Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SATURIAH, S.Pd

OLEH :
RISKI ABZARY
818039
SEMESTER VI

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH BONE
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat
dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Rina Mandara Harahap., MM
selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas
Makalah ini.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu
pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Mikro.

Dalam penulisan makalah ini kami juga mengalami banyak kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu  yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Tonronge, 19 juni  2016

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB 1............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A.    Latar Belakang...................................................................................................1

B.     Rumusan Masalah.............................................................................................1

C.    Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Definisi Teori Nilai Guna Ordinal  dalam perspektif optimalisasi kepuasan.......3

B.  Asumsi/Asas Teori Nilai Guna Ordinal...............................................................3

C.    Definisi dan Contoh Kurva Indifference (kepuasan sama)................................4

D.  Garis Anggaran Pendapatan.................................................................................5

E.   Perubahan Anggaran Belanja sAkibat Perubahan Pendapatan dan Harga..........9

BAB III........................................................................................................................12

PENUTUP...................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................12

iii
B.  Saran...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang

Pada saat ini konsumen dalam menentukan pilihan untuk menggunakan anggaran
pendapatannya terkadang tidak lagi rasional. Dikarenakan tuntutan zaman yang
mengharuskan konsumen menjaga image mereka di depan khalayak umum. Hal ini
dapat menimbulkan suatu permasalah dikemudian hari dikarenakan konsumen tidak
bijak dalam mengalokasi pendapatan yang dia miliki sehingga akan timbul hutang,
perilaku konsumtive, perilaku criminal karena memikirkan membayar hutang dll.

Teori Nilai Guna Ordinal dapat mendeskripsikan kepada konsumen bagaimana


menggunakan anggaran pendapatan dengan bijak dan rasional. Dalam perhitungan
nilai guna ordinal akan dicantumkan alternative pilihan dua barang/lebih yang
konsumen dapat pilih. Perhitungan nilai guna ordinal menjadi penting karena dapat
mendeskripsikan pilihan mana yang rasional sesuai dengan anggaran yang
dibelanjakan untuk mendapatkan nilai kepuasan.

Pada makalah ini kami pemateri akan coba menjelaskan definisi teori nilai guna
ordinal, kurva kepuasan (utility) sama, kurva indifference (kepuasan sama), contoh
garis anggaran pengeluaran dan akibat perubahan pendapatan dan harga terhadap
pilihan konsumen dalam membelanjakan anggarannya sehingga tercapai nilai
kepuasan (utility).

Sehingga dapat sedikit menjawab permasalah yang sering ditemukan pada saat ini
yaitu konsumen kurang rasional dalam mengalokasikan anggaran pendapatannya
untuk memenuhi nilai kepuasan (utility).

   B.     Rumusan Masalah

1. Apa itu teori nilai guna ordinal

1
2.  Bagaimana analisis kurva kepuasan sama

3.  Apa itu kurva kepuasan sama

4.   Bagaimana contoh garis anggaran pengeluaran

5.   Akibat perubahan pendapatan dan harga

   C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk Menjelaskan teori nilai guna ordinal

2.      Untuk Menjelaskan analisis kurva kepuasan sama

3.      Untuk Menjelaskan kurva kepuasan sama

4.      Untuk Menjelaskan bentuk garis anggaran pengeluaran

5.      Untuk Menjelaskan dan menguraikan akibat perubahan pendapatan dan harg

2
BAB II

PEMBAHASAN

   A. Definisi Teori Nilai Guna Ordinal  dalam perspektif optimalisasi kepuasan

Teori nilai guna ordinal (TNGO) dengan kurva indifference mencoba menjawab apa
yang menjadi keraguan pada teori nilai guna kardinal, yaitu mengukur kepuasan.
Kalau dalam teori nilai guna kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu barang
penilaiannya bersifat subjektif (tergantung siapa yang menilai), yang tentu saja setiap
orang memiliki penilaian yang berbeda, maka dalam teori nilai guna ordinal tingkat
kepuasan diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu, misalnya rendah, sedang dan
tinggi, dengan demikian setiap kepuasan yang diperoleh terukur.

Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva indifference
(tak beda) dalam menganalisa tingkat kepuasan masing-masing individu sehubungan
dengan mengkonsumsi dua macam barang dalam rangka memaksimumkan
kepuasannya. Kurva indifference diajukan oleh hikcks dan allen ( sehingga terkadang
penganut teori ini disebut sebagai hikcksan).

B.  Asumsi/Asas Teori Nilai Guna Ordinal

Sebelum dilanjutkan membahas teori ini maka perlu dikemukakan beberapa


asumsi/asas yang mendasari teori nilai guna ordinal yaitu :

1. Rasionalitas, dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau


akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya (bila konsumen
bisa mencapai A yang lebih besar dari B maka konsumen itu akan mengambil A)

2.  Konveksitas, yaitu garis kurva indifference haruslah kontinyu (tidak terputus-


putus) dan cembung atau cekung dari titik temu sumbu x dan Y (titik origin)

3.   Nilai guna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi

3
4.Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik dari
beberapa pilihan (bila A>B dan B>C, maka konsumen akan memilih A).

5. Berdasarkan asas/asumsi ke 4, maka kurva indifference tidak boleh bersinggungan


atau saling berpotongan.

C.    Definisi dan Contoh Kurva Indifference (kepuasan sama)

Yang dimaksud dengan kurva indifference adalah kurva yang menggambarkan


kombinasi dua macam input untuk menghasilkan output yang sama (yaitu kepuasan)

Yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang kurva indifference
yang pertama (KI1) misalkan, tingkat kepuasan konsumen adalah sama dimana saja
(A, B atau C), hanya membedakannya adalah anggaran untuk mencapai  kepuasan
pada titik A tentu vn berbeda dengan di titik C. Sehingga konsumen harus cukup puas
bila ternyata ia hanya mampu pada titik B misalkan. Demikian juga untuk KI2,
anatara titik D dan F kepuasan adalah sama akan tetapi besaranya kepuasan antara
KI1 dan KI2 tentu saja tidak sama, karena lebih tinggi dan anggarannya pun lebih
besar. Dengan demikian berdasarkan kurva indifference K/4 > KI3 > KI2 > KI1

KI1 = A = B = C

KI2 = D = E = F

A<D<G<H

Teori Nilai Guna Ordinal menilai kepuasan atas konsumsi 2 macam barang di mana
kombinasi antara 2 macam barang tersebut bisa Homogen berderajat 1 (misalnya U =
X  . . . . . ), bisa juga homogen berderajat lebih dari 1 tapi setara (misalnya U = X . . . .
.  . ), dan lain sebagainya. Yang pasti kedua macam barang haruslah dikonsumsi
dengan cara mengkonmbinasi barang tersebut agar kepuasannya bisa mencapai titik
optimum tertinggi (maksimum). Mengapa barang harus dikombinasikan? Tujuannya
adalah konsumen dalam mengkonsumsi akan diberikan berbagai macam pilihan, dari

4
pilihan itu konsumen akan dengan mudh menentukan konsumsi mana yang
memberikan kepuasan tertinggi sehubungan dengan anggarannya.

Dengan demikian bila misalkan daya beli dinyatakan dengan B = budget (anggaran),
harga barang X dan Y dinyatakan dengan masing – masing sebagai Px dan Py, maka
total barang yang dapat dibeli dengan anggarannya adalah : B = PxX + PyY, nilai
kepuasan total dinyatakan sebagai kombinasi dasar yaitu U = X, Y, bila konsumen
memiliki referensi nilai kepuasan yang akan diapai maka yang menjadi kendalanya
adalah menentukan besaranya anggaran yang harus dimiliki. Sebaliknya bila
konsumen telah memiliki anggaran maka yang menjadi tujuannya adalah menentukan
berapa besaranya kepuasan yang bisa dicapai. Secara matematis untuk menentukan
nilai X, Y atau B untuk tujuan optimalisasi konsumsi formula sederhannya adalah
sebagai berikut :

Dimana MU (x) marginal rate of subsititution atau sering disebut sebagai MRS, yaitu
angka pengganti tambahan X dan Y atau sebaliknya. Maksudnya konsumsi atas
kombinasi 2 macam barang tersebut akan selalu optimum bila setiap perubahan utiliti
X akan menyebabkan terjadinya perubahan utiliti Y nilai sama dengan besarnya harga
barang X dibagi dengan harga barang Y. Oleh karena itu di batasi anggaran, Maka
MRS ini bersifat trade off yaitu seetiap penambahan X akan mengurangi Y tetapi
tidak merubah nilai utiliti sepanjang harga barang X, harga barang Y dan anggaran
tetap.

   D.  Garis Anggaran Pendapatan

Garis anggaran pendapatan dapat dilihat dicontoh kasus di bawah ini :

Contoh :

Bila diketahui si dedi memiliki yang sebesar Rp 120.000, ia ingin membeli barang X
dan Y yang masing-masing harganya adalah Rp 5000 dan Rp 4000. Bila kualitas
kepuasannya adalah merupakan kombinasi dari konsumsi barang X dan Y secara

5
utuh, maaka beberapa banyakah barang X dan Y yang harus dibelinya agar
kepuasannya maksimum dan berapa besar kepuasan optimumnya?

Jawab,

Diketahui : B = 120.000, Px = 5000, Py = 4000, U = X.Y

Kendala si konsumen (fungsi anggaran) adalah = 120.000 = 5000X = 4000Y,

Tujun kepuasan adalah (fungsi Utility) U = X.Y

Untuk kasus seperti ini maka :

X = B/2Px = 120.000/2.(5000) = 12 unit

Y = B/2Py = 120.000/2.(4000) = 15 unit

U = X.Y --- U =12*15 = 180 unit

Kita dapat menguju rumus untuk menentukan anggaran untuk kasus ini sebagai
berikut :

U = 2√UPxPy --- U = 2√180x5000x4000

U = 2 x √3.600.000.000

U = 2 x 60.000 = 120.000

Dengan uang sebesar Rp 120.000, si dedi bisa mengoptimumkan kepuasannya


dengan membeli X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit dan menghasilkan
kepuasan sebesar 180 unit. Secara teoritis konsumsi si dedi ituu adalah yang paling
rasional karena 120.000 = 5000(12) + 4000(15)

Jadi dengan mengkonsumsi X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit si dedi


mendapatkan kepuasan maksimum sebesar 180 unit.

Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah jumlah konsumsi X dan Y yang masing-
masing sebesar 12 dan 15 unit adalah merupakan pilihan terbaik dari pola konsumsi

6
yang lainnya? Untuk memperjalas persamaan ini baiklah kita buatkan ilustrasi dalam
bentuk tabel di bawah ini :

Ragam kombinasi yang menghasilkan kepuasan optimum

Kombinasi X Y U B 120.000 Peringkat


–B
A 1 180 180 725.000 605.000 7
B 5 36 180 169.000 49.000 5
C 10 18 180 122.000 2.000 2
D 12 15 180 120.000 0 1
E 15 12 180 123.000 3000 3
F 20 9 180 136.000 16.000 4
G 40 4.5 180 218.000 98.000 6
H 180 1 180 904.000 784.000 8
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kombinasi konsumsi barang X dan Y
dari A hingga H menghasilkan nilai kepuasan yang sama yaitu 180 unit akan tetapi
selain kombinasi D, kombinasi yang lainnya menunjukan bahwa si dedi memerlukan
anggaran yang lebih besar dari Rp 120.000. bila si dedi misalkan memilih kombinasii
konsumsi dengan peringkat terbesar yaitu kombinasi H maka si dedi harus menambah
anggarannya sebesar Rp 784.000, akan tetapi karena sistem peringkat yang digunakan
sistem peringkat ordinal bukan kardinal, maka peringkat terbaik tentu saja adalah
peringkat pertama (kesatu) sebab peringkat inilah yang paling rasional.

Perhatikan kembali tabel diatas, yang dimaksud dengan indifference aitu adalah
kombinasi A hingga H karena semua kombinasi itu menghasilkan kepuasan yang
sama yaitu sebesar 180 unit.

Misalkan si dedi kemudian dihadapkan pada pilihan kepuasan masing-masing sebesar


A=180, B =210, C = 220, D = 300 dan E = 400 unit, yang manakah harus dipilih?

7
Tentu saja adalah pilihan E karena inilah kepuasan dengan peringkat terbesar (karena
E>D>C>B>A) dengan catatan si dedi memiliki anggaran untuk memenuhi kepuasan
sebesar 400 unit itu. Bila ia tidak memilikinya ia digolongkan sebagai konsumen
yang tidak rasional dan itu berarti tidak memenuhi salah satuu asumsi yang
disyaratkan dalam teori ini.

Bila kasus si dedi dan data pada tabel diatas digambarkan kurvanya, hasilnya kira-
kira sebagai berikut ini :

Daerah yang diarsir adalah ruang komoditi sebesar 380 unit (1/2(24*30). Jumlah nilai
guna yang bisa dimanfaatkan si dedi hanya sebesar 180 unit karena di batasi
anggaran, harga barang X dan Y serta preferensi kepuasannya U, = X*Y. Bila
misalkan pada kondisi di mana si dedi masih memiliki anggaran sebesar Rp 120.000,
preferensi kepuasan/nilai guna tetap yaitu X*Y lalu harga barang X berubah (turun)
harga barang Y tetap hingga 5 periode, maka besarnya kepuasan masing-masing
periode tersebut tentu saja sepanjang lima periode tersebut. Kepuasannya selalu
bertambah karena turunnya salah satu harga barang X atau Y menyebabkan
kemampuan membeli barang X menjadi lebih banyak (ingat rasionalitas). Sebaliknya
bila harga barang X atau Y atau kedua-duanya naik maka secara teoritis nilai guna
yang di dapat si dedi relatif akan mengecil dibandingkan sebelumnya. Ilustrasi tabel
berikut akan mempermudah pengertian ini.

   E.   Perubahan Anggaran Belanja Akibat Perubahan Pendapatan dan Harga

Perubahan garis anggaran pendapat akibat perubahan pendapatan dan / harga dapat
diilustrasikan dalam contoh kasus dibawah ini

Berbagai macam kemungkinan nilai guna berdasarkan anggaran dan tingkat harga
barang

Harga barang X Harga barang Y Harga barang X dan Y


berubah (B) berubah (B) berubah (C)

8
Px Py U Px Py U Px Py U
4500 4000 200 5000 3500 205,71 4500 3500 228,48
4000 4000 225 5000 3000 240 4000 3000 300
3500 4000 257,14 5000 2500 288 3500 2500 411,36
3000 4000 300 5000 2000 360 3000 2000 600
2500 4000 360 5000 1500 480 2500 1500 960

Dari tabel diatas ini dapat di baca bahwa nilai guna bagi konsumen akan meningkat
seiring dengan terjadinya penurunan harga barang baik masing-masing maupun
bersama-sama. Sebaliknya nilai guna akan semakin menurun/mengecil bila harga
barang tersebut naik. Secara ordinal peringkat terbaik dari nilai guna untuk harga
barang X yang turun adalah U = 360 unit. Bila harga barang Y turun sementara harga
barang X tetap maka utiliti terbaik adalah U = 480. Dalam konteks rasional konsumen
akan memilih barang yang lebih murah dari pada yang mahal, atau dengan kata lain
permintaan akan naik bila harga turun (inililah satu alasan mengapa dalam hukum
permintaan kurva permintaan itu memiliki slope negatif). Naik atau turunnya harga
yang menyebabkan turun atau naiknya jumlah barang yang diminta sementara
perubahan itu tidak menyebabkan berkurangnya pendapatan/anggaran inilah yang
sering disebut sebagai efek pendapatan, mengapa? Karena bila harga barang X atau
barang Y naik (harga Y atau X tetap) maka jumlah barang yang dapat dibeli semakin
sedikit (seolah-olah pendapatan/anggaran berkurang), sebaliknya bila harga barang X
atau Y turun maka seolah-olah pendapatan/anggaran naik). Misalkan saja untuk
contoh pada pada harga X rurun menjadi sebesar Rp 2500 dari sebelumnya Rp 5000
sementara harga

Perubahan kurva akibat perubahan pendapatan dan harga

Pada gambar kurva diatas diketahui bahwa pada gambar A misalkan harga barang
turun, sehingga kemampuan membeli barang X lebih banyak dan menggeser garis

9
anggaran dari X1Y1 menjadi X1Y2. Kurva indifference juga bergeser daru K1s K1t.
Sedangkan pada gambar B harga barang X tetap sedangkan harga barang Y naik,
sehingga kemampuan membeli barang Y semakin sedikit akibatnya anggaran
bergeser dari XIY1 menjadi X2Y2, sedangkan kurva indifference bergeser ke bawah
dari K1 menjadi Menjadi K2. Bila harga barang X dan Y sama-sama berubah, maka
garis anggaran akan bergeser, hal yang sama terjadi juga untuk anggaran karena
bertambahnya pendapatan. Berikut disajikan kurvanya.

Pada gambar diatas, garis anggaran awal adalah X0Y0. Berubahnya pendapatan
secara riel menyebabkan garis anggaran bergeser. Bila kedua harga barang (X dan Y)
turun maka garis anggaran menjadi X1Y1 (semakin banyak barang X atau Y yang
bisa dibeli), hal ini menyebabkan kurva indifference berubah dari KI1 menjadi KI3,
di mana kepuasan optimum bergeser dari E1 ke E3. Bila kedua barang harganya naik
maka garis anggaran bergeser menjadi X2Y2 (karena semakin sedikit barang X dan Y
yang bisa dibeli). Dengan demikian pergeseran garis anggaran secara teoritas akan
menggeser kurva indifference (untuk tingkat preferensi utility yang sama, kepuasan
akan semakin kecil bila harga barang semakin mahal, karena jumlah barang yang
dikonsumsi semakin sedikit). Pada setiap kombinasi paling optimum untuk masing-
masing anggaran yang bergeser karena berubahnya harga dihubungkan oleh satu garis
(kurva), kurva inilah yang dinamakan PCC (Price Consumption Curve).

Pada gambar kurva diatas garis anggaran awal adalah X0Y0, kepuasan maksimum
(paling optimum) di E1 pada kurva indifference 1 (KI1). Bila pendapatan naik maka
garis anggaran bergeser menjadi X3Y3 karena jumlah barang X dan Y yang bisa
dibeli, dampaknya adalah kurva indifference bergeser dari E1 ke E3, sebaliknya bila
pendapatan semakin menurun maka garis anggaran bergeser ke X2Y2 juga
menggeser indifference dengan tingkat kepuasan maksimum pada E2. Garis yang
menghubungkan kombinasi konsumsi X dan Y yang paling optimum dari masing-
masing garis anggaran yang dipetakan oleh kurva indifference ini disebut ICC
(Income Consumption Curve). Berdasarkan kedua kurva diatas dapat diketahui

10
bahwa semua barang yang dibeli oleh konsumen digolongkan sebagai barang normal,
yaitu barang yang permintaan atasnya naik bila pendapatan naik.

11
BAB III

PENUTUP

   A. Kesimpulan

Teori nilai guna ordinal berbeda dengan teori nilai guna cardinal, pada teori nilai
guna ordinal nilai guna suatu barang tidak didasarkan pada 1 jenis barang saja tetapi
didasarkan dua jenis barang yang berbeda karena dengan adanya barang berbeda
konsumen dapat lebih leluasa memilih sehingga tercipta nilai kepuasan (utility).

 Pada teori nilai guna ordinal terdapat kurva indifference yang maksudnya adalah dua
jenis barang berbeda atau bahkan lebih dapat menghasilkan nilai kepuasan yang
sama. Hanya saja banyaknya barang yang dikonsumi itu tidak sama antara barang A
dengan barang B karena adanya keterbatasan pendapatan yang dimiliki.

Garis anggaran dapat dilihat dari ilustrasi kurva indifference dengan


memperhitungkan banyaknya anggaran sehingga dapat dilihat variasi atau alternative
yang mana yang dapat pilih oleh konsumen yang sesuai dengan anggaran yang
dimiliki konsumen. Dengan memperhatikan kurva indifference kita dapat mengetahui
pilihan mana yang konsumen dapat ambil sehingga konsumen dikatakan rasional.

Nilai utility (kepuasan) konsumen dapat berubah-ubah sesuai dengan pendapatan


yang konsumen miliki dan harga barang dipasar. Dengan memperhatikan kurva
indifference konsumen dapat menjelaskan ketika pendapatan naik maka pilihan mana
yang konsumen dapat ambil begitu juga apabila harga dipasaran turun nilai kepuasaan
(utility) konsumen dapat berubah-ubah sehingga konsumen dapat memperhitungkan
dan terciptalah rasionalitas konsumen dalam memperoleh nilai kepuasan (utility)

B.  Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.penulis akan memperbaiki makalah tersebut jika

12
ada kesalahan dalam makalah tersebut, dan semoga pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Putong, Iskandar. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007

14

Anda mungkin juga menyukai