badan peradilan yang disebut dengan Saptopapati. Selain
itu disusun pula kitab hukum oleh Gajah Mada yang disebut Kitab Kutaramanawa.
Gajah Mada memang seorang negarawan yang mumpuni. Ia memahami pemerintahan
strategi perang dan hukum.
Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan atau pejabat yang disebut
Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani
persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut.

1. Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu),


2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha.

Dalam menjalankan tugas, masing-masing Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat


keagamaan yang diberi sebutan Sang Pamegat. Kehidupan beragama di Majapahit
berkembang semarak. Pemeluk yang beragama Hindu maupun Buddha saling bersatu.
Pada masa itupun sudah dikenal semboyan Bhinneka Tunggal Ika, artinya, sekalipun
berbeda-beda baik Hindu maupun Buddha pada hakikatnya adalah satu jua. Kemudian
secara umum kita artikan berbeda-beda akhirnya satu jua Berkat kepemimpinan Hayam
Wuruk dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin.
Hal ini disebabkan pula karena kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya
sehingga semua perairan nasional dapat diawasi. Majapahit juga menjalin hubungan
dengan negaranegara/kerajaan lain. Hubungan dengan Negara Siam, Birma, Kamboja,
Anam, India, dan Cina berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan dengan
luar negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat.
Kehidupan Sosial Ekonomi
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan
tenteram. Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran
rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatanjembatan. Dengan
demikian lalu lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan
kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu lintas perdagangan yang paling
penting melalui sungai. Misalnya, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang berada di muara serta di tepi pantai,
berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan. Hal itu menyebabkan terjadinya arus
bolak-balik para pedagang yang menjajakan barang dagangannya dari daerah pantai
atau muara ke pedalaman atau sebaliknya.Bahkan di daerah pantai berkembang
perdagangan antar daerah, antar pulau, bahkan dengan pedagang dari luar.Kemudian
timbullah kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa kota
pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik,
Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India,
dan Siam.
Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan
kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke
daerahdaerah Indonesia Timur dan Malaka. Kegiatan pertanian juga dikembangkan.
Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini
maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul
di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah bahaya banjir.
Perkembangan Sastra dan Budaya
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya
sastra yang paling terkenal pada zaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab
ini ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan
di bidang sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab
lain yang penting adalah Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab
Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni
Bhinneka Tunggal Ika. Di samping itu, Empu Tantular juga menulis kitab
Arjunawiwaha.
Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat. Misalnya
Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi dan Surawana di
dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.
Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga
raja, setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur
kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan berakhir, Majapahit terus mengalami
kelemahan karena raja yang berkuasa tidak mampu lagi mengembalikan kejayaannya.
Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya Majapahit adalah semakin meluasnya
pengaruh Islam pada saat itu.
Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan runtuhnya kerajaan itu.
Pencapaian itu terus dipertahankan hingga masa perkembangan Islam di Jawa.
Peninggalan peradaban Majapahit juga dapat kita saksikan pada perkembangan lingkup
kebudayaan Bali pada saat ini. Kebudayaan yang masih dikembangkan hingga masa
Islam adalah cerita wayang yang berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan
Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana).
Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni
ukir sulur-suluran dan tanaman melata, senjata keris, lokasi keramat, dan masih banyak
lagi.[gs]

Anda mungkin juga menyukai