Bab I Pengagguran
Bab I Pengagguran
PENDAHULUAN
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari
kerja.Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain, perusahaan yang menutup / mengurangi bidang usahanya
akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat
inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain- lain.
Tenaga kerja adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah
memasuki usia kerja (working age population), angkatan kerja adalah penduduk yang
berumur 15 sampai dengan 65 tahun yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan.
Susunan penduduk menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1
a). Penduduk produktif (usia kerja): umur 15 – 65 tahun
b). Penduduk nonproduktif (dibawah usia kerja): umur 14 tahun kebawah
c). Penduduk nonproduktif (diatas usia kerja : umur 65 tahun keatas
2
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semena-mena dan perlindungan hukum yang tidak
memadai, sebenarnya adalah sebuah awal munculnya rasa ketidakadilan dan potensi
munculnya kekerasan. Usaha keras dan pembenahan radikal harus dilakukan untuk
menambah percepatan investor baru.
Minimnya perlindungan hukum dan rendahnya upah merupakan salah satu masalah
dalam ketenagakerjaan kita. MeIalui undang-undang ketenagakerjaan seharusnya para
pekerja akan terlindungi secara hukum, mulai dari jaminan negara memberikan pekerjaan
yang layak, melindunginya di tempat kerja (kesehatan dan keselamatan kerja dan upah layak)
sampai dengan pemberian jaminan sosial setelah pensiun. Selain itu pekerja dapat juga
mendirikan Serikat Buruh. Sekalipun undang-undang ketenagakerjaan bagus, tetapi buruh
tetap memerlukan kehadiran serikat buruh untuk pembuatan Perjanjian Kerja Bersama
(PKB ). PKB adalah sebuah dokumen perjanjian bersama antara majikan dan buruh yang
berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hanya melalui serikat buruhlah bukan
melalui LSM ataupun partai politik bisa berunding untuk mendapatkan hak-hak tambahan (di
luar ketentuan UU) untuk menambah kesejahteraan mereka. Pemerintah harus merubah
sistem jaminan sosial ketenagakerjaan, sehingga buruh korban PHK danburuh pensiunan
akan mendapat tunjangan layak dari Jamsostek. Pemerintah dilarang mengambil keuntungan
apapun dari Jamsostek, bahkan sebaliknya. Pemerintah yang bertanggungjawab, harus
memberikan kontribusi setiap tahun, sehingga buruh bisa hidup layak. Dengan sistem
Jaminan sosial ketenagakerjaan yang baik akan mengurangi kriminalitas sosial.
B. Hak-hak Tenaga Kerja
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang
dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a) Kesepakatan kedua belah pihak;
b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d) ekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
dapat dibatalkan. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja;
3
b) Moral dan kesusilaan; dan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Karena upaya perluasan kesempatan kerja mencakup lintas sektoral, maka harus
disusun kebijakan nasional di semua sektor yang dapat menyerap tenaga kerja secara optimal.
Agar kebijakan nasional tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka pemerintah dan
masyarakat bersama-sama mengawasinya secara terkoordinasi.
Hak-hak pekerja yaitu:
1. Hak untuk mendapatkan upah
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
4
3. Hak untuk bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
4. Hak atas pembinaan keahlian, kejuruan, untuk memperoleh serta
menambah keahlian dan ketrampilan.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja serta perlakukan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
agama.
6. Hak atas istirahat (cuti) serta hak atas upah penuh selama menjalani istirahat.
7. Hak untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja.
8. Hak untuk mendapat jaminan sosial.
5
kebutuhan menjadi beban atau tanggungan keluarga yang sudah bekerja. Indikator tingkat
beban disebut dependency ratio (DR).
6
17. Pengeluaran pemerintah ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja produktif
sebanyak mungkin.
18. Pendidikan umum melalui pendidikan formal guna meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
19. Kursus-kursus keterampilan, baik yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat.
20. Pelatihan pendidikan
21. Penataran-penataran, seminar, lokakarya.
22. Meningkatkan kegiatan pembangunan yang banyak diserap tenaga kerja dan
mendirikan industri di daerah.
23. Wajib belajar 9 tahun.
24. Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
25. Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
1. Pengangguran Struktural, Pengangguran structural adalah pengangguran yang
disebababkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi.
2. Pengangguran Friksional, Pengangguran friksional adalah pengangguran yang
disebabkan pergeseran yang tiba-tiba pada penawaran dan permintaan tenaga
kerja, sehingga sulit mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja.
3. Pengangguran Musiman, Pengangguran musiman adalah pengangguran yang
disebabkan oleh perubahan musim.
4. Pengangguran Voluntary, Pengangguran jenis ini terjadi karena adanya orang
yang sebenarnya masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela ia tidak bekerja
( minta berhenti bekerja)
5. Pengangguran Teknologi, Pengangguran jenis ini karena adanya mekanisme atau
penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin.
6. Pengangguran Deflasioner, Pengangguran Deflasioner di sebabkan oleh pencarin
kerja lebih banyak dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia.
Sementara itu, sebagian besar tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di daerah
perkotaan karena Krismon pindah ke pedesaan dan masuk ke dalam sektor informal (terutama
di bidang pertanian).
9
Walaupun Indonesia telah mengalami pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak
tahun 2000-an (dan Indonesia telah pulih dari Krismon), sektor informal ini - baik di kota
maupun di desa - sampai sekarang masih tetap berperan besar dalam perekonomian
Indonesia. Walau agak sulit untuk menentukan jumlahnya secara pasti, diperkirakan bahwa
sekitar 55 sampai 65 persen pekerjaan di Indonesia adalah pekerjaan informal. Saat ini sekitar
80 persen dari pekerjaan informal itu terkonsentrasi di wilayah pedesaan, terutama di sektor
konstruksi dan pertanian.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).
Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah
dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut
digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang
besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan
pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
10
dalam juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pengangguran Nasional
5.9 6.2 5.6 5.5
(% dari total tenaga kerja)
- Pengangguran Perkotaan
7.1 7.3 6.6 6.8
(% dari total tenaga kerja perkotaan)
- Pengangguran Perdesaan
4.8 4.9 4.5 4.0
(% dari total tenaga kerja perdesaan)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Sementara itu, relatif sedikit perempuan yang bekerja di Indonesia (di sektor formal).
Hanya sekitar separuh dari perempuan Indonesia yang di usia kerja yang jadi bekerja dalam
pekerjaan formal. Namun, angka ini sebenarnya sedikit lebih tinggi dari tingkat (rata-rata)
partisipasi angkatan kerja perempuan dunia sebesar 49 persen pada tahun 2017 (data dari
Bank Dunia). Namun, dibandingkan dengan pria Indonesia, tingkat partisipasi tenaga kerja
wanita rendah. Sekitar 83 persen pria Indonesia (di usia kerja) bekerja di sektor formal.
11
penghasilan biasanya mendapatkan bayaran kurang dari pria untuk pekerjaan yang
sama. Sebagaimana disebutkan di atas, bekerja di sektor informal membawa risiko
karena pekerja sektor informal biasanya memiliki pendapatan yang rendah dan tidak
stabil, apalagi mereka tidak memiliki akses ke perlindungan dan layanan (kesehatan)
dasar.
2016 2017
Pengangguran Total
5.61 5.50
(% dari angkatan kerja)
TPAK
66.34 66.67
(% dari angkatan kerja)
TPAK Laki-Laki
81.97 82.51
(% dari total angkatan kerja laki2)
TPAK Perempuan
50.77 50.89
(% dari total angkatan kerja perempuan)
12
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Salah satu karakteristik Indonesia adalah bahwa angka pengangguran cukup tinggi
yang dihadapi oleh tenaga kerja muda usia 15 sampai 24 tahun, jauh lebih tinggi dari angka
rata-rata pengangguran secara nasional. Mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan siswa
sekolah kejuruan dan menengah mengalami kesulitan menemukan pekerjaan di pasar kerja
nasional. Hampir setengah dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia hanya memiliki ijazah
sekolah dasar saja. Semakin tinggi pendidikannya semakin rendah partisipasinya dalam
kekuatan tenaga kerja Indonesia. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir terlihat
adanya perubahan tren: pangsa pemegang ijazah pendidikan tinggi semakin besar, dan pangsa
pemegang ijazah pendidikan dasar semakin berkurang.
2006 2007 2008 2009 2010 2011
13
Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya kemudahan
berinvestasi di kawasan industri.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang membuat sebuah Program
Kebijakan yang tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Tanjungpinang No. 38 ahun 2015 tentang Kegiatan Pelatihan Tahun anggaran 2015
yang menjadi landasan hukum untuk menjalankan Program Kegiatan pelatihan yang
dilaksanakan oleh pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang. Sebagaimana
14
mana yang menjadi acuan didalam Undang Undang No. 13Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Tanjungpinang adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berperan penting
dalam menangani masalah pengangguran di Kota Tanjungpinang. Salah satu tupoksi Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang dalam menanggulangi pengangguran adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya ketenagakerjaan.
b. Meningkatkan peran pembinaan dan pelatihan
c. Meningkatkan upaya penepatan dan perlindungan tenaga kerja
d. Meningkatkan pemecahan masalah penyandang kesejahteraan sosial
e. Optimalisasi sumber-sumber potensi kesejahteraan sosial.
Dalam melaksanakan tugas serta tanggungjawab sebagaimana dimaksud sebelumnya,
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis dinas di bidang perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, evaluasi dan lapoan penyelenggara sebagai urusan pemerintah di
bidang sosial tenaga kerja dan transmigrasi sesuai dengan ketentuan dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang sosial tenaga
kerja dan transmigrasi sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dinas dalam menyelenggarakan sebagai urusan
pemerintah di bidang sosial tenaga kerja dan transmigrasi sesuai dengan ketentuan
dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku, dan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsi Dinas.
Pada saat ini, pemerintah belum bisa meminimalisir jumlah pengangguran di
tanjungpinang dan semakin meningkat, sedangkan Perguruan Tinggi terus mencetak lulusan
lulusan sarjana setiap tahunnya. Sehingga dampak dari pengangguran ini menambah
peningkatan pengangguran tidak hanya lulusan SMP,SMA Sederajat melaikan juga kelompok
calon pekerja terdidik. Pemerintah harus bisa mendorong mereka untuk mendapatkan
sertifikat keahlian, jadi tidak hanya memiliki ijazah formal. Para sarjana lulusan perguruan
tinggi sebaiknya juga menambah keahlian sendiri di luar kampus sesuai dengan jurusan yang
mereka kuasai. Para sarjana itu konsepnya dipersiapkan justru untuk membuka lapaangan
kerja dan didukung oleh pemerintah.
15
2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran
a) Pendidikan rendah. Pendidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang kesulitan
dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan membutuhkan pegawai
seminimal SMA.
b) Kurangnya keterampilan. Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah
mempunyai kriteria dalam bekerja,namun dalam teknisnya keterampilannya masih
kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.
c) Kurangnya lapangan pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan
sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang
dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang di sediakan oleh pemerintah maupun
swasta.
d) Kurangnya tingkat EQ masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang
dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan
berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya yang
mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai berkomunikasi dan
pandai bersosialisasi lebih mudah mendapatkan pekerjaan di banding orang yang
selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi diri.
e) Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain. Misalnya ada seorang lulusan
sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hidup
kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk pengangguran,
selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi
orang lain.
f) Tidak mau berwirausaha. Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku
dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga
persaingan mencari pekerjaan lebih besar di bandingkan membuat suatu usaha.
16
4. Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutan industri modern,
5. Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,
6. Mendorong terbukanya kesempatan usaha - usaha informal,
7. Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,
8. Membuka kesempatan kerja ke luar negeri
Pengangguran struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
Pengangguran friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara
sebagai berikut:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya.
2. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru.
3. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor
agraris dan sektor formal lainnya.
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
Pengangguran musiman
17
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
Pengangguran deflasioner
Pengangguran teknologi
Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini Pelatihan tenaga pendidik untuk
menguasai teknologi baru yang harus disampaikan pada anak.
18
Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran
berupa biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya
pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya
tindak kriminalitas.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran merupakan masalah yang sangat serius di Indonesia. Oleh karena itu, harus
ditangani lebih serius agar kestabilitasan pemerintah tidak terganggu. Karena penanganan
masalah pengangguran yang tidak serius dapat mengancam kestabilitasan semua instansi
kepemerintahan.
Untuk itu masalah ini bukan hanya tanggung jawab dari Departemen Ketenaga Kerjaan dan
Transmigrasi, tetapi menjadi tanggung jawab kita semua demi meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan memperbaiki perekonomian Indonesia. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan
kerjasama dari semua pihak yang terkait sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan untuk
mengurangi tingkat pengangguran di Tanjungpinang.
3.2 Saran
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka harus ada peran pemerintah. Pemerintah
harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan pekerjaan, serta
menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh-sungguh sampai terlihat
hasil yang maksimal. Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja
kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah,
masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran
yang terjadi di Indonesia dan khususnya Tanjungpinang.
20
Referensi
https://tanjungpinangkota.bps.go.id/dynamictable/2018/05/17/37/tingkat-pengangguran-
terbuka-kota-tanjungpinang.html
http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/Analisis%20Provinsi%20Kep.
%20Riau%202015_ok.pdf
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/08/e-journal-word.pdf
https://www.scribd.com/document/250978143/Makalah-Ekonomi-Pembangunan
http://rachmatsibali.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tentang-ketenagakerjaan.html
https://taenyoli.blogspot.co.id/2016/06/paper-perekonomian-indonesia.html
https://materiips.com/upaya-pemerintah-dalam-mengatasi-pengangguran
https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-
makro/pengangguran/item255
21